Você está na página 1de 84

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

KINERJA PELAYANAN KESEHATAN


TAHUN ANGGARAN 2005 2007
PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

DI
PALEMBANG

Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008
Tanggal : 15 Januari 2008
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 04/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan
Kesehatan Tahun Anggaran 2005 2007
pada RSUD Palembang BARI di
Palembang

Kepada Yth.
Ketua DPRD Palembang
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 05/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan
Kesehatan Tahun Anggaran 2005 2007
pada RSUD Palembang BARI di
Palembang

Kepada Yth.
Walikota Palembang
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Tembusan :
1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;
2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta;
5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta;
6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 07/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan
Kesehatan Tahun Anggaran 2005 2007
pada RSUD Palembang BARI di
Palembang

Kepada Yth.
Direktur RSUD Palembang BARI
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI.. i

RESUME HASIL PEMERIKSAAN... ii

GAMBARAN UMUM..............................................................................................
1
TEMUAN PEMERIKSAAN 8
1. Beberapa Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Belum
Memenuhi Standar Pelayanan.......................................................................... 8
2. Ketersediaan Tenaga, Sarana dan Prasarana Belum Memenuhi Standar. 13
3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program
Kerja Tahunan.................................................................................................. 16
4. Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Administrasi oleh Tenaga Paramedis
pada Instalasi-instalasi Belum Dibuat............................................................. 18
5. Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara
Optimal............................................................................................................ 20
6. Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap
Belum Dibuat Perjanjian.................................................................................. 22
7. Beberapa Alat Medis Belum Dimanfaatkan .... 24
8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan
Masih Dibawah Rata-rata. 26

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan kinerja pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah


(RSUD) Palembang BARI bertujuan untuk menilai apakah upaya pelayanan kesehatan
oleh RSUD telah dilaksanakan secara optimal sesuai dengan indikator pelayanan
kesehatan yang telah ditetapkan, untuk menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan
pada RSUD telah tersedia sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah
dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya, dan untuk menilai apakah biaya kegiatan
upaya pelayanan kesehatan tersebut telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan
efektif.
Metode pemeriksaan yang digunakan mengacu pada Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), yaitu dilakukan secara uji petik (sampling) dengan analisis
prosedur yaitu mereview sistem yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan
pengecekan/pengawasan atas seluruh aktivitas yang diperiksa. Metode ini meliputi
wawancara dengan pejabat-pejabat yang kompeten dan pengujian terhadap dokumen-
dokumen yang ada seperti anggaran, laporan keuangan, program, rencana tahunan,
prosedur dan lain-lain.
Pemeriksaan atas kinerja pelayanan kesehatan pada RSUD Palembang BARI
Tahun Anggaran 2005 s.d 2007 dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan untuk
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar diperoleh keyakinan yang memadai
bahwa simpulan telah didukung bukti yang relevan. Hal-hal yang tidak diuji tidak
menjadi dasar dalam mengambil kesimpulan.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


iii

Ketercapaian Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh


RSUD Palembang BARI dari tahun 2005 sampai 2007 sesuai dengan Indikator Upaya
Kesehatan yang diatur dalam Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 1998, adalah sebagai berikut:
Indikator Pelayanan Standar Nilai
No
Pelayanan 2005 2006 2007 (sampai Juni)
1. Bed Occupancy Rate (BOR) 60 85 % 59,78 % 78,54% 77,91%
2. Bed Turn Over (BOT) 40 - 50 35,57 54,75 27,98
3. Turn Over Internal (TOI) 13 4,13 1,43 1,43
4. Average Length of Stay (Av.LOS) 69 6,13 5,24 5,04
5. Gross Death Rate (GDR) 45 43,53 33,97 27,70
6. Nett Death Rate (NDR) 25 24,49 15,89 21,15

Tabel tersebut menunjukkan bahwa penampilan Kinerja Mutu dan Efisiensi Pelayanan
Kesehatan pada RSUD Palembang BARI Tahun Anggaran 2005 sampai dengan Tahun
Anggaran 2007 mengalami peningkatan yang cukup baik. Namun demikian dari hasil
pemeriksaan masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapat perhatian yaitu:
1. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern
Hasil evaluasi terhadap Sistem Pengendalian Intern atas pelaksanaan kegiatan
pelayanan kesehatan yang meliputi aspek Organisasi, Kebijaksanaan, Perencanaan,
Prosedur Kerja, Pencatatan, Personalia/SDM, Pelaporan dan Pengawasan Intern
menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern telah ditetapkan cukup memadai,
namun dalam pelaksanaannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang
mengakibatkan sistem pengendalian intern menjadi kurang efektif dan optimal.
2. Temuan Pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan Kesehatan

a. Beberapa indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan belum memenuhi


standar pelayanan.
b. Ketersediaan tenaga, sarana dan prasarana belum memenuhi standar.
c. Beberapa bidang dan instalasi rumah sakit belum membuat program kerja
tahunan.
d. Prosedur tetap pelaksanaan tugas administrasi oleh tenaga paramedis pada
instalasi-instalasi belum dibuat.
e. Satuan pengawas intern rumah sakit belum melaksanakan tugas secara optimal.
f. Pelayanan farmasi kepada pasien rumah sakit oleh apotek pelengkap belum dibuat
perjanjian.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


iv

g. Beberapa alat medis belum dimanfaatkan.


h. Hasil penilaian atas standar pelayanan untuk rumah sakit 12 pelayanan masih
dibawah rata-rata.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, BPK-RI berpendapat bahwa RSUD Palembang
BARI telah berupaya memberikan pelayanan kesehatan, namun masih memerlukan
beberapa perbaikan/peningkatan. Sehubungan dengan itu, BPK-RI menyarankan kepada
Direksi RSUD Palembang BARI agar melakukan langkah-langkah perbaikan antara lain
membuat prosedur tetap yang rinci, dalam merencanakan dan merealisasikan kebutuhan
tenaga, sarana dan prasarana mempedomani ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan
fungsi pengawasan. Hasil pemeriksaan, tanggapan instansi dan rekomendasi BPK-RI
selengkapnya diuraikan secara rinci dalam laporan ini.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI


Kepala Perwakilan BPK RI di
Palembang,

MUZAKKIR
NIP.240000857

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


I. GAMBARAN UMUM

A. Dasar Hukum Pemeriksaan


1. Undang Undang Dasar 1945 Pasal 23 E
2. Undang-undang No.15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI
3. Undang-undang No.15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara
4. Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP).

B. Entitas Pemeriksaan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Palembang BARI di Palembang.

C. Tujuan Pemeriksaan
1. Untuk menilai apakah upaya pelayanan kesehatan oleh RSUD telah dilaksanakan
secara optimal sesuai dengan indikator pelayanan kesehatan yang telah
ditetapkan.
2. Untuk menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan pada RSUD telah tersedia
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dan telah dimanfaatkan sesuai dengan
peruntukkannya.
3. Untuk menilai apakah biaya kegiatan upaya pelayanan kesehatan tersebut telah
dilaksanakan secara ekonomis, efisien, dan efektif.

D. Sasaran Pemeriksaan.
Pelaksanaan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pelayanan kesehatan pada
RSUD, yang meliputi kegiatan :
1. Pengelolaan, penggunaan dan pertanggungjawaban dana kegiatan pelaksanaan
pelayanan kesehatan,
2. Pemanfaatan sarana, prasarana, peralatan kesehatan, dan obat-obatan yang
menunjang upaya pelayanan kesehatan masyarakat,
3. Pendapatan dari pelayanan kesehatan dengan pihak ketiga,
4. Ketersediaan tenaga medis, paramedis, dan non medis.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


2

E. Periode yang Diperiksa


Pemeriksaan hanya mencakup kegiatan pelayanan kesehatan RSUD Palembang BARI
Tahun Anggaran 2005 sampai dengan Tahun Anggaran 2007.

F. Alasan Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan karena pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan yang
sangat esensial bagi masyarakat, sehingga kinerja rumah sakit perlu didukung dengan
pencapaian standar yang sesuai dengan Indikator Upaya Kesehatan.

G. Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) BPK-RI Tahun 2007.

H. Metodologi Pemeriksaan
Pemeriksaan dilakukan dengan cara menghitung realisasi hasil dari indikator
pelayanan kesehatan masyarakat pada rumah sakit atas sasaran kinerja dan
membandingkannya dengan standar indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.
Selanjutnya melakukan evaluasi atas hasil perbandingan tersebut, serta kaitan dengan
biaya yang dikeluarkan untuk menilai ekonomis, efektivitas, dan efisiensi pencapaian
tujuan.
Pemilihan dan pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan teknik stratified
random sampling. Untuk mengumpulkan bukti digunakan teknik pemeriksaan
berupa observasi, wawancara dan pengujian dokumen serta analisis pemeriksa.

I. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan dilakukan dari tanggal 10 September s.d. 21 Nopember 2007.

J. Uraian Singkat Entitas yang Diperiksa


RSUD Palembang BARI pada awalnya dibangun dengan nama Poliklinik/ Puskesmas
Panca Usaha pada Tahun 1986 dan kemudian diresmikan menjadi RSUD Palembang
BARI pada tanggal 19 Juni 1995.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


3

RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Jalan Panca Usaha
Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Untuk sementara ini, RSUD Palembang BARI
membina daerah Seberang Ulu dan menerima rujukan dari 9 (sembilan) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Induk, 12 (dua belas) Puskesmas Pembantu,
Dokter dan Bidan praktik swasta, serta rujukan dari Puskesmas-Puskesmas yang
berada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997, RSUD Palembang BARI telah
ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk
menjadi RSUD tipe B.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, RSUD Palembang
BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut :
1. Pelayanan Rawat Jalan.
a) Poliklinik Spesialis Bedah,
b) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam,
c) Poliklinik Spesialis Kebidanan,
d) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana (KB),
e) Poliklinik Spesialis Anak,
f) Poliklinik Spesialis Mata,
g) Poliklinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT),
h) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin,
i) Poliklinik Spesialis Gigi, dan
j) Instalasi Rawat Darurat.
2. Pelayanan Rawat Inap.
a) Pelayanan Rawat Inap Umum,
b) Pelayanan Rawat Inap Umum Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana (KB),
c) Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak, dan
d) Pelayanan Rawat Inap VIP.
3. Pelayanan Penunjang.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


4

a) Instalasi Laboratorium Klinik,


b) Instalasi Radiologi,
c) Instalasi Farmasi,
d) Instalasi Bedah Sentral,
e) Instalasi Gizi, dan
f) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang BARI diatur dan ditetapkan
dalam Keputusan Walikota Nomor 05 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 03 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa RSUD
Palembang BARI adalah Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur penunjang
Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Palembang BARI
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan penyakit, keadaan cacat badan dan jiwa yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Susunan organisasi Rumah Sakit terdiri dari :
1. Direktur,
2. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik,
3. Wakil Direktur Pelayanan,
4. Komite Medik, Staf Medik Fungsional
5. Sekretariat,
6. Bidang Keuangan dan Program,
7. Bidang sarana dan Rekam Medik,
8. Bidang Medik dan Non Medik,
9. Bidang Keperawatan,
10. Kelompok Jabatan Fungsional,
11. Satuan Pengawas Intern.
Perkembangan jumlah tempat tidur dan jumlah kunjungan pasien serta jumlah
kematian pasien Tahun Anggaran 2005, 2006 dan 2007 yang menjadi dasar
perhitungan indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


5

No Uraian 2005 2006 2007 (sampai Juni)


1. Jumlah tempat tidur 93 100 120
2. Jumlah hari perawatan 20.294 28.667 16.921
3. Jumlah pasien yang keluar 3.308 5.475 3.357
4. Jumlah seluruh kematian pasien 144 186 93
5. Jumlah kematian pasien > 48 jam 81 87 71

Rincian Sumber Daya Manusia yang ada pada RSUD Palembang BARI per
September 2007 adalah:
Jenis Tingkat Pendidikan Status
No.
Ketenagaan SD SMP SMA D-1 D-3 D-4 S-1 S-2 PNS PTT Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 Dokter Umum - - - - - - 15 - 9 6 15

2 Dokter Gigi - - - - - - 1 - 1 - 1

3 Dokter Ahli Bedah - - - - - - - 1 - 1 1

4 Dokter Ahli Penyakit Dalam - - - - - - - 4 3 1 4

5 Dokter Anak - - - - - - - 3 3 - 3

6 Dokter Ahli Obgin - - - - - - - 2 2 - 2

7 Dokter Ahli Radiologi - - - - - - - 1 1 - 1

8 Dojter Ahli Anastesi - - - - - - - 1 1 - 1

9 Dokter Ahli Patologi Klinik - - - - - - - 1 1 - 1

10 Dokter Ahli Mata - - - - - - - 1 1 - 1

11 Dokter Ahli THT - - - - - - - 1 1 - 1

12 Dokter Ahli Kulit/Kelamin - - - - - - - 2 2 - 2

13 Dokter Rehabilitasi Medik - - - - - - - 1 1 - 1

14 Dokter MARS/MM - - - - - - - 4 4 - 4

15 S-2 Lain-lain - - - - - - - 3 3 - 3

16 S-1 Kesehatan Masyarakat - - - - - - 5 - 4 1 5

17 S-1 Apoteker - - - - - - 2 - 1 1 2

18 S-1 Ekonomi - - - - - - 7 - 2 5 7

19 S-1 Hukum - - - - - - 2 - 2 - 2

20 S-1 Pendididkan - - - - - - 1 - - 1 1

21 S-1 Teknik - - - - - - 5 - 1 4 5

22 S-1 Keperawatan - - - - - - 2 - 1 1 2

23 D-4 Kebidanan - - - - - 1 - - 1 - 1

24 D-3 Farmasi - - - - 2 - - - - 2 2

25 D-3 Perawatan - - - - 69 - - - 47 22 69

26 D-3 Gizi - - - - 2 - - - 2 - 2

27 D-3 APK - - - - 1 - - - 1 - 1

28 D-3 Lain-lain - - - - 13 - - - 2 11 13

29 D-3 Kebidanan - - - - 16 - - - 13 3 16

30 D-3 Fisioterapi - - - - 2 - - - 1 1 2

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
31 D-3 Refraksi Optisi - - - 1 - - - - 1 1

32 D-3 APRO - - - - 7 - - - 3 4 7

33 D-3 ATEM - - - - 1 - - - 1 - 1

34 D-3 AAK - - - - 4 - - - 2 2 4

35 D-3 Anastesi - - - - 2 - - - 2 - 2
D-1 Kes Lingkungan
- - - 1 - - - - 1 - 1
36 (SPPH)
37 D-1 Gizi (SPAG) - - - 2 - - - - 2 - 2

38 D-1 Lain-lain - - - 3 - - - - - 3 3

39 Bidan - - 3 - - - - - 3 - 3

40 Perawat Bidan - - 10 - - - - - 9 1 10

41 Perawat (SPK) - - 17 - - - - - 17 - 17

42 SPRG - - 3 - - - - - 3 - 3

43 SMAK - - 6 - - - - - 5 1 6

44 SMF - - 7 - - - - - 6 1 7

45 Pekarya Kesehatan 5 5 10 - - - - - - 20 20

46 SLTA Umum - - 23 - - - - - 2 21 23

47 SMK - - 16 - - - - - 2 14 16

48 SLTP - 4 - - - - - - - 4 4

49 SD 2 - - - - - - - - 2 2

JUMLAH 7 9 95 6 120 1 40 25 169 134 303

J. Batasan Pemeriksaan
Indikator Upaya Kesehatan yang dinilai berdasarkan Kumpulan Indikator Kesehatan
Departemen Kesehatan Tahun 1998 adalah ketersediaan dan pemanfaatan tempat
tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lamanya pasien dirawat (Average
Length of Stay/Av.LOS), frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO),
rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI), angka kematian
untuk 1000 penderita keluar (Gross Death Rate/GDR), angka kematian lebih dari 48
jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar (Nett Death Rate/NDR).

