Você está na página 1de 33

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Enam
MEREKA sama-sama terdiam. Luapan sumpah
serapah Drew berakhir dengan suatu keheningan
yang mencekam. Mereka sama-sama menjadi salah
tingkah.
Ketika Drew pada akhirnya membuka mulut,
suaranya terdengar capek sekali. Aku minta maaf, Ar-
den. Ia mengangkat lengannya seakan tidak berdaya.
Sial. Apa lagi yang bisa kukatakan?
Arden berdiri seperti orang linglung. Baru seje-
nak kemudian ia dapat bergerak ke arah pintu, sambil
merapikan kembali letak pakaiannya.
Arden, bisik Drew dalam nada memohon. Keti
ka Arden tidak menoleh, ia memanggilnya lagi dengan
suara lebih keras. Ketika Arden masih terus melang-
kah, ia segera mengejarnya. Arden, ulang Drew sam-
bil mencengkeram lengan Arden dan mengentakkan-
nya ke arahnya. Dengar dulu...
Lepaskan aku, Drew. Arden membuang muka-
nya. Ekspresi di wajahnya dingin dan kaku.
Tidak sebelum kau mendengar penjelasanku.
Arden tertawa hambar. Nadanya kosong dan ti-
dak bersemangat. Kukira semuanya cukup jelas. Ia
mencoba melepaskan diri dari cekalan Drew yang
kuat. Andaikata Arden tidak berpikir panjang, tentu ia
sudah mencakar dan menendang Drew. Arden betul-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
betul segera ingin beranjak dari situ. Tempatku bu-
kan di sini. Aku tidak tahu kenapa aku ada di sini. Ini
keliru. Lepaskan aku. Arden nyaris menjadi histeris.
namun ia berusaha menahan diri sambil melepaskan
lengannya dari cekalan Drew.
Tempatmu di sini karena aku yang mengun-
dangmu. Aku ingin kau di sini bersamaku dan Matt.
Kau menginginkan kehadiran Ellie di sini! te-
riak Arden.
Wajah Drew yang tadinya mengekspresikan
amarah yang ditujukan pada dirinya dan frustrasi ka-
rena Arden salah mengerti, kini berubah menjadi pu-
cat. Kata-kata tajam Arden menghapus seluruh ekspre
si yang ada di wajahnya. Cekalan jari-jarinya melemah
kemudian ia membiarkan lengannya terkulai ke sam-
pingnya. Ellie memang di sini, bisiknya. Itulah masa
lahnya.
Ia melangkah kembali ke sofa, mengempaskan
tubuhnya ke atasnya, kemudian menyandarkan kepa-
lanya sambil menutup matanya.
Bersamaan dengan lontaran ucapan pedasnya,
Arden ingin dapat menelan kembali semua itu. Begitu
Drew berpaling darinya, ia mengulurkan tangannya
ke arahnya, namun ditariknya kembali. Hal terakhir
yang akan diinginkan Drew darinya adalah rasa kasih-
annya. Tapi ia tidak dapat pergi begitu saja tanpa me-
ngatakan sesuatu.
Apa yang kuucapkan memang tidak dapat di-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
maafkan, Drew.
Drew menyahut dalam nada yang sama getir-
nya. Sebetulnya yang kukatakan tidak dapat dimaaf-
kan. Aku tahu kau merasa dilecehkan. Kumohon
jangan. Seharusnya kau malah merasa tersanjung. Ia
membuka mata dan menatap ke arahnya. Biar ku-
jelaskan.
Tidak usah.
Aku ingin. Nadanya pasti. Arden mengangguk.
Drew berdiri lalu melangkah ke arah pintu kaca.
Sesudah menggesernya sampai terbuka, ia membiar-
kan aroma dan suara Lautan Pasifik memenuhi ruang-
an itu. Ellie dan aku bertemu di Honolulu, tempat ke-
mudian kami tinggal setelah kami menikah. Aku tidak
mungkin kembali kemari tanpa memedulikan begitu
banyak tempat dan hal yang mengingatkanku akan
dirinya atau sesuatu yang ia katakan atau kami laku-
kan.
Aku mengerti maksudmu. Setelah Joey mening-
gal, kenangan akan dirinya dapat menjadi begitu nya-
ta, sehingga kadang-kadang aku merasa seakan men-
dengar suaranya.
Drew menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku
teringat padanya sejak kita mendarat tadi. Biasanya
kami mengantar Matt ke dokter berdua. Besok aku ha-
rus mengajak Matt menengok kedua orangtua Ellie.
Arden tidak ingin mengakui perasaan iri yang tiba-
tiba seakan menusuk dirinya. Dan sepanjang hari aku
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
merasa seperti... seperti aku mengkhianatinya.
Gara-gara aku?
Ya.
Meskipun Arden masih menyesali ucapannya
pada Drew sebelum ini, toh ia merasa wajahnya ditam
par sekali lagi. Jadi aku mesti merasa bersyukur un-
tuk itu? tanyanya dengan sengit. Drew memutar
tubuhnya, dan Arden melihat ekspresi tidak sabar di
matanya lagi. Sebenarnya ia lebih suka melihat ekspre
si kosong sebelumnya.
Kau mungkin akan merasa bersyukur tadi ka-
lau kau tidak buru-buru menarik kesimpulan sendiri
sebelum aku sempat menjelaskan apa-apa.
Kau membuatku tampil seperti sosok seorang
penghancur rumah tangga.
Sial, kau mau dengar, tidak? Drew mengumpat
kemudian menyibak rambut yang jatuh ke dahinya.
Pernah ada beberapa wanita lain, Arden, setelah Ellie
meninggal dan sebelum kau muncul.
Aku sudah merasa lebih enak sekarang.
Drew mengerutkan wajahnya mendengar nada
bicara Arden yang sarkastis. Lumayan banyaknya. Ta
pi semua sambil lalu. Dengan wajah dan nama-nama
tidak jelas yang kemudian, untungnya, tidak aku ingat
lagi. Ia mendekat, lalu menatap dalam-dalam ke da-
lam mata Arden. Mereka tidak berarti bagiku. Sama
sekali tidak berarti, ujarnya sambil mengayunkan ta-
ngannya. Mereka hanya memenuhi kebutuhan biolo-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
gisku, hanya itu. Yang kulakukan dengan mereka bisa
dideskripsikan secara kasar karena memang begitu
adanya. Aku tidak pernah merasa bahwa aku mengkhi
anati Ellie, setidaknya aku tidak mengkhianati cinta
kami, karena bagiku tidak ada keterlibatan emosi se-
dikit pun.
