Você está na página 1de 23

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Sepuluh
BULAN madu yang hebat, gumam Drew. Pano-
rama indah desa Labaina mulai menghampar di depan
mereka.
Menurutku memang hebat, sahut Arden, sam-
bil tertawa dan untuk kesekian kalinya merapikan
kembali baju Matt di bawah setelan bermainnya.
Ideku untuk berbulan madu adalah menghabis-
kan waktu di atas tempat tidur hanya bersamamu.
Nanti juga kesampaian, bisik Arden. Drew me-
noleh ke arahnya, sambil memelototinya dengan mata
yang berapi-api. Tapi untuk sementara, sebaiknya
kaupusatkan seluruh perhatianmu ke jalan raya.
Begitu Arden menyatakan oke, ia tidak menyia-
nyiakan waktunya lagi untuk segera mempersiapkan
perkawinan mereka, yang kemudian selesai hanya
dalam waktu beberapa hari. Acara pagi itu betul-betul
amat kekeluargaan. Mereka terbang ke Honolulu
untuk dinikahkan oleh seorang pendeta yang dikenal
Drew dengan baik. Hanya Mrs. Laani dan istri si pende
ta yang hadir. Dan Matt. Memenuhi permintaan Ar-
den, Drew tidak melibatkan pihak pers.
Begini, Drew, bujuk Arden, aku tidak ingin
ikut terpublikasi. Aku akan ikut dalam tur bersama-
mu. Aku akan di sana untuk membesarkan semangat-
mu dalam setiap pertandingan, tapi aku tidak ingin di-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
foto atau diwawancara.
Ia teringat bagaimana para fotografer mengeru-
muni Drew dan Ellie saat mereka meninggalkan ru-
mah sakit. Bagaimana caranya mereka menyembunyi-
kan fakta bahwa Ellie bukanlah ibu si bayi yang
sebenarnya? Arden sendiri mempunyai sesuatu yang
masih ia sembunyikan. Setidaknya untuk sementara
ini. Ia sudah bertekad akan mengungkapkan kepada
Drew siapa dirinya, tapi tidak sebelum Drew merasa
betul-betul yakin akan cintanya kepadanya. Untuk se-
karang, semakin sedikit orang tahu mengenai perkawi
nan mereka, semakin baik. Ia mengharapkan agar diri
nya bisa tetap berada di latar belakang.
Tapi aku bangga bahwa aku memilikimu, pro-
tes Drew ketika itu. Kenapa kau ingin menyembunyi-
kan fakta bahwa kita sudah menikah?
Bukan maksudku untuk menyembunyikan fak-
ta itu. Aku cuma tidak menyukai publisitas. Ia menco-
ba mencari sebuah alasan. Karena... karena Ellie. Ia
begitu cantik, begitu merupakan bagian dari dirimu.
Aku tidak ingin orang membandingkan diriku dengan-
nya.
Tidak ada yang perlu dibanding-bandingkan,
sahut Drew lembut, sambil memainkan rambut Arden
di antara jari-jarinya.
Orang lain mungkin tidak berpikiran begitu,
dan itu akan membuat aku benar-benar merasa serba
salah.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Drew akhirnya mengalah, dan mereka kembali
ke Maui menjelang sore untuk menidurkan Matt yang
sudah mulai rewel.
Kau harus menelepon Gary untuk latihan.
Pada hari perkawinanku? protes Drew.
Kau mau menang atau tidak?
Drew berpaling ke Mrs. Laani sambil mengem-
bangkan tangannya. Baru menikah beberapa jam, su-
dah dimarahi. Namun demikian Arden tahu bahwa
Drew senang istrinya mengerti tuntutan kariernya Ta
pi kau mau ikut bersamaku untuk menonton, kan?
Jelas.
Sambil bergandengan tangan, mereka naik ke
lantai atas, menuju ke kamar tidur utama. Mrs. Laani
sudah memindahkan hampir semua pakaian Arden ke
dalam sebuah lemari yang masih kosong. PerIengkap-
an mandi dan kosmetiknya sudah tersusun rapi di
atas wastafel kamar mandi. Cepat sekali ia melaku-
kannya, komentar Arden dengan kagum.
