Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstract
Denpasar Tourism Department has implemented several marketing communication strategies in
order to realize the vision and mission as well as to increase the number of tourists visiting the
city of Denpasar. Strategy Segmenting, Targeting and Positioning apparently not been applied
properly. Although the program through the City Branding, Tourism Department has conducted
Denpasar positioning, segmentation and target market but the tourists have not been determined.
According to the Head of Promotion of Tourism Denpasar, segmentation and targeting is
difficult to do because of the extensive tourist market.
Key words : Marketing Communications, Public Services in Denpasar Tourism Office
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peran komunikasi pemasaran menjadi fokus penting pengembangan organisasi, baik
organisasi swasta (private sector) maupun organisasi sektor public (public sector). Pada
organisasi swasta, penerapan strategi komunikasi lebih difokuskan pada pola penempatan
pelanggan sebagai manajemen puncak prioritas organisasi. Pergeseran paradigma Administrasi
Negara dari old public management ke new public management menempatkan organisasi sektor
publik mengadopsi nilai-nilai yang ada pada organisasi swasta tak terkecuali pada strategi
komunikasi yang dijalankannya (Waluyo, 2007:18). Organisasi sektor publik pada dasarnya
adalah organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada kelompok masyarakat tertentu
dan tidak menjadikan keuntungan sebagai prioritas utama. Hanya saja dalam perjalanan waktu,
organisasi sektor publik harus berhadapan dengan tuntutan realisasi good governance (tata kelola
pemerintahan), dimana salah satu prinsip yang diterapkan adalah efisiensi. Prinsip ini mengarah
pada prinsip kemauan melakukan terobosan program yang kreatif dan inovatif untuk menyiasati
ketercapaian program dengan pemanfaatan sumber daya secara optimal. Regulasi yang
menegaskan atas prinsip ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada fungsi pelimpahan wewenang, pemerintah daerah harus mampu
mewujudkan daya saing daerah. Daya saing pada arti sempit berarti memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada pelanggan dibanding dengan pesaingnya dalam satu industri.
Industri pada terminologi ini memang tidak mengarah pada konteks pemenuhan
kebutuhan dasar (primer) seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, karena pemenuhan
atas kebutuhan ini merupakan tugas utama pemerintah sebagai penyedia layanan. Industri yang
dimaksud adalah sesuai batasan Whelen (dalam Kotler & Lee, 2007:25), yaitu pemerintah lokal
(daerah) harus memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan pesaingya
(baca:swasta), bahkan pemerintah daerah lainnya baik di tingkat lokal maupun global. Pada
konteks ini, pola hubungan antara pemerintah lokal dengan penerima manfaat lebih bersifat
multidimensional. Pola hubungan tersebut dilakukan dalam rangka delivery services, yaitu
melibatkan peran aktif penyedia layanan (baca : pemeintah lokal) dan penerima layanan dalam
perspektif pasar. Jenis pelayanan yang dianggap prospektif dipasarkan oleh pemerintah lokal
terbagi pada dua wilayah kewenangan (Walsh, 1993:85). Pertama, wilayah shire yang meliputi :
perumahan, pelayanan kesehatan, dan lisensi. Kedua, wilayah metropolitan (kota) jenis
pelayanannya meliputi, pelayanan sosial, pendidikan, perumahan, perencanaan kota, kesehatan,
pendidikan dan pariwisata. Pada penelitian ini, jenis pelayanan yang akan dijadikan fokus kajian
adalah pelayanan pariwisata. Pemerintah Kota Denpasar memiliki lembaga teknis daerah, yaitu
Dinas Pariwisata yang khusus menangani pengembangan potensi, pengelolaan aset dan promosi
pariwisata. Hal menarik yang menjadi salah satu alasan dilakukannya penelitian ini adalah
strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar
untuk menggaet wisatawan, secara optimal ditengah popularitas obyek wisata di Kabupaten
Badung yang telah mendunia.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan
Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar untuk menggaet wisatawan yang datang di
wilayah Kota Denpasar ?
2. Dukungan dan hambatan umum apa sajakah yang mempengaruhi proses strategi
komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar?
Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi yang bisa diakomodasi pihak
Pemerintah Daerah terkait peningkatan promosi dalam bidang kepariwisataan.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Denpasar terkait tingkat hambatan
dan dorongan implementasi strategi komunikasi pemasaran di bidang keparisawataan
provinsi.
II. KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terkait strategi komunikasi di sektor organisasi publik belum banyak
dilakukan. Tercatat publikasi penelitian terkait strategi komunikasi pemasaran di sektor
organisasi publik pernah dilakukan Mas Roro Lilik Ekowanti (2009) dalam penelitian
Pemasaran di Sektor Publik. Pada penelitiannya, Lilik menegaskan organisasi sektor publik
sangat penting menerapkan strategi marketing communication dalam aktivitasnya mencapai
tujuan organisasi. Pada obyek kajian pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Lilik menemukan fakta kinerja pemerintah lokal, khususnya pemerintahan kabupaten
dan kota di provinsi Jawa Timur dalam mengembangkan potensi pariwisata belum optimal.
Program pemerintah dalam menaikkan daya beli masyarakat dalam wisata dengan
merespon pasar dalam implementasinya menunjukkan posisi tawar lemah, sehingga program
pemerintah, seperti indonesia visit year tahun 2008 diturunkan ke pasar daya kompetisinya
melalui peristiwa-peristiwa sesuai dengan trend pasar dunia kurang direspon baik. Pelayanan
pariwisata dapat dicapai dengan meningkatkan kemampuan stakeholder, meliputi:
sumberdaya manusia atau aparat pemerintah, pelaku pasar, pengguna atau penerima manfaat,
serta pemanfaat teknologi informasi dalam marketing belum memadai serta pengelolaan
belum dilakukan profesional. Persepsi perundang-undangan tentang pariwisata antar
stakeholder seperti badan perjalanan wisata (BPW), hiperhu (himpunan pengusaha hiburan),
perhotelan, pemerintah lokal sebagai fasilitasi kegiatan pariwisata, masih belum sama (Lilik,
2009:12).