Drew menarik napas dalam-dalam. Suaranya
merendah. Kau adalah wanita pertama yang bisa
membuatku merasa bersalah.
Amarah Arden mulai mereda. Ia membasahi bi-
birnya. Kenapa?
Karena dengan kau aku merasa terlibat secara
emosional. Dengan kau, ini bukan sekadar... Ia menco
ba mencari sebuah kata yang lebih halus, mengangkat
bahunya, kemudian menyeletuk, Iseng. Ia meletak-
kan tangannya di atas pundak Arden untuk menarik-
nya ke dekatnya. Tapi bercinta. Aku jatuh cinta pada-
mu, Arden. Bagiku ini suatu kejutan. Yang mencemas-
kan. Dan aku tidak begitu tahu bagaimana cara meng-
atasinya.
Arden menelan ludahnya. Kau masih mencintai
Ellie. Tidak ada yang perlu dipertanyakan, ia hanya
mengungkapkan kenyataan yang ada.
Aku akan selalu mencintainya. Ia pernah meru-
pakan bagian dari hidupku. Tapi aku bersumpah bah-
wa aku sama sekali tidak berniat menggantikan kebe-
radaannya denganmu. Kalian adalah dua sosok yang
sama sekali berbeda. Tidak ada miripnya sama sekali.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Jadi kumohon jangan bepikir bahwa karena aku me-
nyebut namanya selagi bercinta denganmu, aku men-
coba menemukan sosoknya di dalam dirimu. Aku
tidak sedang memikirkan dirinya ketika itu. Pikiranku
sedang ada padamu, hanya padamu.
Ia mencakup wajah Arden ke dalam kedua belah
tangannya, kemudian dengan ibu jarinya ia menelusu-
ri tulang pipi Arden. Ini pertama kali, sejak ia mening
gal, hatiku mengikuti perasaanku. Secara refleks aku
menyebut namanya karena aku belum pernah merasa
seperti ini sejak aku memeluk Ellie untuk terakhir
kali. Tidak pernah sebelum kau muncul. Jangan asum-
sikan ini dengan teori Freud yang mana pun, kumo-
hon.
Reaksiku pun refleks. Aku merasa dilecehkan,
ujar Arden terisak. Semua wanita akan merasa begi-
tu.
Dan semua laki-laki. Aku tidak menganggap en-
teng kesalahanku. Percayalah, aku tahu bahwa ulahku
memang tidak dapat dimaafkan. Aku cuma ingin kau
tahu kenapa itu sampai terjadi. Katakan bahwa kau
mengerti.
Di saat Drew berada sedekat ini, Arden tidak
dapat berpikir dengan jernih. Karena itu ia menjauh,
kemudian menerawang keluar melalui pintu kaca. Ia
bertanya-tanya apakah Drew akan membeberkan se-
mua ini padanya jika ia tahu siapa dirinya. Andai kata
ia memperkenalkan dirinya sebagai ibu pengganti
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
yang disewanya bersama Ellie, apakah Drew masih
mau bercinta dengannya? Bagaimana ia akan tega un-
tuk melukai hatinya dan mempertaruhkan peluang
untuk kehilangan dirinya dengan mengungkapkan ke-
nyataan itu padanya?
Aku mengerti, Drew. Kau dan Ellie memang me
miliki suatu perkawinan istimewa dan jarang sekali
ada. Mestinya ia menambahkan, Cintanya padamu
cukup besar untuk membiarkan seorang wanita lain
mengandung anakmu.
Memang. Aku selalu setia pada janji kami.
Drew tertawa pelan. Selagi tur, itu tidak selalu mu-
dah. Kesempatannya selalu ada. Kapan pun kau mau,
tersedia.
Ia menghampiri Arden, kemudian bersandar pa-
da ambang pintu. Ellie ikut bersamaku kalau ia bisa,
tapi tidak selalu. Kadang-kadang aku butuh seks. Be-
nar-benar butuh. Dan ada banyak yang bersedia me-
menuhi kebutuhanku. Tapi aku tahu bagaimana tidak
enaknya perasaanku setelah itu. Dan itu bukan hanya
sekadar karena aku telah menyeleweng. Setelah per-
nah berhubungan seks sebagai bagian dari pengungka
pan rasa cinta, aku betul-betul tidak ingin lagi bercin-
ta untuk suatu alasan yang lain. Aku tidak ingin mem-
persempit artinya dengan menganggapnya sebagai
hanya sekadar suatu pelampiasan fisik.
Ia melirik ke arah Arden. Aku tidak sok suci.
Ada masanya saat dorongan itu betul-betul terasa
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kuat sekali. Terutama setelah aku main dengan bagus,
memenangkan suatu pertandingan, dan ingin meraya-
kannya. Adrenalinku bekerja ekstra keras, dan aku
lalu ingin... ingin bercinta.
Arden mengalihkan pandangannya ke arah ge-
lombang air yang seakan tiada berkesudahan. Dalam
nada rendah ia berkata, Aku bisa melihat hubungan-
nya yang satu dengan yang lain. Bagaimana stamina fi
sik akan membuat dirimu... ehm... membuat dirimu...
Drew tertawa lebar kali ini, kemudian ia meng-
angkat dagu Arden untuk mengarahkan wajahnya ke
mukanya. Aku tahu apa yang akan kaukatakan, Ms.
Gentry.
B-bukan...
Kau mau mengatakan, bahwa sejak aku ber-
main bagus pada hari perkenalan kita dan sejak kau
duduk di atas pelataran dengan begitu tenang, ang-
gun, dan menarik, secara otomatis aku ingin meniduri
mu sekadar untuk melampiaskan kelebihan energiku
Wajah Arden merona. Ia betul-betul kesal kare-
na telah membiarkan apa yang ada di dalam pikiran-
nya menjadi begitu mudah terbaca. Senyum Drew
makin melebar, begitu tahu bahwa tebakannya benar.