K. Kriteria Pemeriksaan
Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan operasional dan organisasi Rumah Sakit :
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional
(SISPENAS) Tahun 2005-2009.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


7

3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 558/Menkes/SK/II/1984 tentang Susunan


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 Tanggal 12
Nopember 1993 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
5. Keputusan Presiden RI No. 40 Tahun 2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan
Pedoman Pengelolaan Rumah Sakit Daerah.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1333 Tahun 1999 tentang Standar Jasa
Pelayanan Rumah Sakit.
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit.
8. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik No. 811/2/2/VII/93 tanggal 3
Juli 1993 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
9. Kumpulan Indikator Kesehatan Departemen Kesehatan Tahun 1998.
10. Standar Peralatan, Ruang dan Tenaga Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan
Medik, Departemen Kesehatan RI Tahun 1994.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


II. TEMUAN PEMERIKSAAN

1. Beberapa Indikator Mutu dan Efisiensi Pelayanan Kesehatan Belum Memenuhi


Standar Pelayanan

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting dan strategis dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat
menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur keberhasilan kinerja pelayanan
kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi tolok ukur keberhasilan kinerja
Rumah Sakit, diantaranya kegiatan pelayanan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh
masyarakat.
Baik/buruknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RSUD Palembang BARI
kepada masyarakat dapat diketahui dari beberapa indikator sebagai berikut :
a. Indikator Mutu Pelayanan, yaitu :
1) Ketersediaan dan pemanfaatan tempat tidur pasien (Bed Occupancy Rate/BOR),
dengan rumus : jumlah hari perawatan/(jumlah tempat tidur x 365 hari);
2) Rata-rata lamanya pasien dirawat (Average Length of Stay/Av.LOS) dengan
rumus : jumlah hari perawatan/jumlah pasien yang keluar;
3) Frekuensi penggunaan tempat tidur (Bed Turn Over/BTO) dengan rumus : jumlah
pasien yang keluar/jumlah tempat tidur;
4) Rata-rata tempat tidur tidak ditempati (Turn Over Internal/TOI) dengan rumus:
{(jumlah tempat tidur x 365 hari) - jumlah hari perawatan}/jumlah pasien yang
keluar.
BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.
Indikator BTO, TOI dan Av.LOS secara bersama-sama digunakan untuk mengetahui
tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur rumah sakit.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


9

b. Indikator Efisiensi Pelayanan, antara lain :


1) Angka kematian untuk 1000 penderita keluar (Gross Death Rate/GDR) dengan
rumus : jumlah pasien mati seluruhnya/jumlah pasien yang keluar;
2) Angka kematian lebih dari 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita
keluar (Nett Death Rate/NDR) dengan rumus : jumlah pasien meninggal > 48 jam
dirawat/jumlah pasien yang keluar.
GDR dan NDR berfungsi untuk mengetahui apakah mutu pelayanan rumah sakit
tersebut sudah cukup baik, semakin tinggi nilainya berarti mutu pelayanannya kurang
baik karena GDR dan NDR menunjukkan jumlah kematian pasien keluar per 1000
penderita yang keluar.
Indikator kesehatan di atas merupakan Indikator Upaya Kesehatan yang diatur dalam
Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 1998.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh dari bagian Medical Record diketahui
bahwa selama Tahun Anggaran 2005, 2006 dan 2007, RSUD Palembang BARI memiliki
data sebagai berikut :
No Uraian 2005 2006 2007 (sampai Juni)
1. Jumlah tempat tidur 93 100 120
2. Jumlah hari perawatan 20.294 28.667 16.921
3. Jumlah pasien yang keluar 3.308 5.475 3.357
4. Jumlah seluruh kematian pasien 144 186 93
5. Jumlah kematian pasien > 48 jam 81 87 71
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui perhitungan indikator mutu dan efisiensi
pelayanan kesehatan masyarakat RSUD Palembang BARI sebagai berikut :

a. Tahun 2005
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2005 adalah:

No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai


1. BOR 60 85 % 59,78 %
2. BTO 40 50 35,57
3. TOI 13 4,13
4. Av. LOS 6-9 6,13
5. GDR 45 43,53
6. NDR 25 24,49

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


10

Angka BOR dibawah standar pelayanan menunjukkan kurangnya pemanfaatan


fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.
Angka BTO dibawah standar pelayanan menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan
tempat tidur rendah.
Angka TOI diatas standar pelayanan menunjukkan bahwa interval penggunaan
tempat tidur cukup tinggi.
Angka Av.LOS memenuhi standar pelayanan menunjukkan tingkat efisiensi
pelayanan rumah sakit baik.
Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah efisiensi penggunaan
tempat tidur rumah sakit pada Tahun 2005 masih kurang.
Angka GDR dan NDR rumah sakit pada Tahun 2005 rendah menunjukkan bahwa
mutu pelayanan rumah sakit baik.

b. Tahun 2006
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2006 adalah:

No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai


1. BOR 60 85 % 78,54%
2. BTO 40 50 54,75
3. TOI 13 1,43
4. Av. LOS 6-9 5,24
5. GDR 45 33,97
6. NDR 25 15,89

Angka BOR memenuhi batas standar pelayanan.


Angka BTO diatas batas standar pelayanan menunjukkan bahwa frekuensi
penggunaan tempat tidur cukup tinggi.
Angka TOI memenuhi batas standar pelayanan.
Angka Av.LOS rendah menunjukkan efisiensi pelayanan rumah sakit baik.
Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah efisiensi penggunaan
tempat tidur rumah sakit pada Tahun 2006 cukup baik dan diperlukan
pengembangan/penambahan tempat tidur.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


11

Angka GDR dan NDR rumah sakit Tahun 2006 rendah menunjukkan bahwa mutu
pelayanan rumah sakit baik.

c. Tahun 2007
Jumlah tempat tidur di seluruh ruangan di RSUD Palembang BARI untuk tahun 2007
adalah sebanyak 120 buah. Penambahan jumlah tempat tidur tersebut diantaranya
tempat tidur di ruang kebidanan yang sebenarnya berfungsi untuk tindakan dan
observasi dihitung sebagai tempat tidur instalasi rawat inap. Hal itu terjadi karena
seringkali tempat tidur tersebut digunakan untuk pasien rawat inap di bagian
kebidanan akibat kurangnya tempat tidur di bagian perawatan.
Indikator mutu dan efisiensi pelayanan kesehatan masyarakat oleh RSUD Palembang
BARI pada Tahun 2007 (sampai dengan bulan Juni) sesuai dengan jumlah tempat
tidur tersebut adalah sebagai berikut :
No Indikator Pelayanan Standar Pelayanan Nilai
1. BOR 60 85 % 77,91%
2. BTO 40 - 50 27,98
3. TOI 13 1,43
4. Av. LOS 69 5,04
5. GDR 45 27,70
6. NDR 25 21,15

Angka BOR memenuhi standar pelayanan.


Angka BTO yang rendah menunjukkan bahwa frekuensi penggunaan tempat tidur
rendah. Angka TOI memenuhi standar pelayanan yang berarti bahwa interval
penggunaan tempat tidur baik.
Angka Av.LOS memenuhi standar pelayanan.
Interpretasi secara keseluruhan atas indikator tersebut adalah penggunaan tempat
tidur rumah sakit sudah cukup efisien, namun pemanfaatan tempat tidur oleh
masyarakat masih rendah.
Angka GDR dan NDR Tahun 2007 rendah menunjukkan bahwa mutu pelayanan
rumah sakit baik.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


12

Perhitungan indikator kesehatan Tahun 2005, Tahun 2006 dan Tahun 2007 (sampai
dengan bulan Juni) tersebut menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan mutu
dan efisiensi kegiatan pelayanan kesehatan dan pemanfaatan fasilitas perawatan oleh
masyarakat pada RSUD Palembang BARI. Angka BTO Tahun 2007 (sampai dengan
bulan Juni) yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah
sakit oleh masyarakat.

Beberapa indikator pelayanan yang belum memenuhi standar pelayanan tidak


sesuai dengan Kumpulan Indikator Kesehatan yang diterbitkan oleh Departemen
Kesehatan RI Tahun 1998, sebagai parameter dalam menilai penampilan kinerja rumah
sakit.

Hal ini mengakibatkan mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit belum optimal.

Kondisi ini disebabkan belum ada upaya maksimal dari Komite Medik dan Panitia
Mutu Pelayanan RSUD Palembang BARI untuk mengevaluasi tingkat pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Panitia
Mutu memberikan laporan kepada Direktur/Komite Medik mengenai indikator-indikator
untuk mutu pelayanan medik. Hasil laporan dievaluasi bersama secara berkala (tiga bulan
sekali) sedangkan untuk kasus yang perlu ditindaklanjuti segera dibicarakan langsung
pada pertemuan dengan seluruh jajaran Komite Medik.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


memberikan teguran tertulis kepada Komite Medik dan Panitia Mutu Pelayanan RSUD
Palembang BARI untuk secara maksimal menindaklanjuti laporan-laporan hasil evaluasi
mutu pelayanan rumah sakit.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


13

2. Ketersediaan Tenaga, Sarana dan Prasarana Belum Memenuhi Standar

Sebagai rumah sakit umum daerah di Kota Palembang, RSUD Palembang BARI
harus memberikan pelayanan terbaik yang didukung dengan jumlah tenaga yang cukup
dan profesional serta sarana dan prasarana yang memadai. Berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10
November 1997, RSUD Palembang BARI telah ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan
saat ini sedang dalam proses akreditasi untuk menjadi RSUD tipe B.
Hasil pemeriksaan terhadap dokumen dan pemeriksaan fisik atas ketersediaan
tenaga dan sarana prasarana rumah sakit, menunjukkan hal-hal berikut :
a. Ketersediaan Tenaga
Jumlah tenaga untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit
sampai dengan saat pemeriksaan secara keseluruhan telah sesuai dengan standar,
namun secara rinci berdasarkan spesialisasi jenis tenaga beberapa diantaranya belum
sesuai dengan standar, yaitu:
Jumlah Tenaga
No Jenis Tenaga
2005 2006 2007
1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik - 1 1
2. Dokter Gigi 2 1 1
3. Perawat (SPK) 24 19 17
4. S I Gizi - - -
5. D II Gizi 1 1 -
6. Fisioterapis 2 2 2
7. Tehniker Gigi - - -

Jumlah tenaga berdasarkan spesialisasi jenis tenaga tersebut dibandingkan


dengan Standar Peralatan, Ruang dan Tenaga Rumah Sakit Kelas C yang dikeluarkan
oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI Tahun 1994
yang menetapkan jumlah minimal tenaga untuk rumah sakit kelas C menunjukkan
bahwa jumlah tenaga medis, paramedis perawat, paramedis non perawat dan non
medis masih di bawah standar yaitu :

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


14

Selisih (kurang)
No Jenis Tenaga Standar
2005 2006 2007
1. Dokter Ahli Rehabilitasi Medik 2 2 1 1
2. Dokter Gigi 2 - 1 1
3. Perawat (SPK) 19 - - 2
4. S I Gizi 1 1 1 1
5. D II Gizi 4 3 3 4
6. Fisioterapis 12 10 10 10
7. Tehniker Gigi 1 1 1 1
Jumlah 17 17 20

b. Ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit


Jumlah tempat tidur yang ada di ruang rawat inap RSUD Palembang BARI pada
Tahun 2005, 2006, dan 2007 adalah sebagai berikut:
Jumlah
No Kelas
2005 2006 2007
1. Utama 4 4 4
2. I 9 9 10
3. II 13 17 21
4. III 49 49 49
Total 75 79 84

Selain itu terdapat beberapa tempat tidur yang tersebar di ruangan lainnya yaitu:
Jumlah
No Ruangan
2005 2006 2007
1. Kebidanan (VK) - - 5
2. Ginekologi - - 3
3. Neonatus 13 16 20
4. Isolasi 5 5 5
5. Observasi - - 3
Total 18 21 36

Dengan demikian total jumlah tempat tidur pada Tahun 2005 sebanyak 93 buah,
Tahun 2006 sebanyak 100 buah, dan Tahun 2007 sebanyak 120 buah. Dari jumlah
seluruh tempat tidur yang terdapat di ruangan rawat inap menunjukkan bahwa
fasilitas tiap kamar untuk Kelas Utama, I, II, dan III sudah cukup memadai, namun

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


15

masih terdapat beberapa sarana prasarana ruangan yang kurang baik kondisinya
seperti tempat tidur, meskipun masih dapat dipergunakan, dan kebersihan di beberapa
ruangan yang kurang terpelihara.
Dibandingkan dengan ketentuan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.0159/Yan.Med/1987 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah, maka
penyebaran/penempatan tempat tidur belum sepenuhnya sesuai, yaitu terdapat
kelebihan tempat tidur di Kelas Utama dan kekurangan tempat tidur di beberapa
ruangan lainnya dengan rincian sebagai berikut :
Tahun 2005
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 93 = 1,86 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 9 18% x 93 = 16,70 (Maksimal) 17 Kurang 8
3. II 13 20% x 93 = 18,60 (Maksimal) 19 Kurang 6
4. III 49 2 x 30% x 93 = 55,80 (Minimal) 56 Kurang 7
Tahun 2006
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 100 = 2 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 9 18% x 100 = 18 (Maksimal) 18 Kurang 9
3. II 17 20% x 100 = 20 (Maksimal) 20 Kurang 3
4. III 49 2 x 30% x 100 = 60 (Minimal) 60 Kurang 11

Tahun 2007
No Kelas TT tersedia SK Menkes Pembulatan Ket.
1. Utama 4 2% x 120 = 2,40 (Maksimal) 2 Lebih 2
2. I 10 18% x 120 = 21,60 (Maksimal) 22 Kurang 12
3. II 21 20% x 120 = 24 (Maksimal) 24 Kurang 3
4. III 49 2 x 30% x 120 = 72 (Minimal) 72 Kurang 23

Hasil konfirmasi kepada Kepala Rekam Medik menunjukkan bahwa RSUD


Palembang BARI memang lebih banyak menangani pasien dari keluarga miskin atau
kelas III, seiring dengan program Askeskin yang dicanangkan Pemerintah, sehingga
memang dibutuhkan lebih banyak tempat tidur untuk memaksimalkan pelayanan
kesehatan kepada pasien dari keluarga miskin.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal


Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No.0159/Yan.Med/Keu/1987 tentang
Petunjuk pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah pada lampiran yaitu Bagian III

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


16

angka 4 huruf b yang menyatakan bahwa persentase dari jumlah tempat tidur tersedia
pada RSU kelas C dan Rumah Sakit Karantina, terbagi atas :
- Kelas Utama 2% maksimal,
- Kelas I 18 % maksimal,
- Kelas II 20% maksimal,
- Kelas III 60% minimal.

Keadaan tersebut mengakibatkan tidak optimalnya pelayanan kesehatan yang


diberikan oleh rumah sakit kepada masyarakat umum khususnya pada pasien keluarga
miskin.

Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD
Palembang BARI kurang cermat dalam merencanakan kebutuhan tenaga, sarana dan
prasarana.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa saat ini
RSUD Palembang BARI sedang dalam proses penilaian akreditasi untuk 12 pelayanan.
Penilaian yang diberikan sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan baik
dari segi tenaga, sarana dan prasarananya. Perekrutan tenaga yang akan dilaksanakan
mempedomani persyaratan sesuai standar dan kompetensi tenaga yang diperlukan.

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


memberi teguran tertulis kepada Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik untuk lebih
cermat dalam merencanakan dan merealisasikan kebutuhan tenaga, sarana dan prasarana
dengan mempedomani ketentuan yang berlaku.

