Você está na página 1de 6

Analisa Performansi Packet Scheduling Downlink

Max-Throughput & Proportional Fair pada Layanan VoLTE


Aaron Panjaitan
Teknik Informatika Universitas Widyatama
Jalan Cikutra No. 204A Bandung 40125 Indonesia
Telp. 62.22.7275855 Fax. 62.22.7274010 http://www.widyatama.ac.id
aaron.panjaitan@widyatama.ac.id

ABSTRAK
Jaringan LTE merupakan jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi yang
menggunakan gelombang radio dalam transmisi data kepada user, jumlah gelombang radio yang
dapat digunakan dalam transmisi data bergantung pada jumlah bandwidth yang tersedia.
Terbatasnya jumlah bandwidth yang dapat digunakan mengakibatkan dibutuhkannya algoritma
penjadwalan yang disebut sebagai packet scheduler. Packet scheduler berfungsi menjadwalkan
pengiriman data dengan menggunakan gelombang radio yang ditentukan berdasarkan dari nilai
keputusan yang dihasilkan oleh algoritma packet scheduler yang disebut sebagai nilai metric. Pada
penelitian ini ada dua jenis algoritma packet scheduler yang akan diuji, yaitu Max-Throughput dan
Proportional Fair, keduanya merupakan packet scheduler jenis channel-aware. VoLTE merupakan
layanan suara pada jaringan LTE yang dituntut memiliki nilai standar kualitas layanan suara MOS
(Mean Opinion Score) lebih besar atau sama dengan 3.5. Penelitian ini bertujuan menguji kinerja
packet scheduler Max-Throughput & Proportional Fairdengan membandingkan throughput, packet
loss ratio, delay, MOS, fairness, dan spectral efficiency. Penelitian ini terbatas pada eNB, dan cell
yang berjumlah 1, variasi jumlah user adalah sebanyak 10, 20, 30 hingga 100, kecepatan
pergerakan user adalah 0 km/h, 3 km/h, dan 30 km/h, jenis trafik data yang dilewatkan adalah
VoIP dan trafik data Video disertai CBR sebagai pembanding yang berukuran 32 byte dan 2162
byte. Penelitian ini dilakukan dengan mensimulasikan kinerja packet scheduler menggunakan
software LTE-Sim release 5 yang didukung dengan bahasa C++. Hasil dari penelitian ini adalah
packet scheduler Max-Throughput lebih baik dari packet scheduler Proportional Fair dari
perbandingan throughput dan spectral efficiency, sementara packet scheduler Proportional Fair
lebih baik dari packet scheduler Max-Throughput dari perbandingan packet loss ratio, delay, dan
fairness. Packet scheduler Proportional Fair memenuhi standar kualitas VoLTE, namun packet
scheduler Max-Throughputtidak memenuhi standar kualitas VoLTE.

Kata kunci : Jaringan LTE, packet scheduler, VoLTE, MOS, channel aware packet
scheduler, Max-Throughput, Proportional Fair.

PENDAHULUAN
Semakin tingginya pertumbuhan pengguna telepon seluler/smartphone dewasa ini
menyebabkan pertumbuhan pengguna layanan data menjadi semakin tinggi, pertumbuhan ini juga
harus dibarengi dengan infrastruktur jaringan telekomunikasi yang mampu menangani pelayanan
data yang lebih besar. Teknologi jaringan telekomunikasi LTE merupakan penyeimbang terhadap
tingginya kebutuhan akan layanan data ini.
LTE (Long Term Evolution) merupakan evolusi dari teknologi jaringan telekomunikasi
seluler 3G (Third Generation), yang memberikan kualitas layanan data dengan kecepatan
maksimum downlink 100 Mbps, uplink 50 Mbps dengan bandwidth lebih besar, yaitu 1.4 MHz-20
MHz. Kecepatan maksimum tersebut hanya dapat diperoleh semua user apabila dilakukan
optimasi pada proses pembagian bandwidth/radio resource yang jumlahnya terbatas. Proses
pembagian bandwidth ini dilakukan pada bagian E-UTRAN (Evolved UMTS Terrestrial Radio
Access Network). E-UTRAN adalah bagian dari jaringan LTE yang berkomunikasi langsung
kepada user menggunakan gelombang radio dan mengatur pendistribusian & manajemen radio
resource.
Terbatasnya jumlah radio resource menyebabkan diperlukannya strategi algoritma dalam
mendistribusikan radio resource ke semua user, agar semua user mendapat kualitas layanan data

