Você está na página 1de 39

1

1.LATAR BELAKANG PENELITIAN

Perkembangan industri di Indonesia, khususnya industri tekstil cukup pesat,

ditandai dengan banyaknya industri tekstil yang didirikan oleh pengusaha asing

maupun pengusaha nasional, dan tetap bertahan keberadaannya sampai sekarang,

Hingga saat ini, industri tekstil masih merupakan penghasil devisa terbesar di

Indonesia untuk ekspor non migas. Industri tekstil nasional tetap menjadi bagian

yang penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional mengingat tekstil

adalah kebutuhan pokok untuk pakaian bagi seluruh umat manusia.

Tekstil sebagai bahan pakaian, berasal dari serat alam seperti serat selulosa dan

serat protein, serat selulosa buatan seperti serat regenerasi selulosa dan serat

buatan. (polimer) Serat selulosa dan serat selulosa buatan mempunyai kelebihan

tertentu yaitu kenyamanan dalam pemakainnya. Perkembangan kebutuhan serat

selulosa buatan sebagai pengganti serat alam semakin tinggi. Oleh karena itu

industri serat selulosa buatan berkembang cukup pesat di Indonesia .

Serat rayon viskosa adalah serat selulosa buatan yang berasal dari kayu.

Kebutuhan serat rayon viskosa di Indonesia mencapai 900 ton/hari (API,2008).

Serat rayon viskosa dibutuhkan untuk menggantikan serat kapas, yang

keberadaannya semakin berkurang. Pada proses pembuatan rayon viskosa

diperlukan sumber daya energi yang cukup besar. Sumber daya energi yang

dominan dibutuhkan pada industri pembuatan serat rayon viskosa adalah air dan

energi panas.

Proses pembuatan serat rayon viskosa, terdiri dari proses persiapan polimer

yang meliputi proses pelarutan bahan baku menjadi larutan polimer, yang akan
2

dibentuk menjadi serat dengan cara pemintalan basah. Setelah polimer dipintal

menjadi serat, dilakukan proses pengerjaan lanjut (after treatment) yang terdiri

dari beberapa proses yaitu proses pencucian awal, tengah dan akhir, proses

penetralan, proses pengelantangan (pemutihan) , dan proses pelembutan serat.

Pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa, diperlukan air panas yang

yang bersuhu sekitar 80oC. Kebutuhan air panas untuk pengerjaan lanjut serat

rayon viskosa adalah 90m3/ton produksi/jam. Selama ini kebutuhan air panas

selain dipenuhi dari boiler yang memiliki kapasitas uap sebesar 2 ton/jam dengan

tekanan 17,5 Bar (Emilia.2007) juga dipenuhi dari pemanfaatan gas buang pada

proses pengkondensasian karbon disulfida dan dari pengolahan limbah gas.

Mengingat saat ini sumber daya energi yang tersedia sangat terbatas, dari

pemanfaatan gas buang dan pengolahan limbah gas tidak mencukupi, maka perlu

dilakukan penghematan penggunaan energi dan mencari alternatif lain agar

kebutuhan air panas tetap terpenuhi. Penghematan dapat dilakukan dengan

berbagai cara diantaranya pemanfaatan kembali beberapa luaran energi hasil

proses tertentu untuk digunakan pada proses yang lainnya. Pada penelitian ini

akan dilakukan studi pemanfaatan kembali air panas yang berasal dari proses

pengambilan karbon disulfida (CS2 recovery trought) dan dari unit pembuatan

asam sulfat untuk digunakan pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.