Oke, harus kuakui bahwa aku sudah mulai terpikat
padamu sejak hari pertama itu. Aku sering memikir-
kan dirimu sejak itu, terutama setelah kencan makan
siang kita yang pertama. Penampilanmu begitu ang-
gun, namun aku benar-benar hampir tidak bisa me-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nguasai diriku lagi melihat kau dalam atasan hitammu
yang ketat.
Arden menahan napasnya, namun Drew melan-
jutkan. Arden, di sini, ujarnya sambil menunjuk ke
bawah perutnya, aku sudah siap sejak pertama kali
aku melihatmu. Di sini ia menyentuh pelipisnya, aku
tahu bahwa sudah saatnya aku mencintai seseorang
lagi. Tapi di sini, ujarnya, sambil menunjuk hatinya,
terjadi suatu konflik.
Tapi kau bukan satu-satunya yang merasakan
itu, sahut Arden, sambil melangkah kembali ke ruang
duduk. Tidakkah terpintas dalam dirimu bahwa aku
juga bisa mengalami hal itu? Ia memutar tubuhnya.
Bukan kebiasaanku untuk menemani seorang laki-
laki berlibur selama tiga hari. Matanya menerawangi
kejauhan saat ia menambahkan dengan suara pelan,
Satu-satunya lelaki yang pernah meniduriku adalah
suamiku. Sebelum dan setelah kami menikah. Dalam
suatu pernikahan yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Dilihat dari sudut mana pun. Ia menatap
Drew. yang sedang memusatkan seluruh perhatian-
nya kepadanya.
Hubungan kami tidak seperti kau dan Ellie,
yang saling mencintai satu sama lain. Dan ketika perni
kahan kami berakhir, aku mencurahkan seluruh cinta
yang kumiliki kepada Joey. Ketika aku juga mesti kehi-
langan dirinya. aku merasa kosong kehabisan sema-
ngat, seperti sebuah kulit kerang tanpa kehidupan di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dalamnya. Sampai... Ia menggigit bibir bawahnya
untuk mengingatkan dirinya agar tidak membeberkan
terlalu banyak.
Setidaknya, aku juga belum siap untuk bermain
dengan api. Aku sudah kehilangan kedua orangtuaku,
suamikubagaimanapun sikapnyadan putraku.
Aku tidak yakin apakah aku sudah siap untuk meng-
ambil risiko dengan mencintai seseorang lagi.
Situasinya memang kurang menjanjikan kalau
taruhanmu adalah untuk seorang mantan pemain
tenis yang brengsek dan anaknya yang sudah piatu.
Jangan berkata begitu mengenai dirimu, sahut
Arden. Kau kan bukan seorang mantan pemain, dan
yang pasti kau sama sekali tidak brengsek. Dan Matt...
Arden terenyak begitu ia melihat senyum yang
membayang di wajah Drew. Ketahuan kau, Arden.
Ternyata kau lebih terlibat daripada yang mau kau-
akui.
Arden menunduk dengan perasaan sebal. Ketika
ia mengangkat wajahnya kembali, Drew melihat mata-
nya berkaca-kaca. Aku takut, Drew.
Drew mendekat sambil mengulurkan lengan un-
tuk memeluknya. Dengan tangannya yang besar dan
kuat, ia mendekapkan kepala Arden di bahunya. Apa
yang kautakutkan?
Aku takut begitu kau tahu siapa aku, kau tidak
mau mempercayai betapa aku sekarang mencintaimu.
Aku rindu pada anakku, tapi kini kurasa aku juga meng
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
harapkan cintamu, dan menurutku itu keliru. Begitu-
kah? Aku tidak tahu. Aku sungguh-sungguh tidak tahu.
Aku takut membiarkan diriku mencintai sese-
orang kembali.
Drew menarik dirinya untuk menatap ke dalam
wajah Arden, kemudian meletakkan tangannya di atas
dadanya. Kau memiliki begitu banyak cinta untuk
kauberikan. Aku dapat merasakannya, berdebar-de
bar di sini, mencoba untuk keluar. Jangan takut untuk
melepaskannya. Ia menunduk untuk mengecup ubun
ubun Arden. Aku yakin, Arden, bahwa tidak sulit dan
sama sekali tidak salah bagi kita untuk saling mencin-
tai satu sama lain.
Betul, begitu mudahnya. Mereka satu sama lain
melebur bak dua anak sungai yang mengalir ke dalam
sebuah muara. Betapa inginnya ia menjatuhkan diri-
nya dari tepi tebing yang menjadi panutan moralnya.
Tapi apakah itu tidak keliru? Apakah Drew juga
akan merasakan itu benar begitu ia tahu bahwa perte-
muan mereka sebetulnya tidak diatur oleh suratan na-
sib tapi memang secara sengaja direkayasa olehnya
karena ia ingin bertemu putranya? Sebaiknya percik-
an cinta yang mulai membara di dalam hatinya segera
ia padamkan.
Drew mendekatkan bibirnya, namun Arden
menempatkan sebuah jarinya di antara bibir mereka.
Jangan, Drew. Jangan sekarang. Kalau toh kita akan
bercinta pada suatu waktu, aku ingin segalanya seba-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
gaimana mestinya. Tidak seperti waktu aku masih ber
sama suamiku. Namun sebelum Arden dapat berkata
lebih banyak, Drew keburu menghentikan ucapannya
dengan sebuah kecupan yang mengandung janji bah-
wa cintanya akan membawanya melewati batas daya
khayalnya yang paling imajinatif.
Dengan terbata-bata ia melanjutkan ucapannya
begitu Drew mengangkat bibirnya. Dan pada saat itu,
yang harus kita hadapi hanyalah kemelut-kemelut
kita sendiri. Aku tidak ingin kau menyalahkan aku
karena rasa bersalah pada Ellie yang mungkin masih
terpendam dalam dirimu.
Tidak ada yang menyalahkan dirimu, bisik
Drew di dalam rambut Arden. Semua itu salahku.
Arden mencoba berkelit. Bagaimana kalau un-
tuk sementara kita berteman saja dulu. Oke?
Drew menghela napas, kecewa. Namun Arden
merasa yakin bahwa ia akan sependapat dengannya
nanti. Drew tersenyum sedih. Kau membuatku tidak
enak hati. Kemudian di dekat telinganya ia berbisik,
Kau tahu bahwa ada setan di dalam sini.
Aku tahu, sahut Arden, sambil menarik diri-
nya. Sayang sekali.
