Você está na página 1de 8

Artikel Teknologi Informasi oleh Jack Febrian

Analog dan Digital

Telepon yang semenjak awalnya, merupakan salah satu penerapan dari analog ini.
Termasuk juga dalam hal penyiaran radio dan televisi.

Analog merupakan proses pengiriman sinyal dalam bentuk gelombang. Misalnya ketika
seseorang berkomunikasi dengan menggunakan telepon, maka suara yang dikirimkan
melalui jaringan telepon tersebut dilewatkan melalui gelombang. Dan kemudian, ketika
gelombang ini diterima, maka gelombang tersebutlah yang diterjemahkan kembali ke
dalam bentuk suara, sehingga si penerima dapat mendengarkan apa yang disampaikan
oleh pembicara lainnya dari komunikasi tersebut.

Lalu bagaimana dengan digital? Digital merupakan proses pengiriman data dalam bentuk
dua simbol, yaitu on dan off. Identik dengan stop kontak. Dengan menggunakan digital
ini, informasi yang dilewatkan merupakan perpaduan denyutan listrik yang terdiri dari on
dan off. Kombinasi inilah yang diterjemahkan menjadi data.

Teknologi ini umumnya digunakan pada teknologi maju. Misalnya dari yang sangat
sederhana adalah dalam hal penggunaan komputer, dan juga seterusnya untuk pengolahan
data yang dilakukan oleh komputer.

Kelebihan dari analog ini adalah kemampuannya untuk memproses pengiriman data
dalam lalu lintas komunikasi yang padat. Sedangkan analog, digunakan untuk
komunikasi yang lalulintasnya rendah. Sinyal dalam bentuk digital ini mampu
mengirimkan data dengan cepat, dengan kapasitas yang lebih, dan memiliki tingkat error
yang kecil, apabila dibandingkan dengan sinyal analog.

Sinyal Analog

Sinyal analog adalah merupakan pemanfaatan gelombang elektromagnetik. Proses


pengiriman suara, misalnya pada teknologi telepon, dilewatkan melalui gelombang
elektromagnetik ini.

Sinyal analog merupakan bentuk dari komunikasi elektronik yang merupakan proses
pengiriman informasi pada gelombang elktromagnetik, dan bersifat variabel dan
berkelanjutan. Satu komplit gelombang dimulai dari voltase nol kemudian menuju
voltase tertinggi dan turun hingga voltase terendah dan kembali ke voltase nol. Kecepatan
dari gelombang ini disebut dengan hertz (Hz) yang diukur dalam satuan detik. Misalnya
dalam satu detik, gelombang dikirimkan sebanyak 10, maka disebut dengan 10 Hz.
Contohnya sinyal gambar pada televisi, atau suara pada radio yang dikirimkan secara
berkesinambungan. Pelayanan dengan menggunakan sinyal ini agak lambat dan gampang
mendapat error dibandingkan dengan data dalam bentuk digital. Gelombang analog ini
disebut baud. Baud adalah sinyal atau gelombang listrik analog. Satu gelombang analog
sama dengan satu baud.

Sinyal Digital

Merupakan hasil teknologi yang mengubah sinyal tersebut menjadi kombinasi ututan
bilangan 0 dan 1 untuk proses informasi yang mudah, cepat dan akurat. Sinyal tersebut
disebut sebuah bit.

Artikel Teknologi Informasi oleh Jack Febrian

Jalur Transmisi

Jalur transmisi adalah bagaimana suatu alat dapat mengirimkan informasi dengan
peralatan lainnya. Jalur transmisi ini terbagi atas tiga, yaitu: Unicast, Multicast, dan
Broadcast.

Unicast

Adalah kontak informasi yang terjadi antar suatu alat dengan satu alat lainnya. Sebagai
analogi, contohnya adalah penggunaan telepon. Ketika satu telepon menghubungi telepon
lainnya, maka yang dapat berkomunikasi adalah dua telepon tersebut.

Multicast

Adalah proses komunikasi yang terjadi antar satu alat dengan alat lainnya. Dimana
masing-masing alat yang terhubung dapat berkomunikasi dengan alat yang
menghubunginya. Contohnya adalah server yang ada pada internet. Dimana server
tersebut melayani beberapa komputer yang menghubunginya, dan komputer yang
dihubungi dapat memberikan respon balik kepada server itu tadi.

Broadcast

Adalah proses pengiriman informasi dari satu alat ke alat-alat lainnya. Alat yang
menerima informasi tidak dapat (atau tidak perlu) memberikan respon balik terhadap
sang pengirim tentang informasi yang diterimanya. Contohnya adalah stasiun pemancar
televisi atau pengiriman email melalui mailing list.
Artikel Teknologi Informasi oleh Tata

Sudah saatnya SARJANA KOMPUTER


Indonesia GO INTERNATIONAL

Banyak orang di Indonesia kesulitan mencari kerja, sementara itu katanya di luar negeri
banyak lowongan kerja terutama untuk bidang yang berhubungan dengan teknologi
informasi, bidang "high-tech". Betulkah demikian ? dan apa mungkin lulusan Perguruan
Tinggi Indonesia bisa bekerja di luar negeri ?