Pada penelitiannya ini, Lilik menyajikan salah satu kasus Wisata Alam Bahari
Lamongan, dimana pada aturannya seharusnya dilengkapi dengan hiburan seperti: spa,
karaoke, dan lain-lain. Hanya saja dalam prakteknya ditolak birokrat lapangan karena
bertentangan dengan nilai agama. Berangkat dari kondisi ini, Lilik merekomendasikan
pentingnya strategi komunikasi pemasaran yang bersifat pada penguatan kapasitas
kelembagaan seperti sumberdaya manusia dalam pengiriman layanan, strategi marketing, dan
analisis pasar.
Pada strategi komunikasi pemasaran dikenal lima orientasi (Sargeant dalam Kotler
& Lee, 2007:25) : 1) produksi, 2) produk, 3) penjualan, 4) pemasaran dan 5) sosial. Kelima
orientasi ini berpandangan berbeda dan mempunyai konsekuensi pelayanan berbeda pula.
Apabila diterapkan pada organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah, Sargeant
menegaskan sifat pendekatan komunikasi pemasarannya lebih dekat pada pendekatan sosial,
bukan pendekatan pasar atau dikenal market orientation. Program pemasaran tidak dapat
dilepaskan dari pangsa pasar, sepert segmentasi, mengidentifikasi barang dan jasa,
menciptakan nilai, mengirimkan nilai, dan memantau terjadinya kepuasan pelanggan.
Pelanggan dalam konteks organisasi sektor publik pemerintah daerah menurut Ewing
dan Caruana (2000) dipetakan menjadi dua, antara lain : 1) pelanggan internal dan 2)
pelanggan eksternal. Pelanggan yang harus diprioritaskan adalah pelanggan internal,
dimana karyawan bukan lagi disebut pemangku kepentingan melainkan pangsa pasar yang
harus didahulukan. Bila karyawan mendapat kepuasan maka akan terdorong memberikan
pelayanan kepada pelanggan eksternal, karena karyawan adalah alat pemasaran dari
organisasi sektor publik ini. Pemetaan yang dilakukan Ewing dan Caruana ini sejalan dengan
pergeseran paradigma administrasi publik, yaitu dari old public management ke new public
management yang menekankan pada factor internal sebagai steering layanan yang arus
didahulukan.
Pada sisi yang sama Kotler dan Lee (2007) menegaskan meski sama-sama memiliki
potensi melakukan strategi marketing komunikasi, namun antara organisasi publik (baca :
lembaga pemerintahan) dan organisasi profit (baca : bisnis) tetap memiliki spesifikasi
berbeda, antara lain :
1) Organisasi pemerintah sering monopoli, sedangkan bisnis berada pada kondisi
persaingan;
2) Pemerintah berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat, sednagkan bisnis berfungsi
memperoleh keuntungan maksimum;
3) Pimpinan politik membentuk konsitituenya, merefleksikan keinginannya, sementara
pimpinan bisnis bertanggungjawab kepada dewan direksi;
4) Kegiatan lembaga pemerintahan diketahui oleh publik dan sangat dihargai oleh media;
lembaga bisnis tertutup dari media dan menjaga jarak dengan publik, pemerintah, dan
pendapat media;
5) Masyarakat yang tergabung dalam berbagai kelompok kepentingan yang berbeda
ukuran, pengaruh; bisnis memperoleh keuntungan dari lobi dan pimpinan politik secara
langsung;
6) Masyarakat utamanya pada kondisi demokrasi temporer sebagian tidak percaya kepada
pemerintah, sakit hati, dan menunjukkan partisipasi yang lemah; investor dan pimpinan
bisnis memiliki kepentingan yang kuat atas perusahaannya;
7) Unit pemerintahan sering kurang memahami atas mandat yang mereka terima. Malah
cenderung duplikasi dan tumpang tindih, perusahaan bisnis mempunyai divisi bisnis
tenaga kerja spesifik dan organisasi operasi;
8) Masyarakat memeriksa pimpinan politik melalui pemilihan, pemberian suara, dan
penuturan media; pimpinan bisnis hanya kepada dewan direksi;
9) Pemerintah lambat bergerak dan terbatas memeriksa dan menyemibangkan, dengan
pendapat dengan publik, perselisihan lembaga, kekuatan veto suara; kegiatan bisnis cepat
bergerak, sekali keputusan diambil masuk kepada domain CEO;
10) Lembaga pemerintahan kurang terdanai; bisnis dapat menerima dana yang dibutuhkan
bilamana hal itu dapat dipresentasikan memberi keuntungan;
11) Lembaga pemerintahan di US, dibagi menjadi 50 negara bagian dan terdiri dari 83.000
lembaga lokal dengan tanggung jawab yang tumpang tindih, lembaga bisnis cenderung
terkonsentrasi, kegiatan tersentralisasi pada tingkat CEO dan dewan direksi;
12) Pemerintah terlibat untuk semua sisi kehidupan dan mengatur sumberdaya; bisnis
utamanya memproduksi dan mendistribusikan sumberdaya;
Pembedaan spesifikasi yang ada di atas menyiratkan bahwa pemerintah daerah
perlu merumuskan satu program strategi komunikasi pemasaran termasuk bentuk
orientasi dan operasionalsiasi program pemasarannya. Permasalahan yang berkaitan
dengan orientasi berkaitan dengan cara pandang, sedangkan operasionalisasi bekaitan
dengan pangsa pasar, posisi, dan strategi. Pangsa pasar pada organisasi public lebih
mengarah pada penetapan siapa yang harus dilayani, sedangkan posisioning lebih melihat
konten pelayanan yang akan diberikan dibanding pesaing. Melengkapi dua hal tersebut
adalah strategi, yaitu model strategi segmenting, targeting dan positioning serta model
komunikasi pemasaran dalam rangkaian upaya yang dimaksudkan untuk mencapi tujuan.
