Você está na página 1de 47

ANALISA KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM DAN AIR SUMUR

DENGAN METODE ARGENTOMETRI

KARYA ILMIAH

NOVITA SANI SIANTURI


102401061

DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


ANALISA KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM DAN AIR SUMUR
DENGAN METODE ARGENTOMETRI

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Mencapai


Gelar Ahli Madya

NOVITA SANI SIANTURI


102401061

DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM DIPLOMA 3 KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara


PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM DAN


AIR SUMUR DENGAN METODE ARGENTOMETRI
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : NOVITA SANI SIANTURI
NIM : 102401061
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
(FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di :
Medan, Juni 2013

Diketahui Oleh :
Ketua
Program studi DIII Kimia Dosen Pembimbing

Dra. Emma Zainar Nst, MSi Dr.Mimpin Ginting, MS


NIP.195512181987012001 NIP. 195510131986011001

Ketua
Departemen Kimia FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS


NIP. 19540830 198503 2001

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

ANALISIS KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM DAN AIR SUMUR


DENGAN METODE ARGENTOMETRI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

NOVITA SANI SIANTURI


NIM 102401061

Universitas Sumatera Utara


PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan karya ilmiah
yang berjudul ANALISA KADAR KLORIDA PADA AIR MINUM DAN AIR
SUMUR DENGAN METODE ARGENTOMETRI , yang merupakan salah satu syarat
Kelulusan Program Diploma III Jurusan Kimia Analisis Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam di Universitas Sumatera Utara .
Penulisan tugas akhir ini berdasarkan hasil kerja praktek lapangan di balai teknik
kesehatan lingkungan dan pemberantasan penyakit ( BTKL & PP ).

Dalam penulisan karya ilmiah ini , penulis telah banyak mendapat bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak . oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Kedua orang Tua penulis Bapak W.Sianturi dan S.Hutajulu yang telah
memberikan dukungan moril dan bantuan materi sampai selesainya karya
ilmiah ini
2. Bapak Dr. Mimpin Ginting , MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan masukan dan bimbingan dalam penulisan karya ilmiah ini.
3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku Ketua Jurusan Departemen Kimia
F-MIPA USU.
4 Dra. Emma Zainar Nst, MSi selaku Ketua Program studi DIII Kimia
5 Ibu Pimpinan , Staf dan seluruh pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan
& Pemberantasan Penyakit (BTKL & PP ).
6 Dosen dan Staf dan Seluruh pegawai Universitas Sumatera Utara
7 Adikku Okta Sariito dan kakakku Rina Sianturi Tersayang yang memberikan
dukungan dan kasih sayang, serta keponakaan aku yang lucu Boas Gabriel
Pasaribu yang memberikan penulis semangat dengan tingkah nya yang lucu.
8 Rekan-rekan Mahasiswa Kimia Analis Stambuk 2010 yang telah semakin
kompak dan telah memberikan masukan dan dukungan selama penulisan karya
ilmiah ini.
9 Abang, Kakak, dan Adik-adik kami angkatan 2009, 2011, dan 2012 yang
senantiasa memberi dukungan moril bagi penulis.

Semoga segala kebaikan dan kemurahan hati Bapak/ Ibu dan Saudara-saudari
sekalian yang telah meluangkan waktu dan pemikiran serta memberikan motivasi kepada
kami, mendapat berkat yang melimpah dari Tuhan Yang Maha Esa
Dalam penulisan tugas akhir ini penulis menyadari bahwa isi dan penyajiannya
masih jauh dari sempurna untuk itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun demi kemajuan yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan berharap semoga
tulisan ini bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, Juni 2013


Penulis

( NOVITA SANI SIANTURI)

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seseorang pun yang dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air Sumur merupakan sumber utama
persedian air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah perdesaan maupun diperkotaan
Indonesia. Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut, yang diikuti oleh kadar
kalsium dan magnesium yang juga kadarnya tinggi dapat meningkatkan sifat korosivitas
air serta kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi asin. Salah satu zat
kimia yang terkandung didalam air minum dan air sumur adalah klorida. Klorida yang
berlebih merupakan suatu senyawa kimia yang bersifat toksik terhadap lingkungan.
Untuk itu perlu dilakukannya analisa klorida dalam beberapa contoh air minum maupun
air sumur. Dalam penelitian karya ilmiah ini dilakukan penentuan kadar klorida
menggunakan metode argentometri dalam air minum yakni air minum 613/k/AM/02/13,
dan air minum 615/k/AM/02/13, demikian juga air sumur yang berasal dari air sumur
gaharu, air sumur velankani, air sumur marelan.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil 5,1104 mg/l untuk air minum
613/k/AM/02/13, air minum 615/k/AM/02/13 diperoleh kadar klorida sebesar 5,6986
mg/l. dan 25,9380 mg/l untuk air sumur gaharu, air sumur velankani diperoleh 6,9907
mg/l dan air sumur marelan diperoleh 37,6535 mg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh
memberikan nilai baku kadar klorida terhadap air minum maupun air sumur yang
dianalisa tidak melebihi standar baku mutu yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI

PERSETUJUAN i
PERNYATAAN ii
PENGHARGAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI vi

BAB 1. PENDAHULUAN.............. 1
1.1. Latar Belakang... 1
1.2. Permasalahan. 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Manfaat.. 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.4


