Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DI RUANG HEMODIALISA
RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Disusun Oleh:
Fiddiyah Galuh Anggraini
135070201111018
Kelompok 1
1.1 DEFINISI
Menurut Kidney Disease Improving Global Outcomes (KDIGO) (2013) CKD
(Chronic Kidney Disease) merupakan kerusakan ginjal untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadi 3 bulan dan dapat
diartikan sebagai abnormalitas struktur atau fungsi ginjal dengan atau tanpa penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR) < 60 mL/menit/1,73 m2 dan bermanifestasi sebagai
satu atau lebih gejala, seperti:
a. Abnormalitas komposisi urin (AER 30 mg/24 jam, ACR 30 mg/g3 mg/mmol)
b. Abnormalitas pemeriksaan pencitraan (imaging)
c. Abnormalitas pada biopsy ginjal (histopatologi)
1.2 KLASIFIKASI
Menurut Chronic Kidney Disease Improving Global Outcomes (CKDIGO):
proposed classification (2013), CKD dapat diklasifikasikan menurut 2 hal, yaitu:
a. Menurut penurunan faal ginjal berdasarkan tes albumin-kreatinin klirens
Kategori AER ACR (approximates Keterangan
(mg/24 jam) equivalent)
(mg/mmol) (mg/g)
A1 <30 <30 <30 Normal
A2 30-300 3-30 30-300 Sedang *
A3 >300 >30 >300 Berat**
* Berhubungan dengan remaja dan dewasa
** termasuk dalam Nephrotic Syndrom; ekskresi albumin >2200 mg/24 jam
1.5 MANIFESTASI
Penderita CKD stadium 1-3 (GFR > 30 mL/min) asimtomatik dan gejala klinis CKD
akan muncul pada stadium 4 dan 5. Manifestasi klinisnya berdasarkan stage CKD
adalah:
Tabel 1.1 Manifestasi CKD berdasarkan Kidney Disease Improving Global Outcomes
(KDIGO) (2013)
Chronic Kidney Disease (CKD)
Stage 1 Normal renal Function GFR( 90 ml/min)
Stage 2 Mild Impairment (GFR 60-89 ml/min) Asymptomatic
Stage 3 Moderate Impairment (GFR 30-59 ml/min) Anemia, fatigue, muscle cramps
Stage 4 Severe impairment (GFR 15-29 ml/min) In addition: anorexia. Nausea, insomnia,
neuropathy, gout
Stage 5 End stage renal disease (GFR <15 ml/min) In addition: itch, headache, cognitive
impairment; death
b. Peningkatan tekanan darah aibat overload cairan dan produksi hormon vasoaktif
(hipertensi, edem paru dan gagal jantung kongestif)
c. Gejala uremia (letargis, perikarditis hingga ensefalopati)
d. Akumulasi kalium dengan gejala malaise hingga keadaan fatal yaitu aritmia
e. Gejala anemia akibat sintesis eritropoietin yang menurun
f. Hiperfosfatemia dan hipokalsemia (akibat defisiensi vitamin D3 cholecalciferol
yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan membantu menyerap kalsium dan fosfor
di dalam tubuh.)