II.1 Strategi Segmenting, Targeting, Positioning
II.1.1. Strategi Segmenting
Dalam membuat keputusan mengenai strategi pemasaran yang akan diaplikasikan, tiga
hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan segmentasi, target dan posisi atau yang
dikenal dengan strategi STP (segmenting, targeting, positioning). Langkah pertama adalah
segmentasi, yaitu mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah
yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemmasaran terendiri. Langkah kedua
yaitu targeting atau penentuan pasar sasaran, tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang dilayani/dimasuki. Langkah ketiga adalah positioning yaitu tindakan membangun dan
mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar.
Segmenting menurut Kotler dan Armstrong (2001:285) adalah proses membagi-bagi
pasar heterogen yang besar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil dan homogeny. Proses
segmenting menurut Hiam dan Schewe (1994:249) dilakukan dengan enam langkah yaitu:
1. Menentukan batas pasar
Langkah pertama adalah menentukan batas pasar yang akan dilayani. Pemasar harus
tetap mengingat definisi bidang usahanya dan dituntut untuk mempertimbangkan
keinginan dan kebutuhan dasar pasar yang akan dipilah.
2. Memutuskan
Langkah penting dalam proses segmentasi adalah menyeleksi variabel-variabel ini
dan memutuskan variabel mana yang paling sesuai. Pemasar dapat mengumpulkan
sebanyak mungkin variabel yang berguna dan kemudian menggunakan analisis data
untuk mengelompokkan sesuatu ke dalam segmen. Rancangan tersebut membantu
pemasar dalam pengambilan keputusan pemasaran
3. Mengumpulkan dan menganalisi data segmentasi
Pemasar berusaha mengumpulkan data dan dapat menggunakan berbagai teknik
analisis untuk menentukan segmen mana yang mempunyai homogenitas terbesar di
dalamnya dan mempunyai heterogenitas terbesar antar segmen. Keseluruhan proses
segmentasi pasar difokuskan pada pengidentifikasian kelompok-kelompok yang
anggotanya mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama yang belum terpuaskan.
4. Mengembangkan profil tiap-tiap segmen
Langkah berikutnya adalah memilih dari serangkaian variabel deskriptif dimana
beberapa variabel yang sesuai untuk setiap segmen. Misalnya variabel demografis
dan geografis memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai setiap segmen di
pasar. Variabel-variabel ini hendaknya terkait dengan perilaku pembelian aktual yang
terlihat dalam segmen.
5. Membidik segmen-segmen yang akan dilayani
Dalam hal ini, pemasar dapat mencari peluang-peluang. Segmen-segmen mana yang
menawarkan peluang paling menarik, segmen mana yang memberikan kesesuaian
terbaik antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang ini, berapa banyak
segmen dan segmen mana yang akan digarap, situasi persaingan dan sumber daya
keuangan, keahlian khusus, teknologi khas, citra, sasaran dan misi perusahaan harus
ikut dipertimbangkan. Besar segmen pasar serta kemampuan perusahaan harus
disesuaikan.
6. Merancang rencana pemasaran.
Setelah segmen-segmen yang akan dilayani ditetapkan, pemasar harus memutuskan
bagaimana melayani konsumen. Atribut-atribut produk yang menarik bagi anggota-
anggota setiap segmen harus diidentifikasi. Segmen-segmen yang harus dilayani
pesaing juga harus diidentifikasi dan kemudian strategi untuk menarik perhatian
konsumen di setiap segmen harus dikembangkan. Atribut-atribut produk harus
dirancang atau dirancang ulang dan kampanye promosi harus disusun untuk
menciptakan citra yang dikehendaki pemasar.
II.2.1Produk
Winardi (1994:5) mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan/keinginan konsumen. Kotler dan Armstrong
(2001:346) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan.
Dari definisi diatas sebuah perusahaan harus merencanakan produk dan
merealisasikannya sehingga dapat dijual dan mendatangkan keuntungan. Dalam pengelolaan
produk, perlu adanya suatu pedoman untuk mengubah produk yang ada agar lebih baik,
menambah produk baru atau mengambil tindakan lain yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dalam penentuan produk. Hal-hal yang diperhatikan dalam pedoman tersebut diantaranya adalah
kualitas, jenis produk tingkat pelayanan serta kebutuhan dan keiginan pasar.
Dalam merencanakan penawaran suatu produk, perlu dipahami lima tingkatan produk
(Kotler dan Armstrong, 2001:348), yaitu:
1. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutukan dan akan
dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling
dasar (rancangan produk minmal agar dapat berfungsi)
3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk
dibeli.
4. Produk pelanggan (augmented product), yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi
atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin
dikembangkan untuk suatu produk masa mendatang.
