Você está na página 1de 27

Komunikasi Pemasaran Sektor Pelayanan Publik Pemerintah

Lokal (Kajian Strategi Komunikasi Pemasaran Layanan Publik


pada Dinas Pariwisata Kota Denpasar)
Ni Nyoman Dewi Pascarani, Kadek Wiwin Wismayanti, Tedi Erviantono,
Ni Luh Ambarawati

Abstract
Denpasar Tourism Department has implemented several marketing communication strategies in
order to realize the vision and mission as well as to increase the number of tourists visiting the
city of Denpasar. Strategy Segmenting, Targeting and Positioning apparently not been applied
properly. Although the program through the City Branding, Tourism Department has conducted
Denpasar positioning, segmentation and target market but the tourists have not been determined.
According to the Head of Promotion of Tourism Denpasar, segmentation and targeting is
difficult to do because of the extensive tourist market.
Key words : Marketing Communications, Public Services in Denpasar Tourism Office

I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Peran komunikasi pemasaran menjadi fokus penting pengembangan organisasi, baik
organisasi swasta (private sector) maupun organisasi sektor public (public sector). Pada
organisasi swasta, penerapan strategi komunikasi lebih difokuskan pada pola penempatan
pelanggan sebagai manajemen puncak prioritas organisasi. Pergeseran paradigma Administrasi
Negara dari old public management ke new public management menempatkan organisasi sektor
publik mengadopsi nilai-nilai yang ada pada organisasi swasta tak terkecuali pada strategi
komunikasi yang dijalankannya (Waluyo, 2007:18). Organisasi sektor publik pada dasarnya
adalah organisasi yang berfungsi memberikan pelayanan kepada kelompok masyarakat tertentu
dan tidak menjadikan keuntungan sebagai prioritas utama. Hanya saja dalam perjalanan waktu,
organisasi sektor publik harus berhadapan dengan tuntutan realisasi good governance (tata kelola
pemerintahan), dimana salah satu prinsip yang diterapkan adalah efisiensi. Prinsip ini mengarah
pada prinsip kemauan melakukan terobosan program yang kreatif dan inovatif untuk menyiasati
ketercapaian program dengan pemanfaatan sumber daya secara optimal. Regulasi yang
menegaskan atas prinsip ini adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah. Pada fungsi pelimpahan wewenang, pemerintah daerah harus mampu
mewujudkan daya saing daerah. Daya saing pada arti sempit berarti memberikan pelayanan
yang lebih baik kepada pelanggan dibanding dengan pesaingnya dalam satu industri.
Industri pada terminologi ini memang tidak mengarah pada konteks pemenuhan
kebutuhan dasar (primer) seperti pendidikan, kesehatan dan infrastruktur, karena pemenuhan
atas kebutuhan ini merupakan tugas utama pemerintah sebagai penyedia layanan. Industri yang
dimaksud adalah sesuai batasan Whelen (dalam Kotler & Lee, 2007:25), yaitu pemerintah lokal
(daerah) harus memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding dengan pesaingya
(baca:swasta), bahkan pemerintah daerah lainnya baik di tingkat lokal maupun global. Pada
konteks ini, pola hubungan antara pemerintah lokal dengan penerima manfaat lebih bersifat
multidimensional. Pola hubungan tersebut dilakukan dalam rangka delivery services, yaitu
melibatkan peran aktif penyedia layanan (baca : pemeintah lokal) dan penerima layanan dalam
perspektif pasar. Jenis pelayanan yang dianggap prospektif dipasarkan oleh pemerintah lokal
terbagi pada dua wilayah kewenangan (Walsh, 1993:85). Pertama, wilayah shire yang meliputi :
perumahan, pelayanan kesehatan, dan lisensi. Kedua, wilayah metropolitan (kota) jenis
pelayanannya meliputi, pelayanan sosial, pendidikan, perumahan, perencanaan kota, kesehatan,
pendidikan dan pariwisata. Pada penelitian ini, jenis pelayanan yang akan dijadikan fokus kajian
adalah pelayanan pariwisata. Pemerintah Kota Denpasar memiliki lembaga teknis daerah, yaitu
Dinas Pariwisata yang khusus menangani pengembangan potensi, pengelolaan aset dan promosi
pariwisata. Hal menarik yang menjadi salah satu alasan dilakukannya penelitian ini adalah
strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar
untuk menggaet wisatawan, secara optimal ditengah popularitas obyek wisata di Kabupaten
Badung yang telah mendunia.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah bentuk implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan
Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar untuk menggaet wisatawan yang datang di
wilayah Kota Denpasar ?
2. Dukungan dan hambatan umum apa sajakah yang mempengaruhi proses strategi
komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar?

I.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui implementasi strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan
Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Denpasar;
2. Untuk mengetahui bentuk dukungan dan hambatan yang mempengaruhi proses
strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan Dinas Pariwisata Pemerintah Kota
Denpasar;

I.4 Manfaat Penelitian


Manfaat Akademis
1. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan bidang
sosial, khususnya memberikan kontribusi pada mata kuliah yang diajarkan di Program
Studi Administrasi Negara, yaitu Manajemen Pelayanan Publik (Mata Kuliah Wajib
Program Studi Administrasi Negara Semester III).
2. Hasil penelitian ini sekaligus dijadikan studi awal rencana pengembangan
Laboratorium Program Studi Administrasi Negara.

Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian dapat dijadikan rekomendasi yang bisa diakomodasi pihak
Pemerintah Daerah terkait peningkatan promosi dalam bidang kepariwisataan.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Denpasar terkait tingkat hambatan
dan dorongan implementasi strategi komunikasi pemasaran di bidang keparisawataan
provinsi.
II. KAJIAN PUSTAKA
Penelitian terkait strategi komunikasi di sektor organisasi publik belum banyak
dilakukan. Tercatat publikasi penelitian terkait strategi komunikasi pemasaran di sektor
organisasi publik pernah dilakukan Mas Roro Lilik Ekowanti (2009) dalam penelitian
Pemasaran di Sektor Publik. Pada penelitiannya, Lilik menegaskan organisasi sektor publik
sangat penting menerapkan strategi marketing communication dalam aktivitasnya mencapai
tujuan organisasi. Pada obyek kajian pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa
Timur, Lilik menemukan fakta kinerja pemerintah lokal, khususnya pemerintahan kabupaten
dan kota di provinsi Jawa Timur dalam mengembangkan potensi pariwisata belum optimal.
Program pemerintah dalam menaikkan daya beli masyarakat dalam wisata dengan
merespon pasar dalam implementasinya menunjukkan posisi tawar lemah, sehingga program
pemerintah, seperti indonesia visit year tahun 2008 diturunkan ke pasar daya kompetisinya
melalui peristiwa-peristiwa sesuai dengan trend pasar dunia kurang direspon baik. Pelayanan
pariwisata dapat dicapai dengan meningkatkan kemampuan stakeholder, meliputi:
sumberdaya manusia atau aparat pemerintah, pelaku pasar, pengguna atau penerima manfaat,
serta pemanfaat teknologi informasi dalam marketing belum memadai serta pengelolaan
belum dilakukan profesional. Persepsi perundang-undangan tentang pariwisata antar
stakeholder seperti badan perjalanan wisata (BPW), hiperhu (himpunan pengusaha hiburan),
perhotelan, pemerintah lokal sebagai fasilitasi kegiatan pariwisata, masih belum sama (Lilik,
2009:12).
Pada penelitiannya ini, Lilik menyajikan salah satu kasus Wisata Alam Bahari
Lamongan, dimana pada aturannya seharusnya dilengkapi dengan hiburan seperti: spa,
karaoke, dan lain-lain. Hanya saja dalam prakteknya ditolak birokrat lapangan karena
bertentangan dengan nilai agama. Berangkat dari kondisi ini, Lilik merekomendasikan
pentingnya strategi komunikasi pemasaran yang bersifat pada penguatan kapasitas
kelembagaan seperti sumberdaya manusia dalam pengiriman layanan, strategi marketing, dan
analisis pasar.
Pada strategi komunikasi pemasaran dikenal lima orientasi (Sargeant dalam Kotler
& Lee, 2007:25) : 1) produksi, 2) produk, 3) penjualan, 4) pemasaran dan 5) sosial. Kelima
orientasi ini berpandangan berbeda dan mempunyai konsekuensi pelayanan berbeda pula.
Apabila diterapkan pada organisasi sektor publik seperti pemerintah daerah, Sargeant
menegaskan sifat pendekatan komunikasi pemasarannya lebih dekat pada pendekatan sosial,
bukan pendekatan pasar atau dikenal market orientation. Program pemasaran tidak dapat
dilepaskan dari pangsa pasar, sepert segmentasi, mengidentifikasi barang dan jasa,
menciptakan nilai, mengirimkan nilai, dan memantau terjadinya kepuasan pelanggan.
Pelanggan dalam konteks organisasi sektor publik pemerintah daerah menurut Ewing
dan Caruana (2000) dipetakan menjadi dua, antara lain : 1) pelanggan internal dan 2)
pelanggan eksternal. Pelanggan yang harus diprioritaskan adalah pelanggan internal,
dimana karyawan bukan lagi disebut pemangku kepentingan melainkan pangsa pasar yang
harus didahulukan. Bila karyawan mendapat kepuasan maka akan terdorong memberikan
pelayanan kepada pelanggan eksternal, karena karyawan adalah alat pemasaran dari
organisasi sektor publik ini. Pemetaan yang dilakukan Ewing dan Caruana ini sejalan dengan
pergeseran paradigma administrasi publik, yaitu dari old public management ke new public
management yang menekankan pada factor internal sebagai steering layanan yang arus
didahulukan.
Pada sisi yang sama Kotler dan Lee (2007) menegaskan meski sama-sama memiliki
potensi melakukan strategi marketing komunikasi, namun antara organisasi publik (baca :
lembaga pemerintahan) dan organisasi profit (baca : bisnis) tetap memiliki spesifikasi
berbeda, antara lain :
1) Organisasi pemerintah sering monopoli, sedangkan bisnis berada pada kondisi
persaingan;
2) Pemerintah berfungsi memenuhi kebutuhan masyarakat, sednagkan bisnis berfungsi
memperoleh keuntungan maksimum;
3) Pimpinan politik membentuk konsitituenya, merefleksikan keinginannya, sementara
pimpinan bisnis bertanggungjawab kepada dewan direksi;
4) Kegiatan lembaga pemerintahan diketahui oleh publik dan sangat dihargai oleh media;
lembaga bisnis tertutup dari media dan menjaga jarak dengan publik, pemerintah, dan
pendapat media;
5) Masyarakat yang tergabung dalam berbagai kelompok kepentingan yang berbeda
ukuran, pengaruh; bisnis memperoleh keuntungan dari lobi dan pimpinan politik secara
langsung;
6) Masyarakat utamanya pada kondisi demokrasi temporer sebagian tidak percaya kepada
pemerintah, sakit hati, dan menunjukkan partisipasi yang lemah; investor dan pimpinan
bisnis memiliki kepentingan yang kuat atas perusahaannya;
7) Unit pemerintahan sering kurang memahami atas mandat yang mereka terima. Malah
cenderung duplikasi dan tumpang tindih, perusahaan bisnis mempunyai divisi bisnis
tenaga kerja spesifik dan organisasi operasi;
8) Masyarakat memeriksa pimpinan politik melalui pemilihan, pemberian suara, dan
penuturan media; pimpinan bisnis hanya kepada dewan direksi;
9) Pemerintah lambat bergerak dan terbatas memeriksa dan menyemibangkan, dengan
pendapat dengan publik, perselisihan lembaga, kekuatan veto suara; kegiatan bisnis cepat
bergerak, sekali keputusan diambil masuk kepada domain CEO;
10) Lembaga pemerintahan kurang terdanai; bisnis dapat menerima dana yang dibutuhkan
bilamana hal itu dapat dipresentasikan memberi keuntungan;
11) Lembaga pemerintahan di US, dibagi menjadi 50 negara bagian dan terdiri dari 83.000
lembaga lokal dengan tanggung jawab yang tumpang tindih, lembaga bisnis cenderung
terkonsentrasi, kegiatan tersentralisasi pada tingkat CEO dan dewan direksi;
12) Pemerintah terlibat untuk semua sisi kehidupan dan mengatur sumberdaya; bisnis
utamanya memproduksi dan mendistribusikan sumberdaya;
Pembedaan spesifikasi yang ada di atas menyiratkan bahwa pemerintah daerah
perlu merumuskan satu program strategi komunikasi pemasaran termasuk bentuk
orientasi dan operasionalsiasi program pemasarannya. Permasalahan yang berkaitan
dengan orientasi berkaitan dengan cara pandang, sedangkan operasionalisasi bekaitan
dengan pangsa pasar, posisi, dan strategi. Pangsa pasar pada organisasi public lebih
mengarah pada penetapan siapa yang harus dilayani, sedangkan posisioning lebih melihat
konten pelayanan yang akan diberikan dibanding pesaing. Melengkapi dua hal tersebut
adalah strategi, yaitu model strategi segmenting, targeting dan positioning serta model
komunikasi pemasaran dalam rangkaian upaya yang dimaksudkan untuk mencapi tujuan.
II.1 Strategi Segmenting, Targeting, Positioning
II.1.1. Strategi Segmenting
Dalam membuat keputusan mengenai strategi pemasaran yang akan diaplikasikan, tiga
hal yang perlu diperhatikan adalah menentukan segmentasi, target dan posisi atau yang
dikenal dengan strategi STP (segmenting, targeting, positioning). Langkah pertama adalah
segmentasi, yaitu mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli yang terpisah-pisah
yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemmasaran terendiri. Langkah kedua
yaitu targeting atau penentuan pasar sasaran, tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar
yang dilayani/dimasuki. Langkah ketiga adalah positioning yaitu tindakan membangun dan
mengkomunikasikan manfaat pokok yang istimewa dari produk di dalam pasar.
Segmenting menurut Kotler dan Armstrong (2001:285) adalah proses membagi-bagi
pasar heterogen yang besar menjadi segmen-segmen yang lebih kecil dan homogeny. Proses
segmenting menurut Hiam dan Schewe (1994:249) dilakukan dengan enam langkah yaitu:
1. Menentukan batas pasar
Langkah pertama adalah menentukan batas pasar yang akan dilayani. Pemasar harus
tetap mengingat definisi bidang usahanya dan dituntut untuk mempertimbangkan
keinginan dan kebutuhan dasar pasar yang akan dipilah.
2. Memutuskan
Langkah penting dalam proses segmentasi adalah menyeleksi variabel-variabel ini
dan memutuskan variabel mana yang paling sesuai. Pemasar dapat mengumpulkan
sebanyak mungkin variabel yang berguna dan kemudian menggunakan analisis data
untuk mengelompokkan sesuatu ke dalam segmen. Rancangan tersebut membantu
pemasar dalam pengambilan keputusan pemasaran
3. Mengumpulkan dan menganalisi data segmentasi
Pemasar berusaha mengumpulkan data dan dapat menggunakan berbagai teknik
analisis untuk menentukan segmen mana yang mempunyai homogenitas terbesar di
dalamnya dan mempunyai heterogenitas terbesar antar segmen. Keseluruhan proses
segmentasi pasar difokuskan pada pengidentifikasian kelompok-kelompok yang
anggotanya mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama yang belum terpuaskan.
4. Mengembangkan profil tiap-tiap segmen
Langkah berikutnya adalah memilih dari serangkaian variabel deskriptif dimana
beberapa variabel yang sesuai untuk setiap segmen. Misalnya variabel demografis
dan geografis memberikan gambaran yang lebih lengkap mengenai setiap segmen di
pasar. Variabel-variabel ini hendaknya terkait dengan perilaku pembelian aktual yang
terlihat dalam segmen.
5. Membidik segmen-segmen yang akan dilayani
Dalam hal ini, pemasar dapat mencari peluang-peluang. Segmen-segmen mana yang
menawarkan peluang paling menarik, segmen mana yang memberikan kesesuaian
terbaik antara sumber daya organisasi dan peluang-peluang ini, berapa banyak
segmen dan segmen mana yang akan digarap, situasi persaingan dan sumber daya
keuangan, keahlian khusus, teknologi khas, citra, sasaran dan misi perusahaan harus
ikut dipertimbangkan. Besar segmen pasar serta kemampuan perusahaan harus
disesuaikan.
6. Merancang rencana pemasaran.
Setelah segmen-segmen yang akan dilayani ditetapkan, pemasar harus memutuskan
bagaimana melayani konsumen. Atribut-atribut produk yang menarik bagi anggota-
anggota setiap segmen harus diidentifikasi. Segmen-segmen yang harus dilayani
pesaing juga harus diidentifikasi dan kemudian strategi untuk menarik perhatian
konsumen di setiap segmen harus dikembangkan. Atribut-atribut produk harus
dirancang atau dirancang ulang dan kampanye promosi harus disusun untuk
menciptakan citra yang dikehendaki pemasar.

II.1.2. Strategi Targeting


Setelah dilakukan segmentasi pasar, langkah berikutnya adalah melakukan suatu seleksi
pasar yang akan mentarget pasar sasaran. Pasar sasaran berisikan satu set pembeli yang memiliki
kebutuhan atau karakteristik yang sama yang ditetapkan perusahaan yang dilayani. Dalam
strategi penguasaan pasar, Kotler dan Amstrong (2001:315) membedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Pemasaran Tidak Dibedakan
Suatu strategi peliputan pasar, dimana suatu perusahaan memutuskan untuk mengabailan
perbedaan segmen pasar dan melayani keseluruhan pasar dengan suatu penawaran
2. Pemasaran Dibedakan
Suatu strategi peliputan pasar, dimana suatu perusahaan memutuskan untuk menyasar
beberapa segmen pasar berbeda dengan mendesain tawara-tawaran yang berbeda untuk
masing-masing segmen
3. Pemasarna Terkonsentrasi
Suatu strategi peliputan pasar, dimana perusahaan berusaha mendapatkan pangsa pasar
yang besar dari satu atau beberapa sub pasar.

II.1.3. Strategi Posisioning


Positioning merupakan strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam
benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra (image) produk yang lebih unggul
dibandingkan dengan produk pesaing (Hiam dan Scewe, 1994: 255). Ada tujuh pendekatan yang
dapat digunakan untuk melakukan positioning, yaitu:
1. Positioning berdasarkan atribut, cirri-ciri atau manfaat bagi pelanggan (Atribute
Positioning)
2. Positioning berdasarkan harga (Price and Quality Positioning)
3. Positioning yang dilandasi dengan aspek penggunaan atau aplikasi (Use Aplication
Positioning)
4. Positioning berdasarkan pemakai (User Positioning)
5. Positioning berdasarkan kelas produk tertentu (Product Class Positioning)
6. Positioning berkenaan dengan pesaing (Competitor Positioning)
7. Positioning berdasarkan manfaat (Benefit Positioning)

Menurut Hiam dan Schewe (1994:226)prosedur melakukan positioning yang tepat


melalui tujuh langkah pokok, yaitu:
1. Menentukan produk atau pasar yang relevan
Langkah pertama dalam melakukan positioning adalah mendaftar semua kebutuhan
dan keinginan yang mungkin dapat dipenuhi produk.
2. Mengidentifikasi pesaing
3. Menentukan cara dan standar yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi pilihan
untuk memenuhi kebutuhannya. Seorang pemasar melakukan evaluasi berbagai
alternatif pemecahan masalah yang dihadapi dengan cara dan berdasarkan standar-
standar tertentu.
4. Mengetahui persepsi konsumen terhadap posisi bersaing
Pemasar perlu mengidentifikasi posisi yang ditempati pesaing dengan menggunakan
perceptual map yang didasarkan pada atribut produk, situasi pemakai atau kelompok
pemakai.
5. Mengidentifikasi senjag (gap) pada posisi yang ditempati
Melalui analisis terhadap posisi berbagai produk yang saling bersaing, maka dapat
ditentukan daerah-daerah atau aspek-aspek yang belum tergarap maupun yang telah
digarap banyak pesaing.
6. Merencanakan dan melaksanakan strategi postioning
Setelah pasar sasaran ditentukan dan posisi yang dikehendaki ditetapkan, maka
pemasar merancang program pemasaran yang dapat memastikan bahwa semua
informasi produk/merek yang disampaikan ke pasar akan menciptakan persepsi yang
dinginkan dalam benak konsumen. Jantung dari strategi ini adalah kampanye
promosi.
7. Memantau Posisi
Posisi actual suatu produk atau merek perlu dipantau setiap saat guna melakukan
penyesuaian terhadap setiap kemungkinan perubahan lingkungan.