2.1. Air.4
2.1.1. Sifat air...6
2.1.2.Penggolongan Air...6
2.1.3.Pencemaran Air..7
2.1.4. Penanggulangan Terhadap Pencemaran Air..8
2.1.5. Dampak dari Pencemaran Air...9
2.2. Air Tanah10
2.3. Klorida.11
2.4. Penentuan klorida dalam air....14
2.4.1. Titrasi Argentometri.....16
2.4.1.1. Prinsip... 16
2.4.2. Jenis jenis Titrasi Argentometri...16
2.4.2.1. Metode Mohr...16
2.4.2.2.2. Metode Volhard17
2.4.2.2.3. Metode Fajans.......... 19

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN. 21


3.1. Alat dan Bahan... 21
3.1.1. Alat-alat... 21
3.1.2. Bahan-bahan 22
3.2. Prosedur kerja..22
3.2.1. Pembuatan Larutan...........22
3.2.2. Persiapan Sampel.24
3.2.3. Standarisasi Larutan Perak Nitrat (AgNO3)..............24
3.2.4. Prosedur Analisa klorida dalam air..25

Universitas Sumatera Utara


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................26
4.1. Data percobaan... 26
4.2. Reaksi Percobaan 27

4.3. Perhitungan Kadar Klorida 27


4.3.1. Pada Air Sumur... 27
4.3.2. Pada Air Minum. 29
44.5. Pembahasan... 30

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN31


5.1. Kesimpulan.... 31
5.2. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seseorang pun yang dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air Sumur merupakan sumber utama
persedian air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah perdesaan maupun diperkotaan
Indonesia. Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut, yang diikuti oleh kadar
kalsium dan magnesium yang juga kadarnya tinggi dapat meningkatkan sifat korosivitas
air serta kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi asin. Salah satu zat
kimia yang terkandung didalam air minum dan air sumur adalah klorida. Klorida yang
berlebih merupakan suatu senyawa kimia yang bersifat toksik terhadap lingkungan.
Untuk itu perlu dilakukannya analisa klorida dalam beberapa contoh air minum maupun
air sumur. Dalam penelitian karya ilmiah ini dilakukan penentuan kadar klorida
menggunakan metode argentometri dalam air minum yakni air minum 613/k/AM/02/13,
dan air minum 615/k/AM/02/13, demikian juga air sumur yang berasal dari air sumur
gaharu, air sumur velankani, air sumur marelan.
Dari hasil analisa yang dilakukan diperoleh hasil 5,1104 mg/l untuk air minum
613/k/AM/02/13, air minum 615/k/AM/02/13 diperoleh kadar klorida sebesar 5,6986
mg/l. dan 25,9380 mg/l untuk air sumur gaharu, air sumur velankani diperoleh 6,9907
mg/l dan air sumur marelan diperoleh 37,6535 mg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh
memberikan nilai baku kadar klorida terhadap air minum maupun air sumur yang
dianalisa tidak melebihi standar baku mutu yang ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1. Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar

tiga perempat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seseorang pun yang dapat

bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu juga biasanya air

dipergunakan untuk mencuci ,mandi , memasak dan membersihkan kotoran sekitar

dirumah kita . Disamping itu juga air dipergunakan untuk keperluan lainnya seperti

memadamkan kebakaran , industri , peternakan , tempat rekreasi, dan transportasi.

Tetapi dewasa ini air merupakan masalah yang perlu diperhatikan dengan seksama dan

cermat. Untuk mendapatkan kualitas air yang baik, sesuai standar tertentu, saat ini

menjadi barang mahal karena sudah banyak air yang tercemar oleh bebagai macam

limbah dari kegiatan manusia, baik dalam limbah industri maupun limbah rumah tangga

serta kegiatan lainnya

Peningkatan kualitas air minum dan air sumur dengan jalan mengadakan

pengolahaan terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dan kebutuhan rumah

tangga sehari-hari dengan mutlak diperlukan terutama apabila air tersebut berasal dari air

permukaan. Air sumur mengandung padatan yang terbentuk , keruh , dan juga

mengandung mikroorganisme yang berasal dari sumber seperti bahan kimia yang

terkandung dalam produk yang digunakan masyarakat misalnya deterjen serta logam-

logam berat yang berbahaya (Chandra, 2005).

Universitas Sumatera Utara


Salah satu unsur dari senyawa yang terkandung dalam air sumur dan air minum

adalah klorida, tergolong dalam unsur halogen , yang molekulnya merupakan gas Cl2

berwarna kuning kehijauan dan dapat bersenyawa dengan hampir semua unsur. Dialam

klorida ditemukan dalam keadaan bersenyawa terutama dengan natrium sebagai garam

(NaCl) . Klorida digunakan untuk proses pembuatan kertas , zat pewarna , tekstil ,

produk olahan minyak bumi , obat-obatan , antiseptik , insektisida, makanan , pelarut ,

cat, plastik , dan banyak produk lainnya. Kebanyakan klorida diproduksi untuk

digunakan dalam pembuatan senyawa klorin untuk sanitasi , pemutih kertas , desifektan ,

dan proses tekstil . Kerugian dari penggunaan senyawa klorida dapat mengiritasi sistem

pernafasan dan dalam bentuk cair bisa membakar kulit. Baunya dapat dideteksi pada

konsentrasi 3,5 ppm dan pada konsentrasi 1000 ppm dapat berakibat fatal setelah terhisap

. Walaupun klorida sangat larut , klorida memiliki stabilitas yang memungkinkan bisa

bertahan dari perubahaan dan tetap konstan dalam air apapun. Konsentrasi yang tinggi

dari klorida mengakibatkan pertambahaan kemampuan konduktivitas listrik air

(Darmono,2001).