Mengutip sebuah survey yang telah dilakukan oleh PT Work IT Out yang dipimpin oleh
Heru Nugroho, meski masih banyak dibutuhkan di dalam negeri, peluang kerja bagi
tenaga kerja TI untuk keluar negeri pun terbuka luas, Kesempatan tetap terbuka, apalagi
didukung oleh faktor bergesernya dominasi India yang dikenal sebagai sumber SDM TI,
tawaran gajinya pun cukup menggiurkan. Bayangkan, untuk tenaga kerja TI kelas pemula
sampai menengah, perusahaan di luar negeri berani menawarkan upah sekitar US$ 400
sampai US$ 600 (sekitar Rp 3, 6 juta sampai Rp 5,5 juta) per bulan. Di kelas yang sama
di dalam negeri, paling mereka hanya ditawarkan gaji sekitar Rp 900.000 sampai Rp 2,5
juta per bulannya. Itu baru yang pemula. Untuk yang sudah punya keahlian spesifik dan
berpengalaman, di luar negeri gajinya bisa mencapai US$ 2.000 - 2.500 (sekitar Rp 18,2
juta sampai 22,7 juta) per bulan. Tiga kali lipat dibanding di dalam negeri yang
pasarannya sekitar Rp 7 sampai 10 juta.

Bidang kerja TI yang terbuka pun beragam dan hampir sama dengan yang ada di lokalan.
Kebetulan kebanyakan yang dicari adalah engineer untuk networking dan wireless serta
programmer. Kelihatannya trend yang sedang terjadi adalah orang atau perusahaan ingin
membuat perangkat networking seperti produk dari Cisco. Untuk itu memang dibutuhkan
banyak orang yang dapat membuat program dalam level C, C++ dengan real-time OS dan
memiliki latar belakang (pengetahuan) di bidang telekomunikasi dan networking.
Lowongan webmaster, UNIX administrator pun tidak sedikit. Jenis-jenis lowongan
pekerjaan yang ditawarkan sangat banyak . Hanya saja, tenaga TI yang memiliki
kemampuan terspesialisasi seringkali dicari, sayangnya agak susah mencari tenaga kerja
yang sudah spesifik ini, dan kalau saya tuliskan mungkin daftar lowongan tersebut
sepanjang artikel ini.

Nah, kalau melihat situasi seperti itu akan sangat mengenaskan jika orang Indonesia yang
bergerak di bidang Teknologi Informasi tidak bisa mendapatkan pekerjaan semacam itu.
Masalahnya memang tidak mudah. Mungkin memang kemampuan hasil perguruan tinggi
di Indonesia tidak memadai ? Berapa banyak sih perguruan tinggi di Indonesia yang
mampu menghasilkan "software engineer" yang handal ? Mungkin di Indonesia baru
mampu menghasilkan programmer kelas papan bawah ? Jika memang anda programmer
atau software engineer yang handal, apakah anda mengenal istilah-istilah ini: lex, yacc,
compiler construction, grammer, token, CMM, dan sebagainya ?

Sebagai gambaran bahwa kebutuhan terhadap tenaga IT di bidang industri software baik
di luar negeri maupun di dalam negeri, adalah sebagai berikut : Tenaga IT di luar negeri,
untuk tahun 2015, diperkirakan 3,3 juta lapangan kerja. Sedangkan Tenaga IT domestik,
berdasarkan proyeksi pertumbuhan industri pada tahun 2010 target produksi 8.195.33 US
$, dengan asumsi produktifitas 25.000 perorang, dibutuhkan 327.813 orang

Selain contoh di atas, kita ambil negara lain seperti Jerman. Mengapa negara sekaliber
Jerman mesti mendapat suplai tenaga TI dari luar negaranya ? Kurang sumber daya ?
Dugaan itu ternyata betul. Perkembangan pesat teknologi informasi memang tidak hanya
membuat ketar-ketir negara dunia ketiga, negara "dunia pertama" macam Jerman pun
mulai merasakan akibatnya: kekurangan pakar TI yang tidak bisa didapatkan dari
kalangan sendiri.

Maklum, jumlah yang dibutuhkan juga tak bisa dibilang sedikit. Tercatat saat ini sekitar
75.000 orang diperlukan oleh Jerman. Itu baru Jerman, belum negara lain. Tahukah Anda
ternyata negara sebesar dan semaju Amerika Serikat pun masih mengimpor tenaga TI
dari negara-negara di Asia, seperti India dan Cina. Nah, ini namanya peluang kan ?