II.2 Strategi Bauran Pemasaran


Kotler (1994:93) mendefinisikan bauran pemasaran adalah campuran dari variabel
variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mengejar tingkat penjualan yang diinginkan dalam pasar sasaran. Winardi (1981: 319)
menerangkan bahwa bauran pemasaran adalah kelompok variabel-variabel yang dapat
dikendalikan dan dapat dipergunakan oleh perusahaan yang bersangkutan untuk mempengaruhi
reaksi para pembeli, dimana variabel tersebut adalah produk, tempat, promosi dan harga.
Dari pengertian tentang bauran pemasaran diatas, dapat ditarik kesimpulan yaitu empat
unsur pokok variabel dalam bauran pemasaran. Keempat unsur yang terdapat dalam kombinasi
tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Penjelasan masing-masing bauran
pemasaran sebagai berikut:

II.2.1Produk
Winardi (1994:5) mendefinisikan produk sebagai sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
seseorang untuk memuaskan suatu kebutuhan/keinginan konsumen. Kotler dan Armstrong
(2001:346) mendefinisikan produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk
mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
dan kebutuhan.
Dari definisi diatas sebuah perusahaan harus merencanakan produk dan
merealisasikannya sehingga dapat dijual dan mendatangkan keuntungan. Dalam pengelolaan
produk, perlu adanya suatu pedoman untuk mengubah produk yang ada agar lebih baik,
menambah produk baru atau mengambil tindakan lain yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan
dalam penentuan produk. Hal-hal yang diperhatikan dalam pedoman tersebut diantaranya adalah
kualitas, jenis produk tingkat pelayanan serta kebutuhan dan keiginan pasar.
Dalam merencanakan penawaran suatu produk, perlu dipahami lima tingkatan produk
(Kotler dan Armstrong, 2001:348), yaitu:
1. Produk utama/inti (core benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutukan dan akan
dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk
2. Produk generik, yaitu produk dasar yang mampu memenuhi fungsi produk yang paling
dasar (rancangan produk minmal agar dapat berfungsi)
3. Produk harapan (expected product), yaitu produk formal yang ditawarkan dengan
berbagai atribut dan kondisinya secara normal (layak) diharapkan dan disepakati untuk
dibeli.
4. Produk pelanggan (augmented product), yakni berbagai atribut produk yang dilengkapi
atau ditambahi berbagai manfaat dan layanan sehingga dapat memberikan tambahan
kepuasan dan bisa dibedakan dengan produk pesaing.
5. Produk potensial, yaitu segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin
dikembangkan untuk suatu produk masa mendatang.
Setiap produk berkaitan secara hirarkis dengan produk-produk tertentu lainnya. Hirarki
produk ini dimulai dengan kebutuhan dasar sampai dengan item tertentu yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut. Hirarki produk tersebut terdiri atas tujuh tingkatan (Kotler dan Keller,
2007:15), yaitu:
1. Need family, yaitu kebutuhan inti/dasar yang membentuk product family, misalnya
rasa aman
2. Product family, yaitu seluruh kelas produk yang dapat memuaskan suatu kebutuhan
inti/dasar dengan tingkat efektifitas yang memadai, misalnya tabungan dan
penghasilan
3. Product class, yaitu sekumpulan produk di dalam product family yang dianggap
memiliki hubungan fungsional tertentu, misalnya instrument finansial
4. Product line, yaitu sekumpulan produk di dalam kelas produk yang berhubungan erat.
Hubungan erat ini bisa dikarenakan salah satu dari empat faktor berikut, yaitu:
a. Fungsinya sama
b. Dijual kepada kelompok konsumen yang sama
c. Dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama
d. Harganya berada dalam skala yang sama
5. Product type, yaitu item-item dalam suatu lini produk yang memiliki bentuk tertentu
dari sekian banyak kemungkinan bentuk produk, misalnya asuransi jiwa berjangka
6. Brand, yaitu nama yang dapat dihubungkan/diasosiasikan dengan satu atau lebih item
dalam lini produk yang digunakan untuk mengidentifikasikan sumber atau karakter
item tersebut.
7. Item, yaitu suatu unit khusus dalam suatu merek (brand) atau product line yang dapat
dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan atau atribut lainnya. Biasanya
disebut pula stockkeeping unit atau varian produk.
Selain hirarki, produk yang awalnya hanya dibedakan jenisnya menjadi barang dan jasa,
namun kemudian para pemasar konsep produk diperluas lagi dengan ide, tempat, orang dan
organisasi. Adapun produk menurut jenisnya adalah sebagai berikut:
A. Barang
Barang adalah produk yang berwujud fisik sehingga dapat dilihat, dirasa,
dipegang, disimpan, dipindahkan dan diperlakukan fisik lainnya.
B. Jasa
Zethaml dan Bitner (1996) dalam Lupiyoadi (2001:5) mendefinisikan jasa yaitu:
Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction
is generally consumed at the same time it is produced, and provide added value in
forms.
Juga dalam Lupiyoadi, Gronroos (1990) mendefinisikan jasa sebagai berikut:
A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature
that normally, but not necessarily, take place in interactions between the customer and
service employees and or physical resources or good and/or system of the servie
provider, which are provided as solutions to customer problem.
Berdasarkan pengertian diatas, jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang hasilnya
tidak merupakan produk dalam bentuk fisik, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama
dengan waktu yang dihasilkan, memberikan nilai tambah dan tidak dapat dimiliki.
Kotler (2001:376) menyebutkan bahwa terdapat empat karakteristik utama jasa, yaitu:
1. Intangibility
Berbeda dengan barang, jika barang merupakan sebuah obyek, alat, atau benda maka jasa
adalah suatu perbedaan kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat dimiliki, maka jasa
hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat
dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible
pada jasa memiliki dua pengertian, yaitu:
a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa
b. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah didefinisikan, diformulasikan atau
dipahami secara rohaniah.
Dengan demikian orang tidak dapat menilai kualitas jasa sebelum
merasakannya/mengkonsumsinya sendiri. Bila pelanggan membeli suatu jasa, ia hanya
menggunakan, memanfaatkan atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan yang bersangkutan tidak
memiliki jasa yang dibelinya tersebut. Konsumen akan memperhatikan tanda-tanda atau bukti
kualitas jasa tersebut melalui tempat (place), orang (people), peralatan (equipment), bahan-bahan
komunikasi (communication materials), simbul dan harga
2. Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa dilain
pihak umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara
bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan cirri khusus dalam
pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam hubungan
penyedia jasa dan pelanggan ini efektivitas individu yang menyampaikan jasa (contact-
personnel) merupakan unsur penting. Dengan demikian kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada
proses rekrutmen, kompensasi pelatihan dan pengembangan karyawan.
3. Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak
variasi bentuk kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini. Pelanggan sering
minta pendapat orang lain sebelum memutuskan unuk melakukan pembelian. Dalam hal ini
penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:
a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa
c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survai pelanggan
dan comparison shopping, sehingga pelaynan yang kurang baik dapat dideteksi dan
dikoreksi.
4. Perishability
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Bila permintaan
berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat
permintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan resiko mereka kecewa atau beralih ke
penyedia jasa lain (saat permintaan puncak).

II.2.2 Harga
Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan dimana
unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya (Kotler dan Keller, 2007:77). Harga barangkali adalah
unsur program pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran, bahkan
promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi nilai yang
dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau mereknya. Sebuah produk
yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat menentukan premium harga dan mendapatkan
laba besar.
Secara tradisional, harga telah diperlakukan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Hal
itu masih berlaku di negara-negara yang lebih miskin, di antara kelompok-kelompok yang lebih
miskin dan untuk produk jenis komoditas. Walaupun faktor-faktor non-harga telah makin
berperan penting selama beberapa dasawarsa belakangan ini, harga masih tetap merupakan salah
satu unsur terpenting dalam menentukan pangsa pasar dan profitabilitas. Oleh karena itu
produsen harus mempertimbangkan banyak faktor dalam menentukan harga.
Menurut Kotler dan Keller (2007:84) terdapat enam langkah dalam menetapkan harga,
yaitu:
1. Memilih Tujuan Penetapan Harga
Langkah awal dalam menentukan harga adalah menetapkan tujuan perusahaan.
Karena semakin jelas tujuan perusahaan maka semakin mudah menetapkan harga.
Sebuah perusahaan dapat mengharapkan salah satu dari lima tujuan utama melalui
penetapan harga: kelangsungan hidup, laba maksimum sekarang, pangsa pasar
maksimum, menguasai pasar secara maksimum atau kepentingan mutu produk.

2. Menentukan Permintaan
Setiap harga akan menghasilkan tingkat permintaan yang berbeda dan karena itu
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Dalam kasus biasa, permintaan dan harga berbanding terbalik: makin tinggi harganya
makin rendah permintaannya. Dalam kasus barang mewah, keadaan bisa saja berbalik
karena beberapa konsumen menganggap harga yang lebih tinggi sebagai pertanda
produk yang lebih baik. Namun, jika harga tersebut terlalu tinggi, tingkat
permintaannya akan turun.
3. Memperkirakan Biaya
Permintaan menentukan batas harga tertinggi yang dapat dikenakan
perusahaan untuk produknya, sedangkan biaya menentukan batas terendahnya.
Sebuah perusahaan ingin menetapkan harga yang menutupi biaya produksi, distribusi
dan penjualan produk, termasuk laba yang lumayan untuk upaya dan resikonya.
Namun, ketika perusahaan menetapkan harga produk untuk menutup biaya
seluruhnya, hasil bersih tidak selalu mampu menghasilkan laba.
4. Menganalisa Biaya, Harga dan Tawaran Pesaing
Dalam rentang kemungkinan-kemungkinan harga yang ditentukan permintaan
pasar dan biaya perusahaan, perusahaan tersebut harus memperhitungkan biaya, harga
dan kemungkinan reaksi harga pesaing. Awalnya sebuah perusahaan seharusnya
mempertimbangkan harga pesaing terdekat. Jika tawaran perusahaan tersebut
mengandung ciri-ciri diferensiasi positif yang tidak ditawarkan pesaing terdekat, nilai
bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan ditambahkan pada harga pesaing tersebut.
Jika tawaran pesaing tadi mengandung beberapa ciri yang tidak ditawarkan
perusahaan tersebut, nilai bagi pelanggan seharusnya dievaluasi dan dikurangkan dari
harga perusahaan tersebut. Sekarang, perusahaan tersebut dapat memutuskan apakah
dapat mengenakan harga yang lebih tinggi, sama, atau lebih murah daripada pesaing
tadi.

5. Memilih Metode Penetapan Harga


Setelah melakukan keempat langkah diatas, maka perusahaan telah siap
menetapkan harga. Terdapat tujuh metode penetapan harga, yaitu: penetapan harga
mark-up (mark up pricing), penetapan harga sasaran pengembalian (target return
pricing), penetapan harga persepsi nilai (perceived value pricing), penetapan harga
nilai (value pricing), penetapan harga umum (going rate pricing), penetapan harga
tipe lelang (auction type pricing)
6. Memilih Harga Akhir
Dalam memilih harga akhir, sebuah perusahaan harus mempertimbangkan
faktor-faktor tambahan, yang meliputi dampak dari kegiatan pemasaran lain,
kebijakan penetapan harga perusahaan, penetapan harga yang berbagi laba dan resiko
dan dampak harga terhadap pihak lain.