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 1


yang maksimal. Oleh karena itu dibutuhkan algoritma yang dapat membagikan radio resource ke
semua user dengan tepat, yang disebut sebagai packet scheduler. Algoritma yang digunakan pada
setiap packet scheduler memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Packet scheduler Maximum Throughput adalah jenis packet scheduler yang bertujuan
memaksimalkan nilai throughput dalam cell, mengutamakan pengalokasian radio resource pada
user yang memiliki kualitas sinyal CQI (Channel Quality Indicator) terbaik.acket scheduler
Proportional Fair adalah jenis packet scheduler yang bertujuan memaksimalkan nilai throughput
dalam cell sekaligus memberikan keadilan fairness dalam pembagian throughput pada semua user.
Proportional Fair mengutamakan pengalokasian radio resource kepada user dengan nilai prioritas
tertinggi, nilai prioritas tersebut diperoleh dari penghitungan data rate dan throughput rata-rata
yang diterima flow pada transmisi sebelumnya. Pengujian packet scheduler ini dilakukan melalui
simulator LTE-Sim release 5 dengan mengukur nilai throughput, delay, packet loss ratio, MOS,
fairness, dan spectral efficiency dari layanan suara yang diterima 10 hingga 100 user yang
bergerak dengan kecepatan bervariasi 0 km/h, 3 km/h, 30 km/h.
Selain untuk menguji performansi packet scheduler, penelitian ini juga menguji kualitas
layanan suara pada jaringan LTE. Layanan suara pada jaringan LTE disebut sebagai VoLTE (Voice
over LTE). VoLTE memiliki kendala dalam implementasi pada jaringan telekomunikasi, karena
layanan suara pada jaringan LTE menggunakan sistem yang berbeda dibandingkan layanan suara
pada jaringan pendahulunya 3G, oleh karena itu kualitas performansi VoLTE dituntut harus lebih
baik atau sama dengan kualitas layanan suara yang dihasilkan 3G. Nilai kualitas MOS (Mean
Opinion Score) yang ditentukan untuk layanan VoLTE adalah lebih besar atau sama dengan 3.5.

1. LANDASAN TEORI

1.1. LTE
LTE (Long Term Evolution) adalah teknologi jaringan telekomunikasi berkecepatan tinggi
dengan standar yang telah diterapkan oleh 3GPP (Third Generation Partnership Project) sebagai
penerus teknologi jaringan seluler 3G. Menurut Rumney (2008), meskipun belum memenuhi
seluruh standar teknologi 4G (Fourth Generation), namun LTE dipasarkan dengan nama 4G LTE.
LTE menggunakan gelombang radio dalam mentransmisikan data ke user. Jumlah gelombang
radio yang dapat digunakan terbatas oleh jumlah bandwidth yang tersedia, oleh karena itu
dibutuhkan algoritma penjadwalan transmisi data agar bandwidth dapat digunakan dengan optimal
dan user memperoleh layanan dengan kualitas yang maksimal, algoritma tersebut disebut sebagai
packet scheduler.

1.2. VoLTE
VoLTE (Voice over LTE) adalah layanan suara yang berjalan pada jaringan LTE. Layanan
suara berbasis IP atau VoIP (Voice over IP) yang berjalan pada jaringan LTE dapat disebut sebagai
VoLTE. Menurut Spirent (2012), meskipun berbeda dari segi teknologi, namun secara konseptual
VoIP yang berjalan pada jaringan LTE dapat disebut sebagai VoLTE. VoLTE memiliki nilai
standar kualitas MOS (Mean Opinion Score) lebih besar atau sama dengan 3.5

1.3. Packet Scheduler


Menurut Fu et al. (2013), packet scheduler adalah algoritma yang digunakan untuk
mengalokasikan resource block dalam transmisi data ke user, packet scheduler bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan bandwidth, memberikan layanan data kepada user (UE)
dengan standar QoS (Quality of Service) dan tingkat keadilan fairness yang maksimal, dengan cara
menentukan proses transmisi data berdasarkan hasil penghitungan algoritma yang disebut sebagai
nilai metric. Resource block merupakan blok-blok bandwidth yang digunakan dalam transmisi
data.

1.3.1 Max-Throughput
Maximum Throughput (MT) adalah packet scheduler yang bertujuan memaksimalkan
throughput dalam cell, dengan cara mengalokasikan resource block kepada UE yang dapat
menerima througput tertinggi atau dengan kata lain, UE yang memiliki nilai data rate tertinggi
(Capozzi et al., 2012). Data rate merupakan perkiraan jumlah throughput yang dapat diperoleh
user, dan cell merupakan area yang dapat dilayani oleh eNB.

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 2


Dimana m adalah nilai metric, i merupakan aliran paket data (flow), k merupakan resource
block, d merupakan data rate, dan t merupakan waktu penghitungan metric. Packet scheduler MT
hanya melayani UE yang memiliki nilai data rate tertinggi, dan dapat mengabaikan UE yang
memiliki nilai data rate yang relatif buruk.