Dari uraian yang telah ditemukan diatas penulis ingin meneliti tentang penentuan

kadar klorida dengan mengangkat judul ANALISA KADAR KLORIDA PADA AIR

SUMUR DAN AIR MINUM DENGAN METODE ARGENTOMETRI.

1.1. Permasalahan

1. Berapa kadar klorida dalam air minum dan air sumur yang dianalisa dengan

menggunakan metode argentometri.

Universitas Sumatera Utara


2. Apakah kadar klorida yang dihasilkan sesuai dengan peraturan Menteri

Kesehatan RI No: 907/MENKES/SK/VII/2002, dimana setiap komponen

yang dikandung dalam air minum harus sesuai dengan yang ditetapkan.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui kadar hasil analisis klorida yang terkandung dalam air minum

dan air sumur.

2. Untuk mengetahui kadar klorida dalam air minum dan air sumur apakah sesuai

dengan standar peraturan Menteri Kesehatan RI No: 907/MENKES/SK/VII/2002

tentang standart air minum.

1.3. Manfaat

Hasil yang diperoleh dari penulisan ini dapat memberikan informasi tentang

kadar klorida pada air minum dan air sumur.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.1.1. Sifat air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang

lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0C (32F) - 100C, air

berwujud cair. Suhu 0C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100C

merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat didalam

jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat dilaut, sungai, danau dan badan

air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan , sehingga tidak akan terdapat

kehidupan di muka bumi, karena sekitar 60 % - 90 % bagian sel makhluk hidup adalah

air.

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan

panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau pun dingin

seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup

karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai

bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik sebagai pendingin mesin.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi)

adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam

Universitas Sumatera Utara


jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi)

melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab

mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu

faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa

kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit,

sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini

memungkinkan unsur hara (nutrient) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk

hidup dan memungkinkan bahan bahan toksik yang masuk kedalam jaringan tubuh

makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air

digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang

masuk kebadan air.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki

tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.

Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu

bahan secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya

sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang

yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat pelarut yang baik, air dapat

membawa nutrient dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun).

Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis jenis

insekta, dapat merayap di permukaan air.

Universitas Sumatera Utara


6. Air merupakan satu satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat

membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih

rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini

mengakibatkan danau danau didaerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian

permukaan (bagian di bawah pemukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan

organisme akuatik tetap berlangsung. Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa

air pada saat air di dalam pipa membeku. Densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1

g/cm3 terjadinya pada suhu 3,95 C. Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95

C, densitas air lebih kecil dari satu (Effendi,2003).

2.1.2 Penggolongan Air

Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup Nomor:

KEP-02/MEN KLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Air,

maka air dapat dibagi atas beberapa kriteria yaitu:

- Golongan A: Yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contoh: mata air.

- Golongan B: Yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah

sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. Contoh: air sungai.

- Golongan C: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan. Contoh: air tanah.

- Golongan D: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan

dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air. Contoh:

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) (Effendi, 2003).

Universitas Sumatera Utara


2.1.2. Pencemaran Air

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no 173/Menkes/VII/77 yaitu pencemaran air

adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air

tersebut menurun sehingga dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan

masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah RI no 20 tahun 1990 yaitu pencemaran air

adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain

kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu

yang membahayakan , yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan

peruntukkannya ( Mukono,2005).

Pencemaran air dapat merupakan masalah regional maupun lingkungan global dan

sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau

daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan , maka air

tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada

lahan pertanian akan terbawa air kedaerah sekitarnya sehingga mencemari air pada

permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat

menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan

demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan

bermuara kelaut-an, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya (Darmono

,2001).

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Penanggulangan Terhadap Pencemaran Air

Pencemaran dapat menimbulkan dampak yang sangat luas dan merugikan sehingga

perlu dilakukan usaha untuk menanggulanginya. Ada dua macam cara untuk

menanggulangi pencemaran tersebut yaitu :

1. Penanggulangi secara non teknis

Yaitu suatu usaha untuk menanggulangi dan mengurangi pencemaran dengan cara

menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur segala

macam kegiatan industri yang meliputi :

Penyajian informasi lingkungan (PIL)

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)

Perencanaan kawasan kegiatan industri dan Teknologi

Pengaturan dan pengawasan Kegiatan

Menanamkan perilaku disiplin

2. Penanggulangi secara teknis

Yaitu suatu usaha menanggulangi pencemaran dengan cara teknis

Penanggulangi dengan cara ini adalah :

Mengubah proses

Mengelolah limbah

Menambah alat bantu (Wardhana,1999).

2.1.4. Dampak dari pencemaran Air

Menurut Mukono (2005) dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran Air adalah

sebagai berikut

Universitas Sumatera Utara


a. Mineral

Beberapa jenis mineral yang dapat memberikan dampak lingkungan pada

pencemaran air

1. Cu (tembaga)

Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak dilidah dan menimbulkan

kerusakan pada ginjal dan hati.

2. Pb (timah hitam)

Keracunan Pb menimbulkan anemia, gangguan ginjal dan pada dalam jangka

lama Pb berkumpul pada gigi dan tulang.

b. Mikrobiologi dalam air

Contoh penyakit yang ditimbulkan seperti disentri, disebabkan oleh Entamoeba

histolitytica.

c. Pepstisida

Diantaranya yang paling berbahaya adalah senyawa organo klor seperti DDT

(Dichlor Diphenyl Trichloretan). DDT dapat larut dalam lemak sehingga

memungkinkan terakumulasi dalam tubuh organisme. Percemaran air oleh

pestisida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakaan jaringan dan

pada konsentrasi tertentu akan menyebabkan kematian (Mukono,2005).