Perintahnya adalah ia harus membuat kau me-
rasa betah di sini secepatnya. Gara-gara kau memutus
kan tidak mau tidur lagi bersamaku sebelum kita me-
nikah, ujar Drew sambil menghampirinya kemudian
menariknya ke dalam pelukannya. Aku benar-benar
sudah amat menginginkan dirimu, Arden, tambahnya
dalam suara parau. Mulai sekarang aku tidak akan
tanggung-tanggung terhadapmu.
Bibir mereka bertemu, bergerak bersama de-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngan kerinduan tertahan yang akhirnya mendapatkan
pelepasan. Masih sambil mencium Arden, tangan
Drew bergerak melepaskan pakaian wanita itu hingga
Arden tinggal mengenakan pakaian dalam berwarna
kuning gading. Drew membelai payudara Arden, dan
ketika tubuh Arden memberikan reaksi, Drew menun-
duk dan menyentuh ujung payudara itu dengan lidah-
nya, dari luar bahan pakaian dalam Arden yang licin
dan berkilauan.
Arden melepaskan kemeja lelaki itu dan dengan
tak sabar membantu membuka ikat pinggangnya.
Drew menendang lepas celana panjangnya dan Arden
menyelipkan tangan ke balik celana dalamnya.
Drew membelai punggung Arden, pinggulnya,
pahanya, menelusurkan tangan di pakaian dalam yang
halus itu, juga di panty hose Arden. Ibu jarinya memu-
tar menggairahkan di atas tulang pinggul Arden. Keti-
ka tangannya akan turun lebih jauh lagi, Arden men-
cengkeram rambut lelaki itu dan menarik kepalanya
menjauh.
Kau harus pergi tenis sekarang, ujar Arden
dengan napas yang masih terengah-engah.
Ah, biar saja, protes Drew sambil meraih tu-
buh Arden lagi.
Namun Arden tetap berkeras. Bakal ke sana
arahnya permainanmu nanti kalau kau tidak mau latih
an.
Drew menggerutu sebentar, tapi akhirnya mena
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
rik dirinya. Arden membenahi meja riasnya, sambil
mencoba tidak memperhatikan Drew, yang tampak si-
buk mengumpulkan perlengkapan main tenisnya, ma-
sih dalam keadaan telanjang. Belum pernah rasanya ia
melihat bangun tubuh yang begitu atletisnya. Kau me
lihat sesuatu yang menarik? tanya Drew kepadanya
sambil mengedipkan mata.
Wajah Arden merona. Yang kulihat memang
menarik, akunya, sambil melirik Drew melalui cer-
min.
Drew mendekat. Syukurlah. Ia menyibak ram-
but Arden, lalu mengecup tengkuknya.
Pada saat Drew selesai berpakaian dan mulai
mengemasi tas olaraganya, Arden masih sibuk dengan
pernak-perniknya. Setelah menolakku karena alasan
waktu, apa kau mau membuatku terlambat karena ma
sih ingin bersantai-santai?
Arden merasa canggung sebab dia hanya menge
nakan pakaian dalamnya. Bagaimana kalau kautung-
gu aku di bawah? A-aku... ehm... aku akan siap seben-
tar lagi.
Ada a... Drew menelan ucapannya, kemudian
menghampiri Arden. Dengan penuh pengertian ia
meletakkan tangannya di atas pundaknya. Kau sudah
lama tidak sekamar dengan seorang laki-laki, bukan?
Arden menelan ludahnya, lalu mengangguk. Ia benar-
benar merasa dirinya konyol sekali. Setelah mengecup
pipinya, Drew meremas pundaknya dengan lembut.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Aku akan menunggumu di bawah. Tidak usah buru-
buru.
Sebelum Drew menutup pintu, Arden memang-
gilnya. Drew? Ketika Drew menoleh, ia berkata, Te-
rima kasih.
Drew tersenyum lalu menepuk ambang pintu
dengan telapak tangannya. Aku akan cari cara untuk
minta ganti rugi padamu. Setelah mengedipkan mata-
nya sekali lagi, ia menghilang.
Ternyata, meskipun ia protes sebelumnya
karena harus latihan pada hari perkawinannya, ia toh
bermain dengan bagus. Sejumlah orang berkerumun
untuk mengikuti pertandingan latihan itu, dan mereka
bertepuk tangan dengan antusias setiap kali Drew me
lakukan suatu manuver sulit. Permainannya mantap
sekali, dan ia menikmatinya. Sepertinya ia melupakan
kehadiran Arden, namun Arden tahu bahwa Drew me-
rasakan dukungannya dengan kehadirannya di situ.