1.6 PATOFISIOLOGI
(terlampir)
1.8 PENATALAKSANAAN
Bukti-bukti terbaru menunjukkan bahwa perjalanan penyakit CKD tersebut dapat
diperbaiki dengan melakukan deteksi dini dan memberikan penanganan yang lebih
awal. Terapi spesifik berdasarkan diagnosis:
a. Evaluasi dan penanganan kondisi komorbid
b. Memperlambat kerusakan fungsi ginal
c. Pencegahan dan terapi penyakit kardiovaskular
d. Pencegahan dan terapi penyakit komplikasi (hipertensi, anemia)
e. Penggantian fungsi ginjal dengan dialisis atau bahkan transplantasi ginjal
Menurut () terdapat beberapa terapi yang dapat digunakan untuk tatalaksana CKD
diantaranya:
1) Terapi Konservatif
A. Diet
a) Diet Rendah Protein (DRP) yaitu penggunaan protein 0,6 /KgBB/hari
dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik dan memperlambat
penurunan GFR, mengurangi retensi natrium yang dapat mengakibatkan
hipertensi dan edema
b) Diet Rendah Kalium dalam batas 60-70 mEq apabila ada hiperkalemia
(kalium darah > 5,5 mEq), oliguria, atau anuria. Diet kalium bertujuan untuk
mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia
B. Kebutuhan Jumlah Kalori
Kebutuhan pasien dengan CKD harus adekuat karena tujuan utamanya adalah
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen, memelihara status nutrisi dan
memelihara status gizi. Energi cukup yaitu 35 kkal/kg BB.
C. Kebutuhan Cairan: Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus
adekuat agar jumlah diuresis mencapai 2 L per hari. Cairan dibatasi yaitu
sebanyak jumlah urine sehari ditambah dengan pengeluaran cairan melalui
keringat dan pernapasan (500 ml).
D. Kebutuhan Elektrolit dan Mineral: bersifat individual tergantung dari LFG dan
penyakit ginjal dasar (Underlying Renal Disease).
E. Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C,
dan vitamin D.
2) Terapi Simtomatik
A. Asidosis Metabolik: harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia), bertujuan untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik
dapat diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera
diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/L.
B. Anemia
pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).
Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,
keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi
dapat terjadi seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien
dilindungi dari kejang. Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :
a) Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium,
cairan
b) Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik,
anti hipertensi
c) Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi
C. Keluhan Gastrointestinal: Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan
keluhan yang sering dijumpai pada CKD. Keluhan gastrointestinal ini
merupakan keluhan utama (chief complaint) dari CKD. Keluhan gastrointestinal
yang lain adalah ulserasi mukosa, yaitu dari mulut sampai anus. Tindakan yang
harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat dan obat-obatan
simtomatik.
D. Kelainan kulit : Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan
kulit.
E. Kelainan neuromuskular: Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu
terapi hemodialisis regular yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal
paratiroidektomi.
F. Hipertensi : Pemberian obat-obatan anti hipertensi diperlukan untuk mengurangi
tekanan darah pada pasien, karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis
glomerulus dan menambah beban jantung sehingga jantung bekerja lebih berat
lagi dan akhirnya menimbulkan dekompensasi kordis. Anti hipertensi yang
diberikan pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1, kemudian
digantikan dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam
golongan Ca antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator
vas eferen
G. Kelainan sistem kardiovaskular : Tindakan yang diberikan tergantung dari
kelainan kardiovaskular yang diderita
3) Terapi Medis
A. Dialysis dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius seperti
hiperkalemia, perikarditis, dan kejang.
a) Peritoneal Dialysis
Menggunakan lapisan perut atau peritoneum sebagai filter dalam menyaring
sisa-sisa metabolisme tubuh yang terkandung di dalam darah. Dalam
prosesnya, peritoneal dialysis menggunakan selang kecil yang dipasang pada
bagian perut. Dalam selang tersebut terdapat cairan dialysis yang dapat
membantu memindahkan sisa-sisa metabolism di dalam darah untuk
dibersihkan dengan cairan tersebut. Prosesnya hanya 30 sampai 40 menit,
namun pasien harus mengulanginya selama 4 kali dalam sehari.
b) Hemodialisis
Merupakan suatu alat dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di
vena dengan menggunakan mesin.
B. Transplantasi Ginjal
Tindakan standar adalah dengan merotasi ginjal donor dan meletakkan pada fosa
iliaka kontralateral resipien. Ureter kemudian lebih mudah beranastomosis atau
berimplantasi kedalam kemih resipien. Arteri renalis berimplantasi pada arteri
iliaca interna dan vena renalis beranastomosis dengan vena iliaca komunis atau
eksterna.