Proses pengambilan kembali karbon disulfida, adalah suatu proses pengolahan

air limbah dari proses penyemprotan serat saat dipotong-potong dengan air panas

bersuhu sekitar 125oC yang bertekanan tinggi. Tujuan proses ini untuk

pengambilan karbon disulfida yang terdapat pada serat dan yang terlarut dalam
3

air limbah. Pada proses pengambilan karbon disulfida ini, air limbah yang masih

mengandung karbon disulfida biasanya langsung dibuang karena dikhawatirkan

akan mengotori serat. Selanjutnya agar air limbah tersebut dapat dipergunakan

kembali dilakukan pembersihan gas-gas dengan cara dilewatkan melalui sistem

scrubber (pembersih gas) sehingga karbon disulfida yang terlarut dalam air

tertahan oleh pembersih gas tersebut. Setelah melewati pembersih gas air masih

mempunyai suhu yang cukup tinggi, sehingga air panas tersebut dapat

dimanfaatkan untuk proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.

Sumber air panas lain yang dapat dimanfaatkan untuk proses pengerjaan lanjut

tersebut adalah air panas yang berasal dari proses pembuatan asam sulfat. Pada

proses pembuatan asam sulfat, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi

eksotermis maka dihasilkan asam sulfat panas sebagai produk utama.. Untuk

menurunkan suhu asam sulfat tersebut, dilakukan pendinginan dengan air

pendingin (cooling water) yang berasal dari unit pengolahan air proses. Biasanya

air pendingin ini dibuang langsung karena masih mengandung partikel kotoran

yang terlarut di dalamnya.Air pendingin yang bersuhu sekitar 30oC setelah proses

pendinginan asam sulfat selesai memiliki suhu sekitar 60oC.

Dengan memanfaatkan air panas dari proses pengambilan karbon disulfida dan

dari pendinginan asam sulfat diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan

air panas pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.. Penggunaan air

panas dari kedua proses tersebut, juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan

air, atau sebagai salah satu usaha untuk melakukan produksi bersih pada proses

pembuatan serat sehingga diharapkan dapat menghemat biaya produksi,


4

memelihara lingkungan perairan akibatnya dapat meningkatkan profit

perusahaan.

Proses pengerjaan lanjut memerlukan air dengan persyaratan tertentu, karena

kualitas air akan mempengaruhi mutu serat yang dihasilkan antara lain kecerahan

serat dan kekuatan tarik serat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyeragaman

suhu air dengan mempergunakan pelat pertukaran panas (plate heat exchanger ),

menghilangkan karbon disulfida mempergunakan pembersih gas (scrubber) dan

penyaringan partikel kotoran mempergunakan (penyaring). filter

Secara ekonomi, penghematan biaya produksi dapat dilakukan, akan tetapi

terjadi penambahan biaya investasi pemasangan unit-unit yang diperlukan,

oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan ekonomi dari investasi

unit sistem pembersih gas , unit penyaring, dan unit pelat pertukaran panas.

2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan

permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1 Apakah pemanfaatan air panas dari proses pengambilan kembali

karbondisulfida dan dari unit pembuatan asam sulfat, yang digunakan

pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dapat menghemat

energi, bahan bakar sebagai sumber energi, dan air bersih ?

2 Bagaimana mutu serat rayon viskosa hasil pengerjaan lanjut dengan air

panas dari proses pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit

pembuatan asam sulfat ?


5

3 Bagaimana kelayakan ekonomi pamasangan unit pembersih gas, unit

penyaring dan unit pelat pertukaran panas, pada proses pengerjaan

lanjut serat rayon viskosa?

3.MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN

3.1 Maksud dari penelitian adalah sebagai :

1 Menghitung penghematan energi, bahan bakar, dan air dengan cara

memanfaatkan air panas dari unit pengambilan kembali karbon disulfida

dan dari unit pembuatan asam sulfat

2 Mengukur kualitas serat yaitu kecerahan serat, kekuatan tarik serat, hasil

pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas dan kualitas air yaitu

kesadahan dan pH.dari unit pengambilan kembali karbon disulfida dan

dari unit pembuatan asam sulfat

3 Menghitung kelayakan ekonomi, biaya pemasangan unit pembersih gas ,

unit penyaring , dan unit pelat pertukaran panas pada proses pengerjaan

lanjut serat rayon viskosa.