Aku kan pernah mengatakan padamu bahwa
aku bukan orang suci.
Kalau begitu sebaiknya aku cepat-cepat keluar
sekarang sebelum aku terlena. Pukul berapa kau latih-
an besok? Mereka mengatur kapan mereka bertemu,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kemudian minum kopi sebentar sebelum berangkat
ke lapangan.
Di pintu, Drew meraih pinggang Arden dengan
kedua belah tangannya. Ia menatap Arden, yang ber-
usaha untuk memusatkan perhatiannya pada lekuk
leher laki-laki itu.
Arden, apakah kau betul-betul yakin bahwa
kita dapat berhubungan hanya sekadar sebagai teman
saja?
Arden mengangkat wajahnya ke arah bibir
Drew. Tidak.
Nada suara Drew terdengar parau saat ia men-
jawab, Aku juga tidak.
***
Suasananya cukup hangat ketika mereka berte-
mu keesokan paginya. Ketegangan di antara mereka
pada malam sebelumnya seakan sudah lebur. Drew
mengecup Arden dengan ringan di bibirnya sebagai
ucapan selamat pagi. Begitu mereka sampai di lapang-
an sesuai jadwal, Drew memperkenalkan Arden kepa-
da lawan mainnya. Bart Samson adalah seorang pema
in pro yang sudah pensiun, dan lima belas tahun lebih
tua daripada Drew, tapi ia masih dapat bermain de-
ngan tangkas.
Di luar dugaan Arden, mereka bermain di sebu-
ah lapangan tenis umum, namun ia tidak berkomen-
tar. Arden duduk di sebuah bangku kayu kemudian
mengikuti pertandingan itu. Ia membawa notes dan
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
pena, kalau-kalau ia ingin menulis sesuatu untuk arti-
kelnya. Tapi akhirnya ia hanya membuat beberapa ca-
tatan. Permainan bagus Drew telah menyerap seluruh
perhatiannya.
Trims untuk latihan ini, Bart, ujar Drew saat
mereka sama-sama melintasi pelataran parkir setelah
permainan mereka selesai.
Lelaki yang lebih tua itu mengusapkan handuk
ke wajahnya, lalu ke seputar lehernya. Terima kasih
kembali. Kau telah membuatku pontang-panting. Tapi
tadi itu benar-benar permainan yang bagus. Ia meli-
rik ke Arden sebelum menambahkan, Bagaimana ka-
lau kautemui aku di Waialee besok? Tempat ini... Ia
melayangkan tangannya ke arah lapangan yang sebe-
tulnya kurang memenuhi standar itu, ...kurang cocok
untuk seseorang sekalibermu. Banyak yang akan
senang sekali bisa menyaksikan permainanmu lagi di
klub kita, Drew.
Trims, Bart, tapi jangan sekarang. Drew mera-
ih tangan Arden. Kalau kau tidak begitu suka main di
sini, aku mengerti, tambahnya.
Jangan begitu, sahut Bart, tanpa rasa tering-
gung. Oke. Di sini, besok pagi pukul delapan. Ia meng
angguk ke arah Arden sebelum memasuki Mercedes-
nya.
Mereka hampir sampai di bagian belakang
hotel, ketika Arden bertanya, Kau dan Ellie terdaftar
sebagai anggota Waialee Country Club, ya?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Ya, kenapa? tanya Drew, sambil mengalihkan
perhatiannya sebentar dari arus lalu lintas.
Tidak apa-apa. Cuma ingin tahu.
Pada lampu lalu lintas yang berikut, Drew men-
condongkan tubuhnya ke arah Arden. Keenggananku
untuk bermain di sana tidak ada hubungannya sama
sekali dengan Ellie, atau dirimu, atau teman-teman
lama kami yang bakal melihat kau dan aku berduaan.
Aku yakin mereka semua akan suka padamu. Aku tak
mau, karena aku pernah mempermalukan diriku di
sana. Aku masih belum merasa siap menghadapi me-
reka. Oke?
Tidak oke. Kau mesti ke sana dan bermain di
sana lagi dengan dagu terangkat naik. Hubungi teman-
teman lamamu. Kau betul-betul tidak punya alasan
untuk merasa malu, Drew.
Drew menatapnya selama beberapa saat, sambil
menimbang-nimbang dan mengagumi ucapannya. Ke
cup aku.
Tidak mau.
Karena aku berkeringat dan bau?
Tidak. Karena lampunya sudah hijau sejak tiga
puluh detik yang lalu dan kendaraan-kendaraan di
belakang kita sudah menekan klakson.
Drew menggerutu mengangkat kakinya dari
pedal rem kemudian menginjak gas menuju ke hotel,
sambil mengomeli Arden yang sedang cekikikan. Begi-
tu mereka membuka pintu suite, mereka tahu bahwa
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ada sesuatu yang tidak beres. Dengan air mata berde-
rai, Matt lari ke dalam pelukan ayahnya.
Drew langsung mengangkatnya ke dalam gendo
ngannya. A-ada apa?
Mrs. Laani! jerit Arden, sambil melintasi ruang
duduk begitu ia melihat wanita itu terbaring telentang
di atas sofa dengan satu lengan menutupi wajahnya,
dan yang lain di perutnya. Ia sedang mengerang kesa-
kitan. Mrs. Laani, panggil Arden sekali lagi sambil
berlutut di dekat sofa dan menyentuh lengan si wa-
nita. Anda sakit?
Aku benar-benar sakit, erang Mrs. Laani. Matt
lapar dan basah... t-tapi, maafkan aku, Mr. McCasslin,
ujarnya begitu ia melihat Drew. Aku tidak bisa ber-
diri. Perutku. Ia menutup matanya untuk menahan
sakit.
Matt sudah berhenti menangis dan sedang cegu-
kan sambil menyandarkan kepalanya pada bahu ayah-
nya. Anda perlu seorang dokter? Apa mungkin Anda
kena radang usus buntu?
Tidak. Usus buntuku sudah diangkat beberapa
tahun yang lalu. Ini gara-gara aku... ke rumah adikku.
Mereka semua terkena virus. Kukira aku ketularan.
Aku tidak mau Matt sampai ikut sakit.
Arden merasa terharu atas kekhawatian Mrs.