3. Beberapa Bidang dan Instalasi Rumah Sakit Belum Membuat Program Kerja
Tahunan

RSUD Palembang BARI merupakan RSUD tipe C yang susunan organisasi dan
tata kerjanya diatur dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


17

2004 dan dikukuhkan dengan Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004
tanggal 18 Febuari 2004. Salah satu sub bidang dalam susunan organisasi dan tata kerja
tersebut adalah Sub Bidang Program dibawah pimpinan Wakil Direktur Keuangan dan
Rekam Medik.
Program kerja tahunan merupakan gambaran mengenai kegiatan rumah sakit
terutama proses bisnis rumah sakit. Berdasarkan hasil pemeriksaan atas laporan dari
setiap bidang dan konfirmasi kepada Kepala Sub Bidang Program dan Rekam Medik
serta Kasub Bidang Yan Medik dan Non Medik RSUD Palembang BARI diketahui
terdapat 5 (lima) bidang dan 7 (tujuh) instalasi yang belum membuat program kerja
tahunan yaitu:
a. Kesekretariatan
b. Bidang Keuangan dan Program
c. Bidang Sarana dan Rekam Medik
d. Bidang Keperawatan
e. Bidang Medik dan Non Medik
f. Instalasi Rawat Jalan
g. Instalasi Rawat Inap
h. Instalasi Radiologi
i. Instalasi Laundry
j. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
k. Instalasi Farmasi
l. Instalasi Penyehatan Lingkungan

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Peraturan Daerah No. 3 Tahun 2004 tentang
Organisasi dan Tata Kerja RSUD Palembang BARI Pasal 18 Ayat (2) yang menyebutkan
bahwa Sub Bidang Program mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan rencana,
mengevaluasi dan menginformasikan program RSUD Palembang BARI.

Keadaan tersebut mengakibatkan evaluasi atas pelaksanaan program kerja


tahunan tidak dapat diukur.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


18

Hal tersebut disebabkan kurangnya pengawasan dari Wakil Direktur Keuangan


dan Rekam Medik RSUD Palembang BARI.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Program
Kerja Tahunan disusun berdasarkan informasi yang diterima dari setiap bidang dan
instalasi yang ada di lingkungan RSUD Palembang BARI dan mengacu pada visi, misi
yang telah ditetapkan. Khusus untuk Rencana Strategis Bisnis baru akan disusun sesuai
sengan ketentuan yang semestinya setelah mendapat masukan dari narasumber yang
berkompeten di bidangnya (mempersiapkan RSUD Palembang BARI menjadi BLUD
(Badan Layanan Umum Daerah)).

BPK-RI merekomendasikan Direktur RSUD Palembang BARI agar menegur


secara tertulis Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik untuk meningkatkan
pengawasan dalam penyusunan program mempedomani Rencana Strategis Bisnis yang
disusun.

4. Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Administrasi oleh Tenaga Paramedis pada


Instalasi-instalasi Belum Dibuat

RSUD Palembang BARI ditetapkan menjadi RSUD tipe C berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November
1997. Sesuai dengan fungsinya untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan kegiatan
utamanya pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif, maka melalui Surat
Keputusan Direktur No. 800/555/KR.2/2004 tanggal 14 Oktober 2004 tentang
Pembentukan Instalasi di RSUD Palembang BARI, rumah sakit memiliki 11 instalasi
yaitu :
a. Instalasi Rawat Jalan;
b. Instalasi Rawat Inap;
c. Instalasi Rawat Darurat;
d. Instalasi Bedah Sentral dan ICU;

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


19

e. Instalasi Radiologi;
f. Instalasi Gizi;
g. Instalasi Laundry;
h. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit;
i. Instalasi Laboratorium dan Patologi Klinik;
j. Instalasi Farmasi;
k. Instalasi Penyehatan Lingkungan
Pelaksanaan tugas pelayanan pada instalasi-instalasi tersebut diantaranya
dilaksanakan oleh tenaga-tenaga paramedis baik perawatan maupun non perawatan. Tata
cara pelaksanaan tugas pada masing-masing instalasi diatur dalam suatu prosedur tetap
(protap) yang menjadi pedoman kerja bagi setiap tenaga paramedis dalam mengambil
tindakan pelayanan.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas Laporan Instalasi Laboratorium dan
konfirmasi dengan Kasub Bidang Pelayanan Medik dan Non Medik serta Kepala
Ruangan Zaal Penyakit Dalam dan Kebidanan, diketahui bahwa selain melaksanakan
tugas pelayanan kesehatan seperti yang diatur dalam protap, tenaga paramedis tersebut
juga melaksanakan tugas administrasi antara lain mencatat keluar-masuk pasien,
pengurusan berkas administrasi pasien yang akan keluar dan melaporkannya ke bidang
keuangan. Pelaksanaan tugas tersebut untuk mendukung pelaksanaan sistem informasi
rumah sakit yang terpusat pada bidang keuangan.
Hasil penilaian atas pelaksanaan tugas tersebut diukur dari efektivitas tujuan
pelaksanaan sistem informasi rumah sakit menunjukkan masih banyak tenaga paramedis
yang tidak melaksanakan tugasnya secara semestinya. Berkas administrasi pasien masih
diinput langsung oleh bidang keuangan. Beberapa tenaga paramedis mengakui beban
kerja yang bertambah akibat tugas-tugas dimaksud. Kondisi tersebut juga didukung
dengan kekurangmampuan tenaga paramedis dalam pengoperasian komputer.

Seharusnya setiap prosedur kerja dituangkan dalam suatu kebijakan rumah sakit
berupa prosedur tetap atau standar operasional baku.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


20

Keadaan tersebut mengakibatkan pelaksanaan sistem informasi rumah sakit


terhambat.

Hal tersebut disebabkan Direktur RSUD Palembang BARI lalai tidak segera
membuat prosedur tetap atas pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga
paramedis di setiap instalasi.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur
tetap pelaksanaan tugas administrasi yang dilakukan oleh tenaga paramedis di setiap
instalasi akan segera dibuat setelah dibahas bersama oleh bagian yang terkait.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


membuat suatu prosedur tetap yang terinci atas pelaksanaan tugas administrasi yang
dilakukan oleh tenaga paramedis di setiap instalasi.

5. Satuan Pengawas Intern Rumah Sakit Belum Melaksanakan Tugas Secara Optimal

Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang BARI diatur dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 dan dikukuhkan dengan
Keputusan Walikota Palembang Nomor 5 Tahun 2004 tanggal 18 Febuari 2004. Di dalam
keputusan tersebut disebutkan bahwa Susunan Organisasi RSUD Palembang BARI
terdiri dari :
a. Direktur;
b. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik;
c. Wakil Direktur Pelayanan;
d. Sekretariat;
e. Bidang Keuangan dan Program;
f. Bidang Sarana dan Rekam Medik;
g. Bidang Medik dan Non Medik;
h. Bidang Keperawatan;

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


21

i. Kelompok Jabatan Fungsional;


j. Komite Medik;
k. Staf Medis Fungsional;
l. Instalasi;
m. Satuan Pengawas Intern (SPI).
RSUD Palembang BARI telah membentuk tim SPI berdasarkan Surat Keputusan
Direktur Nomor 800/07.1/RSUD/2007 tanggal 14 Februari 2007 tentang Pembentukan
Tim Satuan Pengawas Intern RSUD Palembang BARI. Tim yang dibentuk tersebut telah
melaksanakan tugas namun masih banyak kegiatan pengawasan dan pengendalian yang
harus dibenahi dalam pengurusan administrasi keuangan dan pelaksanaan kegiatan rumah
sakit yang seharusnya dapat ditemukan lebih dini dan diperbaiki apabila Tim SPI telah
bertugas secara optimal, antara lain :
a. Pada pengelolaan karcis retribusi Unit Gawat Darurat (UGD) tidak terdapat catatan
yang menunjukkan berapa jumlah karcis retribusi yang merupakan persediaan akhir
tahun sebelumnya yang menjadi persediaan awal tahun berikutnya serta berapa
mutasi karcis masuk (pengadaan karcis) dan karcis yang keluar (didistribusikan ke
pasien UGD).
b. Rekonsiliasi atas pencatatan karcis antara unit gawat darurat dan rawat jalan dengan
pencatatan di bidang keuangan tidak pernah dilakukan.
c. Perbedaan pencatatan antara bidang pelayanan dan rekam medik mengenai jumlah
hari perawatan yang dicatat oleh setiap ruang rawat inap, jumlah tempat tidur dan
jumlah pasien untuk perhitungan indikator BOR, Av. LOS dan TOI.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor


983/SK/Menkes/XI/1992 tanggal 12 November 1992 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit Umum pada Bab IX Pasal 47 (1) yang menyatakan bahwa Satuan Pengawas
Intern adalah kelompok fungsional yang bertugas melaksanakan pengawasan terhadap
pengelolaan sumber daya Rumah Sakit.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


22

Keadaan tersebut mengakibatkan ketidaktaatan pada peraturan pengelolaan


keuangan atau ketentuan tentang pelayanan kesehatan serta ketidaktertiban administrasi
tidak dapat dievaluasi secara cepat.

Hal tersebut disebabkan Tim SPI RSUD belum menjalankan program


kerja/rencana pemeriksaan yang dibuatnya secara optimal.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa SPI terdiri
dari Ketua dan dua anggota yang saat ini merangkap tugas di bagian keuangan dan
kepegawaian sehingga program kerja/ rencana pemeriksaan yang telah dibuat tidak dapat
dilaksanakan secara optimal. Untuk itu SPI akan segera dievaluasi karena salah satu
anggota sudah mengurus kepindahan tugasnya ke instansi lain di lingkungan Pemerintah
Kota Palembang.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


segera mengevaluasi Tim SPI dan memerintahkan secara tertulis Tim SPI untuk
menjalankan program kerja/ rencana pemeriksaan yang telah dibuatnya.

6. Pelayanan Farmasi Kepada Pasien Rumah Sakit oleh Apotek Pelengkap Belum
Dibuat Perjanjian

Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien dan
penyediaan obat yang bermutu. Penyelenggaraan pelayanan tersebut difasilitasi oleh
instalasi farmasi dengan tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan produksi, peracikan,
penyimpanan dan pendistribusian obat-obatan.
Tata kerja Instalasi Farmasi pada RSUD Palembang BARI diatur dengan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tanggal 7 Januari 2004 tentang Organisasi dan
Tata Kerja RSUD Palembang BARI. Instalasi farmasi sebagai salah satu instalasi

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


23

penunjang medis difungsikan untuk pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi
pasien RSUD.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan obat dan pelayanan resep bagi pasien
umum, instalasi farmasi dibantu oleh Apotek Pelengkap yang berfungsi melayani resep
pasien umum diluar pasien Askes PNS dan Askeskin yang tidak disediakan oleh Instalasi
Farmasi.
Berdasarkan hasil konfirmasi kepada Kepala Instalasi Farmasi diketahui bahwa
keberadaan Apotek Pelengkap tersebut belum dibuatkan perjanjian dan tidak ada
pembagian kontribusi kepada rumah sakit, padahal Apotek Pelengkap memanfaatkan
fasilitas ruangan dan petugas rumah sakit. Selain itu, resep yang dilayani oleh Apotek
Pelengkap pada dasarnya merupakan obat-obat yang tidak disediakan oleh Instalasi
Farmasi dan merupakan barang konsinyasi perusahaan-perusahaan farmasi.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:


a. Prinsip kepastian hukum bahwa setiap pemanfaatan fasilitas rumah sakit harus dibuat
perjanjian secara tertulis yang memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak.
b. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 436/Menkes/SK/VI/1993
tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan Medis di
Rumah Sakit, Standar Pertama dari pelayanan farmasi yang menjelaskan bahwa
pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Keadaan tersebut mengakibatkan rumah sakit tidak memperoleh kontribusi atas


pemanfaatan fasilitas oleh apotik pelengkap tersebut.

Hal tersebut terjadi karena Direktur RSUD Palembang BARI kurang


memperhatikan pentingnya membuat perikatan kesepakatan bersama dalam rangka
mengamankan kekayaan rumah sakit dan menambah potensi penerimaan bagi rumah
sakit.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


24

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa Instalasi
Farmasi RSUD Palembang BARI mempunyai tugas dan fungsi untuk pelayanan obat-
obatan (mulai pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dalam pemenuhan kebutuhan
obat dan pelayanan resep bagi pasien). Khusus untuk Askes dan Askeskin langsung
dilaksanakan oleh Apotik Sehat Bersama (milik Koperasi Askes) yang dasar
pelaksanaannya mengacu pada MoU yang dibuat pihak rumah sakit dan PT. Askes.
Pelayanan obat untuk pasien umum dalam hal obat tidak tersedia di RSUD Palembang
BARI (sesuai dengan obat rutin yang disediakan dari APBD Kota Palembang) maka
Kepala Instalasi Farmasi menyediakan obat yang diperlukan dengan langsung
mengajukan permintaan kepada distributor untuk menyuplai ke Instalasi Farmasi.
Pengadaan tersebut dan pendistribusian sesuai dengan peresepan yang dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


mengembangkan pelayanan farmasi rumah sakit melalui perikatan dengan pihak koperasi
atau swasta lainnya yang menguntungkan rumah sakit.

7. Beberapa Alat Medis Belum Dimanfaatkan

Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada para pasien, RSUD
Palembang BARI, pada Tahun Anggaran 2006, telah melakukan pengadaan alat-alat
medis untuk mendukung pelayanan kepada pasien. Alat-alat medis tersebut
didistribusikan ke masing-masing instalasi rumah sakit yang akan memanfaatkannya.
Berdasarkan hasil pengamatan di beberapa instalasi diketahui terdapat alat medis
di Instalasi Bedah Sentral yang semenjak pengadaannya belum juga dioperasikan, yaitu :

No Nama Alat Merk


1. Laparoscopy Surgery Richard Woul
2. Endoscopy / Gastroscopy Flexible USA Vision Compact

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


25

Alat medis tersebut bersifat spesifik dan hanya bisa dioperasikan oleh dokter yang
memiliki sertifikasi pengoperasian alat medis tersebut. Berdasarkan hasil wawancara
dengan Kepala Sub Bagian Diklat dan Litbang RSUD Palembang BARI diketahui bahwa
proses pengajuan untuk mendapatkan sertifikasi tersebut membutuhkan waktu yang lama.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia


Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/Jasa Pemerintah, Pasal 3
huruf b yang menyatakan bahwa pengadaaan barang/jasa wajib menerapkan prinsip
efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah
ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran
yang ditetapkan.

Keadaan tersebut mengakibatkan alat medis tersebut belum dapat menunjang


peningkatan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan tujuan pengadaannya.

Hal tersebut disebabkan Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik RSUD
Palembang BARI dalam merencanakan pengadaan alat medis tidak diikuti dengan
perencanaan kebutuhan tenaga medis yang memiliki kompetensi mengoperasikan alat
medis tersebut.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa dalam
rangka pengembangan rumah sakit diperlukan Sumber Daya Manusia, sarana, dan
prasarana yang sesuai dengan standar yang ditentukan, diantaranya termasuk penyediaan
alat-alat kesehatan yang diperlukan. Sejalan dengan pengadaan alat-alat kesehatan
tersebut juga direncanakan diklat untuk tenaga yang akan mendapat sertifikasi
pengoperasian alat medis tersebut yang waktu dan tempat pelaksanaannya tergantung dari
pihak penyelenggara. Untuk pengoperasian Laparascopy dan Endoscopy akan dilakukan
setelah dokter spesialis yang bersangkutan selesai mengikuti diklat (pada bulan Desember
2007 dan awal tahun 2008) dan mendapat sertifikasi.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


26

BPK RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


memberikan teguran tertulis kepada Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik supaya
dalam setiap pengadaan alat-alat medis mempertimbangkan penyediaan SDM yang
mampu (yang mendapat sertifikasi) untuk mengoperasikan alat tersebut.