Sebetulnya Drew ingin mengajak Arden makan
malam di sebuah restoran mewah, tapi Matt kemudi-
an menangis meraung-raung begitu mereka akan be-
rangkat tanpa dirinya. Bagaimana kalau kita ajak dia,
Drew? bujuk Arden sambil memeluk si bocah.
Arden, sejak aku mencium pengantinku tadi
pagi, aku harus terus membaginya dengan orang lain.
Aku ingin dirimu untukku sendiri.
Aku juga menginginkan itu. Tapi tidak enak
rasanya meninggalkannya dalam keadaan menangis
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
seperti itu.
Drew mencoba untuk membujuknya. Ia melaku
kan itu cuma untuk menarik perhatianmu.
Aku tahu. Dan aku juga tahu bahwa aku harus
mulai menerapkan disiplin padanya. Tapi jangan seka
rang dulu.
Setelah mengomel sebentar, Drew akhirnya me-
nyerah. Tapi jangan coba-coba muncul dengan ide
untuk mengajaknya tidur bersama kita nanti malam,
ujarnya mengingatkan, sambil membelokkan kendara
annya masuk ke jalan raya.
Ke mana akan kauajak kami malam ini? tanya
Arden, saat lalu lintas di jalan utama Lahaina memper
lambat laju mereka.
Karena kau berkeras menjadikan saat ini sebu-
ah acara keluarga sahut Drew dalam nada datar, aku
akan memintamu memasak untukku.
Apa? tanya Arden, sambil tersenyum.
Tunggu saja. Kau akan lihat nanti.
Drew mengajak mereka ke Pioneer Inn, sebuah
hotel tua yang pernah menjadi tempat penginap para
pelaut ketika Lahaina masih merupakan pelabuhan
ikan yang penting. Hotel itu dibangun mengelilingi se-
buah halaman terbuka yang diterangi cahaya lampion
dan obor, dan ditumbuhi berbagai tanaman tropis
yang rimbun.
Aku menyukai tempat ini, seru Arden saat si
pemilik mengantar mereka ke sebuah meja.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Bagus. Tapi aku serius bahwa kau harus mema-
sak sendiri. Lihat. Drew menunjuk ke pemanggangan
besar di bawah sebuah saung. Sebuah jam tergantung
di dindingnya supaya orang dapat memonitor waktu
memasaknya sesuai keinginan. Bumbu-bumbu dan
saus-saus steak dalam botol berjejer di dekat pemang-
gangan itu.
Kebetulan aku seorang koki hebat, ujar Arden
dengan bangga. Setelah menikah dan kemudian me-
miliki Joey, hobiku adalah menyusun menu dan mema
sak. Tapi, setelah... Tiba-tiba kesedihan membayang
di wajahnya. Aku jadi malas.
Drew meremas tangannya. Kalau kau memang
suka masak, kau boleh memasak untukku dan Matt
kapan pun kau mau. Mulai malam ini.
Mereka mengelilingi pemanggangan setelah
mereka memesan hidangan steak ala New York untuk
Drew, hamburger untuk Matt, dan mahimahi untuk
Arden. Daging ikan lokal yang sudah tidak bertulang
direndam di dalam saus, kemudian dibungkus di
dalam kertas foil untuk dipanggang. Sambil bercanda
dan menerima banyak saran, Arden memainkan sodet
nya yang panjang. Matt menjerit setiap kali sebuah
lidah api mendesis keluar dari tempat pemanggangan
itu. Ketika hidangan utama mereka sudah siap, mere-
ka membawanya ke meja mereka untuk dinikmati de-
ngan salad dan kacang merah, yang merupakan sajian
istimewa hotel itu.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Lezatnya ujar Drew, sambil menggulirkan bola
matanya dan mengecapkan lidahnya. Dengan lucunya
Matt meniru ulahnya.
Hati Arden terasa benar-benar penuh cinta un-
tuk kedua laki-laki di dalam kehidupannya ini. Ia me-
ngingatkan dirinya untuk jangan lupa diri. Kebahagia-
an yang begitu besar membuatnya sedikit cemas.
***
Mengatur perjalanan bagi mereka semua meru-
pakan sebuah tanggung jawab yang tidak ringan. Mrs.