Laani akan Matt. Jangan khawatir. Ia tidak akan apa-
apa. Anda harus diobati dulu. Anda mau diambilkan
sesuatu?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Anda memang baik, ujar Mrs. Laani, sambil me
remas tangan Arden Terima kasih tapi aku tidak mau
apa-apa kecuali segera keluar dari sini supaya kalian
tidak ketularan. Mr. McCasslin, aku sudah menelepon
adikku untuk tinggal bersamanya sampai aku sembuh.
Adik iparku sedang dalam perjalanan ke sini untuk
menjemput. Aku tidak suka meninggalkan Anda da-
lam keadaan begini, tapi...
Tak apa, potong Arden, Aku bisa mengurus
Matt. Kapan adik ipar Anda datang?
Mestinya dia sudah ada di bawah sekarang.
Drew, serahkan Matt padaku. Aku akan menyi-
apkan sarapan untuknya. Kau bantu Mrs. Laani turun
ke lobi. Itukah tasnya? Bawakanlah untuknya.
Baik, Maam, sahut Drew sambil mematuhi ins-
truksi-instruksi Arden. Meskipun ia mengkhawatirkan
keadaan pengasuh anaknya yang andal dan tidak per-
nah sakit, ia toh geli melihat bagaimana cara Arden
mengambil alih situasinya.
Matanya masih berbinar saat ia kembali dari
mengantarkan Mrs. Laani ke bawah untuk menemui
adik iparnya. Arden sedang membantu Matt memakan
buburnya. Di dalam suite itu terdapat lemari es kecil
yang sudah diisi Mrs. Laani dengan jus, susu, buah,
keju, dan makanan kecil sehingga Matt tidak perlu di-
bawa ke restoran setiap kali makan. Pihak hotel sudah
menyediakan seperangkat alat makan bagi mereka.
Bagaimana dia? tanya Arden.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tidak keruan, tapi juga lega bahwa ia tidak ber-
ada di dekat Matt lagi. Ia khawatir Matt akan ketular-
an. Dia bilang kalau ia masih bertahan sampai dua pu-
luh empat jam berikut, ia bakal selamat.
Kukira juga begitu. Mungkin ia cuma kena ku-
man.
Dan sementara itu...
Aku yang akan mengurus Matt.
Aku tidak bisa membiarkan kau melakukan itu
Kenapa tidak? Kau tidak percaya padaku?
Drew memindahkan tangannya ke pinggangnya
dengan putus asa. Aku percaya padamu, tapi aku
tidak mengajakmu kemari untuk menjadi pengasuh
anak.
Arden yang merasa bersemangatdengan anak
nya di atas pangkuannya dan si ayah yang tampan
dalam pakaian tenisnya yang basah oleh keringat
memiringkan kepalanya kemudian bertanya dengan
manja, Lalu untuk apa kau mengajakku kemari?
Untuk menyeretmu ke atas tempat tidur.
Arden tertawa. Oke, tapi sebelumnya, bagaima-
na kalau kau mandi dulu?
Drew mengamati Arden, tersenyum kecut, lalu
berkata, Oke. Mungkin itu ide yang bagus.
Begitu Drew selesai mandi, Arden sudah me-
mandikan Matt dan mengenakannya pakaian bersih.
Beri aku waktu beberapa menit, aku akan segera
siap. Sebelumnya ia sudah mengatakan kepada Drew
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bahwa ia membutuhkan beberapa barang untuk Matt,
dan mereka sudah memutuskan untuk pergi berbelan
ja sebentar. Aku akan ke kamarku, sebentar lagi aku
kembali.
Aku baru mau membicarakan soal itu dengan-
mu.
Soal apa? Arden, yang sedang menuju ke pin-
tu, berhenti melangkah.
Soal kamarmu. Apa tidak lebih mudah bagimu
kalau kau pindah kemari?
Arden menatap Drew dengan pandangan ragu.
Mudah untuk siapa?
Senyumnya sehangat sinar matahari. Untukmu.
Dan untuk Matt, tentu saja.
Oh, tentu.
Coba kaupikirkan, ujar Drew, sambil mengang
kat bahu.
Sudah. Jawabannya tidak.
Arden bertemu dengan mereka di tempat yang
sudah mereka tentukan di lobi sekitar sepuluh menit
kemudian. Penampilannya betul-betul memesona un-
tuk seseorang yang berdandan secepat itu. Aku suka
bajumu yang ketat-ketat, bisik Drew di telinganya
sambil merangkul pundak Arden. Matt berjalan bebe-
rapa langkah di depan mereka dengan gaya mandiri-
nya yang menggemaskan.
Ini namanya gaun santai untuk musim panas,
ujar Arden sambil tersenyum senang.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Ya, tapi potongannya sama seperti blus yang
kaukenakan saat makan siang dulu. Aku suka kare-
na...
Aku tahu. Kau sudah pernah bilang padaku.
Karena...
Modis.
Karena kau tampak seksi sekali pakai itu.
Sudah ah, sahut Arden pura-pura kesal.
Oke. Tapi hanya karena kedua pelaut itu
sedang memelototimu dengan cara yang membuatku
ingin mengadu kepala-kepala mereka. Hal terakhir
yang perlu mereka lihat adalah pandangan matamu
yang mengundang itu. Hanya orang mati yang tidak
akan memperhatikan itu. Namun ia hanya meman-
dang geram ke arah kedua pelaut iseng itu saat mele-
wati mereka. Kemudian ia mendesis di telinga Arden.
Kakimu juga asyik sekali. Arden tertawa.
Drew menjadi kesal sekali ketika salah satu ba-
rang yang tercantum dalam daftar belanja mereka ada
lah popok sekali pakai Matt tidak punya banyak lagi,
ujar Arden menjelaskan.
Aku mau dia berhenti memakai popok, tapi me
nurut Mrs. Laani dia masih terlalu kecil untuk diajar
pakai pot.
Apa yang dikatakannya benar. Akan traumatis
akibatnya kalau kau mengajarinya terlalu awal.
Aku tahu, gerutu Drew sambil memasukkan
tangannya ke dalam saku celana pendeknya yang ber-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
warna biru laut. Cuma rasanya lebih seperti mempu-
nyai seorang anak laki-laki kalau kita bisa sama-sama
pergi ke kamar kecil pria.