3.2 Tujuan penelitian ini adalah

1 Untuk mengetahui besarnya bahan bakar minyak dan air yang dapat

dihemat pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.

2 Untuk mengetahui kualitas serat, yaitu kecerahan serat dan kekuatan tarik

serat, hasil pengerjaan lanjut, dan kualitas air yaitu kesadahan dan pH air.
6

3 Untuk menganalisis kelayakan ekonomi, biaya pemasangan perlengkapan

unit pembersih gas, unit penyaring, dan unit pelat pertukaran panas pada

proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.

4.Kerangka Pemikiran
Meningkatnya pertumbuhan sektor industri, khususnya industri tekstil sejalan

dengan meningkatnya kebutuhan bahan bakar minyak sebagai sumber energi.

Penggunaan bahan bakar minyak sebagai sumber energi pada ketel uap sebagai

penghasil uap yang dibutuhkan pada proses produksi. Harga bahan bakar minyak

yang fluktuatif secara langsung dapat menyulitkan perhitungan biaya produksi,

sehingga akan berpengaruh pada harga jual produk, akibatnya berdampak pada

persaingan harga di pasaran.

Untuk mengatasi hal tersebut industri perlu menjalankan kebijakan

penggantian bahan bakar minyak untuk keberlangsungan proses produksinya,

dengan jalan memberdayakan luaran energi yang dihasilkan dari proses yang

lainnya. Kebijakan penggunaan luaran energi yang ada atau yang terbuang

sesuai dengan konsep Produksi Bersih. Salah satu konsep Produksi Bersih yaitu

penghematan dan pemanfaatan kembali material akan banyak membantu upaya

minimisasi limbah (Isminingsih.G .2002). Manfaat lebih jauh dapat mengelola

keberadaan bahan bakar minyak di muka bumi.

Air merupakan kebutuhan penting lainnya disamping energi untuk kegiatan

industri. Pengontrolan pemakaian air dalam proses produksi di industri tekstil

dapat dilakukan dengan cara penggunaan secara konsisten prinsip counter-

cureent untuk semua proses yang membutuhkan air. Kebutuhan air terutama air
7

panas pada pembuatan serat rayon viskosa merupakan kebutuhan yang sangat

mendasar, karena serat rayon viskosa dibuat dengan cara pemintalan basah yang

sangat memerlukan air yang cukup banyak terutama pada proses pengerjaan

lanjut.

Proses pengerjaan lanjut adalah proses pemurnian serat yang terdiri dari tujuh

rangkaian proses, yaitu tiga kali proses pencucian, proses penghilangan asam,

proses pengelantangan, proses pelembutan yang menggunakan air panas dengan

suhu sekitar 80C dalam jumlah yang cukup besar yaitu 90 m3/jam. Untuk

mendapatkan air panas tersebut, digunakan boiler.sebagai pemanas air yang

berbahan bakar minyak Cara ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, mengingat

harga bahan bakar minyak terus meningkat

Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, air panas dapat

diperoleh dengan memanfaatkan hasil luaran dari proses pengambilan kembali

karbon disulfida sebagai energi alternatif. Pada proses pengambilan kembali

karbon disulfida, dihasilkan air buangan proses yang memiliki suhu cukup tinggi

dan jumlah yang cukup besar. Meskipun air tersebut berupa buangan proses, tetapi

dapat dimanfaatkan untuk air proses pada proses pengerjaan lanjut jika kandungan

gas karbon dusulfida yang terlarut dapat dihilangkan dengan cara dilewatkan pada

sistem pembesih gas.