Laani dan Matt akan menempati sebuah kamar tersen
diri, Drew dan Arden sebuah kamar lagi, sementara
Ham di kamar yang ketiga. Untungnya si manajer yang
menangani hampir semua detailnya. Dengan bantuan
Mrs. Laani, Arden belajar untuk berkemas secara efisi-
en, namun yang masih harus dikerjakan sepertinya
tidak akan ada akhirnya.
Arden merasa agak tegang untuk bertemu de-
ngan Ham Davis, seorang laki-laki yang sudah ber-
uban dengan tinggi sekitar 180 cm. Ia suka mengisap
cerutu besar yang baunya kurang enak. Perutnya
menggelayut lewat celana panjangnya yang setiap kali
ia tarik ke atas dengan tangannya yang gemuk dan
berbulu. Tapi ia ternyata betul-betul simpatik. Arden
langsung menyukai pembawaannya yang ramai dan
blak-blakan.
Ia sudah di sana untuk menjemput saat pesawat
mereka mendarat di Los Angeles International. Sambil
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
menggenggam tangan Arden, Drew menjabat tangan-
nya dengan hangat. Matanya yang gelap menatap Ar-
den dan rupanya ia menyukai apa yang tampak oleh-
nya. Entah apa yang kaulakukan untuk Drew, terus-
kan itu. Hanya itu yang ia katakan, tapi Arden tahu
bahwa ia menghargai dirinya.
Ia sedikit kecewa ketika Drew menuntut dua hal
darinya. Pertama, bahwa ia menghormati keinginan
Arden agar tidak ada publisitas mengenai dirinya. Dan
kedua, bahwa ia mengizinkan mereka cuti beberapa
hari untuk mengunjungi ibu Drew di Oregon.
Dan itu merupakan satu hal lagi yang membuat
Arden cemas, sehingga ia merasa terus waswas dalam
sepanjang perjalanan mereka menuju ke Portland. Ter
nyata sebetulnya ia sama sekali tidak perlu merasa
cemas. Mrs. McCasslin menyambut dirinya dengan
ramah dan hangat. Setelah saling melepaskan rindu di
bandara dan kesibukan untuk membuat mereka mera
sa betah menginap di rumahnya selama dua malam, ia
dan Arden akhirnya mendapatkan kesempatan untuk
berbincang-bincang berdua. Mereka sedang berada di
dalam dapurnya yang terang, bersih dan hangat,
menanti air di dalam sebuah ketel untuk mendidih.
Ternyata kau tidak seperti yang kubayangkan,
ujar Rose McCasslin sambil meraih sebuah kaleng ber-
isi kantong teh dari dalam lemari.
Bagaimana bayangan Anda tadinya? Rupanya
mata biru merupakan sebuah ciri bawaan keluarga.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Mata Rose sama beningnya seperti milik putra dan
cucunya.
Aku tidak bisa bilang persisnya. Seseorang
yang efisien sekali. Seseorang yang akan langsung me-
ngambil alih soal pendidikan Drew dan entah memacu
Drew untuk maju atau menekannya sampai menjadi
seorang alkoholik. Seseorang yang tidak secantik atau
tidak se... selembut kau.
Terima kasih, ujar Arden, dengan hati terharu.
Drew sudah memacu dirinya sendiri sebelum menika
hi aku.
Karena itu aku tahu bahwa kau baik untuknya.
Kau membiarkannya untuk melakukan itu sendiri. Ia
memiringkan kepalanya. Ia amat mencintaimu, kau
tahu?
Kukira begitu.
Aku senang sekali. Dan merasa lega. Aku sudah
khawatir bahwa saat kami memakamkan Ellie dan ia
pindah ke pulau yang terpencil itu, ia akan menyia-
nyiakan hidupnya di sana untuk selamanya. Tapi kini
ia sudah bahagia lagi. Aku hanya ingin meminta satu
hal darimu.
Mata wanita yang lebih tua itu berbinar. Tolong
bujuk dia untuk mengajakmu dan cucuku menengok-
ku lebih sering.
Mula-mula mereka ke Phoenix, sesudah itu ke
Dallas, Houston, New Orleans, dan St. Petersburg.
Drew bermain dengan amat mengesankan, selalu me-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nang dalam setiap babak yang menentukan, tapi kalah
dalam final. Ia tidak menjadi kecil hati, demikian juga
Ham. Ia memberikan penampilannya yang terbaik. Ke
mudian ia menang di Memphis. Dan di Atlanta. Dan di
Cincinnati. Peringkatnya mulai naik.