Arden menggulirkan bola matanya ke atas. Da-
sar laki-laki. Sungguh sulit untuk percaya. Aku sudah
mengganti celananya beberapa kali dan memandikan-
nya dua kali. Kau memang memiliki seorang anak laki-
laki.
Drew menaikkan alisnya dengan jenaka. Menu-
rutmu ia mewarisi sesuatu dariku?
Nuansa pipi Arden berubah menjadi merah pa-
dam. Sambil menyela suara derai tawanya, ia berkata.
Prosesnya akan lebih cepat kalau kau mengajaknya
ke kamar mandi bersamamu sekali waktu. Mungkin ia
akan belajar.
Kau mengubah topik pembicaraan.
Memang.
Drew mengecup Arden dengan hangat tapi seki-
las. Akan kupertimbangkan usulmu. Sepertinya ide
bagus. Mestinya keluar dari kepalaku sendiri.
Begitu mereka kembali ke hotelArden yang
menjinjing belanjaan dan Drew yang menggendong
Mattsaatnya bagi mereka mempersiapkan Matt me-
ngunjungi orangtua Ellie. Arden agak bingung ketika
mendapatkan hampir semua miliknya sudah dipindah
kan ke dalam kamar yang semula ditempati Mrs.
Laani.
Ingatkan aku untuk menyampaikan terima ka-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sih pada manajer atas kesigapan para stafnya.
Drew, ujar Arden. Aku tidak mau tinggal di
sini bersamamu malam ini.
Memang tidak dengan aku. Tapi dengan Matt.
Tempat ini asing baginya. Ia akan merasa lebih tenang
kalau ada seseorang yang menemaninya.
Kalau begitu kau yang harus tidur dengan
Matt.
Drew menempelkan jari telunjuknya di bibir Ar-
den. Kau memang cerdik sekali. Matanya mengikuti
telunjuknya yang bergerak menelusuri bibir Arden.
Ayolah. Tak akan terjadi yang tidak kauinginkan. Aku
janji.
Akhirnya Arden mengalah. Sebetulnya kesempa
tan untuk melewatkan sebuah malam sekamar de-
ngan putranya merupakan sebuah anugerah baginya.
Kau bisa ikut kami, ulang Drew untuk ketiga
kalinya ketika ia dan Matt sudah siap untuk pergi.
Arden menggelengkan kepalanya sambil mene-
lusuri ikal-ikal rambut Matt dengan sikat rambut ha-
lus. Tidak, Drew. Sebaiknya aku tidak ikut.
Bagiku tak ada masalah. Aku akan senang seka-
li kalau kau bisa berkenalan dengan mereka.
Dari nadanya Arden tahu bahwa akan berarti se
kali baginya kalau ia mempercayai ucapannya. Teri-
ma kasih. Tapi aku tidak mau mengganggu suasana
kunjungan ini bagi mereka. Sementara mereka amat
menanti-nantikan kesempatan ini.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Memang. Matt adalah cucu mereka satu-satu
nya.
Kalau begitu sebetulnya mereka tidak mempu-
nyai cucu, bukan? ujar Arden dalam hati. Apa Ellie
anak tunggal?
Ya. Ia pindah ke daerah lain untuk menanti-
kan... s-sampai Matt lahir. Orangtua Ellie ingin ia...
ehm... mendapat anak di sini, tapi Ellie mau di Los An-
geles. Setidaknya, ketika kami membawanya pulang,
mereka betul-betul senang sekali. Matt bakal nakal
malam ini. Mereka benar-benar memanjakannya.
Jadi, bahkan orangtua Ellie tidak tahu bahwa
kehamilannya tidak sungguh-sungguh. Apakah ada
orang lain yang juga tahu selain Drew dan ia sendiri?
Dan Ron, tentu saja.
Apa yang akan kaulakukan sementara kami per
gi? tanya Drew.
Menyelesaikan artikelku. Aku akan menelepon
pihak manajemen hotel untuk menanyakan apakah
mereka mempunyai mesin tik yang bisa kupinjam. Ia
tidak membawa mesin tiknya, sesuai dengan anjuran
Drew. Atau mungkin aku ke kolam renang untuk ber-
jemur.
Pakai sesuatu yang tidak mencolok. Aku tidak
mau ada orang iseng dengan pikiran kotor mengang-
gap kau bisa diajak, kemudian mengadakan pendekat-
an.
Arden berkacak pinggang. Dengan cara itulah
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kita berkenalan.
Justru itu yang mencemaskanku.
***
Matahari bersinar penuh, menebarkan panas ke
dalam tubuhnya. Rasanya luar biasa. Embusan angin
dari arah laut benar-benar menyejukkan, sehingga
hanya permukaan kulitnya yang dipoles lotion yang
terasa hangat oleh panas matahari sore. Ia telah mere-
dam suara-suara tawa para turis, canda ria anak-anak,
dan hiruk-pikuk kaum remaja, untuk dapat menikmati
gemuruh deburan ombak. Iramanya begitu memukau
sehingga nyaris terasa olehnya tubuhnya melebur di
dalamnya.
Apakah suara deburan itu yang membuatnya be
gitu terbawa? Ataukah ingatannya akan kecupan dan
belaian-belaian Drew, yang telah memperkenalkan pa
danya suatu sensualitas yang sama sekali baru bagi-
nya. Sampai ia bertemu dengannya, ia selalu mengira
bahwa dunia itu hanya ada di dalam imajinasi para pe
nyair dan tukang mimpi, orang-orang romantis yang
mengharapkan kenyataan hidup ini lebih baik daripa-
da apa adanya. Tapi ternyata bahwa dunia yang penuh
dengan keindahan, irama musik, aroma harum itu me-
mang ada. Kalau seseorang memang cukup beruntung
untuk menemukan pasangannya yang tepat untuk da-
pat menikmatinya secara bersama, dunia ini memang
tidak dapat dinikmati sendirian.
Di hampir seluruh masa hidupnya, ia sendirian.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Kini, setelah ada yang mengisinya, ia ketakutan. Ia
sedang bersama anaknya yang masih hidup. Putranya.
Dan ia mencintainya dengan cara yang sama seperti ia
mencintai Joey. Ia menikmati setiap kesempatan da-
pat menyentuhnya, memeluknya, menghirup aroma-
nya yang harum, mengagumi kemampuannya untuk
berpikir, serta kebugaran fisiknya.