Penggunaan air panas dari proses ini belum memenuhi kebutuhan yang

diharapkan, oleh karena itu perlu dicari proses lain yang dapat menghasilkan air

panas .Proses lain yang menghasilkan air panas adalah dari proses pembuatan

asam sulfat. Pada proses pembuatan asam sulfat ini karena reaksi yang terjadi
8

eksotermik maka dihasilkan kalor yang cukup besar. Untuk menarik kalor yang

dihasilkan dilakukan dengan sistem pendinginan menggunakan air pendingin

(cooling water), sehingga suhu air pendingin menjadi naik dan dapat

dipergunakan pada proses pengerjaan lanjut.

Apabila air pendingin yang dihasilkan dari kedua proses tadi dibuang, dapat

merusak lingkungan karena suhunya cukup tinggi dan boros air. Oleh karena itu

jika air pendingin pada proses pembuatan serat rayon viskosa dimanfaatkan untuk

proses pengerjaan lanjut, dapat menghasilkan penghematan energi dan

penghematan pemakaian air sehingga dapat memelihara kondisi lingkungan

sekitarnya . Kualitas air yang digunakan pada proses pengerjaan lanjut,

kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas serat yang dihasilkan. Oleh karena itu

perlu dilakukan karakterisasi sifat fisik serat yang dihasilkan pengukuran kualitas

air yang dipergunakan

Investasi penggunaan scrubber, filter dan pelat pertukaran panas pada industri

tersebut sebagai pemanfaatan energi secara ekonomi meningkatkan keuntungan

melalui peningkatan manfaat dan penghematan biaya operasional. Metode

perhitungan kelayakan ekonomi yang digunakan untuk keputusan investasi sesuai

dengan kriteria kelayakan ekonomi adalah metode ratio manfaat biaya

(BCR/Benefit Cost Ratio) dan nilai sekarang bersih (NPV/Net Present Value)

Secara ekonomi suatu investasi dikatakan layak, apabila mempunyai nilai NPV

>0, BCR>1.
9

5. HIPOTESIS

Hipotesis dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pemanfaatan air panas dari pengambilan kembali karbon disulfida, dan

dari pembuatan asam sulfat dapat menghemat energi pada proses

pengerjaan lanjut.serat rayon viskosa

2. Kualitas serat seperti kecerahan dan kekuatan tarik serat tidak dipengaruhi

oleh penggunaan air panas dari sumber yang berbeda.

3. Pemasangan unit pembersih gas, unit penyaring, dan unit pelat

pertukaran panas, secara ekonomi dapat menguntungkan dan layak

digunakan.

6 OBYEK PENELITIAN

Obyek penelitian ini adalah air panas perolehan dari unit pengambilan kembali

karbon disulfida, dan perolehan dari unit pembuatan asam sulfat, untuk digunakan

pada proses pengerjaan lanjut serat di departemen spinning pada industri

pembuatan serat rayon viskosa. Industri tekstil yang dijadikan sebagai tempat

penelitian, adalah perusahaan pembuatan serat rayon viskosa. yaitu PT South

Pacific Viscose (PT.SPV) yang terletak di kampung Ciroyom desa Cicadas

kabupaten Purwakarta propinsi Jawa Barat . Alasan pemilihan lokasi penelitian

ini, karena PT.SPV dalam rangka memenuhi kebutuhan air panas pada proses

pengerjaan lanjut pada pembuatan serat di departemen spinning, mempunyai

potensi untuk memanfaatkan air panas perolehan dari unit - unit produksi

lainnya.
10

Perusahaan ini merupakan salah satu industri pembuatan serat rayon viskosa

di Jawa Barat yang telah menerapkan ISO 14001, sehingga perusahaan ini

diharapkan lebih peduli terhadap lingkungan. Pertimbangan lain adalah

kemudahan akses untuk memasuki pabrik dalam melakukan penelitian,

pengambilan data dan pengujian yang dibutuhkan. Pengambilan sample hanya

pada satu industi pembuatan serat rayon viskosa sebagai studi kasus dimaksudkan

agar penelitian ini dapat dilakukan secara lebih mendalam, dengan

mempertimbangkan kecukupan data yang diperoleh. Pada sisi lain waktu bagi

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini sangat terbatas .