Perjalanan mereka ternyata amat melelahkan
bagi Arden, tapi ia tetap berbesar hati melihat keber-
hasilan Drew. Perjalanan dalam tur tidaklah mudah, te
rutama dengan seorang bocah yang penuh energi dan
ulah seperti Matt. Ia sudah menyelesaikan semua arti-
kel yang harus ia kerjakan sebelum mereka meninggal
kan Hawaii. Melalui telepon interlokal, dengan senang
ia mendengar bahwa semua artikelnya akan diterbit-
kan tanpa revisi. Untuk sementara ia telah menolak
permintaan untuk menulis beberapa buah artikel lagi.
Apa yang kaulakukan sepanjang hari sementa-
ra aku latihan? tanya Drew kepadanya suatu malam
saat mereka berada di dalam pelukan masing-masing
setelah bercinta. Kau tidak bosan?
Bosan? Dengan Matt yang harus terus dibuntu-
ti? Mana sempat Ia merapatkan tubuhnya untuk lebih
menikmati kebersamaan mereka. Aku menyiapkan
diriku menghadapi pertandingan-pertandinganmu,
dan... aku berkhayal... mengenai ini, jawabnya sambil
menurunkan tangannya ke bagian intim Drew.
***
Mereka merasa lega begitu sampai di rumah.
Ham tentu saja protes dan terus menggerutu. Ia bah-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kan mencoba mendekati Arden untuk mendapatkan
dukungan darinya.
Ia harus main di dalam setiap turnamen yang
bisa ia ikuti, ujarnya, dengan menekankan setiap pa-
tah katanya dengan hunjaman cerutunya.
Drew ingin pulang dulu selama beberapa ming-
gu, Ham.
Tapi kau bisa membujuknya untuk mengurung
kan niatnya.
Mungkin, tapi aku tidak mau.
Aku tidak heran. Ia memasukkan cerutunya ke
dalam mulutnya, menggerutu, kemudian mengatakan
bahwa ia akan mengantar mereka ke bandara.
Mo telah mempersiapkan rumah untuk menyam
but kedatangan mereka sekeluarga. Mereka menjalani
kegiatan secara rutin. Drew bermain setiap hari de-
ngan Gary di klub, untuk melatih titik-titik lemah yang
sudah ia diskusikan bersama Ham sebelumnya. Arden
menyibukkan dirinya dengan Matt dan menyusun ren
cana untuk tur mereka yang akan datang, yang akan
membawa mereka ke Eropa. Hanya memikirkannya
saja sudah cukup membuatnya lelah. Bagaimana ia
dapat menyampaikan kepada para pelayan restoran
yang tidak bisa berbahasa Inggris bahwa Matt lebih
suka makan roti dengan selai kacang dan selai buah
daripada hidangan mahal yang tercantum dalam buku
menu mereka? Kepada mereka yang bisa berbahasa
Inggris saja sudah sulit.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Suatu sore, saat ia sedang beristirahat di kamar
tidur utama, meringkuk di sebuah kursi sofa dekat jen
delanya yang besar, Drew masuk. Ia menjatuhkan tas
olahraganya persis di muka pintu. Mereka saling ber-
pandangan dari masing-masing sisi ruangan, tanpa
suara mengungkapkan cinta yang telah tumbuh sema-
kin mendalam selama beberapa minggu terakhir ini.
Kau tampak cantik duduk di sana, Arden, ujar-
nya dalam suara rendah. Matahari yang sedang turun
membuat rambutmu berkilau dalam semburat nuansa
kemerahan.
Terima kasih. Tadinya aku merencanakan un-
tuk sudah selesai berpakaian begitu kau kembali, tapi
kemudian aku mengerjakan ini. Ia menutup mapnya
kemudian meletakkannya di atas meja samping kursi
sofanya.
Drew menutup dan mengunci pintu sebelum ia
melangkah masuk. Arden mengenakan gaun kamar
favoritnya. Garis lehernya rendah dan panjangnya
sampai ke lantai. Gaun itu jatuhnya pas di tubuhnya,
bak awan biru yang tipis. Kau baru selesai mandi,
komentar Drew.