Setiap produk berkaitan secara hirarkis dengan produk-produk tertentu lainnya. Hirarki
produk ini dimulai dengan kebutuhan dasar sampai dengan item tertentu yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut. Hirarki produk tersebut terdiri atas tujuh tingkatan (Kotler dan Keller,
2007:15), yaitu:
1. Need family, yaitu kebutuhan inti/dasar yang membentuk product family, misalnya
rasa aman
2. Product family, yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan
inti/dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai, misalnya tabungan dan
penghasilan
3. Product class, yaitu sekumpulan produk di dalam product family yang dianggap
memiliki hubungan fungsional tertentu, misalnya instrument finansial
4. Product line, yaitu sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat.
Hubungan erat ini bisa dikarenakan salah satu dari empat faktor berikut, yaitu:
a. Fungsinya sama
b. Dijual kepada kelompok konsumen yang sama
c. Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama
d. Harganya berada dalam skala yang sama
5. Product type, yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk tertentu
dari sekian banyak kemungkinan bentuk produk, misalnya asuransi jiwa berjangka
6. Brand, yaitu nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau lebih item
dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan sumber atau karakter
item tersebut.
7. Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek (brand) atau product line yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya. Biasanya
disebut pula stockkeeping unit atau varian produk.
Selain hirarki, produk yang awalnya hanya dibedakan jenisnya menjadi barang dan jasa,
namun kemudian para pemasar konsep produk diperluas lagi dengan ide, tempat, orang dan
organisasi. Adapun produk menurut jenisnya adalah sebagai berikut:
A. Barang
Barang adalah produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, dirasa,
dipegang, disimpan, dipindahkan dan diperlakukan fisik lainnya.
B. Jasa
Zethaml dan Bitner (1996) dalam Lupiyoadi (2001:5) mendefinisikan jasa yaitu:
Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction
is generally consumed at the same time it is produced, and provide added value in
forms.
Juga dalam Lupiyoadi, Gronroos (1990) mendefinisikan jasa sebagai berikut:
A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature
that normally, but not necessarily, take place in interactions between the customer and
service employees and or physical resources or good and/or system of the servie
provider, which are provided as solutions to customer problem.
Berdasarkan pengertian diatas, jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya
tidak merupakan produk dalam bentuk fisik, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan, memberikan nilai tambah dan tidak dapat dimiliki.
Kotler (2001:376) menyebutkan bahwa terdapat empat karakteristik utama jasa, yaitu:
1. Intangibility
Berbeda dengan barang, jika barang merupakan sebuah obyek, alat, atau benda maka jasa
adalah suatu perbedaan kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa
hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat
dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible
pada jasa memiliki dua pengertian, yaitu:
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa
b. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan, diformulasikan atau
dipahami secara rohaniah.
Dengan demikian orang tidak dapat menilai kualitas jasa sebelum
merasakannya/mengkonsumsinya sendiri. Bila pelanggan membeli suatu jasa, ia hanya
menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan yang bersangkutan tidak
memiliki jasa yang dibelinya tersebut. Konsumen akan memperhatikan tanda-tanda atau bukti
kualitas jasa tersebut melalui tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan
komunikasi (communication materials), simbul dan harga
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dilain
pihak umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus dalam
pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam hubungan
penyedia jasa dan pelanggan ini efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-
personnel) merupakan unsur penting. Dengan demikian kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada
proses rekrutmen, kompensasi pelatihan dan pengembangan karyawan.
3. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak
variasi bentuk kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini. Pelanggan sering
minta pendapat orang lain sebelum memutuskan unuk melakukan pembelian. Dalam hal ini
penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:
a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survai pelanggan
dan comparison shopping, sehingga pelaynan yang kurang baik dapat dideteksi dan
dikoreksi.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan
berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat
permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa atau beralih ke
penyedia jasa lain (saat permintaan puncak).
II.2.2 Harga
Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dimana
unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya (Kotler dan Keller, 2007:77). Harga barangkali adalah
unsur program pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran, bahkan
promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang
dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya. Sebuah produk
yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan premium harga dan mendapatkan
laba besar.
Secara tradisional, harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Hal
itu masih berlaku di negara-negara yang lebih miskin, di antara kelompok-kelompok yang lebih
miskin dan untuk produk jenis komoditas. Walaupun faktor-faktor non-harga telah makin
berperan penting selama beberapa dasawarsa belakangan ini, harga masih tetap merupakan salah
satu unsur terpenting dalam menentukan pangsa pasar dan profitabilitas. Oleh karena itu
produsen harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan harga.
Menurut Kotler dan Keller (2007:84) terdapat enam langkah dalam menetapkan harga,
yaitu:
1. Memilih Tujuan Penetapan Harga
Langkah awal dalam menentukan harga adalah menetapkan tujuan perusahaan.
Karena semakin jelas tujuan perusahaan maka semakin mudah menetapkan harga.
Sebuah perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari lima tujuan utama melalui
penetapan harga: kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar
maksimum, menguasai pasar secara maksimum atau kepentingan mutu produk.
2. Menentukan Permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Dalam kasus biasa, permintaan dan harga berbanding terbalik: makin tinggi harganya
makin rendah permintaannya. Dalam kasus barang mewah, keadaan bisa saja berbalik
karena beberapa konsumen menganggap harga yang lebih tinggi sebagai pertanda
produk yang lebih baik. Namun, jika harga tersebut terlalu tinggi, tingkat
permintaannya akan turun.
3. Memperkirakan Biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan
perusahaan untuk produknya, sedangkan biaya menentukan batas terendahnya.
Sebuah perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi biaya produksi, distribusi
dan penjualan produk, termasuk laba yang lumayan untuk upaya dan resikonya.
Namun, ketika perusahaan menetapkan harga produk untuk menutup biaya
seluruhnya, hasil bersih tidak selalu mampu menghasilkan laba.