8. Hasil Penilaian atas Standar Pelayanan untuk Rumah Sakit 12 Pelayanan Masih
Dibawah Rata-rata

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat memiliki peranan penting yang sangat strategis dalam
mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat, oleh karena itu rumah sakit
dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Untuk mengukur
keberhasilan kinerja pelayanan kesehatan rumah sakit diperlukan indikator yang menjadi
tolok ukur keberhasilan kinerja pelayanan kepada masyarakat. Indikator tersebut secara
umum mengacu kepada Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Rumah
Sakit yang wajib dilaksanakan daerah, yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/MENKES/SK/2002 tanggal 28 Maret 2002.
SPM tersebut mengatur beberapa jenis pelayanan minimal yang wajib diselenggarakan
yaitu :
a. Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan
b. Manajemen Rumah Sakit
c. Pelayanan Medik
1) Rawat jalan
2) Rawat Inap
3) Pelayanan penunjang
Suatu standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai
patokan dalam melakukan kegiatan dan meningkatkan mutu pelayanan. Evaluasi atas

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


27

mutu pelayanan dilakukan oleh Panitia Mutu Pelayanan Rumah Sakit dan monitoring
dilakukan oleh Tim Akreditasi Rumah Sakit.
Dalam rangka peningkatan RSUD Palembang BARI menjadi tipe B, manajemen
rumah sakit telah melakukan penilaian atas standar pelayanan untuk Rumah Sakit 12
Pelayanan yang dibina dan dievaluasi oleh Departemen Kesehatan, terdiri dari :
a. Pelayanan Farmasi,
b. Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana,
c. Pelayanan Radiologi,
d. Pelayanan Laboratorium,
e. Pelayanan Kamar Operasi,
f. Pelayanan Pengendalian Infeksi (INOS),
g. Pelayanan Perinatal Risiko Tinggi (PERISTI),
h. Administrasi dan Manajemen,
i. Pelayanan Rekam Medik,
j. Pelayanan Keperawatan,
k. Pelayanan Medik,
l. Pelayanan Gawat Darurat.
Instrumen-instrumen standar tersebut disiapkan oleh Tim Akreditasi RSUD
Palembang BARI yang dibuat dalam bentuk Kelompok Kerja (Pokja) 12 pelayanan yang
ketuanya juga menjabat sebagai ketua Komite Medik RSUD Palembang BARI. Standar
yang dinilai dari masing-masing jenis pelayanan terdiri dari :
a. Falsafah dan Tujuan,
b. Administrasi dan Pengelolaan,
c. Staf dan Pimpinan,
d. Fasilitas dan Peralatan,
e. Kebijakan dan Prosedur,
f. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan,
g. Evaluasi dan Pengendalian Mutu.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


28

Standar diatas merupakan acuan yang ditetapkan RSUD Palembang BARI dalam
rangka menilai mutu pelayanan sekaligus sebagai standar yang digunakan oleh Komisi
Akreditasi RS dan Sarana Kesehatan Lainnya (KARS) dalam rangka penilaian kelayakan
peningkatan tipe rumah sakit.
Hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan adanya kenaikan persentase
pencapaian standar (penilaian sampai dengan bulan November 2007) namun persentase
pencapaian standar untuk 2 (dua) pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan
Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS) dan Pengendalian Infeksi Nosokomial
(INOS) Tahun 2007 masih dibawah rata-rata, terdiri dari:

Nilai (%)
No. Pelayanan
2006 2007
1 K3 RS 48,88 65,00
2 INOS 35,29 60,00

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan Pedoman Survei Akreditasi RS dan Sarana
Kesehatan Lainnya Tahun 2003 mengenai Pedoman Khusus Keselamatan Kerja,
Kebakaran, dan Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS), serta Pedoman Khusus
Pengendalian Infeksi Nosokomial (INOS) yang menyatakan bahwa, nilai standar yang
harus dipenuhi untuk K3 RS dan INOS masing-masing adalah 75%.

Hal tersebut mengakibatkan pelayanan rumah sakit untuk Keselamatan Kerja,


Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS), dan Pengendalian Infeksi
Nosokomial (INOS) belum memadai.

Permasalahan tersebut disebabkan Direktur RSUD Palembang BARI belum


merencanakan dan merealisasikan sarana dan prasarana yang mendukung pencapaian
standar pelayanan Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah
Sakit (K3 RS), dan Pengendalian Infeksi Nosokomial (INOS) secara optimal.

Atas hal tersebut Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa nilai lulus
untuk masing-masing pokja adalah jika nilai rata-ratanya 75% dan tidak ada nilai 60%
atau di bawah 60%. Untuk tahun 2007 untuk penilaian standar akreditasi masih terdapat

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


29

dua pokja yang harus diperhatikan yaitu Infeksi Nosokomial (INOS) dan Keselamatan
Kerja, Kebakaran, dan Kewasapadaan Bencana Rumah Sakit (K3 RS). Hal tersebut
dipengaruhi oleh fasilitas yang tersedia dan diklat untuk (SDM) yang belum terpenuhi.
Untuk itu semua sarana, prasarana, dan diklat akan dilaksanakan supaya pada penilaian
berikutnya akan diperoleh sertifikasi 12 pelayanan.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI untuk


lebih optimal dalam merencanakan dan merealisasikan sarana dan prasarana yang
mendukung pencapaian standar pelayanan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT


TAHUN ANGGARAN 2005 2007
PADA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PALEMBANG BARI

DI
PALEMBANG

Nomor : 05/S/XVIII.PLG/01/2008
Tanggal : 15 Januari 2008
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 08/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan
Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran
2005 2007 pada RSUD Palembang
BARI di Palembang

Kepada Yth.
Ketua DPRD Palembang
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 09/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan
Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran
2005 2007 pada RSUD Palembang
BARI di Palembang

Kepada Yth.
Walikota Palembang
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Tembusan :
1. Yth. Menteri Dalam Negeri, di Jakarta;
2. Yth. Anggota Pembina Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
3. Yth. Auditor Utama Keuangan Negara V BPK-RI, di Jakarta;
4. Yth. Kepala Direktorat Utama Revbang BPK-RI, di Jakarta;
5. Yth. Inspektur Utama BPK-RI, di Jakarta;
6. Yth. Tim Konsulen Hukum Perwakilan BPK-RI, di Palembang.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Jl. Demang Lebar Daun No. 2, Palembang 30137, Telp. (0711) 410549, 316513, Fax. (0711) 358948

Nomor : 10/S/XVIII.PLG/01/2008 Palembang, 15 Januari 2008


Lampiran : 1 (Satu) berkas
Perihal : Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan
Limbah Rumah Sakit Tahun Anggaran
2005 2007 pada RSUD Palembang
BARI di Palembang

Kepada Yth.
Direktur RSUD Palembang BARI
di
Palembang

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 23 E Perubahan Ketiga UUD 1945 jo Pasal 8 ayat (1)
UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan jo Pasal 17 ayat (6) UU Nomor
15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
dengan hormat kami sampaikan Hasil Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Tahun Anggaran 2005 2007 pada RSUD Palembang BARI di Palembang.
Badan Pemeriksa Keuangan mengharapkan tanggapan mengenai langkah-langkah
penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI

Halaman
Resume Hasil Pemeriksaan... i

I. Pemeriksaan Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI .................................... 1


1.1. Dasar Pemeriksaan........................................................................................................ 1
1.2. Tujuan Pemeriksaan...................................................................................................... 1
1.3. Sasaran Pemeriksaan..................................................................................................... 1
1.4. Obyek Pemeriksaan....................................................................................................... 1
1.5. Lingkup Pemeriksaan ................................................................................................... 1
1.6. Jangka Waktu Pemeriksaan.......................................................................................... 1
1.7. Metodologi Pemeriksaan............................................................................................... 1
1.8. Batasan Pemeriksaan..................................................................................................... 2
1.9. Kriteria Pemeriksaan..................................................................................................... 2

II. Latar Belakang............................................................................................................... 4


2.1. Gambaran Umum RSUD Palembang BARI................................................................. 4
2.2. Jenis Limbah RSUD Palembang BARI......................................................................... 6
2.3. Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI............................................................. 8
2.4. Dampak Bila Limbah RSUD Tidak Dikelola dengan Baik.......................................... 11

III. Hasil Pemeriksaan... 13


3.1.1 Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan
Lingkungan Rumah Sakit. 13
3.2.1 Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan... 19
3.2.2 Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya
Pencemaran.. 23
3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum
Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan 28
3.2.4 Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


ii

Berisiko Menimbulkan Bahaya Pencemaran 32


3.3.1 Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai 33
3.3.2 Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai.. 37

IV. Kesimpulan................................................................................................................... 39

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI
PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG
HASIL PEMERIKSAAN PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT
PADA RSUD PALEMBANG BARI
DI
PALEMBANG

SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2007

RESUME HASIL PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit pada RSUD Palembang BARI


bertujuan untuk menilai apakah RSUD telah melakukan pengelolaan limbah rumah sakit
sesuai dengan peraturan perundangan.
Metode pemeriksaan yang digunakan mengacu pada Standar Audit Pemerintahan,
yaitu dilakukan secara uji petik (sampling) dengan analisa prosedur yaitu mereview
sistem yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan atas seluruh
aktivitas yang diperiksa. Metode ini meliputi wawancara dengan pejabat-pejabat yang
kompeten dan pengujian terhadap dokumen-dokumen yang ada seperti program, rencana
tahunan, prosedur dan lain-lain.
Pemeriksaan atas Pengelolaan Limbah Rumah Sakit pada RSUD Palembang
BARI Tahun Anggaran 2005 s.d 2007 dilakukan dengan berpedoman pada Peraturan
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Nomor 1 Tahun 2007 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan kami
merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar kami memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa Simpulan kami telah didukung bukti yang relevan. Hal-hal yang tidak
kami uji tidak menjadi dasar kami dalam mengambil kesimpulan.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


ii

Tanpa mengurangi keberhasilan yang telah dicapai, bahwa dari hasil pemeriksaan
masih menunjukkan beberapa penyimpangan yang perlu mendapat perhatian, yakni
sebagai berikut:
a. Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan Lingkungan
Rumah Sakit
b. Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan
c. Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya
Pencemaran
d. Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum
Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan
e. Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Berisiko
Menimbulkan Bahaya Pencemaran
f. Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai
g. Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai
Sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut di atas, disarankan agar segera
diambil langkah-langkah tindak lanjut seperlunya sesuai rekomendasi BPK-RI
sebagaimana dimuat dalam Temuan Pemeriksaan.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI


KEPALA PERWAKILAN BPK RI DI
PALEMBANG

MUZAKKIR
NIP.240000857

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BAB I
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN LIMBAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

1.1. Dasar Pemeriksaan


a. Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23 E.
b. Undang-undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan RI.
c. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara.

1.2. Tujuan Pemeriksaan


Untuk menilai apakah Rumah Sakit Umum Daerah telah melakukan pengelolaan
limbah rumah sakit sesuai dengan peraturan perundangan.

1.3. Sasaran Pemeriksaan


Pemeriksaan diarahkan pada kegiatan pengelolaan Limbah Cair dan kegiatan
pengelolaan Limbah Padat yang pada dasarnya meliputi kegiatan:
a. Perencanaan pengelolaan limbah rumah sakit,
b. Pengumpulan limbah rumah sakit,
c. Penyimpanan limbah rumah sakit,
d. Pemindahan limbah rumah sakit,
e. Pengolahan dan pembuangan limbah rumah sakit, serta
f. Pengawasan/pemantauan atas limbah rumah sakit.

1.4. Obyek Pemeriksaan


Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI yang berkedudukan di Kelurahan
5 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Kota Palembang.

1.5. Lingkup Pemeriksaan


Pemeriksaan ini hanya mencakup kegiatan pengelolaan limbah rumah sakit dari
periode Tahun Anggaran 2005 sampai dengan 2007.

1.6. Jangka Waktu Pemeriksaan


Pemeriksaan dilakukan dari tanggal 10 September s.d. 21 Nopember 2007.

1.7. Metodologi Pemeriksaan


Pemilihan fokus pemeriksaan dilakukan melalui pendekatan risiko dengan
mempertimbangkan sistem pengendalian intern, dampak, dan frekuensi

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


2

terjadinya ketidakpatuhan atas kegiatan pengelolaan limbah cair, limbah padat


medis dan non medis.
Pemilihan dan pengumpulan bukti dilakukan dengan menggunakan teknik
stratified random sampling. Untuk mengumpulkan bukti digunakan teknik
pemeriksaan berupa observasi, wawancara dan pengujian dokumen serta analisis
pemeriksa.

1.8. Batasan Pemeriksaan


Pemeriksaan ini juga menggunakan data dan informasi sekunder dari pendapat
ahli dalam bentuk hasil kajian, hasil survei, dan lain-lain yang diperoleh dari
berbagai sumber. BPK-RI menggunakan data dan informasi ini sebagai
pendukung atas kondisi yang disajikan tanpa melakukan pengujian lebih lanjut
atas kebenaran data atau informasi tersebut.

1.9. Kriteria Pemeriksaan


Peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan limbah Rumah Sakit :
a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
d. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 Tahun 1995
tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
e. Keputusan Menteri LH Nomor 86 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
LH.
f. Keputusan Menteri LH Nomor KEP-42/MENLH/11/1994 tentang Pedoman
Umum Pelaksanaan Audit Lingkungan.
g. Keputusan Menteri LH Nomor 50/MENLH/11/1996 tentang Baku Tingkat
Kebauan.
h. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 928/Menkes/Per/IX/1995 tentang
Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Bidang Kesehatan.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


3

j. Formulir Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan (Inspeksi Sanitasi) Rumah


Sakit, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan RI.
k. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-
03 Bapedal/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
l. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 472 Tahun 1996 tentang: Pengamanan
Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
m. Pedoman Pembuangan Secara Aman Obat-Obatan Tak Terpakai Saat dan
Pasca Kedaruratan, World Health Organizations 1999.
n. Peraturan-Peraturan Daerah yang terkait dengan Pengelolaan Limbah.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BAB II
LATAR BELAKANG

2.1. Gambaran Umum RSUD Palembang BARI


RSUD Palembang BARI pada awalnya dibangun dengan nama Poliklinik/
Puskesmas Panca Usaha pada Tahun 1986 dan kemudian diresmikan menjadi RSUD
Palembang BARI pada tanggal 19 Juni 1995.
RSUD Palembang BARI terletak di Kecamatan Seberang Ulu I Jalan Panca
Usaha Nomor 1 Kelurahan 5 Ulu Darat. Untuk sementara ini, RSUD Palembang
BARI membina daerah Seberang Ulu dan menerima rujukan dari 9 (sembilan) Pusat
Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Induk, 12 (dua belas) Puskesmas Pembantu,
Dokter dan Bidan praktik swasta, serta rujukan dari Puskesmas-Puskesmas yang
berada di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI) dan Musi Banyuasin (Muba).
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1326/Menkes/SK/XI/1997 tanggal 10 November 1997, RSUD Palembang Bari telah
ditetapkan menjadi RSUD tipe C, dan saat ini RSUD Palembang Bari sedang dalam
proses akreditasi untuk menjadi RSUD tipe B.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, RSUD
Palembang BARI mempunyai pelayanan sebagai berikut :
a. Pelayanan Rawat Jalan.
1) Poliklinik Spesialis Bedah,
2) Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam,
3) Poliklinik Spesialis Kebidanan,
4) Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana (KB),
5) Poliklinik Spesialis Anak,
6) Poliklinik Spesialis Mata,
7) Poliklinik Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT),
8) Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin,
9) Poliklinik Spesialis Gigi, dan
10) Instalasi Rawat Darurat.
b. Pelayanan Rawat Inap.
1) Pelayanan Rawat Inap Umum,

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


5

2) Pelayanan Rawat Inap Umum Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana (KB),
3) Pelayanan Rawat Inap Penyakit Anak, dan
4) Pelayanan Rawat Inap VIP.
c. Pelayanan Penunjang.
1) Instalasi Laboratorium Klinik,
2) Instalasi Radiologi,
3) Instalasi Farmasi,
4) Instalasi Bedah Sentral,
5) Instalasi Gizi, dan
6) Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
Susunan organisasi dan tata kerja RSUD Palembang Bari diatur dan ditetapkan
dalam Keputusan Walikota Nomor 05 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan
Daerah Nomor 03 Tahun 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit
Umum Daerah Palembang BARI. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa RSUD
Palembang Bari adalah Lembaga Teknis Daerah yang merupakan unsur penunjang
Pemerintah Daerah di bidang pelayanan kesehatan. RSUD Palembang Bari
mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan dengan mengutamakan upaya
penyembuhan dan pemulihan penyakit, keadaan cacat badan dan jiwa yang
dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Susunan organisasi Rumah Sakit terdiri dari
a. Direktur,
b. Wakil Direktur Keuangan dan Rekam Medik,
c. Wakil Direktur Pelayanan,
d. Komite Medik, Staf Medik Fungsional
e. Sekretariat,
f. Bidang Keuangan dan Program,
g. Bidang sarana dan Rekam Medik,
h. Bidang Medik dan Non Medik,
i. Bidang Keperawatan,
j. Kelompok Jabatan Fungsional,
k. Satuan Pengawas Intern.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


6

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah dilakukan oleh Instalasi Penyehatan


Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur
RSUD Palembang Bari Nomor 800/502/RSUD/2006, tanggal 1 Mei 2006 tentang
Struktur Organisasi Instalasi Penyehatan Lingkungan RSUD Palembang Bari. IPL-RS
merupakan unit fungsional yang bertanggung jawab terhadap lingkungan fisik,
kimiawi dan biologi di rumah sakit.
Perkembangan sarana Tempat Tidur dan Kunjungan Rawat Jalan/Inap RSUD
Palembang BARI Tahun 2002 sampai dengan Tahun 2006 adalah sebagai berikut :
2002 2003 2004 2005 2006
Tempat Tidur 82 82 84 88 93
Kunjungan Rawat Jalan 22.865 27.197 21.582 27.498 33.492
Kunjungan Rawat Inap 4.103 2.789 2.987 3.427 5.561

Peningkatan jumlah kunjungan secara langsung memberikan dampak peningkatan


produksi limbah rumah sakit.