II.2.3 Tempat
Tempat merupakan suatu variabel yang digunakan oleh suatu perusahaan untuk
mempengaruhi reaksi para pembeli dalam bauran pemasaran. Dalam bisnis pariwisata tempat
adalah produk itu sendiri, dimana konsumen dapat mencari informasi, memperoleh penjelasan
atau melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan kepada konsumen, atau dapat juga
didefinisikan sebagai lokasi ke semua titik penjualan (saluran distribusi) terhadap customer yang
berhubungan dengan produk pariwisata, baik secara langsung maupun tidak.
Suatu perusahaan dalam bidang kepariwisataan dapat menentukan saluran distribusinya
sebagai tempat yang digunakan untuk memperkenalkan perusahaannya kepada konsumen.
Saluran itu diantaranya:
- Biro Perjalanan (Travel Agent)
Biro perjalanan adalah suatu badan usaha yang bergerak di bidang jasa. Biro
perjalanan tersebut menjual paket tour yang telah disusun oleh tour operator atau
wholesaler. Dari jasanya tersebut, biro perjalanan biasanya mendapat komisi atau
penghasilan dari contract rates yang telah disepakati bersama.
- Convention Movers
Suatu organisasi yang mengatur acara-acara atau tour sebelum dan sesudah
berakhirnya konvensi
- Perusahaan (business house)
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata yang dapat diajak untuk
melakukan kerjasama misalnya melalui telephone booking
- Kantor Perwakilan
Merupakan suatu kantor perwakilan yang membantu di dalam pemberian informasi,
sekaligus promosi terhadap masyarakat atau pendatang (tourist) yang membutuhkan
- Pemerintahan (Government Ofiicer)
Kantor pemerintahan juga memiliki suatu departemen paiwisata yang dapat
memberikan informasi kepada tamu yang memiliki suatu keinginan untuk melakukan
kunjungan wisata
- Pramuwisata (Guide)
Seseorang yang bertugas untuk memandu tamu di dalam melakukan suatu kegiatan
dengan memberikan informasi kepada tamu.
Selain saluran distribusi yang disebutkan diatas, internet, iklan, brosur, poster dan media
cetak lainnya juga mempunyai fungsi yang sama seperti saluran distribusi lainnya. Pemilihan
saluran distribusi perlu direncanakan dengan baik, dipilih yang dianggap paling efisien dan
produktif dengan menyesuaikannya dengan sistem transportasi yang tersedia dan didukung oleh
pelayanan informasi, materi publikasi, jenis promosi sehingga barang-barang sampai ke tangan
konsumen lebih cepat dan dalam waktu yang tepat.

II.2.4 Promosi
Promosi merupakan suatu proses bagaimana perusahaan menyampaikan informasi
kepada target pasar tentang hal-hal yang menyangkut produk, harga, tempat dimana produk
dijual dengan melakukan tindakan-tindakan persuasif supaya target pasar mau melakukan
pembelian.
Adapun kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam promosi adalah:
1. Periklanan
Komunikasi non-individu, dengan sejumlah biaya, melalui berbagai media yang
dilakukan oleh perusahaan, lembaga non-laba, serta individu-individu. Periklanan merupakan
salah satu alat komunikasi yang sangat efisien bagi para penjual. Tujuan periklanan dalam
bidang pariwisata adalah:
a. Mendukung kegiatan personal selling dalam kegiatan promosi yang lain.
b. Mencapai orang-orang yang tidak dapat dicapai oleh tenaga penjualan dalam jangka
waktu tertentu
c. Mengadakan hubungan dengan para penyalur
d. Memasuki daerah pemasaran baru
e. Memperkenalkan sesuatu (produk wisata) yang baru
f. Menambah penjualan industri pariwisata
g. Memperkuat citra atau memperbaiki reputasi suatu daerah destinasi pariwisata

2. Personal Selling
Personal selling adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang
ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan
pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain. Personal selling ini digunakan
untuk melakukan penjualan dengan komunikasi secara langsung. Kegiatan ini
mempunyai sifat yang fleksibel, artinya tenaga penjual tersebut dapat mengetahui secara
langsung keinginan, motif dan perilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi
konsumen, sehingga dapat langsung mengadakan penyesuaian seperlunya.

3. Promosi Penjualan
Promosi penjualan adalah kegiatan-kegiatan pemasaran selain personal selling,
periklanan dan publisitas, yang mendorong efektifitas pembelian konsumen dan
pedagang dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran dan demonstrasi atau
sebagainya.

4. Publisitas
Publisistas merupakan sejumlah informasi tentang seseorang, barang, perusahaan
atau organisasi yang disebarluaskan ke masyarakat melalui media tanpa dipungut biaya
atau tanpa pengawasan dari sponsor.
Dalam pemasaran jasa, selain 4 P (product, price, place and promotion), sangat penting
untuk diperhatikan pemasaran dengan istilah 3P dalam melakukan diferensiasi produknya
(Amstrong dan Kotler, 2001). Adapun 3 P tersebut adalah:
1. People (Orang)
Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa seharusnya membedakan dirinya dengan
cara merekrut dan melatih karyawan yang lebih kompeten dibandingkan dengan pesaing.
2. Physical Environment (Lingkungan fisik)
Perusahaan harus berusaha mengembangkan lingkungan fisik yang lebih atraktif.
3. Process (Proses)
Perusahaan merancang suatu proses penyampaian jasa yang mencerminkan suatu proses
professional.
Perusahaan jasa, menurut Kotler (1994), dikenal dengan The Service Triangle atau
segitiga jasa dalam pemasaran internal perusahaan. Segitiga jasa tersebut adalah pemegang
saham, konsumen dan karyawan, yang dapat digambarkan melalui diagram berikut:

Gambar 2.2 Triangle Marketing


Sumber: Amstrong dan Kotler, Prinsip Prinsip Pemasaran (2001:379)

sense of ownership Pemegang saham/ Superior Perceived Value


(Pemasaran internal) Pemilik
Total Human Long term (Pemasaran Eksternal)
Reward Profit

Total Quality Service


Karyawan Konsumen
Ongoing relationship
(Pemasaran Interaktif)
Pemasaran internal menggambarkan tugas yang diemban perusahaan/pemerintah dalam
rangka melatih dan memotivasi karyawan (sebagai aset utama perusahaan dan ujung tombak
pelayanan) atau stakeholder pariwisata agar dapat melayani pelanggan/wisatawan dengan baik.
Pemberian penghargaan dan pengakuan yang sepadan dan manusiawi dapat membangkitkan
motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas dan rasa memiliki setiap orang dalam perusahaan
dan bagi konsumen yang dilayani. Begitu pula dalam bidang pariwisata, dimana setiap orang
yang tinggal di satu daerah wistaa tersebut merupakan aset dan ujung tombak pelayanan, selain
organisasi ataupun pemangku kebutuhan (stake holder) lainnya.
Pemasaran eksternal menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh
perusahaan/pemerintah dalam mempersiapkan jasa, menetapkan harga, melakukan distribusi,
mempromosikan jasa yang bernilai superior kepada konsumen/wisatawan. Sedangkan pemasaran
interaktif menggambarkan interaksi antara konsumen/wisatawan dan karyawan/stakeholder
bisnis pariwisata. Diharapkan setiap karyawan/stakeholder yang kompeten dapat memberikan
total quality service kepada konsumen/wisatawan. Bila hal tersebut terealisasi maka konsumen
yang puas akan menjalin hubungan yang berkesinambungan dengan personil dan perusahaan
yang bersangkutan.

III. METODE PENELITIAN


Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif yang menurut Nawawi (2003:63) diartikan
sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan
keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan pada daerah tujuan wisata Bali dan Dinas Pariwisata Kota
Denpasar, sebagai pihak yang berwenang dalam mengatur, menjaga dan mengawasi kegiatan dan
pertumbuhan pariwisata Kota Denpasar.

3.2 Jenis dan Sumber Data


3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data
yang tidak berbentuk angka-angka, data ini berupa gambaran mengenai daerah wisata
Kota Denpasar dan penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan penulisan dan
data kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka atau jumlah berupa data mengenai jumlah
kunjungan wisatawan ke Denpasar, biaya pemasaran, dan lainnya yang berhubungan
dengan angka.
3.2.2 Sumber Data
3.2.2.1 Data primer yaitu data yang dikumpulkan langsung dari obyeknya.
Sehubungan dengan penelitian ini data primer diperoleh dari Kantor Dinas Pariwisata
Kota Denpasar. Sumber data primer diperoleh dengan cara:
1.Observasi
Penulis melakkan pengamatan langsung tentang penerapan pemasaran
oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar,
Kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata Kota Denpasar serta pengamat
Pariwisata Bali, Prof. Dr. I Made Sukarsa, M.Si
3. Dokumentasi
Yaitu datadata yang tersimpan di badan/lembaga yang relevan dengan
penelitian ini
3.2.2.2 Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dalam keadaan sudah jadi, sudah
dikumulkan dan diolah dari pihak lain dan dipublikasikan untuk umum. Kaitannya
dengan penelitian ini diperoleh dari Kantor Dinas Pariwisata Bali untuk memperoleh
jumlah kunjungan wisata dan daerah asal wisatawan

IV. STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN DINAS PARIWISATA KOTA DAN


DENPASAR DAN IMPLEMENTASINYA
IV.1 Gambaran Umum Kota Denpasar
a. Letak Geografis
Kota Denpasar selain merupakan Ibukota Daerah Tingkat II juga merupakan
Ibukota Provinsi Bali sekaligus sebagai pusat pemerintahan, pendidikan,perekonomian
dan pusat kegiatan lainya. Letak yang sangat strategis ini sangatlah menguntungkan, baik
dari segi ekonomis maupun dari kepariwisataan karena merupakan titik sentral berbagai
kegiatan sekaligus sebagai penghubung dengan kabupaten lainnya. Kota Denpasar
terletak diantara 8 35 31 - 8 44 49 lintang selatan dan 115 10 23 - 115 16 27
bujung timur yang berbatasan dengan Kabupaten Badung di sebelah selatan ,utara dan
barat serta berbatasan dengan Kabupaten Giayar dan Selat Badung.
Ditinjau dari Topografi keadaan geografis Kota Denpasar secara umum miring
kearah selatan dengan ketinggian berkisar antara 0 75 m di atas permukaan laut.
Morfologi landai dengan kemiringan lahan sebagaian besar berkisar antara 0-5% namun
di bagian tepi kemiringannya bisa mencapai 15%.

b. Iklim
Kota Denpasar termasuk daerah beriklim tropis yang di pengaruhi angin musim
sehingga memiliki musim kemarau dengan angin timur ( Juni Desember ) dan musim
hujan dengan angin barat ( September Maret ) dan diselingi oleh musim pancaroba.
Suhu rata- rata antara 25,4 C 28,5 C dengan suhu maksimum jatuh pada Bulan Januari
dan suhu minimum pada Bulan Agustus.

c. Luas Wilayah
Luas wilayah Kota Denpasar 12.778 Ha yang merupakan tambahan dari
reklamasi Pantai Serangan seluas 380 Ha. Sebagian besar ( 59,1%) berada pada
ketinggian antara 0-75 M dari permukaan laut berupa dataran rendah. Dari luas tersebut
tata guna tanah meliputi tanah sawah 5.547 Ha dan lahan kering 10.001 Ha, tanah tegalan
396 Ha, tanah tambak 9 Ha, tanah hutan 538 Ha,tanah perkebunan 35 Ha dan tanah
lainnya 1.162 Ha.