1.3.2 Proportional Fair


Proportional Fair (PF) adalah packet scheduler yang bertujuan memaksimalkan throughput
cell sekaligus meningkatkan nilai keadilan fairness. PF menghitung nilai metric berdasarkan
penghitungan nilai data rate dan nilai throughput rata-rata yang diperoleh dari penghitungan
metric terakhir oleh flow yang sama (Capozzi et al., 2012).

Dimana m adalah nilai metric, i merupakan aliran paket data (flow), k merupakan resource
block, d merupakan data rate, r merupakan nilai data rate yang telah diterima, R merupakan
throughput rata-rata yang telah diterima, dan t merupakan waktu penghitungan metric. Packet
scheduler PF lebih mengutamakan pengiriman data kepada UE yang memiliki nilai throughput
rata-rata terendah.

2 ANALISIS

2.1 Analisis Kebutuhan Sistem


Pada penelitian ini diperlukan sebuah software yang digunakan untuk menjalankan simulasi
sistem LTE yang akan digunakan untuk mengetahui kinerja packet scheduler. Software yang
digunakan adalah LTE-Sim release 5 yang dijalankan pada sistem operasi Ubuntu 14.04.

2.2 Perancangan

2.2.1 Perancangan Model Simulasi


Perancangan model simulasi digunakan untuk menentukan proses berjalannya simulasi.
Perancangan simulasi dimulai dari proses inisialisasi simulasi, yaitu proses instalasi software LTE-
Sim, selanjutnya proses insialisasi komponen-komponen yang akan digunakan pada simulasi
seperti eNB, UE, Gateway, aplikasi trafik data, packet scheduler. Selanjutnya proses konfigurasi
komponen-komponen, diteruskan dengan konfigurasi topologi dan jenis trafik data yang akan
dilewatkan. Selanjutnya simulasi dijalankan dan diperoleh hasil simulasi dalam bentuk trace file
yang selanjutnya akan dianalisis sehingga menghasilkan data dalam bentuk graf.

Gambar 1 Flowchart Perancangan Model Simulasi

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 3


2.2.2 Perancangan Skenario Simulasi
Pada penelitian ini dilakukan simulasi dalam 3 skenario yang dibedakan berdasarkan
kecepatan pergerakan UE yang bergerak dengan kecepatan 0 km/h, 3 km/h, 30 km/h.

Parameter Keterangan
Waktu Simulasi 60 detik
eNB & Cell 1
Jangkauan Cell 500 m2
Bandwidth 5 MHz
RB 25
Cyclic Prefix Short CP
Waktu Scheduling 1 ms
Struktur Frame FDD
Packet Scheduler Max-Throughput (MT), Proportional Fair (PF)
Jumlah UE 10 100 UE
Kecepatan UE 0 km/h, 3 km/h, 30 km/h
Tipe Mobilitas Random Direction (Piro, 2010)
Trafik Data VoIP (32 byte) codec G.729 8.4 kbps
Video (2162 byte) H264 128 kbps
Tabel 1. Parameter Skenario Simulasi

2.3 Parameter Analisis


Pada penelitian ini, performa packet scheduler dihitung berdasarkan analisis data
berdasarkan parameter berikut:
1. Throughput
Throughput adalah jumlah paket data yang sampai ke tujuan per detik.

Dimana x merupakan nilai throughput, i merupakan user, RX merupakan bit data yang
diterima, n merupakan total user, dan t lama waktu simulasi.
2. Packet Loss Ratio
Packet Loss Ratio adalah nilai persentasi data yang gagal dikirimkan.

Dimana i merupakan user, n merupakan total user, RX merupakan jumlah flow yang berhasil
dikirimkan, TX merupakan jumlah flow yang dikirimkan.
3. Delay
Delay adalah lama waktu yang dibutuhkan dalam proses transmisi data.

Dimana i merupakan user, n merupakan total user, Rt merupakan waktu flow diterima, Tti
merupakan waktu flow dikirimkan.
4. MOS
MOS adalah nilai kualitas layanan suara yang diterima user.

Dimana R merupakan nilai faktor yang mempengaruhi kualitas suara (Olariu et al., 2012), dan
MOS adalah nilai kualitas layanan suara.
5. Fairness
Fairness adalah nilai keadilan pembagian bandwidth yang diterima user.

Dimana x merupakan nilai throughput, i merupakan user, n merupakan total user.

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 4


6. Spectral Efficiency
Spectral Efficiency adalah nilai efisiensi penggunaan bandwidth.

Dimana x merupakan nilai throughput, i merupakan user, n merupakan total user, dan BW
merupakan jumlah bandwidth.
3 IMPLEMENTASI
Implementasi simulasi dilakukan dengan parameter-parameter skenario yang sudah
ditentukan, berikut ini adalah hasil implementasi dari scenario 1, 2, dan 3.