1.9 Komplikasi
Komplikasi adanya CKD (Chronic Kidney Disease) diantaranya:
a. Hiperkalemi akibat penurunan sekresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan
masukan diit berlebih.
b. Perikarditis, efusi perikardial, dan tamponad jantung akibat retensi produk sampah
uremik dan dialisis yang tidak adekuat.
c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem renin angiotensin
aldosteron. Selanjutnya kondisi demikian akan mempercepat peningkatan risiko
penyakit jantung.
d. Anemia akibat penurunan eritropoitin.
e. Osteo Renal Distropi (OSRD) adalah Penyakit tulang serta klasifikasi metabolik
akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah, metabolisme vitamin D
yang abnormal dan peningkatan kadar alumunium akibat peningkatan nitrogen dan
ion anorganik.
f. Uremia akibat peningkatan kadar uream dalam tubuh.
g. Malnutrisi karena anoreksia, mual, dan muntah.
h. Perubahan Kulit : akibat fungsi ginjal terganggu akan terjadi endapan garam
kalsium-fosfat di bawah kulit hingga menimbulkan rasa gatal, kulit menjadi kasar
dan kering
i. Kematian: Risiko kematian pada penderita CKD cukup tinggi. Dalam kejadian di
lapangan, kematian sering diawali dengan sesak nafas, atau kejang otot jantung, atau
tidak sadarkan diri, atau infeksi berat sebelumnya.
2.1 Definisi
Hemodialisis merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal (Renal
Replacement Therapy) dan hanya menggantikan sebagian dari fungsi ekskresi ginjal.
Tindakan tersebut digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan
terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga beberapa minggu) atau pasien
dengan penyakit ginjal kronik atau End Stage Renal Disease (ESRD) Stadium V yang
memerlukan terapi jangka panjang atau permanen.
2.2 Tujuan
Sebagai terapi pengganti kegiatan hemodialisa mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
1. Membuang produk metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
2. Membuang kelebihan air.
3. Mempertahankan atau mengembalikan system buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
5. Memperbaiki status kesehatan penderita.
2.3 Indikasi
A. HD emergency
1. Kegawatan ginjal
a. Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi
b. Oligouria (produksi urine <200 ml/12 jam)
c. Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
d. Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan ECG, biasanya K >6,5 mmol/l )
e. Asidosis berat ( pH <7,1 atau bikarbonat <12 meq/l)
f. Uremia ( BUN >150 mg/dL)
g. Ensefalopati uremikum
h. Neuropati/miopati uremikum12
i. Perikarditis uremikum
j. Disnatremia berat (Na >160 atau <115 mmol/L)
k. Hipertermia (suhu >380C)
2. Keracunan akut (alcohol, obat-obatan) yang bisa melewati membrane dialisis
B. HD persiapan (preparative)
C. HD kronik (regular)
HD kronik merupakan hemodialisis yang dikerjakan berkelanjutan seumur hidup
penderita dengan menggunakan mesin hemodialisis. Menurut The Kidney Disease
Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF)
(2013) dialisis dimulai jika GFR <15 ml/mnt. Keadaan pasien yang mempunyai GFR
<15ml/menit tidak selalu sama, sehingga dialisis dianggap baru perlu dimulai jika
dijumpai salah satu dari hal tersebut di bawah ini (Daurgirdas et al., 2007):
a. GFR <15 ml/menit, tergantung gejala klinis
b. Gejala uremia meliputi; lethargy, anoreksia, nausea, mual dan muntah.
c. Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.
d. Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.
e. Komplikasi metabolik yang refrakter.