IV.2 Kondisi Pariwisata Denpasar


Industri pariwisata merupakan sektor andalan bagi perekonomian Bali pada umumnya
dan Kota Denpasar pada khususnya. Dewasa ini kepariwisataan Kota Denpasar mengalami
perkembangan yang cukup signifikan di tengah tengah isu global seperti keamanan, kesehatan,
bencana maupun situasi ekonomi global yang cenderung menurun. Mengingat semakin
ketatnya persaingan industry pariwisata dunia, Kota Denpasar diharapkan mampu
mempertahankan posisinya sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Bali. Sebagai salah
satu daerah tujuan wisata , Kota Denpasar memiliki keunggulan yang komparatif dilihat dari segi
geografis yakni letaknya di jantungnya Pulau Bali serta memiliki daya tarik wisata yang menarik
dengan berbagai fasilitas penunjang seperti akomudasi, restoran, biro perjalanan wisata, pusat
perbelanjaan serta fasilitas kesehatan yakni rumah sakit yang bertaraf internasional.
Kepariwisataan Kota Denpasar berasal dari kedatangan kapal dagang Belanda KMP
(Koninklijke Paketcart Maatsckapy ) yang membawa tamu tamu Eropa pada tahun 1920 dan
emperkenalkan Bali di Eropa sebagai The Island Of God. Pertunjukan pertunjukan pun
diadakan di Bali Hotel untuk menghibur para tamu. Peertunjukan dari Banjar Balaluan dijuluki
The Finest Gamelan Of Bali dan kedaton dijuluki Home Of the Best Dancers of the
Island ( Pariwisata Budaya Pariwisata, Michel Picard,214). Pada tahun 1930, pelukis yang
berasal dari Belgia, Adrean- Jean Le Mayeur menikah dengan gadis Bali yang bernama Ni
Polok, beliau merupakan seorang penari yang berasal dari Banjar Kelandis Denpasar dan
membangun museum Le Mayeur di Sanur yang hingga kini masih menjadi salah satu daya tarik
wisata di Kota Denpasar .
Kota Denpasar merupakan cermin dari provinsi Bali, dalam artian, Kota Denpasar
merupakan barometer kepariwisataan Bali, karena Kota Denpasar memiliki posisi yang strategis
dibandingkan dengan daerah lainnya. Kota Denpasar memberikan kesan pertama First Image
mengenai Bali. Hal ini berimplikasi terhadap pembangunandi Kota Denpasar yang sarat dengan
inovasi, berwawasan budaya, dan berlandaskan Tri Hita Karana.
Mencermati persaingan pasar pariwisata dunia yang semakin kompetitif dan dinamis
merupakan peluang sekaligus tantangan bagi kepariwisatan Kota Denpasar agar mampu bersaing
di pasar global. Kota Denpasar sudah dikenal sebagai salah satu ikon kepariwisataan Bali,
tentunya peranan industri sebagai salah satu sector andalan dalam pembangunan tentunya tidak
dapat diabaikan. Dalam segi kunjungan wisatawan, Kota Denpasar mengalami perkembangan
yang cukup signifikan selama tahun 2008- 2012. Hal ini merupakan cerminan semakin
membaiknya kondisi kepariwisataan Kota Denpasar. Mengingat perkembangan kepariwisataan
Kota Denpasar tidak terlepas dari pengaruh situasi kepariwisataan global, maka berbagai ide
serta inovasi dalam bidang pariwisata budaya tetap dilakukan demi semakin berkembangnya
kepariwisataan Kota Denpasar.
Mengamati segmentasi pasar di Kota Denpasar sepanjang tahun 2011 dan 2012,
kunjungan wisatawan yang berasal dari pasar Asia didominasi dari negara Cina,Jepang,Korea,
dan Taiwan, sedangakan signifikansi pasar yang berasal dari Benua Eropa didominasi dari
negara Belanda,Jerman,Inggris, dan Prancis. Sementara kunjungan wisatawan terbesar ke Kota
Denpasar sepanjang tahun 2012 berasal dari Cina dengan jumlah kunjungan sebesar 50.305
orang.
Berbagai upaya telah dilakukan pihak pemerintah Kota Denpasar bekerja sama dengan
pelaku pariwisata dalam membangun inovasi seperti pembuatan event pariwisata, pelaksanaan
promosi terpadu melalui media cetak maupun elektronik, menyebarluaskan materi promosi
dalam bentuk cetakan dan kepingan VCD, mengikuti event promosi dan roadshow serta
melaksanakan table top melalui program pengembangan jaringan kerjasama promosi pemasaran,
serta pemanfaatan teknologi melalui website www.balidenpasartourism.com.
IV. 3 Potensi Kepariwisataan Kota Denpasar
Pariwisata merupakan sektor yang berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat
secara langsung dan merupakan sektor andalan dalam pembangunan di daerah yang di dukung
oleh sektor sektor lain. Potensi pariwisata yang begitu menonjol di Kota Denpasar perlu
dikelola secara professional dengan tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan, sosial, dan
budaya fisik maupun non fisik.
Daya Tarik Wisata
Untuk mewujudkan daya tarik wisata yang lestari, asri,mempesona,tertib,aman dan
nyaman di lakuakan dengan langkah langkah yakni penataan, peningkatan sarana dan
prasarana penunjang, serta pengembangan daya tarik wisata, melalui program pengembangan
destinasi pariwisata.
Tabel ; Kawasan,Daya Tarik Wisata di Kota Denpasar
No. NAMA OBYEK ALAMAT
Peninggalan Purbakala
1. Lingkungan Prasasti Blanjong Sanur Denpasar
2. Lingkungan Pura Maospahit Tonja Denpasar
Alam
1. Kawasan Pariwisata Sanur ( Sanur,Sanur Kauh, Sanur Sanur - Denpasar
Kaja,Kesiman Petilan, Serangan)
2. Desa Budaya Kertalangu Jl. By Pas Ngr.Rai
3. Ekowisata Mangrove Jl. By Pas Ngr.Rai
Buatan
1. Taman Budaya ( Art Centre) Jl. Nusa Indah Denpasar
2. Monumen Perjuangan Rakyat Bali ( Bajra Sandhi) Niti Mandala Renon-
Denpasar
3. Taman Puputan Badung Jl. Surapati
4. Orchid Garden Jl. By Pas Tohpati Kusamba
5. Museum Bali Jalan Veteran
6. Museum Le Mayeur Jl. Mayor Wisnu Denpasar
7. Museum Sidik Jari Jl. Hayam Wuruk
8. Pura Agung Jagatnatha Jl. Mayor Wisnu Denpasar
9. Pura Sakenan Pulau Serangan Denpasar
10. Pura Petilan Pengerebongan Desa Kesiman Denpasar
11. Puri Satria Jl. Veteran Denpasar
12. Puri Pamecutan Jl. Thamrin Denpasar
13. Puri Kesiman Jl. WR. Supratman Denpasar
14. Puri Jero Kuta Jl. Sutomo- Denpasar
15. Pasar Badung / Kumbasari Jl. Gajah Mada Denpasar
16. Pasar Kreneng Jl. Kamboja Denpasar
17. Pasar Burung Satrya Jl. Veteran Denpasar
18. Pasar Sanglah Jl. Diponogoro Denpasar
Atraksi Wisata
Selain mengunjungi daya tarik wisata, yang tidak kalah menarik minat bagi wisatawan
untuk berkunjung ke suatu daerah destinasi wisata yakni berupa atraksi wisata atau aktivitas
masyarakat yang bersifat khusus. Semakin spesifik atau semakin langka suatu atraksi, maka daya
tariknya semakin tinggi. Namun tidak semua atraksi dapat dikomersialkan atau dijual kepada
wisatawan terutama kegiatan- kegiatan yang di sakralkan.
Adapun atraksi yang dapat ditonton dan disajikan untuk di Kota Denpasar terdiri dari
atraksi budaya, dan kegiatan kegiatan upacara keagamaan serta lomba- lomba.
Tabel ; Jenis Atraksi Wisata di Kota Denpasar
No. Jenis Lokasi
Atraksi Khusus
1. Med medan Sesetan
2. Baris Ketekok Jago Kesiman
3. Gandrung Ketapian,Sumerta
4. Gambuh Pedungan
5. Baris Cina Renon
6. Semar Pagulingan Binoh
7. Barong dan Kecak Kesiman
8. Ogoh Ogoh Denpasar dan sekitarnya
9. Pesta Kesenian Bali Taman Budaya
10. Pekan Seni Remaja Taman Puputan Badung
11. Mekiis / Melasti Padang Galak
12. Ngaben Denpasar dan sekitarnya
13. Memukur Denpasar dan sekitarnya
14. Food Heritage Denpasar
15. Pementasan kreativitas seni anak anak Lapangan Puputan Badung
16. Pementasan Wayang Kulit Bulan Purnama Depan Pura Agung Jagatnatha
Denpasar
17. Great Sale Denpasar dan sekitarnya
18. Lomba Jukung Pantai Sanur
19. Lomba Surfing dan Wind Surfing Pantai Sanur
20. Lomba Kano Tukad / Sungai Badung
21. Lomba Mancing Tukad / Sungai Badung
22. Lomba Rafting Tukad / Sungai Badung
23. Lomba Layang layang Padang Galak
24. Lomba Masak Pantai Sanur
25. Lomba BoBonsai & Adenium Pantai Sanur
26. Gajah Mada Town Festival Jl. Gajah Mada Denpasar
27. Sight Seeing Kota Denpasar Denpasar