Gambar 2 Tampilan Hasil Simulasi Skenario 1, 2, 3

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sesuai dengan tujuan tugas akhir ini, yaitu untuk menguji kinerja packet scheduler downlink
Maximum Throughput & Proportional Fair pada layanan VoLTE, pada dasarnya tujuan telah
tercapai. Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal,
sebagai berikut :
1. LTE-Sim release 5 dapat digunakan untuk mensimulasikan kinerja packet scheduler pada
jaringan downlink LTE dengan menggunakan bahasa pemrograman C++ dan dukungan
software Eclipse Luna release 2.
2. Packet scheduler Maximum Throughput memiliki keunggulan sebesar 114% pada
parameter throughput dan spectral efficiency.

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 5


3. Packet Scheduler Proportional Fair memiliki keunggulan sebesar 93% pada parameter
fairness, 160% pada parameter packet loss ratio dan 318% pada parameter delay.
4. Penambahan jumlah UE, jenis trafik data yang dilewatkan pada jaringan dan kecepatan &
arah pergerakan UE mempengaruhi nilai throughput, packet loss ratio, delay, MOS,
fairness dan spectral efficiency dari masing-masing packet scheduler.
5. Kualitas layanan VoLTE yang dihasilkan packet scheduler Maximum Throughput
memenuhi standar ketika user berjumlah 10 hingga 60, namun Proportional Fair
memenuhi standar nilai MOS >= 3.5 ketika user berjumlah 10 hingga 100.

4.2 Saran
Saran yang diusulkan untuk pengembangan pengujian selanjutnya adalah menguji dan
menganalisis pengaruh penambahan jumlah UE & cell, serta pengaruh proses handover terhadap
kinerja packet scheduler Maximum Throughput dan Proportional Fair pada layanan VoLTE dengan
skenario yang sama pada penelitian ini.

5. REFERENSI
Poikselk a, Miikka., dkk(2012). VOICE OVER LTE VoLTE. Penerbit: John Wiley & Sons,
Ltd.
Rumney, Moray.(2008). IMT-Advanced: 4G Wireless Takes Shape in an Olympic Year.
[Online]. Tersedia : www.agilent.com/go/journal. 18 April 2015
Sesia, Stefania., dkk. (2011). LTE From Theory To Practice : Second Edition. Penerbit: John
Wiley & Sons, Ltd.
Cox, Cristopher., dkk. (2012). An Introduction to LTE. Penerbit: John Wiley & Sons, Ltd.
Piro, Giuseppe., dkk(2010). Simulating LTE Cellular Systems: an Open Source Framework.
Italia : Polictenico di Bari
Capozzi, Francesco., dkk.(2012). Downlink Packet Scheduling in LTE CellularNetworks:
Key Design Issues and a Survey. Italia : Polictenico di Bari
Anehill, Michael., dkk. (2012). Validating voice over LTE end-to-end. USA: Ericsson.
Fu, Weihong., dkk.(2013). A QoS-Aware Scheduling Algorithm Based on Service Type for
LTE Downlink. China: Xidian University.
3GPP, Overview of 3GPP Release 8 V0.3.0. (2013). [Online]. Tersedia :
http://www.3gpp.org/. 9 Januari 2014
Chang, Chi-Hao Howard., dkk.(2014). Implementation and Evaluation of a QoS-aware
Downlink Scheduling Algorithm for LTE Networks . Canada : Simon Fraser University
Ahson, Syed A., dkk. (2009). 3GPP LTE Radio and Cellular Technology. Penerbit: Taylor &
Francis Group.
Olariu, Christian., dkk (2011). VoIP Quality Monitoring in LTE Femtocells. Irlandia :
Waterford Institute of Technology.
Jain, Raj (1991). The Art of Computer Systems Performance Analysis. Penerbit: John Wiley
& Sons, Ltd.
Faishal, Iman. (2013) Analisis Kinerja TCP pada Jaringan Mobile Ad-Hoc Menggunakan
Protokol Routing DSR dan AODV. Skripsi, Universitas Widyatama, Bandung.
Software LTE-Sim release 5 : https://lte-sim.googlecode.com
Cisco, Understanding Codecs: Complexity, Hardware Support, MOS, and Negotiation
(2006). [Online]. Tersedia : http://www.cisco.com. 20 Desember 2014
Spirent, VoLTE vs. VoIP: Whats The Difference? (2012). [Online]. Tersedia : Spirent.com.
2 Februari 2015

Jurnal Penelitian Informatika 2015 Page 6

Você também pode gostar