Lowongan dari luar Indonesia untuk tenaga kerja TI kita banyak. yang tercatat pada kami
bisa puluhan ribu lowongan," jelas Edi S. Tjahya, managing director JobsDB.com -
sebuah portal informasi lowongan kerja. Lowongan sebanyak itu pun baru untuk wilayah
Asia Pasifik. Secara kualitatif, kondisi sumber daya manusia Indonesia di bidang IT tidak
kalah kualitas dibanding SDM dari negara seperti India sekalipun, papar Heru Nugroho,
CEO PT Work IT Out, sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja TI ke luar negeri.

Di dalam negeri sendiri untuk layanan informasi publik, tenaga IT yang dibutuhkan untuk
sektor ini, ialah tenaga untuk mengelola e-government. Perkembangan kebutuhan
terhadap tenaga untuk mengelola e-governmet akan sejalan dengan perkembangan
implementasi e-governement. Sebagai gambaran menyeluruh terhadap kebutuhan ini,
dapat dilihat dari jumlah lembaga pemerintah pusat, kabupaten/kota dan lembaga lainnya.
Berdasarkan kasus pengelola e-government di Kalimantan Timur, yang mengelola e-
governemt untuk 14 layanan, menggunakan tenaga IT 11 orang, maka untuk seluruh
instansi pemerintah, memerlukan paling sedikitnya memerlukan 5.489.

Sedangkan layanan komersial, tenaga IT di bidang ini ialah personil yang bekerja di
bidang jasa di berbagai bidang dimana transaksi dengan konsumen dan kliennya
menggunakan dukungan teknologi telematika, seperti e-bisnis, e-health yang dikelola
swasta, e-education yang dikelola swasta, media saiber. Untuk media saiber, jika seluruh
media cetak dan elektronik yang ada sekarang akan mengembangkan media saiber
dengan perkiraan satu media menggunakan 21 tenaga IT, maka dibutuhkan 40.341.

Sebagai gambaran kebutuhan tenaga IT di bidang industri di bawah ini dikemukakan


dalam konsep blue book yang disusun ITB (lihat www.bhtv.web.id).

Proyeksi Umum Pertumbuhan Industri IT Indonesia (Tabel)

Asumsi 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Annual Growth 10% 20% 20% 40% 55% 65% 70% 70% 70%

Target Produksi

(Juta $) 500.00 550.00 660.00 792.00 1,108.80 1,718.64 2,835.76 4,820.79 8,195.33

Produktivitas

($/SDM) 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00 25,000.00


25,000.00 25,000.00

Target Total SDM 20,000 22,000 26,400 31,680 44,352 68,745 113,430 192,831 327,813

Tenaga Terampil

IT Specialists 6 4800 5280 6336 7603 10644 16499 27223 46279 78675

IT Professionals 3 2400 2640 3168 3802 5322 8249 13612 23140 39338

IT Administrators 1 800 880 1056 1267 1774 2750 4537 7713 13113
Tenaga Ahli

IT System Engineer 3 2400 2640 3168 3802 5322 8249 13612 23140 39338

IT Databases 2 1600 1760 2112 2534 3548 5500 9074 15426 26225

IT Application

Developer 5 4000 4400 5280 6336 8870 13749 22686 38566 65563

IT Solution

Developer 2 1600 1760 2112 2534 3548 5500 9074 15426 26225

IT Trainer 1 800 880 1056 1267 1774 2750 4537 7713 13113

Others 2 1600 1760 2112 2534 3548 5500 9074 15426 26225

Untuk memenuhi kebutuhan SDM di bidang IT dewasa ini diisi oleh tenaga-tenaga
lulusan pendidikan tinggi baik dari jurusan teknologi informasi atau jurusan lainnya,
sekolah kejurunan dan kursus-kusus di bidang telematika. Perguruan Tinggi di bidang TI
atau telematika tampak beraneka ragam baik dari konsentrasi bidang kajian mapun
jenjang kelembagaannya. Dilihat dari konsentrsai kajian, terdapat keanekaragaman antara
lain, ilmu komputer, teknologi komputer, manajemen informatika, teknik informatika,
sistem informasi, komputerisasi akutansi.