4. Menganalisa Biaya, Harga dan Tawaran Pesaing
Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar dan biaya perusahaan, perusahaan tersebut harus memperhitungkan biaya, harga
dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Awalnya sebuah perusahaan seharusnya
mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan tersebut
mengandung ciri-ciri diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, nilai
bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut.
Jika tawaran pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan
perusahaan tersebut, nilai bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan dikurangkan dari
harga perusahaan tersebut. Sekarang, perusahaan tersebut dapat memutuskan apakah
dapat mengenakan harga yang lebih tinggi, sama, atau lebih murah daripada pesaing
tadi.
II.2.3 Tempat
Tempat merupakan suatu variabel yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mempengaruhi reaksi para pembeli dalam bauran pemasaran. Dalam bisnis pariwisata tempat
adalah produk itu sendiri, dimana konsumen dapat mencari informasi, memperoleh penjelasan
atau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen, atau dapat juga
didefinisikan sebagai lokasi ke semua titik penjualan (saluran distribusi) terhadap customer yang
berhubungan dengan produk pariwisata, baik secara langsung maupun tidak.
Suatu perusahaan dalam bidang kepariwisataan dapat menentukan saluran distribusinya
sebagai tempat yang digunakan untuk memperkenalkan perusahaannya kepada konsumen.
Saluran itu diantaranya:
- Biro Perjalanan (Travel Agent)
Biro perjalanan adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa. Biro
perjalanan tersebut menjual paket tour yang telah disusun oleh tour operator atau
wholesaler. Dari jasanya tersebut, biro perjalanan biasanya mendapat komisi atau
penghasilan dari contract rates yang telah disepakati bersama.
- Convention Movers
Suatu organisasi yang mengatur acara-acara atau tour sebelum dan sesudah
berakhirnya konvensi
- Perusahaan (business house)
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat diajak untuk
melakukan kerjasama misalnya melalui telephone booking
- Kantor Perwakilan
Merupakan suatu kantor perwakilan yang membantu di dalam pemberian informasi,
sekaligus promosi terhadap masyarakat atau pendatang (tourist) yang membutuhkan
- Pemerintahan (Government Ofiicer)
Kantor pemerintahan juga memiliki suatu departemen paiwisata yang dapat
memberikan informasi kepada tamu yang memiliki suatu keinginan untuk melakukan
kunjungan wisata
- Pramuwisata (Guide)
Seseorang yang bertugas untuk memandu tamu di dalam melakukan suatu kegiatan
dengan memberikan informasi kepada tamu.
Selain saluran distribusi yang disebutkan diatas, internet, iklan, brosur, poster dan media
cetak lainnya juga mempunyai fungsi yang sama seperti saluran distribusi lainnya. Pemilihan
saluran distribusi perlu direncanakan dengan baik, dipilih yang dianggap paling efisien dan
produktif dengan menyesuaikannya dengan sistem transportasi yang tersedia dan didukung oleh
pelayanan informasi, materi publikasi, jenis promosi sehingga barang-barang sampai ke tangan
konsumen lebih cepat dan dalam waktu yang tepat.
II.2.4 Promosi
Promosi merupakan suatu proses bagaimana perusahaan menyampaikan informasi
kepada target pasar tentang hal-hal yang menyangkut produk, harga, tempat dimana produk
dijual dengan melakukan tindakan-tindakan persuasif supaya target pasar mau melakukan
pembelian.
Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi adalah:
1. Periklanan
Komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang
dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu. Periklanan merupakan
salah satu alat komunikasi yang sangat efisien bagi para penjual. Tujuan periklanan dalam
bidang pariwisata adalah:
a. Mendukung kegiatan personal selling dalam kegiatan promosi yang lain.
b. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan dalam jangka
waktu tertentu
c. Mengadakan hubungan dengan para penyalur
d. Memasuki daerah pemasaran baru
e. Memperkenalkan sesuatu (produk wisata) yang baru
f. Menambah penjualan industri pariwisata
g. Memperkuat citra atau memperbaiki reputasi suatu daerah destinasi pariwisata
2. Personal Selling
Personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Personal selling ini digunakan
untuk melakukan penjualan dengan komunikasi secara langsung. Kegiatan ini
mempunyai sifat yang fleksibel, artinya tenaga penjual tersebut dapat mengetahui secara
langsung keinginan, motif dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi
konsumen, sehingga dapat langsung mengadakan penyesuaian seperlunya.
3. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publisitas, yang mendorong efektifitas pembelian konsumen dan
pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran dan demonstrasi atau
sebagainya.
4. Publisitas
Publisistas merupakan sejumlah informasi tentang seseorang, barang, perusahaan
atau organisasi yang disebarluaskan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya
atau tanpa pengawasan dari sponsor.
Dalam pemasaran jasa, selain 4 P (product, price, place and promotion), sangat penting
untuk diperhatikan pemasaran dengan istilah 3P dalam melakukan diferensiasi produknya
(Amstrong dan Kotler, 2001). Adapun 3 P tersebut adalah:
1. People (Orang)
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seharusnya membedakan dirinya dengan
cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih kompeten dibandingkan dengan pesaing.
2. Physical Environment (Lingkungan fisik)
Perusahaan harus berusaha mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif.
3. Process (Proses)
Perusahaan merancang suatu proses penyampaian jasa yang mencerminkan suatu proses
professional.
Perusahaan jasa, menurut Kotler (1994), dikenal dengan The Service Triangle atau
segitiga jasa dalam pemasaran internal perusahaan. Segitiga jasa tersebut adalah pemegang
saham, konsumen dan karyawan, yang dapat digambarkan melalui diagram berikut:
b. Iklim
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang di pengaruhi angin musim
sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur ( Juni Desember ) dan musim
hujan dengan angin barat ( September Maret ) dan diselingi oleh musim pancaroba.