Usaha Sarana Pariwisata


Perkembangan kepariwisataan di Kota Denpasar diikuti dengan berkembangnya usaha
sarana kepariwisataan yang saling melengkapi disamping sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan,juga meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan serta untuk
memperpanjang kunjungan wisatawan.
Jenis dan perkembangan usaha kepariwisataan di Kota Denpasar yakni :
1. Usaha Akomodasi
Berdasarkan Peraturan Walikota Denpasar No. 31 Tahun 2007 tentang Hotel
Berbintang, akomudasi merupakan sarana untuk menyediakan jasa pelayanan
penginapan yang dilengkapi dengan pelayanan dan minuman serta jasa lainnya.
Tabel; Jenis dan Perkembangan Usaha Akomudasi di Kota Denpasar
Tahun Hotel Bintang Hotel Melati Pondok Wisata Total
2006 24 174 40 238
2007 23 179 40 242
2008 25 179 43 247
2009 25 185 43 253
2010 25 195 54 274
2011 28 194 59 281

2. Usaha Rumah Makar, Bar, dan Jasa Boga


Berdasarkan Perda No. 25 Tahun 2001 tentang Usaha Rumah Makan, rumah
makan yakni setiap usaha komersial yang ruang lingkup kegiatannya menyediakan
makanan dan minuman untuk umum di tempat usahanya.
Tabel ; Jenis dan Perkembangan Usaha Rumah Makan di Kota Denpasar

Tahun Rumah Makan dan restoran Bar Jasa Boga Jumlah


2007 291 94 17 402
2008 289 94 15 398
2009 370 94 15 479
2010 478 100 16 594
2011 441 118 17 576

3. Usaha Rekreasi dan Hiburan Umum


Usaha rekreasi dan hiburan umum yakni setiap usaha komersial yang ruang
lingkupnya adalah untuk memberikan kesegaran rohani dan jasmani.
Tabel ; Jenis dan Perkembangan Usaha Reklasi dan Hiburan Umum di Kota Denpasar
No. Jenis Usaha 2007 2008 2009 2010 2011
1. Salon Kecantikan 168 220 260 300 322
2. Billiard 52 52 52 52 52
3. Panti Pijat 26 26 26 26 26
4. Panti Mandi Uap 10 10 10 10 10
5. Panggung Tertutup 9 9 9 9 9
6. Panggung Terbuka 3 3 3 3 3
7. Gel. Ketangkasan 18 18 6 6 6
8. Karaoke 12 12 12 12 12
9. Fitness Centre 24 24 24 25 25
10. Pameran 7 kali 11 kali 11 kali 15 kali 15 kali
11. Gel Renang 4 4 4 6 6
12. Taman Rekreasi - - - - -
13. Theme Park - - - - -
14. Taman Pentas Satwa - - - - -
15. Padang Golf
16. Bioskop 2 2 - 2 2
17. Gel Bowling 1 1 - 1 1
18. Kolam Pancing 3 3 - 3 3

IV.4 Kebijakan Pengembangan Pariwisata


Perkembangan pariwisata dan daya tarik pulau Bali, secara tidak langsung telah
mendorong kemajuan pembangunan pariwisata di Kota Denpasar. Pariwisata telah menjadi salah
satu sektor andalan pembangunan di Kota Denpasar, dimana sector ini telah memberikan
dampak yang signifikan terhadap peertumbuhan perekonomian di Kota Denpasar. Berdasarkan
data tahun 2009 dan 2010, pertumbuhan PDRB Kota Denpasar sebagian besar di sumbangkan
dari sector perdagangan, Hote, dan Restoran (PHR) yaitu 36,84 % pada tahun 2009 dan
meningkat menjadi 37,41 % pada tahun 2010.
Pesatnya perkembangan Kota Denpasar saat ini tidak terlepas dari potensi budaya yang
dimilikinya. Nilai nilai budaya termasuk budaya Bali secara keseluruhan yang khas dan unik
memberikian daya tarik tersendiri. Kekhasan budaya tersebutlah kemudia industry pariwisata
berkembang pesat yang kemudian mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat Bali dan
Denpasar khususnya.
Sebagai bagian dari sistem pariwisata Bali dan mengacu pada visi pembangunan Kota
Denpasar Terciptanya Kota Denpasar Berwawasan Budaya dengan Keharmonisan secara
Berkelanjutan, maka jenis pariwisata yang dikembangkan di Kota Denpasar yakni pariwisata
budaya. Pariwisata Budaya merupakan jenis kepariwisataan yang dalam perkembangan dan
pengembangannya menggunakan kebudayaan daerah Bali yang dijiwai oleh agama Hindu yang
merupakan bagian dari kebudayaan nasional sebagai potensi dasar yang dominan, yang di
dalamnya tersirat suatu cita cita akan adanya hubungan timbal balik antara pariwisata dan
kebudayaan sehingga keduanya meningkat secara serasi,selaras dan seimbang ( Perda Provinsi
Tk. I Bali No. 3 Tahun 1991, tentang Pariwisata Budaya).
Pembangunan yang berwawasan budaya berarti pembangunan yang di dalam prosesnya
meletakan nilai- nilai budaya sebagai fundamen dasar. Nilai nilai budaya luhur yang berbasis
tradisional local dalam sinergi dengan nilai nilai kebangsaan dan nilai nilai universal yang
multikultur dijadikan acuan pembangunan Denpasar berwawasan Budaya.
Kebijakan pemerintah dalam pembangunan pariwisata di Kota Denpasar dilaksanakan
melalui Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Dinas Pariwisata sebagai salah satu unsur pelaksana
Pemerintah Kota Denpasar sesuai dengan fungsi dan tugasnya melaksanakan sebagian urusan
rumah tangga daerah bidang kepariwisataan menetapkan visi Terwujudnya Kota Denpasar
sebagai Kota Pariwisata Budaya yang berkelanjutan dilandasi Tri Hita karana, selanjutnya
untuk mewujudkan visi tersebut guna memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai,
memberikan fokus terhadap program yang akan dilaksanakan mampu untuk menumbuhkan
partisipasi semua pihak maka ditetapkan misi yakni mengembangkan Daya Tarik Wisata yang
berdasarkan kearifan lokal, Membangun saran dan prasarana dalam keselarasan dan
keharmonisan lingkungan, Mewujudkan kwalitas pelayanan yang baik kepada masyarakat, dan
Mengoptimalkan sarana informasi dan penyelenggaraan promosi yang lebih berkualitas.
Tujuan yang ingin dicapai sesusai misi Dinas Pariwisata Kota Denpasar yakni
Meningkatkan kualitas destinasi wisata, Meningkatkan pemasaran kepariwisatan, Meningkatan
kualitas dan kuantitas usaha jasa dan sarana wisata, serta Meningkatkan kualitas pelayanan.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dapat dibandingkan antara hasil
yang ,dicapai dengan sasaran yang ditetapkan. Mengacu pada tujuan tersebut maka sasaran yang
hendak dicapai yakni :
- Bertambahnya keanekaragaman daya tarik wisata
- Terbinanya / terkoordinasikannya usaha rekreasi dan hiburan umum
- Terwujudnya atraksi wisata yang mempunyai jati diri,kekhasan, dan keunikan yang
berbeda dengan daerah lain.
- Terbinanya / terkoordinasikannya usaha jasa dan sarana wisata.
- Terwujudnya industri pariwisata yang memiliki daya saing
- Terwujudnya kualitas lingkungan industri pariwisata
- Terjalinnya kerjasama dan koordinasi antara pemerintah atau stakeholders pariwisata
- Memperkenalkan potensi destinasi wisata Kota Denpasar melalui media cetak
maupun media elektronik
- Terdidiknya atau terlatihnya sumber daya manusia
- Meningkatnya kualitas pelayanan kepada masyarakat
- Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan.

Arah kebijakan pariwisata sebagaimana yang telah tertuang dalam RPJMD (


Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah ) Kota Denpasar yakni peningkatan
potensi pariwisata dan pengembangan jenis serta kualitas produk produk wisata
terutama pengembangan wisata bahari yang potensinya sangat besar dengan tetap
memperhatikan pembangunan yang berkelanjutan.

IV. 5 Penempatan Strategi


Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor faktor lingkungan strategis yang
dihadapi maka strategi yang ditetapkan guna mewujudkan tujuan melalui pencapaian
secara bertahap sasaran yang telah ditetapkan yakni :
a. Pengembangan, penataan daya tarik dan atraksi wisata perlu ditingkatkan.
b. Melestarikan nilai budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sebagai asset
menarik minat wisatawan.
c. Peningkatan masalah keamanan, ketertiban, kesehatan,kebersihan
lingkungan,keindahan daya tarik wisata, penanganan masalah kependudukan dan
kemacetan lalulintas, dengan instansi dan aparat terkait.
d. Peningkatan koordinasi dan kerjasama yang baik antara komponen pariwisata,
pelaku pariwisata,asosiasi pariwisata,pemerhati pariwisata dan masyarakat umum.
e. Promosi pariwisata dengan memanfaatkan teknologi informasi baik melalui media
cetak, maupun media elektronik.
f. Melakukan perjalanan promosi pariwisata baik yang dilakukan di dalam daerah, did
lam negeri dengan memberdayakan duta wisata yang ada maupun promosi ke luar
negeri, perlu ditingkatkan.
g. Peningkatan diklat kursus kursus kepariwisataan kepada pegawai.
h. Penyuluhan kepariwisataan kepada masyarakat, siswa/siswi, dan mahasiswa /
mahasiswi.
i. Peningkatan partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam membangun dan
mengembangkan kepariwisataan.

IV. 5. 1 Strategi Segmenting, Targeting dan Positioning


Pasar wisatawan merupakan pasar yang sangat luas karena semua orang dapat menjadi
wisatawan. Oleh karena itu, menurut Kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata Kota Denpasar,
sulit untuk melakukan segmentasi. Yang terjadi adalah segmentasi dan targeting dilakukan oleh
pengusaha bisnis pariwisata seperti travel agen, hotel dan penyedia fasilitas pariwisata lainnya.
Sedangkan positioning dilakukan bersinergi antara pemerintah dan seluruh stake holder
pariwisata Bali yakni Pariwisata Budaya, dimana perkembangan dan pengembangan pariwisata
Bali menggunakan kebudayaan Bali, dijiwai oleh agama Hindu yang merupakan bagian dari
kebudayaan nasional.
Pendapat lain diungkapkan oleh pengamat Pariwisata Bali, yang menyatakan bahwa
sudah seharusnya Pemerintah melalui Dinas Pariwisata melakukan segementasi dan penentuan
pasar untuk dapat meningkatkan pendapatan dari sector pariwisata. Memang benar bahwa
pariwisata memiliki pasar yang sangat luas, namun bukan berarti segmentasi dan target pasar
tidak dapat dilakukan. Sebaliknya pasar yang luas memberikan keleluasaan untuk dapat
melakukan segmentasi dan pemilihan pasar sehingga laba yang dihasilkan dapat maksimal
papar Prof. Dr. I Made Sukarsa, MS.