Tubuhnya menebarkan aroma bunga yang femi-
nin. Dan membangkitkan gairah Drew. Ia berlutut di
dekat kursi sofa itu dan meletakkan ujung jarinya pa-
da masing-masing sisi leher Arden. Ia menyukai kenya
taan bahwa ia dapat merasakan denyut nadinya men-
jadi lebih cepat saat Drew menyentuhnya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Arden merupakan simbol kedamaian, rumah,
cinta, dan semua yang tadinya ia anggap tidak akan
pernah ia miliki lagi. Setiap kali ia melihat Arden sete-
lah mereka berpisah sebentar, ia tertegun kembali.
Betapa ia mencintainya, betapa sejak awal sudah ada
perasaan satu di antara mereka, yang sulit baginya
untuk dimengerti atau dijelaskan.
Apa yang sedang kaukerjakan?
Tidak ada apa-apa, sebetulnya, sahut Arden
dalam gaya sambil lalunya.
Kau habis menulis sesuatu, bukan?
Arden mengalihkan pandangannya. Sekadar
corat-coret. Cuma sudah lama ingin kuekspresikan di
atas kertas.
Boleh kubaca?
Tidak ada apa-apanya, sebetulnya.
Masa.
Arden menjilat bibirnya. Isinya pribadi sekali.
Aku tidak akan memaksa kalau kau lebih suka
aku tidak membacanya.
Aku akan menghargai pendapatmu, sahut Ar-
den buru-buru.
Drew mengambil inisiatif dengan meraih map
itu. Ia membuka halaman pertamanya. Joey bunyi ba
ris yang paling atas. Drew melirik ke arah Arden, tapi
Arden berusaha menghindari tatapannya. Ia malah
meninggalkan sofanya dan menuju ke jendela.
Drew membaca puisi yang terdiri atas empat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
halaman itu dan tenggorokannya terasa makin kering
setiap selesai membaca satu kalimat. Jelas bahwa kata
kata itu keluar dari jiwa si penulis melalui suatu pro-
ses yang amat emosional. Bahasanya lugas. Nadanya
spiritual tapi tidak melantur. Mengekspresikan kesedi
han yang mendalam dan orangtua yang menyaksikan
anaknya yang sedang sekarat. Namun syair-syairnya
yang terakhir mengungkapkan hikmah yang diperoleh
nya dari si anak. Perluapan rasa syukur yang teramat
menggugah.
Mata Drew berkaca-kaca, saat dengan hati-hati
ia mengembalikan map itu ke atas meja dan kemudian
menghampiri Arden. Ia meraih tubuh Arden dari bela-
kang untuk ia tarik ke dalam pelukannya.
Betul-betul indah sekali, Arden.
Kau sungguh menganggap begitu, atau kau
cuma basa-basi?
Betul-betul indah. Apakah isinya terlalu pribadi
bagimu untuk kaubagi dengan orang lain?
Maksudmu untuk diterbitkan?
Ya.
Apa cukup baik?
Ya. Aku yakin bahwa para orangtua, entah si-
apa pun dia, apakah sudah pernah kehilangan seorang
anak atau belum, akan merasa tersentuh. Aku merasa-
kan itu. Menurutku kau harus mempublikasikannya.
Kau bisa membantu seseorang yang sedang menjalani
apa yang pernah kaualami.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Arden memutar tubuhnya dan meletakkan kepa
lanya di dada Drew. Ia menikmati suara debur jantung
nya yang teratur dan tenang.
Andaikata aku di sana, di saat kau membutuh-
kan seorang teman. Kau ada di sini untuk membantu
aku keluar dari krisisku, tapi kau sendiri telah melewa
ti masa-masa yang berat itu sendirian. Aku menyesal
sekali, Sayangku. Ucapannya yang penuh perasaan
dan belaian hangat di punggungnya mengungkapkan
kepada Arden ketulusannya. Ayo sini, ujarnya,
sambil meraih tangan Arden untuk mengajaknya ke
tempat tidur.
Drew duduk di atas tempat tidur, sementara Ar-
den masih berdiri sambil menatap ke dalam wajah-
nya.
Andaikata aku dapat membuat kau melupakan
luka di dalam hatimu, ujar Drew setelah menyandar-
kan kepalanya di dada Arden.
Andaikan aku juga dapat melakukan itu untuk-
mu. Tapi kepedihan itu akan selalu menjadi bagian
dari kita. Mungkin kita saling mencintai dengan lebih
baik karena kita pernah mengalami kekecewaan.
Aku hanya tahu bahwa aku mencintaimu lebih
daripada yang pernah kuanggap mungkin. Napasnya
terasa dekat dan hangat. Arden, kau tidak mengguna-
kan kontrasepsi, kan? Ia mengangkat wajahnya dan
menengadahkannya ke arah Arden.