2.2. Jenis Limbah RSUD Palembang BARI


Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan, RSUD menghasilkan 3
(tiga) jenis limbah, yaitu:
a. Limbah cair yaitu semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan
rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia
beracun, dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan. Limbah cair dapat berupa
buangan dari pasien, bekas cucian peralatan, bekas cucian tangan, tetesan darah,
limbah dari obat-obatan cair yang mengandung berbagai bahan kimia baik yang
beracun maupun yang tidak beracun.
b. Limbah padat yaitu semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit. Limbah padat terdiri dari:
1) Limbah padat medis yaitu limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius,
limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis dan
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, dan limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2) Limbah padat non medis yaitu limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di
rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan
halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


7

c. Limbah gas yaitu semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan
pembakaran di rumah sakit antara lain pembakaran insinerator, dapur,
perlengkapan generator, anastesi, dan pembuatan obat sitotoksik.
Limbah medis RSUD merupakan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), yang
berdasarkan sifatnya dapat diklasifikasikan menjadi:
a. Limbah infeksius yaitu limbah yang terkontaminasi organisme pathogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan
virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan;
b. Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah;
c. Limbah sitotoksis yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan
pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan
untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup;
d. Limbah jaringan tubuh padat yang meliputi organ, anggota badan yang dihasilkan
pada saat pembedahan atau autopsi;
e. Limbah kimia yaitu limbah yang dihasilkan dari penggunaan kimia dalam
tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset;
f. Limbah farmasi yaitu limbah yang berasal dari obat-obatan;
g. Limbah radioaktif adalah bahan bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.

Limbah cair

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


8

Limbah padat

2.3. Pengelolaan Limbah RSUD Palembang BARI


Prosedur pengelolaan limbah RSUD per jenis limbah adalah sebagai berikut :
a. Prosedur pengelolaan limbah cair
1) Saluran pembuangan air limbah dipisah untuk saluran air hujan dan saluran
limbah cair;
2) Limbah cair disalurkan ke septic tank dan rawa resapan;
3) Limbah cair diolah dalam septic tank setiap hari;
4) Limbah cair pada rawa resapan dipantau melalui pemeriksaan effluent (air
limbah olahan) dengan parameter fisik, kimia, dan mikrobiologi sebelum
dibuang ke lingkungan.
b. Prosedur pengelolaan limbah padat non medis
1) Pemilahan/ pemisahan limbah padat non medis an-organik yang berbentuk
logam, kaca, kertas, plastik (sampah kering), dan organik berupa sampah
makanan dan tanaman (sampah basah);
2) Pengemasan dan pengumpulan limbah padat non medis dengan menggunakan
kantong plastik berwarna hitam;
3) Pengangkutan limbah padat non medis dari ruangan/instalasi ke Tempat
Pembuangan Sementara (TPS) RSUD dilakukan 2 (dua) kali sehari dan
pengangkutan dari TPS RSUD ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
dilakukan oleh Dinas Kebersihan;
4) Pengolahan limbah padat non medis dilakukan oleh Dinas Kebersihan;
5) TPS dibersihkan setelah limbah padat non medis diangkut ke TPA;
6) Pengawasan di lapangan dilakukan secara berkala sesuai jadwal.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


9

c. Prosedur pengelolaan limbah padat medis


1) Pemisahan/pemilahan antara limbah padat medis tajam dan tidak tajam;
2) Pengemasan dan pengumpulan limbah padat medis tidak tajam ditempatkan ke
kantong plastik berwarna kuning, sedangkan limbah padat medis tajam
ditempatkan dalam tempat khusus (safety box) yang tahan benda tajam;
3) Pengangkutan limbah padat medis dari ruangan ke selasar yang telah
ditentukan kemudian diangkut ke insinerator dengan troli setiap pagi atau
siang hari;
4) Selama Tahun 2005, RSUD melakukan penimbunan (sanitary landfill) atas
sampah medis yang dihasilkannya. Unit pemusnah sampah medis berupa
incinerator baru mulai dioperasikan pada tanggal 18 Februari 2006.
Pengolahan limbah medis padat dengan insinerasi/pembakaran di insinerator
dilakukan 2 hari sekali atau tergantung jumlah limbah yang dihasilkan;
5) Abu hasil pembakaran diangkut ke TPA oleh petugas Dinas Kesehatan;
6) Pengawasan di lapangan dilakukan secara berkala sesuai jadwal.
d. Prosedur pengelolaan limbah gas
1) Pembakaran dengan insinerator dilakukan suhu pembakaran minimal 1000C
untuk pemusnahan bakteri pathogen dan mengurangi emisi gas dan debu;
2) Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi
gas oksigen dan dapat menyerap debu.
Khusus untuk limbah radioaktif yang dapat berupa limbah cair maupun limbah padat
ditampung atau dikumpulkan untuk kemudian dikembalikan kepada produsen untuk
didaur ulang.
Secara umum, proses pengelolaan limbah dapat digambarkan pada diagram
berikut:
Limbah Rumah Sakit

Padat Cair Rawa/Resapan


Tanah

Non Klinis Klinis Septic Tank

Kontainer Pengumpulan

TPA Ditimbun/
Dibakar

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


10

Incinerator

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)


Dalam pengelolaan limbah, sarana dan prasarana yang digunakan RSUD
terdiri dari:
a. Untuk pengelolaan limbah cair berupa saluran air hujan, spool hook, saluran
limbah cair, septic tank, dan saluran pembuangan limbah ke lingkungan.
b. Untuk pengelolaan limbah padat non medis berupa tempat sampah, kantong
plastik warna hitam, gerobak/troli, Tempat Penampungan Sementara (TPS),
topi/helm pelindung, sepatu, sarung tangan dan pakaian khusus.
c. Untuk pengelolaan limbah padat medis berupa tempat sampah medis, kantong
plastik warna kuning, tempat pengumpulan khusus limbah padat tajam (safety
box), gerobak/troli, insenerator, Tempat penampungan Sementara (TPS),
topi/helm pelindung, sepatu, sarung tangan, pakaian dan kacamata pelindung.
d. Untuk pengelolaan limbah gas berupa alat untuk mengurangi emisi gas dan debu
serta pohon untuk penyerapan.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


11

2.4. Dampak Bila Limbah RSUD Tidak Dikelola dengan Baik


Limbah RSUD jika tidak tertangani dengan baik akan berdampak bagi
manusia, mahluk hidup, serta lingkungan di sekitar RSUD. Dampak tersebut yaitu:
a. Dampak Pencemaran Air
1) air menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga (misalnya air
minum, memasak, mencuci). industri, pertanian (misalnya: air yang terlalu
asam/basa akan mematikan tanaman/hewan);
2) air menjadi penyebab penyakit menular, air yang telah tercemar oleh senyawa
organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai penyakit
dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera, Thypus
Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya);
3) air menjadi penyebab penyakit tidak menular, penyakit tidak menular dapat
muncul terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik
terutama unsur logam (misalnya keracunan air raksa/merkuri)
b. Dampak Pencemaran Daratan
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau
dikumpulkan di suatu tempat penampungan, tempat penampungan ini dapat
bersifat sementara atau tetap. Dampak pencemaran daratan terdiri dari:
1) Dampak langsung, dampak pencemaran daratan yang secara langsung
dirasakan adalah timbulnya bau busuk karena degradasi limbah organik oleh
mikroorganisme, dampak langsung lainnya timbunan limbah padat dalam
jumlah besar akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, secara psikis akan
mempengaruhi penduduk di sekitar tempat penumpukan sampah tersebut;
2) Dampak tak langsung, contohnya tempat pembuangan limbah padat baik
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) akan menjadi pusat perkembangbiakan tikus dan serangga yang
merugikan manusia seperti lalat dan nyamuk. Penyakit-penyakit yang
ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan nyamuk di antaranya adalah
pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan sebagainya.
c. Dampak Pencemaran Udara
Dampak pencemaran udara merupakan masalah yang serius, karena dampak
pencemaran udara sangatlah merugikan tidak hanya akibat langsung terhadap
kesehatan manusia tetapi juga berpengaruh kepada hewan, tanaman dan
sebagainya. Berikut uraian komponen pencemar udara:

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


12

1) Karbon monoksida (CO)


Karbon monoksida apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran
darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi
secara metabolis dengan darah.
2) Nitrogen Oksida (Nox)
Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat mnyebabkan gangguan pada sistem
syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang, bila keracunan ini terus berlanjut
akan menyebabkan kelumpuhan.
3) Belerang Oksida (Sox)
Pencemaran Sox menyebabkan gangguan pada sistem pernafasan, hal ini
karena gas Sox yang mudah menjadi asam tersebut menyerang selaput lendir
pada hidung, tenggorokan, dan saluran pernafasan lain sampai ke paru-paru,
serangan gas tersebut menyebabkan iritasi pada bagian tubuh yang terkena.
4) Partikel
Udara yang telah tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit saluran pernafasan/pneumokoniosis
5) Pencemaran Debu Kapas
Pencemaran debu kapas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru menimbulkan penyakit bisinosis, tanda-tanda awalnya adalah
sesak nafas, apabila sudah lanjut dan berat bisa menimbulkan bronkhitis
kronis.

PERWAKILAN BPK RI DI PALEMBANG


BAB III
HASIL PEMERIKSAAN

3.1. PERENCANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RSUD

3.1.1.Perencanaan Pengelolaan Limbah Belum Mendukung Upaya Penyehatan


Lingkungan Rumah Sakit

Upaya pengelolaan limbah rumah sakit meliputi kegiatan-kegiatan yang


kompleks sehingga memerlukan suatu perencanaan yang tidak hanya memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan tetapi juga persyaratan hukum dan dukungan
pendanaan yang memadai. Mengingat dampak besar yang mungkin terjadi sebagai
akibat pengelolaan limbah yang tidak optimal, kebijakan-kebijakan yang mendukung
pengelolaan limbah rumah sakit yang memenuhi persyaratan-persyaratan dimaksud
sangat diperlukan.
RSUD Palembang BARI merupakan rumah sakit milik Pemerintah Kota
Palembang dan ditetapkan sebagai RSUD Tipe C berdasarkan Surat Keputusan
Departemen Kesehatan Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 tentang Penetapan RSUD
Palembang BARI menjadi RSUD Kelas/Tipe C. Dengan kondisi demikian, faktor
dukungan pemerintah kota sangat diperlukan selain perhatian yang penuh atas
pengelolaan limbah rumah sakit dari manajemen rumah sakit.
Hasil penilaian atas pemenuhan beberapa persyaratan perencanaan
penanganan limbah rumah sakit dapat diuraikan hal-hal sebagai berikut :
a. Program Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit belum mendukung rencana
pengelolaan lingkungan rumah sakit, diantaranya :
1) Program pengelolaan limbah cair tidak memperhatikan tolok ukur dampak
dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI.
Rumah sakit telah melakukan pemantauan kualitas kesehatan lingkungan
diantaranya pengujian kualitas air limbah pada kolam penampungan setiap
tahunnya. Beberapa parameter yang diuji melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan dalam ketentuan yang berlaku. Dampak besar dan penting
penanganan limbah cair dalam RKL menyebutkan bahwa limbah cair dari
berbagai kegiatan berupa air kotor dan bekas akan menurunkan kualitas air
karena menyebabkan penurunan dissolved oxygen badan air, peningkatan

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


14

BOD, COD, minyak dan lemak sulfida, phospat, dan bakteri yang berdampak
sekunder pada biota air dan kesehatan masyarakat. Upaya pengelolaan limbah
untuk mengurangi dampak tersebut tidak didukung oleh program percepatan
pembuatan sarana pengolahan limbah yang memenuhi persyaratan kesehatan
lingkungan.
2) Upaya pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL tidak dituangkan
dalam Program Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Tujuan pengelolaan pencemaran udara dan bau dalam RKL adalah mencegah
terjadinya pencemaran udara oleh bau dan pembusukan sampah (NH3 dan
H2S) serta uap logam dari pembakaran di incinerator. Untuk menghindari
risiko tersebut, upaya pengelolaan yang harus dilakukan adalah menguji
efisiensi pembakaran incinerator, namun pada kenyataannya upaya tersebut
tidak didukung oleh program yang dijalankan.
b Kegiatan pengolahan limbah rumah sakit belum memenuhi persyaratan hukum
diantaranya pengoperasian incinerator yang belum memiliki izin. Izin operasi alat
pengolahan tersebut berupa izin mengenai kelayakan pengoperasian peralatan
pengolahan limbah antara lain efisiensi pembakaran 99,99% dengan menggunakan
alat pengendalian pencemaran udara. RSUD Palembang BARI juga tidak
memiliki izin dalam melakukan pembuangan limbah cair kategori B3 yang
dibuang ke kolam penampungan dan resapan tanah melalui septic tank tanpa
pengolahan terlebih dahulu.
c. Sumber daya manusia pengelola limbah belum memadai dan memenuhi
kualifikasi.
Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) dibentuk berdasarkan
Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor 800/502/RSUD/2006,
tanggal 1 Mei 2006 tentang Struktur Organisasi Instalasi Penyehatan Lingkungan
RSUD Palembang BARI. IPL-RS merupakan unit fungsional yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan fisik, kimiawi dan biologi di rumah sakit dan dipimpin
oleh Kepala Instalasi yang dibantu dan didampingi oleh 4 (empat) Kepala Sub
Instalasi (Sub Instalasi Administrasi dan Logistik, Sub Unit Penyehatan Air, Sub
Unit Kesehatan Lingkungan, Sub Unit Sanitasi Ruang Bangunan) serta pelaksana
dan operator.
Berdasarkan Lampiran Keputusan Direktur RSUD Palembang BARI Nomor
800/502/RSUD/2006 tersebut menunjukkan bahwa IPL-RS dipimpin oleh Kepala