2.2. Air Tanah

Air Tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan

menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan

Universitas Sumatera Utara


tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan

terjadinya kesadahaan pada air. Contoh air tanah adalah air sumur.

Sumur merupakan sumber utama persedian air bersih bagi penduduk yang tinggal

didaerah perdesaan maupun diperkotaan indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi

menjadi 2 jenis :

1. Sumur dangkal (Shallow well)

Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan diatas

permukaan bumi terutama didaerah dataraan rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di

Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-

cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan.

2. Sumur Dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh

lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi

persyaratan sanitasi (Chandra,2005).

Kadar air tanah bervariasi antara batas-batas yang luas. Kadar air tanah dapat

dikurangi, setelah pengeringan buatan, sampai pada air yang dihidrasi secara terpadu,

dipihak lain, suatu tanah lapang dapat dipadati air sama sekali, dengan semua rongga

yang tak ditempati benda padat, diisi dengan air. Antara kedua hal yang ekstrim ini ,

pori-pori tanah dapat diisi dengan air sampai pada bermacam-macam tingkat, dengan

memberi kebebasan pada air untuk bergerak. Pergerakan air diatur oleh ukuran (besar

kecil) dan susunan pori-pori tanah. Ruang pori-pori didalam tanah merupakan saluran-

Universitas Sumatera Utara


saluran yang tidak berputus-putus tetapi tak teratur, bervariasi dalam ukuran antara

saluran-saluran yang tak terhingga kecilnya sampai saluran-saluran yang berdiameter

sekian banyak millimeter (Otto,1984).

2.3. Klorida

Kotoran manusia, khususnya urine, mengandung sejumlah klorida oleh karena

sebagian dari pada garam yang terdapat didalam makanan dan minuman turut dibuang

dalam sampah tubuh itu . Tubuh manusia mengeluarkan delapan sampai lima belas gram

sodium klorida seharinya (Otto,1984).

Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. Klorida

dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan, dapat menyebabkan rasa asin, dan

dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal klorida dalam air yang ditetapkan

sebagai standar persyaratan oleh Dep. Kes. R.I. adalah sebesar 200,0 mg/l sebagai

konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal

yang diperbolehkan (Sutrisno, 2004).

Ion klorida adalah anion yang dominan diperairan laut. Sekitar dari klorin (Cl2)

yang terdapat dibumi berada dalam bentuk larutan , Unsur klor dalam air terdapat dalam

bentuk ion klorida (Cl-). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang

ditemukan diperairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya

.Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl) , kalium klorida

(KCl) , dan kalsium klorida (CaCl2).

Universitas Sumatera Utara


Kadar klorida mencapai ratusan mg/liter. Keberadaan klorida pada perairan alami

berkisar antara 2-20 mg/liter. Air yang berasal dari daerah pertambangan mengandung

klorida sekitar 1.700 ppm. Kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi

asin. Air laut mengandung klorida sekitar 19.300 mg/liter dan urine mengandung klorida

hingga 200.000 mg/liter.

Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut , yang diikuti oleh kadar kalsium

dan magnesium yang juga tinggi dapat meningkatan sifat korosivitas air. Perairan yang

demikian mudah mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan yang terbuat dari logam

(Mahida, 1984).

Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan

tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik , termasuk

air minum , pertanian, dan industri. Sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari

100 mg/liter.

Klorin sering digunakan sebagai desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme

yang tidak dibutuhkan , terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan

domestik. Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang

digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl2) atau

kalsium hipoklorit. Namun, penambahaan klor secara kurang tepat akan menimbulkan

bau dan rasa pada air (Effendi, 2003).

Anion yang memberi garam-garam perak yang tidak dapat larut dalam asam nitrat

encer , tak boleh ada ; ini meliputi bromida , iodida , tiosianat, sulfida, tiosulfat,

heksasianoferat(II), dan heksasianoferat(III). Logam-logam berat mengganggu, dan

Universitas Sumatera Utara


harus disingkirkan dengan pengendapan. Jika klorida itu tak dapat larut, ia perlu

dididihkan, dengan larutan natrium karbonat jenuh yang sangat berlebih, atau

meleburnya dengan natrium karbonat dan mengekstraksi leburan dengan air

(Vogel,1994).

Analisa klorida dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa titrimetri

dengan menggunakan metode argentometri. Metode yang sering digunakan pada

penetapan klorida adalah metode argentometri. Metode argentometri (titrasi

pengendapan) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak,

diantaranya adalah cara Mohr, cara Volhard, dan cara Fajans. Pada titrasi ini biasanya

digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku Kalium Tiosianat 0,1 M.

Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama, namun Kalium Tiosianat

sedikit mudah menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak

nitrat. Namun, karena amonium tiosianat sangat mudah menyerap air, maka harus

dibakukan dulu dengan larutan baku perak nitrat memakai cara titrasi Volhard (Rivai,

1995).

Faktor yang menyebabkan kelebihan titran berpengaruh kecil, tetapi untuk larutan

encer, masalahnya menjadi serius. Maka diperlukan faktor koreksi, yang dicapai

dengan titrasi blanko (blank titration), yaitu diambil suspensi CaCO3 yang bebas ion

Cl- dengan volume dan indikator sebanyak yang digunakan dalam titrasi sebenarnya,

lalu ditambah AgNO3 sampai tercapai wama tertentu; jumlah AgNO3 dikurangkan

dari hasil titrasi sebenarnya, yang dilakukan sampai mencapai warna seperti blanko

tersebut (Harjadi, 1990).