Suhu rata- rata antara 25,4 C 28,5 C dengan suhu maksimum jatuh pada Bulan Januari
dan suhu minimum pada Bulan Agustus.
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Denpasar 12.778 Ha yang merupakan tambahan dari
reklamasi Pantai Serangan seluas 380 Ha. Sebagian besar ( 59,1%) berada pada
ketinggian antara 0-75 M dari permukaan laut berupa dataran rendah. Dari luas tersebut
tata guna tanah meliputi tanah sawah 5.547 Ha dan lahan kering 10.001 Ha, tanah tegalan
396 Ha, tanah tambak 9 Ha, tanah hutan 538 Ha,tanah perkebunan 35 Ha dan tanah
lainnya 1.162 Ha.
B. Harga
Penentuan harga merupakan bagian penting dari strategi pemasaran. Hal pertama
dan yang mendominasi dalam mempengaruhi penentuan harga produk adalah keputusan-
kepuusan strategi usaha dengan pertimbangan image dan product positioning, strategies
for growth, market share serta return of investment.
Penetapan harga oleh para stake holder pariwisata Kota Denpasar saat ini
disesuaikan dengan kondisi marketing yang sedang terjadi. Hal tersebut disampaikan oleh
Kepala Bagian Promosi DInas Pariwisata Kota Denpasar, dimana harga kamar hotel-
hotel disesuaikan dengan kondisi pasar, misalnya saat high season, seperti musim liburan,
tahun baru, long weekend dan sebagainya. Pada saat tertentu, beberapa hotel menerapkan
loss leader pricing, dimana perusahaan memberikan harga rendah dengan tujuan bukan
untuk meningkatkan penjulan, melainkan menarik konsumen untuk membeli produk lain.
Ada pula yang menerapkan sealed bid pricing yaitu kebijkan yang menggunakan system
penawaran harga kepada agen pembelian, perusahaan bukan pesaing lain, atau lembaga-
lembaga pemerintah/swasta dengan memberikan spesifik produk dengan harga-harga
khusus yang diberikan. Namun sebagian besar pengusaha pariwisata Kota Denpasar
melakukan bundle pricing, yaitu suatu kebijakan penetapan harga dimana suatu
perusahaan yang menjual lebih dari satu prosuk merangkai harga dalam satu paket.
C. Tempat
Semua lokasi dan titik penjualan atau saluran distribusi terhadap customer yang
berhubungan dengan produk pariwisata, baik secara langsung maupun tidak seperti travel
agent, brosur, telephone booking,media cetak hingga internet telah digunakan oleh Dinas
Pariwisata Kota Denpasar dalam menyebarkan informasi yang diperlukan oleh
wisatawan. Pemilihan saluran distribusi telah direncanakan dengan baik, dipilih yang
dianggap paling efisien dan produktif dengan menyesuaikannya dengan system
transportasi yang tersedia dan didukung oleh pelayanan informasi, materi publikasi, jenis
promosi sehingga informasi sampai ke tengan wisatawan maupun calon wisatawan
dengan cepat dalam waktu yang tepat.
Hingga saat ini, penyediaan produk pariwisata Bali dinilai masih sesuai dengan harapan
wisatawan. Hal tersebut tercermin oleh mudahnya wisatawan melakukan transaksi karena
ketersediaan paket pelayanan pada waktu yang diinginkan wisatawan. Pelayanan tepat
waktu yang sesuai dengan permintaan wisatawan dapat meningkatkan citra pariwisata
Bali yang selanjutnya dapat membangun retensi wisatawan. Demikian disampaikan oleh
pengamat pariwisata Bali, Prof. Dr. I Made Sukarsa, Ms.
D. Promosi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar menerapkan berbagai macam promosi dalam
rangka meningkatkan jumlah wisatawan ke Kota Denpasar. Menurut Kepala Bagian Promosi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Ni Luh Putu Riyastiti,S.S,M.Si, kegiatan promosi yang
dilakukan adalah promosi melalui web, direct promotion, promosi outdoor dengan mengadakan
event-event diluar daerah maupun di luar negeri. Selain itu Pemerintah Kota Denpasar juga
memiliki stasiun radio penyiaran, bernama RPKD (Radio Pemerintah Kota Denpasar) yang
didirikan tahun 2002, pada frekuensi 91.45 FM. Radio ini ditujukan untuk layanan informasi
program-program ataupun event-event promosi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota
Denpasar dan juga layanan informasi mengenai lalu lintas guna menciptakan keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna jalan di Kota Denpasar.
Kota Denpasar saat ini memiliki tag line The Heart Of Bali yang dibangun sebagai
sebuah identitas dilandasai oleh semangat untuk mengekspresikan karisma kota Denpasar
sebagai kota wisata budaya yang dinamis sekaligus sebagai denyut nadi pulau Bali. Tari Baris
sebagai icon dalam slogan ini, dihadirkan untuk memberikan penggambaran bahwa kota
Denpasar mempunyai landasan sejarah budaya yang begitu mendasar. Dari sejarah puputan
Badung, Baris menyampaikan berbagai makna berkaitan dengan prinsip-prinsip kejatidirian
keberanian, kewaspadaan, kebangkitan ataupun kemuliaan. Puri-puri sebagai pusat kerajaan
dijamannya, meninggalkan nuansa kota yang penuh wibawa dan karisma. Gerakan Baris yang
penuh ritmik dan dinamisseperti sedang mengawasi dan mengatur ritme kehidupan kota
Denpasar untuk bergerak maju dalam keharmonisan
Dominasi warna orange yang memvisualkan makna kebijaksanaan, mencerminkan karakter
arsitektur puri dengan didominasi warna merah batanya. Warna ini pula menjadi pintu gerbang
sekaligus bingkai kota Denpasar yang pada hakekatnya kaya akan warna (multiculture). Dalam
perspektif Denpasar sebagai The Heart Of Bali, Baris seperti sedang menyampaikan
identitasnya, bahwa Denpasar tidak hanya secara geografis terletak di tengah pulau Bali yang
mudah diakses dari berbagai lini, tapi Denpasar juga sebagai pusat pemerintahan, perekonomian,
pendidikan, informasi, pariwisata termasuk juga sebagai pusat kajian sejarah, seni dan budaya.