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


15

Instalasi yang hanya dibantu oleh 1 (satu) orang Kepala Sub Instalasi yaitu Sub
Instalasi Penyehatan Air. Tugas-tugas lain seperti administrasi dan logistik,
penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan pemeliharaan kebersihan/kesehatan
gedung dilaksanakan langsung oleh Kepala Instalasi. 3 (tiga) orang pelaksana dan
1 (satu) orang operator incinerator belum mencukupi untuk menyelenggarakan
pengelolaan limbah dan tidak memiliki kualifikasi dan kompetensi yang memadai
dalam hal pengetahuan tentang pengelolaan limbah. Pelaksanaan pengelolaan
limbah hanya didasari atas rutinitas pekerjaan dan pengarahan internal dari Kepala
Instalasi.
d. Anggaran yang disediakan dalam rangka pengelolaan limbah rumah sakit tidak
memadai. Hasil pengamatan atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah
menunjukkan beberapa permasalahan yang timbul sebagai akibat minimnya
pendanaan yang dialokasikan rumah sakit untu kegiatan tersebut, diantaranya :
1) Hasil pemantauan dan pemeriksaan oleh Tim Pemantauan Bapedalda Kota
Palembang Tahun 2002 sesuai Surat Nomor 660/201/Bapedalda/2002 tanggal
7 Mei 2002 perihal Pengendalian Dampak Lingkungan merekomendasikan
kepada Direktur RSUD Palembang BARI untuk membuat Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) sebagai unit pengolah limbah rumah sakit
namun tidak ditanggapi serius oleh Pemerintah Kota Palembang. Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) baru direalisasikan pada Tahun Anggaran
2007 dan masih dalam tahap pengerjaan.
2) Kinerja incinerator sangat dibawah standar. Asap hasil proses insinerasi
seharusnya dibuang melalui cerobong namun pada kenyataannya keluar dari
tutup incinerator yang rusak. Biaya pemeliharaan untuk incinerator tidak
pernah dianggarkan. Pemeliharaan mutlak dibutuhkan untuk memperpanjang
umur ekonomis dan teknis alat tersebut untuk dapat memproses sampah medis
yang sesuai dengan persyaratan lingkungan. Emisi incinerator belum pernah
diuji sehingga tidak dapat diketahui informasi mengenai baku mutu emisi
tersebut.
3) Biaya pengelolaan limbah yang paling banyak diserap dalam APBD hanya
berupa pengadaan kantong plastik, kotak sampah dan pengujian kualitas air
kolam penampungan/rawa resapan.
4) Pengujian kualitas udara sebagai bagian dari aspek pengelolaan limbah belum
pernah dilakukan. Kualitas udara disekitar kolam penampungan/rawa resapan

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


16

dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) seharusnya menjadi ukuran rumah


sakit dalam pengelolaan limbahnya.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup :
1) Pasal 16 ayat (1) Setiap Penanggung Jawab Usaha Dan/Atau Kegiatan Wajib
Melakukan Pengelolaan Limbah Hasil Usaha Dan/Atau Kegiatan.
2) Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang dilarang melakukan
pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Pasal 40 :
1) ayat (1) Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan :
a) penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau
penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari Kepala instansi
yang bertanggung jawab.
b) pengangkut limbah B3 wajib memiliki izin pengangkutan dari Menteri
Perhubungan setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang
bertanggung jawab.
c) pemanfaatan limbah B3 sebagai kegiatan utama wajib memiliki izin
pemanfaatan dari instansi yang berwenang memberikan izin pemanfaatan
setelah mendapat rekomendasi dari Kepala instansi yang bertanggung
jawab.
2) ayat (3) Kegiatan pengolahan limbah B3 yang terintegrasi dengan kegiatan
pokok wajib memperoleh izin operasi alat pengolahan limbah B3 yang
dikeluarkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.
3) ayat (4) Persyaratan untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah sebagai berikut :
a) memiliki akte pendirian sebagai badan usaha yang telah disyahkan oleh
instansi yang berwenang;
b) nama dan alamat badan usaha yang memohon izin;
c) kegiatan yang dilakukan;
d) lokasi tempat kegiatan;
e) nama dan alamat penanggung jawab kegiatan;
f) bahan baku dan proses kegiatan yang digunakan;

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


17

g) spesifikasi alat pengelolaan limbah;


h) jumlah dan karakteristik limbah B3 yang disimpan, dikumpulkan,
dimanfaatkan, diangkut, diolah atau ditimbun;
i) tata letak saluran limbah, pengolahan limbah, dan tempat penampungan
sementara limbah B3 sebelum diolah dan tempat penimbunan setelah
diolah;
j) alat pencegah pencemaran untuk limbah cair, emisi, dan pengolahan
limbah B3.
c. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1978 tentang Pelaksana
Kegiatan Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit diantaranya disebutkan
bahwa dalam menunjang pelayanan kesehatan di rumah sakit diperlukan tenaga
ahli kesehatan lingkungan sesuai dengan bidang tugasnya yaitu dengan kriteria
sebagai berikut :
No. Jabatan Jumlah Pendidikan Keterangan
1. Kepala IPL-RS 1 S1 Kualifikasi tenaga
2. Ka. Sub Instalasi 4 S1/DIII/DI disesuaikan dengan
3. Urusan 7 DIII/DI bidang tugasnya.
4. Pelaksana * SLTA/SLTP/SD
d. Keputusan Kepala Bappedal No.Kep03/Bappedal/09/1995 tanggal 5 september
1995 pada lampiran di huruf f menyebutkan bahwa perusahaan wajib memberikan
pelatihan secara berkala kepada karyawan meliputi pelatihan dasar dan pelatihan
teknis.

Keadaan tersebut mengakibatkan :


a. Pengelolaan limbah rumah sakit tidak efektif dan menimbulkan dampak negatif
bagi kesehatan lingkungan di kemudian hari.
b. Dalam melaksanakan tugas rutinnya para pelaksana yang awam terhadap
penyehatan lingkungan kurang memahami tugas yang dilaksanakan.
c. Tingkat resiko kesalahan kerja yang tinggi karena minimnya pengetahuan tentang
tugas yang dilaksanakan dan dampak-dampak yang ditimbulkan dari kesalahan
tersebut.

Hal ini terjadi karena :


a. Walikota Palembang kurang memberikan perhatian terhadap pengelolaan limbah
rumah sakit.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


18

b. Direktur RSUD Palembang BARI belum optimal dalam merencanakan


pengelolaan limbah, baik itu untuk program penyehatan lingkungan rumah sakit
maupun peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan


bahwa pengelolaan limbah RSUD Palembang BARI telah direncanakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dengan tahapan pembuatan studi AMDAL RSUD Palembang
BARI yang disahkan oleh Walikota Palembang Nomor 439 Tahun 2006 tanggal 03
Maret 2006. Dalam pengembangan menuju Rumah Sakit Kelas B dan agar
pengelolaan limbah dapat dilaksanakan lebih baik / secara professional dibentuk
Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS) berdasarkan Keputusan
Direktur RSUD Palembang BARI Nomor : 800/502/RSUD/2006 tanggal 01 Maret
2006. Struktur organisasi IPL-RS terdiri dari Kepala IPL-RS yang kompetensinya
sudah sesuai dengan ketentuan yang diharapkan (Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 134 Tahun 1978 tentang Pelaksanaan Kegiatan IPL-RS
sedangkan Pelaksana Administrasi dan Logistik dengan latar belakang SMA,
Penanggungjawab Unit dikoordinasikan oleh Sanitarian dengan latar belakang D3
(APK) dan D1 (SPPH). Secara bertahap penambahan personil di lapangan
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan ditindaklanjuti setelah kami memperoleh
informasi dari Tim Surveyor KARS Departemen Kesehatan pada waktu pembinaan
Akreditasi 12 Pelayanan. Perekrutan pegawai yang dilakukan sesuai dengan
kompetensinya dan untuk kebutuhan tenaga-tenaga tersebut saat ini sedang dalam
proses seleksi. Diklat/kursus (AMDAL A dan C) untuk kegiatan IPL telah diikuti oleh
3 (tiga) orang tenaga IPL RSUD Palembang BARI walaupun tidak secara berkala dan
untuk waktu yang akan datang program pengelolaan limbah akan lebih dioptimalkan.
Walikota Palembang sangat memperhatikan sekali program kesehatan untuk
masyarakat Kota Palembang dan sangat mendukung program-program pengembangan
RSUD Palembang BARI walaupun pelaksanaannya dilakukan secara bertahap yang
mana pada saat ini RSUD Palembang BARI telah mempunyai incinerator, Instalasi
Pengolahan Air Limbah juga alat penghancur jarum suntik (cyro).

BPK-RI merekomendasikan kepada :


a. Walikota Palembang agar lebih memberikan perhatian terhadap pengelolaan
limbah rumah sakit melalui alokasi anggaran yang memadai untuk sarana dan
prasarana pengelolaan limbah rumah sakit dan memerintahkan Direktur RSUD

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


19

Palembang BARI untuk menyesuaikan sumber daya pengelolaan lingkungan


(termasuk pengelolaan limbah) dengan ketentuan dan memberikan pelatihan-
pelatihan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelolaan limbah.
b. Direktur RSUD Palembang BARI agar mengevaluasi perencanaan pengelolaan
limbah, baik itu untuk program penyehatan lingkungan dan pengelolaan limbah
rumah sakit didasari dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL).
c. Direktur RSUD Palembang Bari memerintahkan Wakil Direktur Keuangan dan
Rekam Medik untuk segera melakukan pengurusan perizinan pengoperasian
incinerator.

3.2. PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH RSUD

3.2.1 Pengelolaan Limbah Cair Tidak Memperhatikan Kesehatan Lingkungan

Rumah sakit merupakan salah satu penghasil limbah bahan berbahaya dan
beracun (B3) seperti disebutkan dalam Lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun bahwa
rumah sakit merupakan penghasil limbah B3 dari sumber yang spesifik dengan kode
limbah D227 dan sumber pencemarannya adalah seluruh kegiatan rumah sakit dan
laboratorium klinis.
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Untuk menjamin semua limbah B3 dibuang dengan aman, maka diperlukan
pengelolaan khusus sebagai strategi pengelolaan limbah sebagai bentuk tanggung
jawab rumah sakit terhadap kesehatan lingkungan di sekitarnya.
RSUD Palembang BARI telah melakukan strategi pengelolaan limbah cair
sebagai usaha untuk mereduksi dan mengolah limbah B3 yang dihasilkannya seperti
tertuang dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD
Palembang BARI. Petunjuk Teknis tersebut merupakan kebijakan penyehatan
lingkungan rumah sakit yang memuat tata cara pelaksanaan kegiatan penyehatan
lingkungan RSUD Palembang BARI. Pelaksanaan kegiatan tersebut diselenggarakan
oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-RS).

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


20

Berdasarkan prosedur pengelolaan limbah dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan


Kesehatan Lingkungan diketahui bahwa limbah cair yang dihasilkan oleh unit
penghasil limbah dibuang/diolah pada rawa/resapan tanah dan septic tank.
Limbah cair yang berasal dari kamar ruangan/unit perawatan dibuang ke
selokan dan mengalir ke rawa/resapan tanah yang letaknya berdekatan dengan
ruangan tersebut. Limbah cair dari dapur/instalasi gizi dan resapan dari septic tank
laundry mengalir ke kolam penampungan yang letaknya di depan bangunan ruangan
Unit IPSRS atau di belakang bangunan ruangan laundry. Limbah cair berupa darah,
urine, tinja, cairan developer untuk proses pencucian foto rontgen, bahan kimia
organik, detergent yang berasal dari unit penghasil limbah seperti ruang perawatan,
Unit Gawat Darurat, ruang bedah sentral, rawat jalan, laboratorium, laundry,
radiologi, ICCU, farmasi dan perkantoran dibuang dan diolah pada unit pengolahan
berupa septic tank.
Dari hasil pengamatan langsung pada kolam penampungan dan rawa/resapan
tanah dapat disimpulkan bahwa penggunaan kolam penampungan dan rawa/resapan
tanah tersebut mengganggu estetika dan menimbulkan pencemaran udara oleh
mikroorganisme. Hasil uji air kotor yang dilakukan oleh Balai Besar Laboratorium
Kesehatan Palembang pada kolam penampungan yang digunakan sebagai tempat
pembuangan limbah cair tersebut menunjukkan sebagai berikut:
Hasil Pemeriksaan
No Parameter Satuan Kadar Maksimum
smt. II Thn 2006 smt. I Thn 2007 smt. II Thn 2007
1 BOD5 mg/L 30 mg/L 105,25 360,00 77,88
2 COD mg/L 80 mg/L 62,00 1.053,00 85,50
3 pH 6-9 7,00 6,00 6,89
4 Ammonia mg/L 0,1 - - 3,90
5 Phospat mg/L 2 mg/L - - 1,59
6 TSS mg/L 30 mg/L 30,00 1.039,00 91,00
Dari tabel diatas menunjukkan beberapa parameter yang diuji melebihi kadar
maksimum yang diperbolehkan dalam ketentuan yang berlaku.
Hasil pengamatan langsung pada unit-unit penghasil limbah terbesar dalam
rumah sakit yang membuang dan mengolah limbahnya ke saluran septic tank dapat
diketahui jenis limbah cair yang dihasilkannya antara lain :
a) Darah dan air ketuban dari proses persalinan pada ruang kebidanan.
b) Darah dan air cuci tangan dari proses tindakan operasi pada ruang bedah sentral.
c) Limbah kimia/reagen dari laboratorium diantaranya acetate (bersifat korosif),
detergent (berbahaya bagi lingkungan), phenol (beracun dan korosif), picric acid

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


21

dan sodium azide (beracun), sodium hydroxide dan sodium hypochlorite (bersifat
iritasi).
d) Detergent, darah dan kaporit dari laundry.
e) Perak Halida/HBr Ag dalam proses pencucian foto rontgen (bersifat asam/korosif)
dari ruang radiologi.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut terhadap penggunaan septic tank sebagai unit
pengolahan limbah cair menunjukkan bahwa kontruksi septic tank menggunakan dua
bak dimana bak utama untuk menampung limbah cair sebelum dialirkan ke bak
kontrol sebagai bak pengolah. Di dalam bak kontrol dilakukan pengolahan tradisional
dengan menggunakan lapisan-lapisan batu kali, batu dan ijuk, kerikil, pasir sebelum
dibuang ke resapan tanah.
Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bawah kontruksi septic tank
tidak memadai untuk mengolah limbah B3. Pengolahan dalam bak kontrol hanya
untuk memisahkan lumpur namun tidak untuk mereduksi limbah B3 yang meresap ke
tanah.
Kondisi diatas tidak sesuai dengan :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang
dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup,
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Pasal 9 ayat (1) Setiap orang yang melakukan usaha
dan/atau kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau
menghasilkan limbah B3 wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah
B3 dan/atau menimbun limbah B3.
c. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 58 tahun 1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Rumah Sakit : Pasal 7, ayat (1) Setiap
penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:
a) Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga
mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampau Baku Mutu
Limbah Cair yang telah ditetapkan;
b) Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga
tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan saluran limpahan air
hujan.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


22

d. Lampiran I Peraturan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 15 Tahun 2005 tentang


Baku Mutu Limbah Cair (BMLC) bagi Kegiatan Industri, Hotel, Rumah Sakit,
Domestik dan Pertambangan Batubara, Nomor 33. Baku Mutu Limbah Cair bagi
Kegiatan Rumah Sakit :
Parameter Kadar Maksimum (mg/l)
pH 69
BOD5 30
COD 80
Residu Tersuspensi 30
NH3 bebas 0,1
PO4 2
Keadaan tersebut mengakibatkan :
a. Adanya potensi pasien, petugas, pengunjung, serta masyarakat yang tinggal di
lingkungan RSUD terkena dampak yang membahayakan kesehatan.
b. Pencemaran badan air atau sungai atau air tanah oleh beberapa parameter seperti:
Ammonia, Phospat, COD dan TSS.

Hal tersebut disebabkan tidak adanya pengawasan dan evaluasi atas proses
pengelolaan limbah B3.

Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa pengolahan limbah cair


yang semestinya harus dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), air limbah
(effluent) melalui proses pre-treatment :
a. Pre-treatment kitchen dari Instalasi Gizi.
b. Pre-treatment laundry dari Instalasi Laundri.
c. Heavy metal precipitation dari unit penghasil limbah B3 (laboratorium dan
radiologi).
d. Septic tank dari WC semua bagian/unit penghasil tinja.
Setelah melalui proses penyaringan (Bar Screen dan Fine Screen) masuk ke bak
akualisasi IPAL Aero Reactor Biomed Filtration Technology
Sedimentation Chlorination Sterilisation Effluent
Pada saat ini Instalasi Pengolahan Air Limbah baru selesai dilaksanakan dan
diharapkan dengan beroperasinya IPAL RSUD Palembang BARI menunjukkan
pengolahan limbah cair telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


23

BPK-RI merekomendasikan kepada :


a. Walikota Palembang agar menegur dan memberi sanksi kepada Direktur RSUD
Palembang BARI atas kelalaiannya yang kurang memberikan perhatian atas
pengelolaan limbah rumah sakit dan potensi dampak negatif yang akan
ditimbulkan.
b. Direktur RSUD Palembang BARI agar melaksanakan proses penanganan limbah
B3 sesuai ketentuan dan secara rutin melakukan pengawasan dan evalusi atas
pelaksanaannya.