Universitas Sumatera Utara


2.4. Penentuan klorida dalam air

- Penentuan kadar klorida dalam air dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu

metode merkurium (II) kloranilat , Metode merkur ium (II) tiosianat dan metode

titrasi argentometri.

2.4.1 Metode merkurium (II) kloranilat.

Garam merkurium (III) asam dari klora nilat (2,5-dikloro-3,6-dihidroksi-p-

benzokuinona dapat digunakan untuk penetapan jumlah kecil ion klorida. Reaksinya

adalah:

HgC6Cl2O4 + 2Cl- + H+ HgCl2 + HC6Cl2O4-

Banyaknya ion klora nilat-asam yang ungu kemerahan yang disebabkan itu sebanding

dengan konsentrasi ion-klorida. 2-Metoksi-etanol ditambahkan untuk menurunkan keter-

larutan merkurium (II) kloranilat dan menekan disosiasi merkurium (II) klorida, asam

nitrat ditambahkan (konsentrasi 0,05M) untuk memberikan absorbansi maksimum.

Pengukuran dilakukan pada 530 nm dalam daerah nampak atau 305 nm dalam daerah

ultraviolet. Batas deteksi 0,2 ppm ion klorida; batas atas sekitar 120 ppm. Kebanyakan

kation, tetapi ion ammonium tidak mengganggu dan harus disingkirkan. Perak kloronilat

tak dapat digunakan dalam penetapan karena menghasilkan perak klorida koloidal.

2.4.2. Metode merkurium (II) tiosianat.

Prosedur kedua untuk penetapan ion klorida dan dalam kuantitas bergantung pada

penggeseran ion tiosianat oleh ion klorida dari dalam merkur ium(II) tiosianat ; dengan

Universitas Sumatera Utara


hadirnya ion besi(III) akan terbentuk kompleks besi(III) tiosianat yang sangat berwarna,

dan intensitas warnanya itu berbanding lurus dengan konsentrasi ion-klorida yang asli.

2Cl- + Hg (SCN)2 + 2Fe3+ HgCL2 + 2[Fe(SCN)]2+

Metode ini dapat ditetapkan pada jangka kuantitas ion-klorida 0,5-100g (Vogel,1994).

2.4.3. Titrasi Argentometri

2.4.3.1. Prinsip Argentometri

Reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahaan

titran , tidak ada pengotor yang menggangu dan diperlukan indikator untuk melihat titik

akhir titrasi. Dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku

AgNO3. Zat tersebut misalkan garam-garam halogenida (Cl, Br, I) , sianida (CN) ,

tiosianida (SCN) dan fosfat (Underwood dan Day,1994).

2.4.3.2. Jenis-Jenis Titrasi Argentometri

1. Metode Mohr

Metode ini terkenal dari keadaan demikian adalah yang disebut titrasi Mohr dari

klorida dengan ion perak , yang dalam hal ini ion khromat yang kemerah-merahan

dianggap sebagai titik akhir titrasi. Akan tetapi konsentrasi yang demikian tinggi tidak

dapat digunakan didalam praktek , karena warna kuning ion khromat membuat sukar

untuk mengamati pembentukan endapan yang berwarna itu. Biasanya konsentrasi

Universitas Sumatera Utara


khromat sebesar 0,005 sampai 0,01 M digunakan. Titrasi Mohr terbatas pada larutan-

larutan dengan harga pH dari kisaran 6 sampai 10.

Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion

sianida dalam larutan sedikit alkalis . Akibat absorpsi membuat titrasi ion iodida dan

tiosianat tidak mungkin dapat dilaksanakan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung

dengan klorida dengan menggunakan indikator khromat. Endapan perak khromat, yang

semula ada, larut kembali hanya perlahan-lahan dekat titik ekuivalen. Akan tetapi larutan

standart dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan

menggunakan indikator khromat (Underwood dan Day, 1994).

Kelebihaan Metode Mohr

biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan

AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator.

Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga

ion sianida dalam larutan sedikit alkalis.

Kekurangan metode Mohr yaitu:

Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu

tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag2O

sehingga titran terlalu banyak terpakai.

2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH(s) Ag2O(s) + H2O(l)

Universitas Sumatera Utara


Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- karena

reaksi

2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- +H2O(l)

Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka akan terjadi

kelebihan titrant yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai

(Rivai, 1995).

2. Metode Volhard

Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan

Fe3+sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan

Ag sehingga membentuk endapan putih.

Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (putih)

Cara Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat,

dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Cara ini dapat

digunakan untuk titrasi langsung dari perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk

titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih

ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standar. Anion-anion lain

seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur sama. Anion asam-asam

lemah seperti oksalat ,karbonat dan arsenat, dengan garam-garam peraknya yang larut

dalam asam,dapat ditentukan dengan pemgendapan pada pH lebih tinggi dan penyaringan

garam peraknya. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan perak dititrasi

langsung dengan tiosianat.

Universitas Sumatera Utara


Cara Volhard secara luas digunakan untuk perak dan klorida karena kenyataan bahwa

titrasi dapat dilakukan dalam larutan asam. Cara-cara umum lain untuk perak dan klorida

memerlukan larutan hampir netral agar titrasi berhasil baik. banyak kation mengendap

pada keadaan demikian , dan karenanya mengganggu pada cara-cara ini. merkuri

merupakan kation umum satu-satu-nya yang mengganggu dengan cara Volhard

(Underwood dan Day,1994).

Kelebihaan metode Volhard yaitu :

Cara Volhard dapat digunakan untuk titrasi langsung dan tidak langsung.

Penentuan kadar perak dapat menggunakan titrasi langsung.

Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida,

dimana pada cara tidak langsung, cuplikan klorida direaksikan dengan perak nitrat

berlebih. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan tiosianat standar yang diketahui

konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya warna

merah dari kompleks besi (III) tiosianat

Kekurangan metode Volhard yaitu :

Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena

titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu

saling mempengaruhi.

Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion

kompleks yang sangat kuat warnanya (merah).

Universitas Sumatera Utara


SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq) (Rivai, 1995).

Merkuri merupakan kation umum satu-satu-nya yang mengganggu dengan cara

Volhard (Underwood dan Day,1994).

2.4.2.3. Metode Fajans

Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang

dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna.

Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih

macam indikator yang dipakai dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau

basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.

Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein

akan meng-ion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).

HFl(aq) H+(aq) +Fl-(aq)

Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah

muda. Apabila suatu senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan .

Perubahaan struktur organik mungkin terjadi, dan warnanya sebagian besar kemungkinan

telah berubah dan mungkin menjadi lebih jelas. Peristiwa ini dapat dipakai untuk

mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik

yang dipergunakan demikian , disebut sebagai indikator adsorpsi.

Universitas Sumatera Utara


Mekanisme bekerja dari indikator demikian berbeda dari apapun. Beberapa fluoresein

yang disubstitusikan dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat

ditambahkan kepada suatu larutan natrium klorida , maka partikel perak klorida yang

terbagi halus itu cenderung menahan pada permukaannya (menyerap) beberapa ion

klorida berlebih yang ada didalam larutan (Underwood dan Day,1994).

Kelebihan metode Fajans yaitu:

Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya

Kelemahan metode Fajans yaitu:

Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa banyak

diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi peka terhadap cahaya

(fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.

Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan endapan berbentuk

koloid yang juga harus dengan cepat (Harjadi, 1990).

Universitas Sumatera Utara


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat-Alat

Buret 50 ml

Gelas Erlenmeyer 250 ml

Gelas ukur 100 ml

Corong gelas

Labu ukur 100 ml

Beaker Glass 250 ml

Pipet Volume 5 ml

Botol Aquadest

Neraca Analitis

Spatula

Gelas Arloji

Desikator

Statif dan klem

pH meter

Universitas Sumatera Utara


pipet Tetes

3.1.2. Bahan

Larutan indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v

Kertas Saring

Air Sumur

Air Minum

Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N

Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 1 N

Air suling bebas klorida

Larutan Natrium Klorida (NaCl) 0.0141 N

Larutan baku Perak Nitrat (AgNO3) 0.0141 N

3.2. Prosedur Kerja

3.2.1. Pembuatan Larutan

1. Larutan Natrium Klorida (NaCl) 0.0141 N

a. Keringkan serbuk NaCl dalam oven pada suhu 140C selama 2 jam, kemudian

dinginkan dalam desikator

Universitas Sumatera Utara


b. Timbang 824 mg NaCl kering, kemudian larutkan dengan air suling bebas

klorida di dalam labu ukur 1000 ml. tepatkan sampai tanda tera dengan air

suling bebas klorida

1. Larutan indikator Kalium Kromat (K2CrO4) 5% b/v

Timbang kasar K2CrO4 dan masukkan kedalam Beaker gelas. Tambahkan akuades

kedalam Beaker gelas yang berisi K2CrO4 dan homogenkan.

2. Larutan baku Perak Nitrat (AgNO3) 0.0141 N

Larutkan 2.395 g AgNO3 dengan air suling bebas klorida dalam labu ukur 1000

ml dan tepatkan sampai tanda tera. Lakukan pembakuan dengan menggunakan

larutan NaCl 0.0141 N. simpan di dalam botol berwarna coklat..

3. Larutan Natrium Hidroksida (NaOH) 1 N

Larutkan 4 gr NaOH dengan air suling bebas klorida ke dalam labu ukur 100 ml

dan tepatkan sampai tanda tera.

4. Larutan Asam Sulfat (H2SO4) 1 N

pipet 2.8 ml asam sulfat pekat kedalam labu ukur 100 ml yang sudah berisi 50 ml

air suling bebas klorida. Tambahkan air suling bebas klorida sampai tepat tanda

tera.

3.2.2 Persiapan Sampel

a. Cek pH masing- masing sampel yang telah diukur 100 ml

b. Diamkan selama 1 menit

Universitas Sumatera Utara


c. Jika pH tidak pada kisaran 7 s/d 10, atur dengan menambahkan larutan NaOH 1 N

atau H2SO4 1N

3.2.3. Standarisasi Larutan Perak Nitrat (AgNO3)

a. Pipet 25 ml larutan NaCl 0.0141 N masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 100 ml.

buat larutan blanko menggunakan 25 ml air suling

b. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5% b/v dan diaduk

c. Titrasi dengan larutan AgNO3 sampai terjadi warna merah kecoklaan

d. Catat volume larutan AgNO3 yang digunakan untuk contoh uji (A ml) dan blanko

(B ml)

e. Hitung normalitas larutan baku AgNO3 dengan rumus

V1 x N1
N AgNO3=
VA x VB

Dimana :

VA = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi larutan NaCl (ml)

VB = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)

V1 = volume larutan NaCl yang digunakan (ml)

N1 =normalitas larutan NaCl yang digunakan

3.2.4. Prosedur Analisa klorida dalam air

1. Pipet 100 ml larutan sampel, masukkan ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml. Buat

larutan blanko menggunakan 100 ml air suling.