IV.5.2 Strategi Komunikasi Pemasaran


A. Produk
Unsur produk dalam bauran pemasaran merupakan output dari suatu proses
produksi yang menjadi obyek fisik sentral dalam suatu bisnis. Komponen produk dalam
sector pariwisata tersiri atas angkutan wisata, objek, atraksi wisata dan akomodasi wisata.
Pemasaran layanan poduk tergantung pada manfaat wisata bagi wisatawan, spesifikasi
dan keunikan wisata, variasi produk wisata dan daya dukung lingkungan terhadap
pengembangan industry pariwisata.
Strategi produk yang diterapkan pada pariwisata Kota Denpasar adalah
menyediakan produk atau jasa-jasa yang diperlukan wisatawan selama menikmati
pariwisata melalui upaya penyediaan kualitas paket pelayanan yang unik sesuai dengan
budaya Bali. Keunikan pelayanan atau keunikan produk wisata Bali merupakan
keunggulan daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga data mempengaruhi tingkat
kedatangan wisatawan yang selanjutnya member stimulus terhadap kinerja pemasaran.
Hal tersebut ditegaskan oleh Pemerintah melalui Perda Nomor 3 Tahun 1991
yang mengatur tentang pariwisata budaya yang menyatakan bahwa berdasarkan sumber
dan potensi dasar serta kondisi obyektif, maka kepariwisataan yang dikembangkan oleh
Provinsi Bali adalah pariwisata budaya. Pariwisata budaya adalah jenis kepariwisataan
yang dalam perkembangan dan pengembangannya menggunakan kebudayaan Bali,
dijiwai oleh agama Hindu yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional. Penawaran
paket pelayanan yang berlandaskan budaya Bali, selain menjadi daya tarik yang unik,
juga sekaligus memelihara budaya Bali itu sendiri.

B. Harga
Penentuan harga merupakan bagian penting dari strategi pemasaran. Hal pertama
dan yang mendominasi dalam mempengaruhi penentuan harga produk adalah keputusan-
kepuusan strategi usaha dengan pertimbangan image dan product positioning, strategies
for growth, market share serta return of investment.
Penetapan harga oleh para stake holder pariwisata Kota Denpasar saat ini
disesuaikan dengan kondisi marketing yang sedang terjadi. Hal tersebut disampaikan oleh
Kepala Bagian Promosi DInas Pariwisata Kota Denpasar, dimana harga kamar hotel-
hotel disesuaikan dengan kondisi pasar, misalnya saat high season, seperti musim liburan,
tahun baru, long weekend dan sebagainya. Pada saat tertentu, beberapa hotel menerapkan
loss leader pricing, dimana perusahaan memberikan harga rendah dengan tujuan bukan
untuk meningkatkan penjulan, melainkan menarik konsumen untuk membeli produk lain.
Ada pula yang menerapkan sealed bid pricing yaitu kebijkan yang menggunakan system
penawaran harga kepada agen pembelian, perusahaan bukan pesaing lain, atau lembaga-
lembaga pemerintah/swasta dengan memberikan spesifik produk dengan harga-harga
khusus yang diberikan. Namun sebagian besar pengusaha pariwisata Kota Denpasar
melakukan bundle pricing, yaitu suatu kebijakan penetapan harga dimana suatu
perusahaan yang menjual lebih dari satu prosuk merangkai harga dalam satu paket.

C. Tempat
Semua lokasi dan titik penjualan atau saluran distribusi terhadap customer yang
berhubungan dengan produk pariwisata, baik secara langsung maupun tidak seperti travel
agent, brosur, telephone booking,media cetak hingga internet telah digunakan oleh Dinas
Pariwisata Kota Denpasar dalam menyebarkan informasi yang diperlukan oleh
wisatawan. Pemilihan saluran distribusi telah direncanakan dengan baik, dipilih yang
dianggap paling efisien dan produktif dengan menyesuaikannya dengan system
transportasi yang tersedia dan didukung oleh pelayanan informasi, materi publikasi, jenis
promosi sehingga informasi sampai ke tengan wisatawan maupun calon wisatawan
dengan cepat dalam waktu yang tepat.
Hingga saat ini, penyediaan produk pariwisata Bali dinilai masih sesuai dengan harapan
wisatawan. Hal tersebut tercermin oleh mudahnya wisatawan melakukan transaksi karena
ketersediaan paket pelayanan pada waktu yang diinginkan wisatawan. Pelayanan tepat
waktu yang sesuai dengan permintaan wisatawan dapat meningkatkan citra pariwisata
Bali yang selanjutnya dapat membangun retensi wisatawan. Demikian disampaikan oleh
pengamat pariwisata Bali, Prof. Dr. I Made Sukarsa, Ms.

D. Promosi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar menerapkan berbagai macam promosi dalam
rangka meningkatkan jumlah wisatawan ke Kota Denpasar. Menurut Kepala Bagian Promosi
Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Ni Luh Putu Riyastiti,S.S,M.Si, kegiatan promosi yang
dilakukan adalah promosi melalui web, direct promotion, promosi outdoor dengan mengadakan
event-event diluar daerah maupun di luar negeri. Selain itu Pemerintah Kota Denpasar juga
memiliki stasiun radio penyiaran, bernama RPKD (Radio Pemerintah Kota Denpasar) yang
didirikan tahun 2002, pada frekuensi 91.45 FM. Radio ini ditujukan untuk layanan informasi
program-program ataupun event-event promosi yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota
Denpasar dan juga layanan informasi mengenai lalu lintas guna menciptakan keamanan dan
kenyamanan bagi pengguna jalan di Kota Denpasar.
Kota Denpasar saat ini memiliki tag line The Heart Of Bali yang dibangun sebagai
sebuah identitas dilandasai oleh semangat untuk mengekspresikan karisma kota Denpasar
sebagai kota wisata budaya yang dinamis sekaligus sebagai denyut nadi pulau Bali. Tari Baris
sebagai icon dalam slogan ini, dihadirkan untuk memberikan penggambaran bahwa kota
Denpasar mempunyai landasan sejarah budaya yang begitu mendasar. Dari sejarah puputan
Badung, Baris menyampaikan berbagai makna berkaitan dengan prinsip-prinsip kejatidirian
keberanian, kewaspadaan, kebangkitan ataupun kemuliaan. Puri-puri sebagai pusat kerajaan
dijamannya, meninggalkan nuansa kota yang penuh wibawa dan karisma. Gerakan Baris yang
penuh ritmik dan dinamisseperti sedang mengawasi dan mengatur ritme kehidupan kota
Denpasar untuk bergerak maju dalam keharmonisan
Dominasi warna orange yang memvisualkan makna kebijaksanaan, mencerminkan karakter
arsitektur puri dengan didominasi warna merah batanya. Warna ini pula menjadi pintu gerbang
sekaligus bingkai kota Denpasar yang pada hakekatnya kaya akan warna (multiculture). Dalam
perspektif Denpasar sebagai The Heart Of Bali, Baris seperti sedang menyampaikan
identitasnya, bahwa Denpasar tidak hanya secara geografis terletak di tengah pulau Bali yang
mudah diakses dari berbagai lini, tapi Denpasar juga sebagai pusat pemerintahan, perekonomian,
pendidikan, informasi, pariwisata termasuk juga sebagai pusat kajian sejarah, seni dan budaya.
Denpasar sebagai kota yang penuh nilai menjadikan dirinya sebagai denyut nadi pulau Bali.
Pulau yang tentunya sudah mempunyai brand begitu kuat di mancanegara.selain itu ke depan
terkait dengan era globalisasi, perkembangan wisata dan pasar bnebas, kota Denpasar tidak
hanya terbuka sebatas komunikasi lokal dan nasional, namun makin terakselerasi dalam
dinamisasi internasional.
Dalam perspektif kota Denpasar sebagai kota tujuan wisata Bali, Baris seperti sedang
menyambut dan menyampaikan identitasnya sebagai kotaa yang dapat meninggalkan sejuta
kesan dan harapan. Kota yang biasanya identik dengan kehirukpikukan, polusi, dsb, titambah
lagi dengan pola hubungan masyarakat yang individualis. Baris seperti sedang mengajak semua
komponen masyarakat untuk menghadirkan paradigma baru dengan mencitrakan Denpasar lebih
dari sekedar kota. Diawali dengan membangun sikap kebersamaan dan toleransi dalam
kehidupan multiculture, mengangkat nilai dan spirit heritage, lebih memberikan arti dan
penghargaan pada kreatifitas dan daya ccipta khususnya dibidang seni dan budaya, peningkatan
wawasan dan pengetahuan, pelestarian peningkatanlayanan masyarakat, didukung lagi dengan
upaya pembenahan dan peningkatan infrastruktur yang berwawasan lingkungan dan
berkesinambungan, akan lebih memposisikan Denpasar sebagai sebuah pilihan daerah tujuan
wisata.
Branding Kota Denpasar tersebut kemudian didukung dengan kebijakan Pemerintah Kota
Denpasar dengan menyelenggarakan event-event sepanjang tahun. Event-event tersebut yang
mengakomodasi substansi nilai-nilai branding Kota Denpasar secara spesifik sehingga setiap
event mampu memiliki karakter dan ekspresi tersendiri yang menjadi identitas dalam mendorong
tercapainya visi pembangunan kota Denpasar. Terdapat empat kategori yang diterapkan dalam
event management kota Denpasar, yaiut:
a. Event Utama :
1. HUT Pemerintah Kota Denpasar
2. Festival Pasar Tradisional
3. Pesona Pulau Serangan
4. Denpasar Heritage Week
5. Sanur Village Festival
6. Maha Bhandana Prasadha
7. Denpasar Festival
b. Event Madya:
1. Pekenan Lais Meseluk
2. Bookfair
3. Pemaknaan Tumpek-tumpek
4. Omed-omedan
5. Event-event terkait langsung dengan tugas dan fungsi SKPD
c. Event Khusus: Event berskala besar yang tidak diagendakan secara regular atau sebagai
partisipan event besar diluar Denpasar
d. Event Reguler (mingguan) : wahana kreatifitas Seni dan Budaya Denpasar yang diadakan di
lapangan puputan.
E. Personel (people)
Dalam dunia pariwisata, peran orang atau personel sangat penting dimana jasa
yang ditawarkan melekat pada orang/personenya maka kualitas pelayanan sangat
tergantung pada kualitas keterampilan, keramahtamahan dan kemampuan personel dalam
mengadakan interaksi dengan wisatawan. Menurut Ketua HPI Bali, Bali memiliki satu
kelebihan yang jarang dimiliki oleh daerah tujuan wisata lainnya, yaitu orang-orang atau
masyarakat Bali sendiri. Bali menjadi Bali karena orang Bali. Mereka yang menjalankan
tradisi dan memegang teguh budaya yang ada namun tidak pernah mempermasalahkan
kunjungan orang asing, selama tidak menganggu kegiatan mereka. Inilah yang menjadi
sumber kekuatan Bali. Hal tersebut dibenarkan oleh Ketua Dinas Pariwisata Bali dengan
menyatakan kekuatan bersaing Bali dengan daerah tujuan wisata lainnya salah satunya
terletak pada masyarakat yang sangat ramah, terbuka dan sangat menghargai orang
lain.Keadan tersebut disempurnakan oleh pengetahuan mengenai pariwisata yang juga
diserap oleh orang asing yang datang ke Bali.
Dalam konteks organisasi sektor publik pemerintah daerah menurut Ewing
dan Caruana (2000) dipetakan menjadi dua, antara lain : 1) pelanggan internal dan 2)
pelanggan eksternal. Pelanggan yang harus diprioritaskan adalah pelanggan internal,
dimana karyawan bukan lagi disebut pemangku kepentingan melainkan pangsa pasar yang
harus didahulukan. Bila karyawan mendapat kepuasan maka akan terdorong memberikan
pelayanan kepada pelanggan eksternal, karena karyawan adalah alat pemasaran dari
organisasi sektor publik ini. Pemetaan yang dilakukan Ewing dan Caruana ini sejalan dengan
pergeseran paradigma administrasi publik, yaitu dari old public management ke new public
management yang menekankan pada factor internal sebagai steering layanan yang arus
didahulukan.
Pada Dinas Pariwisata Kota Denpasar, pelanggan internal dalam hal ini pimpinan dan
staf, telah menempati posisi yang tepat. Sebagian besar staf merupakan lulusan dari Sastra
Inggris dan magister kajian budaya sehingga memiliki kapabilitas dalam pelayanan
pariwisata. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penting dimana kepuasan pelanggan
eksternal sangat ditentukan oleh kapabilitas staf pelayanan pariwisata.