Arden menggeleng, sebelum menjawab dalam
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
suara terbata-bata, T-tidak.
Bagus. Mari kita hadirkan bayi kita Tangannya
menyentuh buah dada Arden dengan lembut. Kau
susui Joey sendiri?
Sampai ia sakit.
Drew mengangguk. Aku ingin memiliki seorang
bayi darimu. Arden mencakup kepala Drew untuk ia
tempelkan ke tubuhnya. Seorang bayi yang secara
eksklusif adalah milik kita berdua. Yang kita adakan
bersama-sama.
Andaikata ia tahu apa yang sebetulnya ia kata-
kan. Arden mengerti mengapa Drew tidak merasa bah
wa Matt secara eksklusif milik dirinya dan Ellie. Apa-
kah sekarang waktunya untuk mengungkapkan kepa-
danya bahwa mereka sudah memiliki seorang anak
yang secara eksklusif adalah milik mereka berdua,
bahwa mereka berdua sudah memiliki seorang anak
yang sehat dan manis? Apakah ia dapat mengungkap-
kan itu kepadanya sekarang? Apakah sentuhan bibir-
nya akan terasa sama hangatnya setelah itu? Ataukah
cinta Drew padanya akan berhenti sampai di situ, dan
ia akan dituduh telah memanipulasi diri Drew dengan
cara yang tidak dapat dimaafkan lagi?
Namun saat Arden membuka bibirnya untuk
menyuarakan pengakuannya, momentumnya sudah
lewat. Biarkan aku memberimu seorang anak, Arden,
bisiknya. Biarkan aku memberimu hadiah paling in-
dah yang dapat kuberikan kepadamu.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
***
Kalian memang konyol, seru Arden pada ke-
dua orang pemain pro itu.
Drew dan Gary sedang memukul bola bolak-ba
lik melewati net, dengan melambungkannya setinggi
mungkin. Mereka membadut untuk menghibur Matt,
yang sedang berdiri di tepi lapangan sambil bertepuk
tangan. Ketika Drew membungkuk untuk memukul
bolanya lewat di antara dua kakinya, Matt menjerit
dengan senang dan melompat-lompat.
Oke, si lagak, ujar Arden, sebelum kau melu-
kai dirimu sendiri, dan aku yang kebagian mengabari
Ham bahwa kau cedera, lebih baik kubawa si peng-
gembira ini pulang. Siapa tahu setelah itu kalian bisa
latihan dengan lebih serius.
Dasar tidak bisa lihat orang senang! teriak
Gary kompak, sebelum berlari-lari kecil ke arah teman
kencan terbarunya, yang sedang menantikan dirinya
dengan sebuah handuk dan sebuah termos berisi air
dingin.
Apa boleh buat, ujar Drew, sambil menyelem-
pangkan sebuah handuk di lehernya. Ia menyelem-
pangkan sebuah di leher Matt, yang kemudian mena-
tap dengan mata berbinar-binar. Ibumu benar-benar
sok ngatur dan sok disiplin, ujarnya pada si bocah
sebelum ia mengecup dahinya. Ia berdiri, lalu dalam
nada bisik menambahkan, Kecuali di tempat tidur. Di
situ dia baru betul-betul asyik.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tapi kau yang paling asyik. sahut Arden dalam
nada seksi, sambil mendekatkan hidungnya ke hidung
Drew. Aku kepingin menciummu, tapi tak ada tem-
pat yang kering untuk kucium.
Kau mengutip dari Bette Davis?
Sama sekali tidak, sahut Arden. Dia bilang
aku kepingin menciummu, tapi aku baru selesai cuci
rambut.
Oh. Tapi mirip, kan? Oke, kau utang satu cium-
an. Kau sudah harus pergi sekarang?
Kau tahu bagaimana rewelnya Matt kalau ia
kurang tidur. Mungkin kita bisa mengajaknya main di
pantai kalau kau sudah pulang.
Telanjang.
Apa tidak ada pikiran lain di kepalamu?
Ada, sahut Drew, pura-pura tersinggung. Ka
dang-kadang aku membayangkan kita melakukannya
dengan berpakaian lengkap.
Dasar! umpat Arden, sambil melemparkan
sebuah handuk ke arahnya. Main yang bagus dan
sampai ketemu di rumah.