2. Tambahkan 1 ml larutan indikator K2CrO4 5%

Universitas Sumatera Utara


3. Titrasi dengan larutan baku AgNO3 sampai titik akhir titrasi yang ditandai dengan

terbentuknya warna kuning kemerahan dari AgCrO4. Catat volume AgNO3 yang

digunakan.

4. Lakukan titrasi blanko seperti langkah no. 3.

Perhitungan

mg (A B)x N x 35450
Kadar Klorida ( )= x 1000
L

Dimana:

A = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi sampel (ml)

B = volume larutan baku AgNO3 untuk titrasi blanko (ml)

N = normalias larutan baku AgNO3

V = volume sampel (ml)

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Tabel 4.1. Hasil Analisa Klorida Untuk Air Minum

No Kode Sampel Pengenceran Volume titran Kadar


klorida
V1 V2 V3 V (mg/L)
1 613/k/AM/02/13 - 1,71 1,71 1,71 1,71 5,1104
2 615/k/AM/02/13 - 12,47 12,47 12,47 12,47 5,6986

Tabel 4.2. Hasil Analisa Klorida untuk Air Sumur

NO Sampel pH pengenceran Volume Titran (mL) Normalitas Kadar


Khlorida
V1 V2 V3 V (mg/L)
1 Air Sumur 6,6 - 5,85 6,15 6,1 6,03 0,0136 N 25,9380
Gaharu
2 Air Sumur 6,8 - 2,1 2,1 2,1 2,1 0,0136 N 6,9907
Velankani
3 Air Sumur 6,8 - 8,55 8,3 8,55 8,46 0,0136 N 37,6535
Marelan
Blanko 0,7 - -

4.2. Reaksi Percobaan

AgNO3(aq) +NaCl AgCl putih + NaNO3-

AgNO3(aq) + K2Cr2O4(aq) Ag2CrO4 (s) kuning kemerahaan + 2KNO3(aq)

Universitas Sumatera Utara


4.3. Perhitungan kadar Klorida

4.3.1. Pada air Sumur

Penentuan Normalitas AgNO3


AgNO3 =
AgNO3

25 x 0.0141
=
25,8

= 0,0136 N

Penentuan Kadar Klorida pada Sampel Air Sumur

- Sampel Air Sumur Gaharu

(6,030,65)X 0,0136 X35,45 x 1000


mg/ L Cl- =
100

= 25,9380

Universitas Sumatera Utara


- Sampel Air Sumur Velankani

(2,10,65) X 0,0136 X 35,45 X 1000


mg/L Cl- =
100

= 6,9907

- Sampel Air Sumur Marelan

(8,460,65) X 0,0136 X 35,45 X 1000


mg/L Cl- =
100

= 37,6535

Pada Air Minum

- Kode Sampel 613/k/AM/02/13

(1,710,65)X 0,0136 X 35,45 X 1000


mg/L Cl- =
100

= 5,1104

- Kode Sampel 615/k/AM/02/13

(12,470,65 )X 0,0136 X 35,45 X 100


mg/L Cl- =
100

= 5,6986

Universitas Sumatera Utara


4.5. Pembahasan

Berdasarkan PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990 dan PERMENKES

492/MENKES/PER/IV/2010 nilai maksimum untuk parameter klorida di dalam air

tanah adalah 600 mg/L dan di dalam air minum adalah 250 mg/L.

Berdasarkan pengendapan bertingkat dimana Cl- dari NaCl dititrasi dengan larutan

standart AgNO3 menghasilkan AgCl yang mengalami perubahaan warna putih dan

kelebihaan AgNO3 akan bereaksi dengan indikator K2CrO4 5% akan menghasilkan

AgCrO4 yang mengalami perubahaaan warna kuning kemerahaan. dan hasil kali

kelarutan (Ksp) AgCl diperoleh 1,78 x 10-10 lebih besar dari pada hasil kali kelarutan

(Ksp) Ag2CrO4 diperoleh 1,29 x 10-12 , Apabila Hasil kali kelarutan (Ksp) AgCrO4 lebih

besar dari pada hasil kali kelarutan (Ksp) AgCl maka AgCl akan mengendap.

Dan dari percobaan yang telah dilakukan , sampel air minum 613/k/AM/02/13

diperoleh hasil 5,1104 mg/l, sampel air minum 615/k/AM/02/13 diperoleh hasil 5,6986

mg/l dan sampel air sumur gaharu adalah 25,9380 mg/l , air sumur velankani adalah

6,9907 mg/l , air sumur marelan adalah 37,6535 mg/l , jadi sampel memenuhi persyaratan

karena masih berada pada ambang batas yang telah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Dari hasil uji kadar Klorida (Cl-) pada beberapa uji dapat diperoleh kesimpulan

bahwa kadar klorida yaitu untuk sampel air sumur gaharu: 25,9380 ml/L. Untuk

sampel air sumur velankani: 6,9907 mg / L. Untuk sampel Air sumur marelan :

171,52 mg / L dan air minum kode sampel 613/k/AM/02/13 : 5,1104 mg/L dan

air minum kode sampel 615/k/AM/02/13 : 5,6986 mg/L .

2. Dan yanmg dianalisa bahwa kadar klorida pada sampel air minum dan air sumur

tersebut berada dibawah batas maksimal yang telah ditetapkan oleh


PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990 dan PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/

201 0sehingga layak untuk dikonsumsi dan dipakai sehari-hari.