3.2.2 Pengelolaan Sampah Medis Tidak Memadai dan Berisiko Menimbulkan Bahaya
Pencemaran

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan dengan kegiatan


utamanya adalah pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Dampak
negatif yang mungkin timbul dari kegiatan tersebut diantaranya adalah pencemaran
lingkungan oleh limbah dan sampah baik medis maupun non medis yang tidak
dikelola secara benar. Untuk menghindari dampak tersebut diperlukan prosedur
pengelolaan limbah dan sampah yang berorientasi pada kesehatan lingkungan.
Pengelolaan sampah medis adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan
penimbunan sampah. Upaya pengelolaan sampah medis tersebut dituangkan dalam
suatu kebijakan yang akan menjadi acuan kerja rumah sakit dalam menjamin kondisi
lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat sesuai standar sanitasi dan pencegahan
pencemaran lingkungan.
Tata cara pengelolaan sampah medis RSUD Palembang BARI diatur dalam
suatu Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan dan Keputusan Direktur
Nomor 800/182/KR.2/2002 tentang Prosedur Tetap Pembuangan Sampah Medis.
Hasil pengamatan atas pelaksanaan kebijakaan pengelolaan sampah medis
untuk Tahun 2005, 2006 dan 2007 dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Penanganan sampah medis di beberapa unit penghasil sampah tidak
mempedomani persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit, diantaranya sebagai
berikut :
1) Tutup tempat pengumpul sampah di ruang laboratorium rusak sehingga harus
menggunakan tangan untuk membukanya;

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


24

2) Tempat pengumpul sampah di Ruang Recovery Room dan Ruang Perawatan


Umum tidak langsung didisinfeksi setelah dikosongkan;
3) Jarum suntik bekas hanya dimasukkan ke botol aqua dan atau botol infus;
4) Kertas film yang rusak di ruang rontgen hanya dimasukkan ke kotak kardus.
b. Selama Tahun 2005, RSUD Palembang BARI melakukan penimbunan (sanitary
landfill) atas sampah medis yang dihasilkannya. Penimbunan sampah medis
merupakan suatu kegiatan menempatkan sampah medis pada suatu fasilitas
penimbunan dengan maksud tidak membahayakan kesehatan manusia dan
lingkungan hidup. Penimbunan merupakan pilihan terakhir dalam pengelolaan
limbah mengingat risiko yang mungkin akan ditimbulkan apabila tidak
dilaksanakan secara benar.
Metode penimbunan sampah medis yang diatur dalam Keputusan Direktur
tersebut dilaksanakan oleh Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-
RS) dan tidak berlaku lagi pada saat RSUD Palembang BARI memiliki unit
pemusnahan sampah medis berupa incinerator yang mulai dioperasikan pada
tanggal 18 Februari 2006.
Dari Prosedur Tetap Pembuangan Sampah Medis dapat diketahui sumber
penghasil dan jenis sampah medis diantaranya sebagai berikut :
Sumber Jenis
Ruang perawatan Jarum suntik, ampul bekas, perban, handscan, botol infus
Bedah sentral Jarum suntik, jaringan tubuh, kantong darah, perban
Laboratorium wadah spesimen, slide spc.
Laundry/dapur sisa makanan
Radiologi film
Farmasi Obat kadaluwarsa

Dari jenis sampah medis pada tabel diatas menunjukkan bahwa beberapa sampah
medis tersebut dapat dikategorikan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
mengingat sifatnya infeksius.
Hasil pengamatan terhadap pelaksanaan prosedur penimbunan sampah medis
tersebut dapat dijelaskan bahwa petugas pada setiap instalasi penghasil sampah
medis mengumpulkan sampah medis yang dihasilkannya ke dalam wadah/kantung
plastik berwarna setiap harinya untuk selanjutnya dikumpulkan oleh petugas
kebersihan IPL-RS untuk dikubur di dalam lubang galian yang ditutup tanah.
Lokasi penimbunan terletak di belakang bangunan unit perawatan kebidanan.
Sampah medis hanya ditempatkan pada kantong-kantong plastik, diikat dan

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


25

kemudian ditimbun dengan lapisan-lapisan tanah biasa. Lokasi penimbunan tidak


memiliki tanda-tanda khusus dan tidak memiliki pengamanan yang memadai.
Selain pelaksanaan penimbunan sampah medis oleh IPL-RS, RSUD Palembang
BARI, setiap tahunnya, melalui Instalasi Farmasi telah melakukan pemusnahan
obat dan alat kesehatan yang sudah kadaluwarsa. Pemusnahan tersebut tertuang
dalam Berita Acara Pemusnahan Obat dan Alat Kesehatan yang sudah
Kadaluwarsa dan dilaksanakan oleh Bagian Gudang Farmasi RSUD Palembang
BARI.
Dari keterangan Kepala Instalasi Farmasi RSUD Palembang BARI diketahui
bahwa pelaksanaan pemusnahan tersebut dilakukan dengan cara penimbunan yang
lokasinya berada di lingkungan rumah sakit. Lokasi penimbunan tidak diberi
tanda-tanda khusus dan mudah diakses oleh pengunjung rumah sakit.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan :


a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, Pasal 20 ayat (1) Tanpa suatu keputusan izin, setiap orang
dilarang melakukan pembuangan limbah ke media lingkungan hidup.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun :
1) Pasal 9 ayat (1) Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun dan/atau menghasilkan limbah B3
wajib melakukan reduksi limbah B3, mengolah limbah B3 dan/atau menimbun
limbah B3.
2) Pasal 36 Lokasi penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a) bebas dari banjir;
b) permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 centimeter per detik;
c) merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi penimbunan limbah B3
berdasarkan rencana tata ruang;
d) merupakan daerah yang secara geologis dinyatakan aman, stabil tidak
rawan bencana dan di luar kawasan lindung;
e) tidak merupakan daerah resapan air tanah, khususnya yang digunakan
untuk air minum.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


26

c. Keputusan Dirjen Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan


Pemukiman Nomor : HK.00.06.6.44. tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan,
Ruang dan Bangunan serta Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit pada huruf C tentang
Fasilitas Sanitasi, pada angka 3 tentang Fasilitas Pembuangan Sampah/
Limbah Padat, pada huruf a tentang Tempat Pengumpul Sampah yang menyatakan
bahwa :
1) Tempat pengumpul sampah mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup
tanpa mengotori tangan.
2) Khusus untuk pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan
sampah citotoksis (plastik ungu) segera dibersihkan dan didisinfeksi setelah
dikosongkan, apabila akan dipergunakan kembali.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit, Lampiran I. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Bagian IV.
Pengelolaan Limbah :
1) huruf B. Persyaratan, angka 1. Limbah Medis Padat, poin b.3 tentang
Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang yang
menyatakan bahwa limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah
tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
2) huruf C. Tata Laksana, poin e.2) Pengolahan, Pemusnahan dan Pembuangan
Akhir Limbah Farmasi yang menyebutkan antara lain :
a) Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator
pirolitik (pyrolytic incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary
landfill, dibuang ke sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah
besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary
kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan insinerasi.
b) Limbah padat farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan kepada
distributor, sedangkan bila dalam jumlah sedikit dan tidak memungkinkan
dikembalikan, supaya dimusnahkan melalui incinerator pada suhu di atas
1.000C.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


27

e. Pedoman Pengelolaan Limbah Padat BAB II tentang Macam-Macam Limbah


Klinis :
1) Pada angka 2.1. Limbah Benda Tajam yang menyatakan bahwa limbah benda
tajam hendaknya ditempatkan dalam kontainer benda tajam yang dirancang
cukup kuat, tahan tusukan dan diberi label dengan benar.
2) Pada angka 3.3. Standarisasi Kantong dan Kontainer Pembuangan Limbah
yang menyatakan bahwa Sampah Radioaktif : kantong berwarna merah
dengan simbol radioaktif yang telah dikenal secara internasional.

Keadaan tersebut mengakibatkan adanya potensi pasien, petugas, pengunjung,


serta masyarakat yang tinggal di lingkungan RSUD terkena dampak yang
membahayakan kesehatan.

Hal tersebut disebabkan :


a. Tidak adanya pengawasan dalam proses pengumpulan dan pemindahan/
pengangkutan sampah medis.
b. Tidak ada evaluasi atas kinerja pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan
sampah medis.
Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan
pengelolaan sampah medis (padat) pada saat ini menggunakan incinerator begitupun
untuk jarum suntik. Untuk waktu yang akan datang pengelolaan jarum suntik akan
menggunakan cyro (pada saat ini alat tersebut sudah ada dan akan segera digunakan).
Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah dibuat akan lebih
ditingkatkan, antara lain :
a. Memperhatikan protap pembuangan sampah medis yang akan dievaluasi/direvisi
oleh bagian yang terkait dan di bawah koordinasi Kepala IPL-RS.
b. Akan membuat protap pemusnahan sampah farmasi dengan melibatkan bagian
yang terkait khususnya di bawah koordinasi Kepala Instalasi Farmasi dan Kepala
IPL-RS.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


melaksanakan proses pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan sampah medis
sesuai ketentuan serta melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin mengenai
pelaksanaannya.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


28

3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Pemusnahan Sampah Medis Melalui Incinerator Belum
Memadai dan Membahayakan Kesehatan Lingkungan

Pemusnahan sampah medis melalui proses insinerasi merupakan pilihan


terbaik untuk mengurangi potensi bahaya sampah medis terhadap kesehatan
lingkungan. Untuk menjamin semua sampah medis dimusnahkan dengan baik dan sisa
pembakaran tidak mencemari lingkungan maka diperlukan tata cara pelaksanaan
pemusnahan sampah medis yang memadai.
Sejak Tahun 2006 sampai dengan sekarang, RSUD Palembang BARI
menggunakan incinerator sebagai sarana pemusnahan sampah medis dan mengatur
pelaksanaan pemusnahan tersebut dalam suatu Prosedur Tetap (Protap) Pemakaian
Incinerator. Protap tersebut memuat tata cara pemakaian dan pemeliharaan incinerator
yang harus diselenggarakan unit Instalasi Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit (IPL-
RS) sebagai unti yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan penyehatan lingkungan
rumah sakit.
Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS dan pengamatan langsung terhadap
proses insinerasi dapat diketahui hal-hal sebagai :
a. Incinerator sejak pertama kali dioperasikan belum pernah dikalibrasi. Pelaksanaan
kalibrasi alat dimaksudkan untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau kinerja
dan keselamatan pemakaian.
b. Asap yang seharusnya keluar melalui cerobong asap pada saat proses insinerasi,
keluar melalui tutup incinerator, padahal lokasi incinerator hanya berjarak sekitar
15 meter dari pemukiman penduduk. Asap yang keluar dari tutup incinerator
memiliki risiko tinggi mengganggu kesehatan operator inicinerator dan
masyarakat sekitar.
c. Bangunan tempat pengoperasian incinerator tidak dilengkapi dengan alat
pengamanan untuk mencegah terjadinya kebakaran.
d. Sedimentasi/sisa proses insinerasi berupa abu, botol, jarum suntik ditimbun di
areal sekitar incinerator dengan jarak 100 meter dari Daerah Aliran Sungai
(DAS). Lokasi penimbunan tidak diberi tanda khusus dan tanpa pagar pembatas.
e. Petugas/operator incinerator tidak mempunyai latar belakang pendidikan
pengelolaan limbah B3, hanya memperoleh pelatihan singkat tentang cara
pengoperasian incinerator.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


29

f. Emisi udara hasil proses insinerasi tidak pernah diuji. Pengujian dimaksudkan
untuk mengetahui apakah emisi dari incinerator memenuhi baku mutu yang
diperbolehkan.

Berdasarkan hasil uji emisi pada incinerator milik RSUD Palembang BARI
pada tanggal 7 November 2007, yang dilakukan oleh Perwakilan BPK-RI di
Palembang bekerjasama dengan Bapedalda Provinsi Sumatera Selatan dengan hasil
sebagai berikut :

Hasil Pengukuran Peraturan Gubernur Sumsel


Pada Lokasi No.15 Tgl 15 Mei 2005
No Parameter Yang Diukur Satuan
Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak
18-07-11-07

01. Nitrogen Dioksida (NO2) mg/Nm3 375 1000

02. Amoniak (NH)3 mg/Nm3 1,9696 0,5

03. Sulfur Dioksida (SO3) mg/Nm3 115 800

04. Sulfida (H2S) mg/Nm3 0,5 35

05. CIZ mg/Nm3 0,15 10


06. Cd mg/Nm3 0,03 8
07. Zn mg/Nm3 tt 50
08. Pb mg/Nm3 1,5 12
09. HF mg/Nm3 0,75 10
10. Partikel mg/Nm3 34 350
11. Opasitas % 10 35

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat salah satu parameter melebihi standar
baku mutu yang diperkenankan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Pasal 30 ayat (1) huruf d yang menyatakan Kegiatan
pengumpulan limbah B3 wajib memiliki perlengkapan untuk penanggulangan
terjadinya kecelakaan.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 363/MEN-KES/PER/IV/1998 tanggal 8
April 1998 tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan pada Sarana
Pelayanan Kesehatan, pada :
1) Pasal 1
a) ayat (2), yang menyatakan bahwa pengujian adalah keseluruhan tindakan
yang meliputi pemeliharaan fisik dan pengukuran untuk membandingkan

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


30

alat ukur dengan standar untuk satuan ukur yang sesuai guna menetapkan
sifat ukurannya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau kesalahan
pengukuran;
b) ayat (5), yang menyatakan bahwa kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk
menentukan kebenaran nilai penjualan alat ukur dan atau bahan ukur.
2) Pasal 2
a) ayat (1), yang menyatakan bahwa setiap alat kesehatan wajib dilakukan
pengujian dan atau kalibrasi untuk menjamin kebenaran nilai keluaran atau
kinerja dan keselamatan pemakaian;
b) ayat (2), yang menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi dilakukan
pada alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan
dengan kriteria:
(1) Belum mempunyai sertifikat;
(2) Sudah berakhir jangka waktu sertifikat.
(3) Pasal 3 yang menyatakan bahwa alat kesehatan yang wajib diuji dan
dikalibrasi tercantum dalam lampiran 3) Pasal 4, Ayat (1) yang
menyatakan bahwa pengujian dan atau kalibrasi alat kesehatan
dilakukan oleh Instansi Penguji secara berkala, sekurang-kurangnya
satu kali dalam satu tahun.
c. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI, pada angka
3.3.2 tentang Pencemaran Udara dan Bau, pada huruf d yang menyatakan bahwa
tujuan pegelolaan adalah mencegah terjadinya pencemaran udara oleh bau dan
pembusukan sampah (NH3 dan H2S) serta uap logam dari pembakaran
incinerator.
d. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Lampiran I. Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Bagian IV. Pengelolaan Limbah, huruf B.
Persyaratan, angka 4. Limbah Gas yang menyebutkan bahwa Standar limbah gas
(emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan incinerator
mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-
13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, Pasal 7 :

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


31

(1) ayat (1) setiap penanggung jawab jenis kegiatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1) wajib memenuhi ketentuan sebagaimana berikut :
membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat
pengaman;
(2) ayat (2) memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir
volume untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan
kecepatan angin;
(3) ayat (3) melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap
cerobong emisi.