F. Proses
Kemudahan wisatawan dalam prosedur-prosedur yang harus dilewatkan juga
merupakan factor yang tidak kalah penting. Semua prosedur kontak bisnis antar
manajemen dan wisatawan untuk memuaskan wisatawan melalui kontak psikologi dan
kontak antar pribadi dicerminkan oleh adanya prosedur dan proses transaksi yang
terinteraksi dan handal. Kepala Bagian Promosi Dinas Pariwisata Kota Denpasar
menjelaskan dalam mempermudah proses wisatawan yang akan maupun sedang
berwisata ke Kota Denpasar, Dinas Pariwisata Kota Denpasar bekerja sama dengan para
stakeholder bisnis pariwisata Kota Denpasar seperti Tour dan travel. PHRI Kota
Denpasar, Asita dan stake holder lainnya. Salah satunya adalah dengan mengadakan
Table Top yakni mempertemukan penjual yang ada di Denpasar dengan pembeli local
maupun internasional dalam bidang akomodasi dan transportasi. Prosedur pelayanan
yang cepat, kemudahan wisatawan berkomunikasi dan tindakan yang cepat terhadap
pelayanan yang sifatnya khusus akan dapat meningkatkan image pariwisata Bali.
G. Bukti fisik (Physical Evidence)
Bukti fisik atau physical evidence yaitu fasilitas wisata sangat mendukung
kenyamanan wisatawan. Fasilitas yang menjamin kenyamanan dan kebersihan lingkungan
merupakan salah satu kepentingan kepariwisataan yang dapat mempengaruhi citra
industry kepariwisataan bagi wisatawan. Di Bali, adanya desa pekraman dan banjar, yaitu
kelompok social dalam masyarakat sangat membantu dalam hal pemeliharaan fasilitas dan
kebersihan lingkungan.
Fasilitas wisata yang bisa ditemui di Kota Denpasar antara lain TIC (Tourist Information
Centre) sebagai penyedia informasi bagi para wisatawan. Fasilitas di bidang transportasi
terdapat Shuttle Bus dari satu daerah wisata ke daerah lainnya setiap hari Sabtu dan
Minggu. Mengenai fasilitas akomodasi, Kota Denpasar dirasa cukup memenuhi
kebutuhan wisatawan seperti yang telah dipaparkan pada bagian sarana dan prasaran
pariwisata Kota Denpasar diatas.

V. KESIMPULAN DAN SARAN


V.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan dan analisis data, Dinas Pariwisata Kota Denpasar telah
menerapkan beberapa strategi komunikasi pemasaran dalam rangka mewujudkan visi dan misi
serta untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Denpasar. Strategi Segmenting,
Targetting dan Positioning tampaknya belum diterapkan dengan baik. Meskipun melalui
program City Branding, Dinas Pariwisata Kota Denpasar telah melakukan positioning, namun
segmentasi dan target pasar wisatawan belum ditentukan. Menurut Kepala Bagian Promosi Dinas
Pariwisata Kota Denpasar, segmentasi dan targeting sulit untuk dilakukan karena luasnya pasar
wisatawan.
Tidak adanya segmentasi dan targeting yang jelas dari Dinas Pariwisata Kota Denpasar
akan menyebabkan inefisiensi dan inefektifitas program-program implementasi dari strategi
komunikasi pemasaran yang dilakukan. segmentasi pasar merupakan proses membagi pasar
keseluruhan suatu produk atau jasa ke dalam beberapa segmen. Dengan melakukan segmentasi
pasar, pemasaran akan lebih terarah dan efektif sehingga dapat memberikan kepuasan kepada
konsumen. Sementara Targeting adalah membidik target market yang telah kita pilih dalam
analisa segmentasi pasar. Dalam hal ini tentu saja serangkaian program pemasaran yang
dilakukan harus pas dengan karakteristik pasar sasaran yang hendak kita tuju. targeting
merupakan sebuah proses yang sangat penting karena akan menentukan siapa yang akan
membeli produk dari perusahaan.
Tidak dilakukannya segmenting dan targetingdalam aktivitas komunikasi pemasaran akan
berdampak secara langsung terhadap kegiatan promosi yang dilakukan. Meskipun promosi yang
dilakukan Dinas Pariwisata Kota Denpasar telah dilakukan secara terintegrasi dimulai dari
advertising, direct Promotion, Publicity, dan Personal Selling, namun belum ada program
promosi yang mengarah langsung ke pasar target wisatawan. Menurut data statistik kunjungan
wisatawan ke Kota Denpasar, pasar wisatawan Kota Denpasar didominasi oleh wisatawan yang
berasal dari China, Jepang, Korea dan Taiwan, sedangkan segmentasi pasar yang berasal dari
Benua Eropa adalah dari Negara Belanda, Jerman, Inggris dan Perancis. Begitu pula jika dilihat
dari data pemasangan iklan yang telah dilakukan, Dinas Pariwisata Kota Denpasar hanya
melakukan iklan outdoor di sekitar kota Denpasar, bukan di daerah target pasar wisatawan
bahkan dengan kuantitas yang masih sedikit dibandingkan dengan jumlah event yang dilakukan.
Meskipun tidak dipungkiri bahwa pengelolaan event oleh Dinas Kota Denpasar sangat tertata
rapi dan juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi calon wisatawan.
Sebagai ibukota Propinsi Bali, Kota Denpasar memiliki keunggulan dibandingkan Daerah wisata
lainnya seperti Kabupaten Badung dan kabupaten lainnya di Bali. Namun, Menurut data
kunjungan wisatawan ke objek wisata, obyek wisata yang terdapat di Kota Denpasar tidak
termasuk ke dalam 10 peringkat teratas obyek wisata yang dikunjungi.

V.2 SARAN
Keberhasilan daerah kunjungan wisata dalam menarik minat wisatawan sangat bergantung pada
kematangan strategi yang dijalankan oleh seluruh stake holders pariwisata, terutama pemerintah
sebagai motor utama bisnis Pariwisata. Oleh karena itu diperlukan adanya pengkajian terhadap
strategi yang selama ini telah dilakukan.
Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah strategi segementing, targeting dan positioning
untuk memudahkan penerapan strategi komunikasi pemasaran sehingga lebih terarah dan tepat
sasaran. Berdasarkan data, Pariwisata Kota Denpasar telah memiliki pasar utama yang bisa
dijadikan segmen utama dan target wisatawan. Dari segmentasi dan targeting tersebut kemudian
dapat diplikasikan pada strategi komunikasi pemasaran terutama pada program bauran
pemasaran seperti advertising, direct promotion, publicity dan personal selling.
Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa pasar pariwisata Kota Denpasar didominasi oleh
China dan Taiwan sementara pasar utama dari Negara Eropa adalah Belanda, Jerman dan
Inggris. Oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan program bauran pemasaran dengan
bahasa target wisatawan. Dalam penelitian ini hanya ditemukan alat-alat promosi seperti iklan,
dan juga bentuk informasi dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Hal ini
mengingat pasar utama pariwisata Kota Denpasar merupakan wisatawan yang memiliki bahasa
mereka sendiri. Akan sangat membantu mereka apabila iklan ataupun informasi mengenai
pariwisata Kota Denpasar dibuat dalam bahasa mereka.
Tidak sebatas iklan dan bentuk informasi saja yang sebaiknya dikemas ke dalam bahasa
wisatawan pasar utama, tapi sebaiknya sarana dan prasara lain juga disiapkan untuk
menyesuaikan kebutuhan mereka. Beberapa decade lalu, sewaktu pasar wisatawan Bali pada
umumnya didominasi oleh wisatawan dari Negara Amerika dan Eropa, semua infrastruktur
termasuk sarana dan prasarana disiapkan sesuai dengan kebutuhan orang Amerika dan Eropa
pada umumnya. Contohnya adalah layanan bahasa dan juga ukuran sarana fisik seperti bath tub
dan tempat tidur semuanya disesuaikan dengan ukuran orang Amerika dan Eropa. Hal ini yang
patut menjadi perhatian, bahwa pasar wisatawan sudah bergeser, sehingga perlu diadakan kajian
ulang terhadap strategi pengembangan pariwisata Kota Denpasar.
Selain segmentasi dan target yang harus disesuaikan, pelaksanaan program bauran promosi juga
harus diseimbangkan. Proporsi periklanan, pemasaran langsung, publisitas dan kehumasan
hingga penjualan pribadi harus dilaksanakan secara seimbang, merata dan terintegrasi.
Berdasarkan hasil penelitian, Dinas Kota Denpasar sudah melakukan program-program tersebut
hanya kurang berimbang dan sebagian besar masih dilakukan di dalam daerah, sehingga tidak
sampai pada pasar tujuan utama.

Você também pode gostar