Dan ia mulai mencintai, dengan penuh kehangat
an, lelaki yang menjadi ayah putranya.
Ia merasa senang dan sekaligus sedih. Senang
karena telah bertemu dan begitu mencintai mereka.
Sedih karena ia tahu bahwa ia tidak dapat memiliki
mereka. Semua yang pernah ia cintai, meninggalkan
dirinya. Ia juga akan kehilangan mereka. Waktunya
akan tiba untuk melepaskan mereka. Tapi sampai hari
itu ia ingin menikmati keberadaan mereka.
Oh! jeritnya, sambil segera duduk tegak di
atas handuk besarnya dan membuat Matt terjengkang
di atas pasir.
Dingin, pekiknya dengan suara balitanya, ke-
mudian sambil cekikikan mengusap-usap sepotong es
batu lain ke atas perut Arden yang terbuka.
Arden tersentak lagi, menciutkan perutnya,
kemudian pada saat yang bersamaan meraih cangkir
Matt yang berisi es batu. Ya, dingin. Dan sepintar apa
pun kau, aku tidak yakin bahwa ini benar-benar
idemu.
Ia menoleh untuk melihat Drew yang sedang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
jongkok di belakangnya, menyeringai lebar seperti se-
ekor kucing Cheshire. Penampilannya di dalam celana
renangnya yang berwarna biru muda membuat Arden
terenyak. Angin lembut yang mengacak-acak rambut
pirangnya membuat seluruh penampilannya tampak
sungguh-sungguh maskulin.
Bersalah akibat perintah, ujar Drew sambil
tersenyum lebar.
Betul, kan.
Tapi Matt langsung menangkap idenya.
Dasar, bapak dan anak sama saja.
Drew mengitarinya untuk mengambil tempat
duduk di dekatnya. Matt sudah sampai di tepian air, se
dang menjajaki apakah ia akan mengejar ombak. Kan
aku sudah bilang padamu untuk mengenakan sesuatu
yang tidak terlalu mencolok. Kalau menurutmu itu
tidak mencolok, kau membutuhkan sebuah kamus
baru.
Tidak seperti biasanya, kali ini Arden memang
mengenakan salah satu pakaian renangnya yang
paling berani. Terbuat dari bahan rajut hitam dengan
pinggiran bernuansa segar. Bagian atasnya terdiri
atas dua segi tiga yang dijalin menjadi satu oleh tali-
tali yang dipilin. Bawahannya kecil dan menyempit ke
arah pinggang membentuk satu jalinan tali.
Aku tidak akan membiarkan diriku terus diome
li olehmu. Lagi pula, sejauh ini tidak ada yang meng-
gangguku. Sampai sekarang, sindirnya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Jadi kehadiranku mengganggu? Dan nada su-
aranya dan cara matanya mengagumi penampilannya
membuat Arden merasa salah tingkah.
Namun sebelum ia sempat menanggapinya,
Drew dipanggil oleh seseorang dari balik sebuah tem-
bok batu rendah yang memisahkan kawasan kolam
renang hotel itu dan pantai.
Drew! Drew, kaukah itu?
Drew melayangkan pandangannya di antara
orang banyak untuk melihat siapa yang memanggil-
nya, dan Arden melihat kekesalan di wajah Drew begi-
tu ia mengenali laki-laki itu. Tanpa antusias, ia meng-
angkat tangannya dan melambai. Aku akan segera
kembali. Tidak keberatan untuk mengawasi Matt?
Sama sekali tidak, sahut Arden, yang lebih
mencemaskan bayangan gelap di wajah Drew daripa-
da si bocah kecil yang aktif.
Sambil mengumpat, Drew menyelinap di antara
orang-orang yang sedang berjemur di pantai, menaiki
tangga ke pelataran yang mengitari kolam renang. Ia
adalah orang terakhir yang ingin dilihat Drew. Jerry
Arnold, manajer program tenis di Waialee Country
Club.
Halo, Jerry, tegurnya sambil mengulurkan ta-
ngan.
Drew.... Ya Tuhan, menyenangkan sekali meli-
hatmu, sambut Jerry, sambil menjabat tangannya.
Kau tampak lebih sehat sekarang.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew tersenyum kecut. Itu tidak berarti ba-
nyak, bukan? Terakhir kau melihatku, kau mencengke
ram leher kemejaku untuk menyeretku keluar dari
ruang ganti dan memintaku untuk tidak kembali. Aku
belum begitu mabuk ketika itu dan masih bisa mengi-
ngatnya.
Jerry Arnold lebih pendek satu kepala dari
Drew, tapi lebih kekar. Sebelumnya, ia pernah ikut tur
para pro. Namun ia sudah tahu, sebelum para pelatih
dengan hati-hati menyampaikan bahwa ia tidak memi
liki sesuatu yang dibutuhkan seseorang yang akan me
ngikuti kompetisi tenis. Ia melepaskan impiannya de-
ngan hati lapang untuk melakukan altematif terbaik
berikutnya. Ia bekerja untuk mereka yang memiliki-
nya. Sorry, Drew. Aku benar-benar tidak punya pilih-
an lain waktu itu.
Aku tidak menyalahkanmu, Jerry. Mestinya kau
pecat aku dari keanggotaan.
Mana bisa, sahut laki-laki itu sambil terse-
nyum. Ia menggosok-gosokkan rahangnya. Pukulan
hook kananmu benar-benar tajam sekali.
Drew tertawa. Aku memang berangasan tempo
hari. Sorry.
Aku juga minta maaf. Aku cuma tidak bisa meli-
hatmu menyia-nyiakan bakatmu seperti itu. Ia mena-
tap Drew. Aku mendengar sesuatu yang menggembi-
rakan.
Oh?
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Kau kembali.
Ya.
Buktikan.
Drew sedang mengawasi Arden dan Matt yang
sedang bercanda di atas pasir. Wanita itu memiliki
kaki yang ramping dan indah. Hanya nada tantangan
seperti yang diajukan Jerry yang dapat mengalihkan
perhatiannya dari pemandangan indah itu. A-apa kau
bilang?
Kubilang kau harus membuktikan bahwa kau
sudah kembali.
Caranya? dengan kembali ke klub? Bart Sam-
son sudah mengusulkan itu padaku tadi pagi. Jawaban
ku adalah tidak.