Keadaan tersebut mengakibatkan :


a. Kelayakan dan kebenaran nilai keluaran dan kinerja serta keselamatan pemakaian
dalam pengelolaan sampah medis kurang terjamin.
b. Menurunnya taraf kesehatan petugas, pasien pengunjung rumah sakit dan
masyarakat sekitar.
c. Lambannya penanganan bila terjadi kebakaran di incinerator.
d. Potensi terjadinya risiko infeksi silang atas kemungkinan penggunaan area
penimbunan sedimentasi/sisa pembakaran sebagai tempat perlintasan masyarakat
sekitar ataupun hewan.
e. Tidak diperoleh informasi mengenai nilai baku mutu emisi incinerator.

Hal tersebut terjadi karena :


a. Direktur RSUD Palembang BARI dalam membuat kebijakan berupa Prosedur
Tetap tidak memperhatikan pedoman-pedoman persyaratan kesehatan lingkungan.
b. Kepala IPL-RS kurang cermat dalam melaksanakan proses insinerasi terhadap
sampah medis.

Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur tetap (protap)


penggunaan incinerator dalam pelaksanaan pemusnahan sampah medis telah dibuat
dan segera direvisi dengan memperhatikan pedoman-pedoman persyaratan lingkungan
yang harus dipenuhi antara lain : APAR, pemeliharaan alat, uji emisi, dan lain-lain
dan akan dilaksanakan oleh Kepala IPL-RS sebagai koordinator dengan melibatkan
semua bagian yang terkait.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


32

BPK-RI merekomendasikan kepada :


a. Direktur RSUD Palembang BARI agar mengevaluasi prosedur tetap pemakaian
incinerator dengan memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan lingkungan
serta melakukan pengujian emisi incinerator secara berkala.
b. Menegur secara tertulis Kepala IPL-RS agar lebih cermat dalam melaksanakan
proses insinerasi terhadap sampah medis dan pengelolaan sedimentasi/sisa proses
insinerasi.

3.2.4.Pengelolaan Sampah Non Medis di Tempat Pembuangan Sementara (TPS)


Berisiko Menimbulkan Bahaya Pencemaran

Sampah non medis atau biasa juga disebut dengan sampah domestik/rumah
tangga dapat diartikan sebagai bahan-bahan tidak berguna, tidak digunakan yang
dihasilkan unit-unit di dalam rumah sakit. Jenis sampah ini seperti kertas, karton,
kaleng, botol, plastik, sisa makanan/bahan makanan dan debu.
RSUD Palembang BARI memiliki 1 (satu) unit Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) sebagai tempat penampungan sampah non medis yang dihasilkan
rumah sakit sebelum diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). TPS yang
dimiliki berupa bak terbuat dari besi berkapasitas 6m3 dan letaknya berdekatan
dengan bangunan IPL-RS ( 10 m) dan bak penampungan air bersih ( 3 m).
Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS diketahui bahwa pengangkutan
sampah dari TPS ke TPA dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Palembang dengan
jadwal 2 (dua) hari sekali sesuai dengan Surat Walikota Palembang Nomor
658/001559/VI tanggal 28 Agustus 2003.
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa penumpukan sampah non
medis pada TPS lebih dari 1x24 jam memungkinkan terbentuknya habitat vektor
penyakit dan infeksi silang sebagai akibat dari proses pembusukan. Letak TPS yang
berdekatan dengan bangunan IPL-RS dan bak penampungan air bersih sangat
mengganggu estetika dan menimbulkan risiko pencemaran air dan udara oleh
mikroorganisme. Keadaan seperti didukung juga dengan kondisi dimana bak
penampungan air bersih yang mengalami keretakan dan menimbulkan kebocoran.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) RSUD Palembang BARI, angka 3.3.6.
Pencemaran Limbah Padat dan Sanitasi Lingkungan, huruf d. Tujuan Pengelolaan,

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


33

yang menyatakan antara lain bahwa pengelolaan limbah padat dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya pencemaran udara (bau) dan air lindi dari proses
pembusukan yang menyebabkan pencemaran air.
b. Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia pada Seri 2 tentang penyediaan air
pada kegunaan khusus, pada angka 5.1, halaman 34 yang menyatakan bahwa
bahan tangki harus dipilih sedemikian untuk mencegah kebocoran terhadap
kontaminan. Pemilihan bahan pipa distribusi dan tangki sama pentingnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan adanya potensi pasien, petugas, pengunjung,


serta masyarakat yang tinggal di lingkungan RSUD terkena dampak yang
membahayakan kesehatan.

Hal ini disebabkan :


a. Tidak adanya pengawasan dalam proses pengumpulan dan pemindahan/
pengangkutan sampah non medis.
b. Tidak ada evaluasi atas kinerja pengumpulan dan pemindahan/pengangkutan
sampah non medis.
Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan bahwa prosedur tetap
pengelolaan sampah non medis akan dievaluasi dengan memperhatikan dampak
pengelolaan yang dapat mengakibatkan pencemaran udara (bau) dan pencemaran
akibat leachate/lindi yang dihasilkan dari proses pembusukan dan akan dilaksanakan
oleh Kepala IPL-RS sebagai koordinator dengan melibatkan semua bagian yang
terkait. Mengenai lokasi penempatan TPS akan dipertimbangkan kembali sesuai
dengan Master Plan yang telah dibuat.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin mengenai proses pengumpulan dan
pemindahan/pengangkutan sampah non medis.

3.3. PENGAWASAN/PEMANTAUAN ATAS LIMBAH RSUD

3.3.1.Upaya Pemantauan Pengelolaan Limbah Belum Dilaksanakan secara Memadai

Pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah yang dilakukan rumah sakit tidak


terlepas dari kegiatan pemantauan yang dimaksudkan untuk mengevaluasi
pelaksanaan tersebut dan memberikan panduan bagi rumah sakit untuk menentukan

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


34

program penyehatan lingkungan selanjutnya. Upaya pemantauan tersebut juga


dimaksudkan sebagai isyarat dini mengenai adanya perubahan-perubahan yang tidak
dikehendaki dalam pelaksanaan pengelolaan limbah dimaksud.
Hasil penilaian atas pelaksanaan pemantauan pengelolaan limbah diukur
melalui prosedur yang wajib dipenuhi oleh manajemen rumah sakit, maka dapat
diuraikan hal-hal sebagai berikut :
a. Upaya pemantauan pengelolaan limbah belum mempedomani Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL) RSUD Palembang BARI, diantaranya :
1) Evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengelolaan sampah medis dan non
medis dan limbah cair tidak dilaksanakan.
Rumah sakit telah menetapkan tolok ukur dampak pemantauan kualitas udara,
bau dan sanitasi lingkungan yang dituangkan dalam RPL. Hasil pengamatan
atas pelaksanaan pemantauan menunjukkan bahwa masih banyak penanganan
limbah rumah sakit yang belum memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan
baik itu dari kegiatan pengumpulan, penyimpanan, pengolahan maupun
pembuangan. Analisis data penanganan sampah (peralatan/sarana dan tenaga
pengelola) belum direalisasikan ke dalam suatu rencana/program. Rumah sakit
juga belum melakukan pengukuran parameter tingkat kebauan di TPS, tingkat
kepadatan vektor dan baku mutu emisi incinerator.
2) Evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan pengelolaan sumber infeksi silang
belum dilaksanakan.
Salah satu dampak yang seharusnya dipantau dengan nosokomial (infeksi
silang) adalah penanganan limbah medis. Metode pemantauan yang harus
dilakukan diantaranya adalah identifikasi terhadap kontinuitas penanganan
limbah medis. Dampak yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah
medis tersebut adalah infeksi silang yang mungkin terjadi pada petugas
pengelola limbah. Untuk mengawasi dampak tersebut, upaya pemantauan
yang seharusnya dilakukan adalah pengujian kesehatan secara rutin bagi
petugas. Hasil wawancara dengan Kepala IPL-RS diketahui bahwa
penyelenggaraan pengujian kesehatan bagi petugas tidak pernah dilakukan.
b Rumah sakit belum memenuhi kewajiban melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kepada walikota.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


35

c. Intensitas kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan sangat


kurang. Tata cara penyuluhan tersebut diatur dalam Petunjuk Teknis Pengelolaan
Kesehatan Lingkungan namun belum dilaksanakan secara berkelanjutan.

Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :


a. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, Pasal 52 :
1) ayat (1) Untuk menjaga kesehatan pekerja dan pengawas yang bekerja di
bidang pengelolaan limbah B3 dilakukan uji kesehatan secara berkala.
2) ayat (2) Uji kesehatan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di-
selenggarakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan pengelolaan
limbah B3
b. Keputusan Walikota Palembang Nomor 439 Tahun 2006 tentang Kelayakan
Lingkungan Kegiatan Pengembangan RSUD Palembang BARI yang antara lain
menyatakan bahwa dalam melakukan kegiatan pengembangan RSUD Palembang
BARI wajib mentaati ketentuan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup kepada Walikota Palembang
melalui Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kota
Palembang minimal 6 (enam) bulan sekali terhitung sejak tanggal ditetapkannya
keputusan ini.
c. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) RSUD Palembang BARI :
1) Angka 2.3.2. Kualitas Udara, Bau dan Sanitasi Lingkungan, huruf d. yang
menyatakan bahwa tujuan rencana pemantauan kualitas udara, bau dan sanitasi
lingkungan adalah melakukan evaluasi terhadap efektivitas pelaksanaan
pengelolaan sampah padat infeksius (medis), non medis dan pengelolaan
limbah cair.
2) Angka 2.3.7. Nosokomial (infeksi silang), huruf d. yang menyatakan bahwa
tujuan rencana pemantauan infeksi silang adalah melakukan evaluasi terhadap
efektivitas pelaksanaan pengelolaan sumber infeksi silang.
d. Petunjuk Teknis Pengelolaan Kesehatan Lingkungan RSUD Palembang BARI,
angka 9. Promosi Kesehatan yang antara lain menyatakan bahwa promosi
kesehatan adalah penyampaian pesan tentang higiene dan sanitasi RS kepada
pasien/keluarga pasien dan pengunjung serta karyawan untuk mengetahui,

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


36

memahami, menyadari dan mau membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan
sehat serta dapat memanfaatkan fasilitas sanitasi RS dengan benar.

Keadaan tersebut mengakibatkan informasi atas efektivitas pelaksanaan


pengelolaan limbah tidak dapat diketahui.

Hal ini terjadi karena Direktur RSUD Palembang BARI belum optimal dalam
melakukan pemantauan pengelolaan limbah.

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI menyatakan


bahwa kegiatan pengelolaan limbah supaya hasilnya dapat lebih optimal akan dibuat
program kerja yang disusun oleh Kepala IPL-RS dengan memperhatikan pedoman-
pedoman yang telah ditentukan. Pada proses pelaksanaannya akan dilaksanakan
pemantauan/pengawasan. Setelah pelaksanaan akan dievaluasi bersama dengan
melibatkan bagian yang terkait dan hasil evaluasi akan ditindaklanjuti dengan tetap
berpedoman pada aturan-aturan/ketentuan yang berlaku. Pada saat ini setelah
mendapat hasil pembinaan akreditas 12 pelayanan oleh Tim Surveyor untuk
kelompok kerja (pokja) Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) telah disusun program
pemeriksaan kesehatan berkala untuk petugas rumah sakit dan direncanakan
pemeriksaan lebih dulu dilaksanakan untuk petugas-petugas dengan resiko tinggi
terjadinya dampak/penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan. Hal ini telah sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3
Pasal 52 :
1) ayat (1) untuk menjaga kesehatan pekerja dan pengawas yang bekerja di bidang
pengelolaan limbah B3 dilakukan uji kesehatan secara berkala.
2) ayat (2) uji kesehatan pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh penanggungjawab usaha dan/atau kegiatan pengelolaan
limbah B3.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


dalam melakukan pengawasan/pemantauan pengelolaan limbah memperhatikan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan ketentuan yang berlaku.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


37

3.3.2.Lokasi Bekas Penimbunan Sampah Medis Tidak Dikelola Secara Memadai

Seiring dengan meningkatnya jumlah sampah medis sebagai dampak


peningkatan pelayanan kesehatan, pada tanggal 18 Februari 2006, RSUD Palembang
BARI memulai pengoperasian incinerator sebagai unit pemusnahan sampah medis
dan menghentikan pelaksanaan pengelolaan sampah medis melalui metode
penimbunan. Penghentian penimbunan sampah medis tersebut mengharuskan adanya
pengelolaan yang memadai atas lokasi bekas penimbunan untuk menghindari
timbulnya risiko yang membahayakan kesehatan lingkungan.
Hasil pengamatan langsung terhadap lokasi bekas penimbunan sampah medis
tersebut menunjukkan bahwa manajemen RSUD Palembang BARI tidak memberikan
perhatian khusus terhadap lokasi tersebut. Lokasi bekas penimbunan yang berdekatan
dengan bangunan ruang perawatan kebidanan merupakan tempat terbuka, mudah
diakses oleh pengunjung rumah sakit dan direncanakan untuk didirikan bangunan.

Kondisi diatas tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun


1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Pasal 39 ayat (1)
Terhadap lokasi penimbunan limbah B3 yang telah dihentikan kegiatannya wajib
memenuhi hal-hal sebagai berikut :
a. menutup bagian paling atas tempat penimbunan dengan tanah setebal minimum
0,60 meter;
b. melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat penimbunan limbah B3;
c. melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif
yang mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, selama
minimum 30 tahun terhitung sejak ditutupnya seluruh fasilitas penimbunan limbah
B3;
d. peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan kegiatannya tidak dapat
dijadikan pemukiman atau fasilitas umum lainnya.

Keadaan tersebut mengakibatkan potensi terjadinya risiko infeksi silang atas


kemungkinan penggunaan area bekas penimbunan sebagai tempat perlintasan
masyarakat sekitar ataupun hewan.

Hal tersebut disebabkan Kepala IPL-RS kurang cermat dalam melakukan


pengelolaan terhadap lokasi bekas penimbunan sampah medis.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


38

Atas permasalahan tersebut, Direktur RSUD Palembang BARI bersama


dengan Kepala IPL-RS akan meninjau lokasi bekas penimbunan sampah medis dan
mengevaluasi bagaimana pengelolaan yang telah dilaksanakan terhadap lokasi
tersebut apakah memang dapat menimbulkan dampak terhadap masyarakat di
sekitarnya. Tindak lanjut evaluasi akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

BPK-RI merekomendasikan kepada Direktur RSUD Palembang BARI agar


segera memantau lokasi bekas penimbunan sampah medis dan menegur secara tertulis
Kepala IPL-RS atas kekurangcermatannya dalam melakukan pengelolaan terhadap
lokasi bekas penimbunan tersebut.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG


BAB IV
KESIMPULAN

Perencanaan pengelolaan limbah rumah sakit yang dituangkan ke dalam


Program Penyehatan Lingkungan dan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit belum
sepenuhnya mengacu kepada Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL). Pengelolaan
limbah rumah sakit menjadi tidak efektif dengan kurang memadainya sumber daya
manusia pengelola limbah, fasilitas peralatan yang belum sepenuhnya terpelihara,
anggaran yang relatif kecil dihadapkan dengan kebutuhan dan perhatian atas masalah-
masalah pengelolaan limbah.

Pengelolaan limbah cair, limbah padat medis dan limbah padat non medis
yang dituangkan dalam Prosedur Tetap belum sepenuhnya memenuhi ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan
lingkungan lainnya yang terkait serta RKL dan Rencana Pemantauan Lingkungan
(RPL). Hal ini terlihat antara lain dari belum diolahnya limbah cair melalui Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL), proses insinerasi limbah padat medis yang
membahayakan kesehatan serta petugas-petugas di masing-masing unit penghasil
limbah yang kurang memahami pengelolaan limbah yang benar.

Pengawasan yang dilakukan tidak sepenuhnya mengacu kepada ketentuan


yang berlaku dimana upaya pemantauan yang dilakukan tidak didasarkan pada RPL.
Kepedulian sosial terhadap pentingnya pengelolaan limbah masih kurang ditunjukkan
dengan intensitas kegiatan promosi kesehatan berupa penyuluhan kesehatan yang
sangat kurang.

PERWAKILAN BPK-RI DI PALEMBANG

Você também pode gostar