5.2. Saran

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan terutama pada air tanah yaitu

sumur , sebaiknya air tanah tidak terkontaminasi dengan menjaga agar air tanah tidak

kebocoran bahan kimia organik dari penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang

disimpan dalam tanah , dan pemilik pabrik hendaknya menjaga agar tidak terjadi

kebocoran pada penampungan limbah industi yang ditampung dalam suatu kolam besar

yang terletak diatas atau didekat sumber air tanah.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Chandra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku


Kedokteraan EGC.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran . Jakarta: Penerbit UI. Press

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Yogyakarta: Kanisius

Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT Gramedia

Harizul, Rivai. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : UI Press

Mukono, H.J. 2005. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Airlangga.


University Press.

Mahida, U. N. 1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta : C.V.
Rajawali.

Otto, S. 1984. Pencemaran Air. Jakarta: Penerbit C.V. Rajawali

Sutrisno, T., 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Underwood .A.L.dan Day.R.A. 1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Terjemahaan Bahasa


Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Edisi Ke-4. Jakarta : Erlangga.

Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta :
PT. Kalman Media Pustaka.

Wardhana, W.A. 1999. Dampak Pencemaran Lingkungan. Cetakan ke-2. Edisi ke-2.
Yogyakarta : Penerbit Andi.

Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1

Kriteria Kualitas Air

AIR BADAN AIR KELAS I

PP NO.82 TGL 14 DES 2001

NO PARAMETER BAKU MUTU SATUAN


1 Fe 0,3 mg/l
2 Mn 0,1 mg/l
3 Zn 0,05 mg/l
4 Cd 0,01 mg/l
5 Pb 0,03 mg/l
6 Hg 0,001 mg/l
7 As 0,05 mg/l
8 Se 0,01 mg/l
9 Ba 1 mg/l
10 Cu 0,02 mg/l
11 Co 0,2 mg/l
12 Boron 1 -
13 NITRIT 0,06 mg/l
14 FLUORIDA 0,5 mg/l
15 BOD 2 mg/l
16 COD 10 mg/l
17 Zat organik mg/l
18 Phospat 0,2 mg/l
19 TSS 50 mg/l
20 SIANIDA 0,02 mg/l
21 Ph 6 s/d 9 -
22 NITRAT 10 mg/l

Universitas Sumatera Utara


23 Amoniak 0,5 mg/l
24 Cl bebas 0,03 mg/l
25 SUHU Deviasi 3 C
26 KLORIDA 600 mg/l
27 KROMIUM VAL 6 0,05 mg/l
28 SULFAT 400 mg/l
29 Kesadahan mg/l
30 Sulfida 0,002 mg/l

Lampiran 2

AIR BERSIH

PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU


1 BAU - Tidak berbau
2 RASA - Tidak berasa
3 Fe mg/l 1
4 Mn mg/l 0,5
5 Zn mg/l 15
6 Cd mg/l 0,005
7 Pb mg/l 0,05
8 Hg mg/l 0,001
9 As mg/l 0,05
10 Se mg/l 0,01
11 NITRIT mg/l 1
12 FLUORIDA mg/l 1,5

Universitas Sumatera Utara


13 ZAT ORGANIK mg/l 10
14 SIANIDA mg/l 0,1
15 pH - 6,5 9
16 NITRAT mg/l 10
17 SUHU C DEVIASI 3 C
18 KLORIDA mg/l 600
19 KROMIUM VAL 6 mg/l 0,05
20 DETERJEN mg/l 0,5
21 WARNA TCU 50
22 KEKERUHAN NTU 25
23 TDS mg/l 1500
24 SULFAT mg/l 400
25 KESADAHAN mg/l 500

Lampiran 5

AIR MINUM

PERMENKES 492/MENKES/PER/IV/2010

NO PARAMETER SAT BAKU MUTU

1 BAU - Tdk Berbau


2 RASA - Tdk Berasa
3 Fe mg/l 0,3
4 Mn mg/l 0,4
5 Zn mg/l 3
6 Cd mg/l 0,003

Universitas Sumatera Utara


7 Pb mg/l 0,01
8 Hg mg/l 0,001
9 As mg/l 0,01
10 Ba mg/l 0,7
11 Cu mg/l 2
12 Boron mg/l
13 Ni mg/l 0,07
14 Se mg/l 0,01
15 Al mg/l 0,2
16 Na mg/l 200
17 KROMIUM mg/l 0,05
18 KESADAHAN mg/l 500
19 FLUORIDA mg/l 1,5
20 NITRIT mg/l 3
21 SUHU C DEVIASI 3 C
22 pH - 6,5 8,5
23 AMONIAK mg/l 1,5
24 SIANIDA mg/l 0,07
25 ZAT ORGANIK mg/l 10
26 WARNA TCU 15
27 KEKERUHAN NTU 5
28 NITRAT mg/l 50
29 KLORIDA mg/l 250
30 TDS mg/l 500
31 SULFAT mg/l 250
32 DETERGENT mg/l -

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

BAKU MUTU MIKROBIOLOGI AIR PADA AIR MINUM

NOMOR : 492/MENKES/PER/IV/2010

TANGGAL : 19 APRIL 2010

NO JENIS PARAMETER SATUAN KADAR MAX YG


DIPERBOLEHKAN
1 E. Coli Jumlah per 0
100 ml Sampel

2 Total Bakteri Jumlah per 0


Koliform 100 ml Sampel

Lampiran 7
BAKU MUTU MIKROBILOGI AIR PADA AIR BERSIH

PERMENKES 416/MENKES/PER/IX/1990

NO. Jenis Parameter Satuan Kadar Max yang


diperbolehkan
1. Total Bakteri Coliform Jumlah/100ml - Perpipaan
10
Jumlah/100ml - Non
Perpipaan
50

Universitas Sumatera Utara

Você também pode gostar