Denpasar sebagai kota yang penuh nilai menjadikan dirinya sebagai denyut nadi pulau Bali.
Pulau yang tentunya sudah mempunyai brand begitu kuat di mancanegara.selain itu ke depan
terkait dengan era globalisasi, perkembangan wisata dan pasar bnebas, kota Denpasar tidak
hanya terbuka sebatas komunikasi lokal dan nasional, namun makin terakselerasi dalam
dinamisasi internasional.
Dalam perspektif kota Denpasar sebagai kota tujuan wisata Bali, Baris seperti sedang
menyambut dan menyampaikan identitasnya sebagai kotaa yang dapat meninggalkan sejuta
kesan dan harapan. Kota yang biasanya identik dengan kehirukpikukan, polusi, dsb, titambah
lagi dengan pola hubungan masyarakat yang individualis. Baris seperti sedang mengajak semua
komponen masyarakat untuk menghadirkan paradigma baru dengan mencitrakan Denpasar lebih
dari sekedar kota. Diawali dengan membangun sikap kebersamaan dan toleransi dalam
kehidupan multiculture, mengangkat nilai dan spirit heritage, lebih memberikan arti dan
penghargaan pada kreatifitas dan daya ccipta khususnya dibidang seni dan budaya, peningkatan
wawasan dan pengetahuan, pelestarian peningkatanlayanan masyarakat, didukung lagi dengan
upaya pembenahan dan peningkatan infrastruktur yang berwawasan lingkungan dan
berkesinambungan, akan lebih memposisikan Denpasar sebagai sebuah pilihan daerah tujuan
wisata.
Branding Kota Denpasar tersebut kemudian didukung dengan kebijakan Pemerintah Kota
Denpasar dengan menyelenggarakan event-event sepanjang tahun. Event-event tersebut yang
mengakomodasi substansi nilai-nilai branding Kota Denpasar secara spesifik sehingga setiap
event mampu memiliki karakter dan ekspresi tersendiri yang menjadi identitas dalam mendorong
tercapainya visi pembangunan kota Denpasar. Terdapat empat kategori yang diterapkan dalam
event management kota Denpasar, yaiut:
a. Event Utama :
1. HUT Pemerintah Kota Denpasar
2. Festival Pasar Tradisional
3. Pesona Pulau Serangan
4. Denpasar Heritage Week
5. Sanur Village Festival
6. Maha Bhandana Prasadha
7. Denpasar Festival
b. Event Madya:
1. Pekenan Lais Meseluk
2. Bookfair
3. Pemaknaan Tumpek-tumpek
4. Omed-omedan
5. Event-event terkait langsung dengan tugas dan fungsi SKPD
c. Event Khusus: Event berskala besar yang tidak diagendakan secara regular atau sebagai
partisipan event besar diluar Denpasar
d. Event Reguler (mingguan) : wahana kreatifitas Seni dan Budaya Denpasar yang diadakan di
lapangan puputan.
E. Personel (people)
Dalam dunia pariwisata, peran orang atau personel sangat penting dimana jasa
yang ditawarkan melekat pada orang/personenya maka kualitas pelayanan sangat
tergantung pada kualitas keterampilan, keramahtamahan dan kemampuan personel dalam
mengadakan interaksi dengan wisatawan. Menurut Ketua HPI Bali, Bali memiliki satu
kelebihan yang jarang dimiliki oleh daerah tujuan wisata lainnya, yaitu orang-orang atau
masyarakat Bali sendiri. Bali menjadi Bali karena orang Bali. Mereka yang menjalankan
tradisi dan memegang teguh budaya yang ada namun tidak pernah mempermasalahkan
kunjungan orang asing, selama tidak menganggu kegiatan mereka. Inilah yang menjadi
sumber kekuatan Bali. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Dinas Pariwisata Bali dengan
menyatakan kekuatan bersaing Bali dengan daerah tujuan wisata lainnya salah satunya
terletak pada masyarakat yang sangat ramah, terbuka dan sangat menghargai orang
lain.Keadan tersebut disempurnakan oleh pengetahuan mengenai pariwisata yang juga
diserap oleh orang asing yang datang ke Bali.
Dalam konteks organisasi sektor publik pemerintah daerah menurut Ewing
dan Caruana (2000) dipetakan menjadi dua, antara lain : 1) pelanggan internal dan 2)
pelanggan eksternal. Pelanggan yang harus diprioritaskan adalah pelanggan internal,
dimana karyawan bukan lagi disebut pemangku kepentingan melainkan pangsa pasar yang
harus didahulukan. Bila karyawan mendapat kepuasan maka akan terdorong memberikan
pelayanan kepada pelanggan eksternal, karena karyawan adalah alat pemasaran dari
organisasi sektor publik ini. Pemetaan yang dilakukan Ewing dan Caruana ini sejalan dengan
pergeseran paradigma administrasi publik, yaitu dari old public management ke new public
management yang menekankan pada factor internal sebagai steering layanan yang arus
didahulukan.