Jumlah perguruan Tinggi yang termasuk dalam kategori di atas berdasarkan data
Depertemen Pendidikan Nasional, terdapat 476 Perguruan Tinggi (berdasarkan data
Depdiknas). Jumlah lulusan di bidang ini, menurut data Depdiknas dari 256 Perguruan
Tinggi negeri dan swasta setiap tahun mengasilkan 16.430

Data lain (sumber aptikom)menunjukkan pada saat ini terdapat sekitar 200 perguruan
tinggi di Indonesia yang memiliki program studi terkait dengan teknologi informasi untuk
jenjang pendidikan sarjana, magister, dan doktoral serta sekitar 300 perguruan tinggi
untuk jenjang pendidikan diploma-III dan diploma-IV, yang keseluruhannya
menghasilkan kurang lebih 25,000 lulusan setiap tahunnya. Banyak pengamat industri
menilai bahwa jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan industri yang sebenarnya, yang
dapat mencapai sekitar 500,000 per tahun. Berdasarkan estimasi perencanaan, keberadaan
ini baru akan dicapai pada tahun 2020 yaitu pada saat jumlah lulusan perguruan tinggi di
Indonesia sekitar 6 juta orang per tahun (United Nations, 2002) dengan asumsi bahwa
sekitar 7% mahasiswa mengambil disiplin ilmu teknologi informasi.

Proyeksi Jumlah Mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia 1995-2020

Tipe Perguruan Tinggi 1995 2000 2005 2010 2015 2020

Negeri 500 590 715 850 1010 2020

Swasta 1400 2200 2900 3600 4200 4700

Lain -Lain 400 350 305 250 220 200

Total 2300 3140 3920 4700 5430 6100

Perlu diperhatikan bahwa keseluruhan program studi informatika tersebut merupakan


komunitas pendidikan yang bertujuan untuk melahirkan kelompok yang oleh United
Nations diistilahkan sebagai IT Workers atau orang-orang yang memiliki ilmu
pengetahuan formal (akademis) terkait dengan bidang teknologi informasi. Sementara itu,
program studi lain seperti ekonomi, manajemen, kedokteran, akuntansi, sastra, hukum,
dan lain sebagainya yang dalam kurikulumnya memperkenalkan pula penggunaan
teknologi informasi sebagai penunjang pelaksanaan aktivitas sehari-hari digolongkan
sebagai institusi pendidikan yang menghasilkan ITEnabled Workers.

Upaya pengembangan SDM dari dimensi kualifikasinya diarahkan agar menjadi SDM
yang profesional, sehingga pengembangan SDM mengarah pada pengembangan profesi
atau berbasis kompetensi. Artinya diperlukan suatu pengembangan kurikulum yang
disusun berdasarkan kolaborasi antara muatan lokal dengan muatan internasional, supaya
lulusan PTS tersebut memiliki kompetensi yang diperlukan untuk bisa bekerja dan
merebut peluang kerja di luar negeri.

Makin banyak perguruan tinggi swasta yang mengembangkan program gelar ganda.
Strategi meluncurkan program gelar ganda di beberapa universitas dalam negeri semakin
gencar dilakukan. Tak hanya universitas negeri namun juga melibatkan pihak swasta.
Strategi ini diterapkan untuk mempersiapkan lulusannya di era perdagangan bebas dan
mensejajarkan universitas dalam negeri dengan luar negeri. Program gelar ganda
memungkinkan mahasiswa untuk mendapat dua gelar. Satu gelar dari universitas dalam
negeri, sedangkan satu lagi dari luar. Adanya pengakuan dari luar negeri ini
meningkatkan daya saing mahasiswa atau lulusan. Karena harus diakui, hingga kini
lulusan dalam negeri masih dipandang sebelah mata di pasar bebas.

Dibukanya keran perdagangan bebas juga memungkinkan universitas luar negeri


membuka cabang di Indonesia. Kompetisi tentu saja akan semakin ketat karena tidak
hanya bersaing dengan sesama universitas lokal, para pendatang luar juga harus dihadapi.
Kerjasama tersebut pada dasarnya merupakan upaya unversitas untuk diakui di dunia
Internasional dan mensejajarkan diri dengan unversitas dari luar negeri. Untuk
mendapatkan gelar ganda, mahasiswa bisa mengambil program 2+1, yaitu mengikuti dua
tahun pengajaran di dalam negeri dan satu tahun di luar negeri. Atau dengan program
3+0, sehingga para mahasiswa tidak perlu pergi ke luar negeri. Pengajaran diberikan di
dalam negeri dengan tenaga pengajar yang dimodifikasi antara lokal dan juga
mendatangkan dosen dari luar negeri. Setelah selesai, mahasiswa akan mendapat gelar
sarjana bachelor of Computer Science dari luar negeri, serta gelar Sarjana Komputer dari
dalam negeri.

Dengan pola inilah, maka PTS dapat menghasilkan Sarjana Komputer Indonesia yang
dapat GO International untuk meraih peluang kerja diluar negeri, sehingga akan
meningkatkan citra Bangsa Indonesia, tidak hanya sebagai ekportir tenaga PRT akan
tetapi juga sebagai exportir tenaga ahli di bidang teknologi informasi.

Você também pode gostar