Dengan kembali ke klub... dan bermain dalam
suatu pertandingan ekshibisi. Besok.
Tiba-tiba Drew merasa tenggorokannya kering,
dan tangannya membentuk kepalan tinju yang meng-
imbangi rasa mual yang ia rasakan di perutnya. Tidak
bisa, bisiknya dalam nada cemas.
Kau bisa. Aku butuh bantuanmu. Tadinya McEn
roe akan main dalam suatu pertandingan amal di sini.
Harga tiketnya lima puluh dolar. Ibu jarinya cedera...
Aku sudah baca itu.
Karena itu pelatihnya bilang tidak boleh main.
Bahkan dalam pertandingan ekshibisi sekalipun. Aku
membutuhkanmu, Tuan. Dan kau butuh pertandingan
ini.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tidak bisa.
Bisa. Kau harus memulainya suatu waktu,
Drew. Buktikan kepada semua yang tidak memperca-
yaimu bahwa kau dapat menanjak kembali ke posisi
atas itu.
Tidak tahun ini. Tahun depan, mungkin. Drew
benar-benar kesal bahwa ia merasa perutnya seperti
dipilin, tangannya menjadi licin oleh keringat, dan
mulutnya getir oleh rasa cemas.
Seperti kukatakan, kau harus memulainya su-
atu waktu. Aku ketemu Bart tadi. Dari dia aku tahu
bahwa kau ada di sini. Dia bilang kau membuatnya ter
pontang-panting tadi pagi, dan bahwa ia tidak dapat
mengembalikan pukulan serve-mu.
Kau apa sebetulnya? Penggembira? Kau minta
aku main di dalam pertandingan ini karena kau butuh
seseorang di lapangan untuk menyelamatkan reputasi
mu, atau kau memang peduli pada karierku yang
berantakan dan masih mesti dibuktikan untuk bisa
pulih?
Dua-duanya, sahut Jerry, sambil menatap ke
dalam wajah tegang Drew, tanpa berusaha menyembu
nyikan apa-apa. Jawabannya betul-betul apa adanya.
Setidaknya Drew menghargai itu.
Aku tidak tahu, Jerry, ujar Drew sambil me-
malingkan wajahnya.
Begini, kalau aku menganggap bahwa permain-
anmu bakal kacau dan kau hanya akan mempermalu-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan dirimu, aku tidak akan memintamu. Demi kita ber
dua. Kepalamu sudah dingin sekarang. Aku lihat kau
sudah punya cewek baru. Jadi...
Dia bukan cewek sembarangan, desis Drew.
Jerry mengangkat alisnya, mendengar nada se-
ngit Drew. Ia melayangkan pandangannya ke arah si
wanita yang sedang bermain dengan anak McCasslin,
kemudian kembali ke Drew, yang tampaknya masih
marah. Sorry. Bukan maksudku untuk menghina. De-
ngan wajah yang tulus ia menambahkan, Drew, aku
tak peduli kau pergi dengan siapa. Aku berterima ka-
sih kepada entah apa atau siapa yang membawamu
kembali ke tempatmu. Di atas.
Drew membiarkan otot-otot tubuhnya mengen-
dur. Ia betul-betul tercengang akan sikapnya yang
posesif dan protektif terhadap Arden; barusan tadi ia
hampir bertindak di luar kendalinya. Ia hampir mem-
bunuh Jerry untuk ucapannya yang melecehkan. Pada
saat itulah ia menyadari sampai seberapa jauh perasa-
annya sebetulnya pada Arden. Dan itu memulihkan
semangatnya. Juga rasa percaya dirinya.
Siapa lawan mainnya?
Teddy Gonzales.
Drew mengumpat. Trims, Jerry. Ia menghela
napasnya, bara rasa optimisnya meredam.
Yah, aku tahu. Ia musuh bebuyutanmu.
Dan sebelas tahun lebih muda. Dengan stamina
sebelas tahun lebih baik.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tapi pengalamanmu sebelas tahun lebih ba-
nyak. Dia suka ngotot, Drew, dan besar kepala. Guna-
kan strategi, pancing emosinya. Jerry menatapnya de
ngan cara menantang. Takut?
Secara terang-terangan Drew mengakui itu. Jer-
ry tertawa terbahak-bahak. Bagus. Itu akan membuat
kau bermain dengan lebih baik. Katakan bahwa aku
bisa mengandalkanmu, Drew. Kau lebih membutuh-
kan pertandingan ini daripada aku. Kalau aku tidak
yakin aku tidak akan memintamu. Aku berani sumpah
bahwa aku tidak akan memintamu.
Trims, Jerry. Untuk sesaat mereka saling
berpandangan dengan ketulusan dua orang sahabat.
Drew menoleh ke arah Arden, yang pada saat bersama
an berpaling kemudian tersenyum padanya. Matt ja-
tuh terjerembap di atas pasir, tapi Arden mengulur-
kan tangannya untuk membantunya berdiri kembali.
Bagaimana kalau kau kukabari nanti malam, Jerry?
Oke. Aku akan meneleponnu sekitar pukul dela
pan. Ia mencengkeram pundak Drew dan meremas-
nya dengan hangat. Kuharap jawabanmu positif. Oh,
Drew, ia menimbang-nimbang sebentar sebelum me-
nambahkan, temanmu cantik sekali.
Drew melangkah kembali ke tempat Arden
menghampar handuk besarnya, kemudian menjatuh-
kan diri ke atasnya. Ia mengacak-acak rambut Matt,
lalu memeluknya erat-erat sebelum si bocah berjalan
kembali ke arah air. Baru setelah itulah Drew menga-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lihkan perhatiannya pada Arden. Ya Tuhan, betapa
cantiknya dia. Hanya menatapnya saja sudah membu-
at dirinya melupakan kecemasannya. Kalau ia duduk
dan memandanginya cukup lama, apakah seluruh ke-
cemasannya akan betul-betul sirna?
Temanmu? tanya Arden dengan hati-hati.
Entah. Arden tidak mendesaknya, namun dari
matanya yang hijau tampak bahwa ia penasaran. Ia
ingin aku bermain dalam suatu pertandingan ekshibi-
si di Waialee untuk amal. Besok. Melawan Teddy Gon-
zales.
Kau akan main?
Menurutmu?
Kenapa tidak?

Você também pode gostar