Pada Dinas Pariwisata Kota Denpasar, pelanggan internal dalam hal ini pimpinan dan
staf, telah menempati posisi yang tepat. Sebagian besar staf merupakan lulusan dari Sastra
Inggris dan magister kajian budaya sehingga memiliki kapabilitas dalam pelayanan
pariwisata. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penting dimana kepuasan pelanggan
eksternal sangat ditentukan oleh kapabilitas staf pelayanan pariwisata.
F. Proses
Kemudahan wisatawan dalam prosedur-prosedur yang harus dilewatkan juga
merupakan factor yang tidak kalah penting. Semua prosedur kontak bisnis antar
manajemen dan wisatawan untuk memuaskan wisatawan melalui kontak psikologi dan
kontak antar pribadi dicerminkan oleh adanya prosedur dan proses transaksi yang
terinteraksi dan handal. Kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata Kota Denpasar
menjelaskan dalam mempermudah proses wisatawan yang akan maupun sedang
berwisata ke Kota Denpasar, Dinas Pariwisata Kota Denpasar bekerja sama dengan para
stakeholder bisnis pariwisata Kota Denpasar seperti Tour dan travel. PHRI Kota
Denpasar, Asita dan stake holder lainnya. Salah satunya adalah dengan mengadakan
Table Top yakni mempertemukan penjual yang ada di Denpasar dengan pembeli local
maupun internasional dalam bidang akomodasi dan transportasi. Prosedur pelayanan
yang cepat, kemudahan wisatawan berkomunikasi dan tindakan yang cepat terhadap
pelayanan yang sifatnya khusus akan dapat meningkatkan image pariwisata Bali.
G. Bukti fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik atau physical evidence yaitu fasilitas wisata sangat mendukung
kenyamanan wisatawan. Fasilitas yang menjamin kenyamanan dan kebersihan lingkungan
merupakan salah satu kepentingan kepariwisataan yang dapat mempengaruhi citra
industry kepariwisataan bagi wisatawan. Di Bali, adanya desa pekraman dan banjar, yaitu
kelompok social dalam masyarakat sangat membantu dalam hal pemeliharaan fasilitas dan
kebersihan lingkungan.
Fasilitas wisata yang bisa ditemui di Kota Denpasar antara lain TIC (Tourist Information
Centre) sebagai penyedia informasi bagi para wisatawan. Fasilitas di bidang transportasi
terdapat Shuttle Bus dari satu daerah wisata ke daerah lainnya setiap hari Sabtu dan
Minggu. Mengenai fasilitas akomodasi, Kota Denpasar dirasa cukup memenuhi
kebutuhan wisatawan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sarana dan prasaran
pariwisata Kota Denpasar diatas.
V.2 SARAN
Keberhasilan daerah kunjungan wisata dalam menarik minat wisatawan sangat bergantung pada
kematangan strategi yang dijalankan oleh seluruh stake holders pariwisata, terutama pemerintah
sebagai motor utama bisnis Pariwisata. Oleh karena itu diperlukan adanya pengkajian terhadap
strategi yang selama ini telah dilakukan.
Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah strategi segementing, targeting dan positioning
untuk memudahkan penerapan strategi komunikasi pemasaran sehingga lebih terarah dan tepat
sasaran. Berdasarkan data, Pariwisata Kota Denpasar telah memiliki pasar utama yang bisa
dijadikan segmen utama dan target wisatawan. Dari segmentasi dan targeting tersebut kemudian
dapat diplikasikan pada strategi komunikasi pemasaran terutama pada program bauran
pemasaran seperti advertising, direct promotion, publicity dan personal selling.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa pasar pariwisata Kota Denpasar didominasi oleh
China dan Taiwan sementara pasar utama dari Negara Eropa adalah Belanda, Jerman dan
Inggris. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan program bauran pemasaran dengan
bahasa target wisatawan. Dalam penelitian ini hanya ditemukan alat-alat promosi seperti iklan,
dan juga bentuk informasi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini
mengingat pasar utama pariwisata Kota Denpasar merupakan wisatawan yang memiliki bahasa
mereka sendiri. Akan sangat membantu mereka apabila iklan ataupun informasi mengenai
pariwisata Kota Denpasar dibuat dalam bahasa mereka.
Tidak sebatas iklan dan bentuk informasi saja yang sebaiknya dikemas ke dalam bahasa
wisatawan pasar utama, tapi sebaiknya sarana dan prasara lain juga disiapkan untuk
menyesuaikan kebutuhan mereka. Beberapa decade lalu, sewaktu pasar wisatawan Bali pada
umumnya didominasi oleh wisatawan dari Negara Amerika dan Eropa, semua infrastruktur
termasuk sarana dan prasarana disiapkan sesuai dengan kebutuhan orang Amerika dan Eropa
pada umumnya. Contohnya adalah layanan bahasa dan juga ukuran sarana fisik seperti bath tub
dan tempat tidur semuanya disesuaikan dengan ukuran orang Amerika dan Eropa. Hal ini yang
patut menjadi perhatian, bahwa pasar wisatawan sudah bergeser, sehingga perlu diadakan kajian
ulang terhadap strategi pengembangan pariwisata Kota Denpasar.
Selain segmentasi dan target yang harus disesuaikan, pelaksanaan program bauran promosi juga
harus diseimbangkan. Proporsi periklanan, pemasaran langsung, publisitas dan kehumasan
hingga penjualan pribadi harus dilaksanakan secara seimbang, merata dan terintegrasi.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kota Denpasar sudah melakukan program-program tersebut
hanya kurang berimbang dan sebagian besar masih dilakukan di dalam daerah, sehingga tidak
sampai pada pasar tujuan utama.