Ia menggendong Matt, menyampirkan tas di
pundaknya, kemudian melangkah ke arah pelataran
parkir. Setelah Drew membeli sebuah mobil Jeep un-
tuk dirinya sendiri, boleh dibilang bahwa Seville-nya
sudah diwariskan kepada Arden.
Mereka baru kembali seminggu yang lalu sete-
lah melakukan perjalanan keliling Eropa selama tiga
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bulan, dari negeri yang satu ke negeri yang lain, turna-
men yang satu ke turnamen yang lain. Drew sekarang
berada di peringkat kelima dalam dunia tenis. Ia ber-
harap bahwa pada waktu yang sama tahun depan ia
sudah masuk dalam peringkat satu lagi.
Sesudah itu aku akan pensiun.
Lalu melakukan apa?
Bagaimana kalau kita membuka usaha perleng-
kapan olahraga? Temanya partisipasi keluarga. Seper-
ti sepatu jogging untuk si ayah dan putranya, rok tenis
untuk si ibu dan anak-anak perempuannya, permain
an-permainan yang dapat melibatkan seluruh keluar-
ga. Begitulah idenya.
Hebat sekali kedengarannya. Dan aku menyu-
kai konsepnya.
Aku juga. Kita yang merintisnya.
Kita?
Si Ham juga akan pensiun. Dia bilang bahwa
dia sudah terlalu tua untuk memulai sekali lagi de-
ngan seorang pemula. Ia ingin ikut berbisnis dengan-
ku. Dan denganmu Drew mengecupnya dengan cepat,
tentu saja.
Puisi Arden yang berjudul Joey sudah dipubli-
kasikan oleh sebuah majalah wanita dan kemudian
oleh Readers Digest. Mereka sudah menanyakan kepa
danya apakah ia tertarik untuk menulis sebuah cerita
pendek atau novel. Tapi ia masih menimbang-nim
bang kemungkinan itu.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Kau senang melihat Daddy main? tanya Arden
pada Matt, yang baru saja merayakan ulang tahun
keduanya di Paris. Ia sudah mulai terlalu berat bagi
Arden, namun Arden tidak ingin menyia-nyiakan apa
yang masih bisa ia nikmati. Matt memanggil dirinya
Mum. Dan setiap kali Arden melihat bibirnya yang
menggemaskan mengucapkan kata itu ia merasa ingin
menangis karena bahagianya. Hebat, kan, ayahmu?
Tapi tentu saja kau akan menganggap dia hebat, sama
seperti aku.
Arden tidak memperhatikan laki-laki di dalam
mobil yang diparkir di sebelah kendaraannya sampai
orang itu melangkah keluar. Ia menoleh melalui pun-
daknya pada saat bersamaan ia memutar kunci mobil.
Kemudian tiba-tiba ia terenyak. Ia merasa seperti
darahnya tiba-tiba berhenti mengalir, paru-parunya
berhenti bekerja, jantungnya berhenti berdetak.
Laki-laki itu tampak lebih berat sekitar sepuluh
kilo. Rambutnya lebih tipis, lebih banyak uban, dan
potongannya lebih jelek. Kulitnya kelihatan pucat dan
kontras dengan warna hidungnya yang kemerahan
akibat terlalu banyak minum alkohol. Daging bawah
rahangnya tampak kendur dan menggelayut seperti
kantong. Pakaiannya tidak begitu rapi lagi, dan seperti
nya terlalu ketat, dan membuatnya kepanasan. Sepatu
nya sudah usang.
Namun kesan licik itu masih tetap terpancar
dari matanya. Ia masih menyeringai dengan cara yang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sama. Seringai yang mengatakan bahwa ia memiliki se
suatu dan bahwa ia sudah tidak sabar lagi menunggu
untuk segera memanfaatkannya demi keuntungannya
sendiri.
Arden merasa ingin muntah. Ia menelan ludah,
dan mengikuti instingnya sebagai seorang ibu, segera
mengambil ancang-ancang untuk melindungi anaknya
Halo, Mrs. McCasslin.
Ia menyebutkan nama itu dalam nada yang ter-
dengar sinis. Rasa cemas melanda diri Arden, dan
membuatnya ingin segera pergi dari situ sejauh-jauh
nya. Tapi yang ia lakukan justru membalas tatapannya
dengan dingin dan penuh kebencian. Halo, Ron.

Você também pode gostar