2. Komplikasi Kronik
Komplikasi
Penyakit Jantung: fungsi Renin dan Agiotensin pada ginjal yang tidak adekuat
Malnutrisi: hipoglikemi yang menyebabkan mual dan muntah tidak terkontrol
Hipertensi
Kelebihan cairan pradialisis akan meningkatkan resistensi vaskuler dan pompa
jantung. Pasien yang mengalami hipertensi intradialisis terjadi peningkatan nilai
tahanan vaskuler perifer yang bermakna pada jam akhir dialisis. Jika terjadi kenaikan
tekanan darah postdialysis mencerminkan kelebihan volume subklinis (Wuchang &
Yao-ping 2012)
Perdarahan
Uremia menyebabkan gangguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai
dengan mengukur waktu perdarahan. Pengguanaan heparin selama hemodialisa juga
merupakan factor resiko terjadinya perdarahan.
Amiloidosis : penumpukan protein pada jaringan dan organ tubuh, yang dapat
menyebabkan kegagalan organ.
Salah satu manifestasi yang dapat terlihat pada kondisi CKD stage 4 dan 5 adalah
anoreksia, mual, dan muntah. Menurut Smeltzer and Bare (2008) manifestasi tersebut
dapat di temukan pada pasien post HD yang mengalami gangguan pencernaan berupa
anoreksia, mual muntah, konstipasi, dan perdarahan GI. Penyebabt terjadinya mual
muntah pada pasien post HD belum diketahui dengan pasti, tetapi kemungkinan
penyebab tersebut dipengaruhi oleh kondisi hipoglikemi, hidrasi dan restriksi protein,
serta kecemasan yang dialami pasien.
Muntah diakibatkan oleh kontraksi otot perut yang kuat sehingga menyebabkan isi
perut menjadi terdorong untuk keluar melalui mulut baik disertai dengan mual maupun
tanpa disertai mual terlebih dahulu. Mual dan muntah yang tidak terkontrol dapat
mempengaruhi terapi pada pasien secara keseluruhan dan mempengaruhi respon terapi
serta menurunkan tingkat kesembuhan pasien. Keadaan mual muntah yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan dan elektrolit),
ketidakseimbangan elektrolit, penurunan berat badan, dan malnutrsisi. Selain itu, muntah
yang bekepanjangan dapat menyebabkan esophageal, kerusakan gastrik, dan perdarahan.
Penyebab terjadinya mual pada pasien CKD dan Post HD adalah Uremia. Keadaan
uremia dapat terjadi akibat fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh
sehingga urea menumpuk dalam darah. Uremia dapat menyebabkan gangguan pada
keping darah dan hipersomnia serta efek lainnya. Penderita uremia mudah mengalami
perubahan keseimbangan cairan yang akut. Diare atau muntah dapat menyebabkan
dehidrasi secara cepat, sementara asupan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan
kelebihan beban sirkulasi, edema, dan gagal jantung kongestif.
Penatalaksanaan
a. Pemberian premedikasi disesuaikan keadaan pasien
Jika pasien mempunyai keluhan mual serta muntah atau perdarahan gastrointestinal
dapat diberikan: H2 blocker: Metoklopramid 10 mg per oral atau intravena
bertujuan untuk mempercepat pengosongan lambung, mencegah terjadi mual dan
risiko aspirasi. Pada pasien dapat diberikan ranitidin 50 mg intravena dan
metoklopramid 10 mg intravena kurang lebih satu jam sebelum dilakukan anestesi.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
KDIGO. 2013. Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management of
Chronic Kidney Disease. Kid Int Supplements(3); 18-27.
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2010). Textbook of
Medical surgical Nursing Brunner & Suddarth. Philadelpia: Lippincott
William & Wilkins.
Suwitra, K. (2009). Penyakit Ginjal Kronik. In Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Ed 5 (pp. 1035-1040). Jakarta: Interna Publishing.
Yuwono. (2010). Kualitas Hidup Menurut Spitzer pada Penderita Gagal Ginjal
Terminal yang Menjalani Hemodialisa di Unit Hemodialisis RSUP Dr.
Kariadi Semarang. Retrieved Maret 2013, http://eprints.undip.ac.id/14424/.