7 RANCANGAN PENELITIAN

Pada penelitian ini akan dianalisis apakah pemanfaatan air panas pada

pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dapat menghemat energi dan air bersih.tanpa

menurunkan kualitas serat. Untuk itu ditentukan suhu (oC) dan laju alir (m3) air

panas dari unit pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit pembuatan

asam sulfat. Pengukuran kualitas air adalah pengukuran kesadahan (GH) dan

derajat keasaman (pH). Pengukuran kualitas serat dilakukan pada serat hasil

pengerjaan lanjut, kualitas serat yang dianalisa adalah kecerahan dan kekuatan

tarik

Perhitungan kebutuhan energi dan kebutuhan air bersih dilakukan untuk

menghitung penghematan yang dapat dilakukan. Kondisi ini diasumsikan menjadi

Kondisi B. Sebagai pembanding adalah proses standar industri yang

menggunakan air panas perolehan dari boiler, diasumsikan menjadi Kondisi A.


11

Penelitian yang dilakukan berdasarkan eksperimen skala laboratorium

selama satu bulan. atau 30 hari kerja Data kualitsa serat dan kualitas air yang

diperoleh berdasarkan eksperimen dianalisis dengan T-test. F-test dan SPSS

metoda Process Capability Ratio (PCR) dan metoda Control chart For X And

Range sebagaimana tercantum dalam parameter pengukuran yang disajikan pada

Tabel 3.1

Hipotesis yang diuji :

Jika b1 = x1- y1,

b2 = X2 -y2 , maka

bn = xn yn

Maka b1-b2 ......bn = menghasilkan rata-rata b dan simpangan baku S atau Sd

Untuk pengujian hipotesis di gunakan uji T

Dengan kriteria pengujian yaitu ;

Ho diterima jika T1 < T hitung < T1-1/2

Ho ditolak jika T1 di dapat, daripada dari daftar ditribusi T

dengan peluang (1- dan dk = ( n-1)

Hipotesis yang diuji

UCL = Upper Control Limits dengan rumus = S2 X 2n ( 2n-1)


n-1
LCL = Lower Control Limits dengan rumus = S2 X 21-n (2n-1)
n-1
UCL = Upper

LSL = Low Spescification Limit

USL = Upper Spescification Limit


12

Cpu (CP) = USL - ( upper specifitaion limit)


3

Cpl ( CP) = - LSL (lower specification limit)


3
MRi ( Moving Range) =| xi - xi-1|

Tabel 1. Parameter Pengukuran dan Lokasi Pengukuran

N
Parameter Lokasi Pengukuran
o
Pengukuran suhu air (oC) dan laju air panas Pada rangkain mesin unit pengerjaan lanjut di
1.
(m3/jam). Dep.Spinning
2. Kualitas air Lab. Pengujian Kimia di Dep. Laboratorium
3. Kualitas hasil produksi Lab. Pengujian Fisika di Dep. Laboratorium
Kebutuhan bahan bakar minyak sebagai
4. sumber energi pada proses pengerjaan lanjut Di Dep.Spinning
Kondisi A.
Investasi pembersih gas, filter, dan pelat Pada rangkaian mesin unit pengerjaan lanjut di
5.
pertukaran panas. Dep.Spinning
6. Kapasitas Produksi (Ton/hari) Pada unit balling press di Dep. Spinning

8 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan adalah dengan melalui wawancara,

percobaan dalam skala laboratorium dan pengujian - pengujian. Untuk menjawab

rumusan masalah pada penelitian ini dilakukan perhitungan-perhitungan

sehubungan dengan data yang telah dikemukakan diatas. Teknik pengambilan data

.tercantum pada Tabel 3.3

Tabel 2 Teknik Pengambilan Data


13

Jumlah
TEKNIK PENGAMBILAN ALAT YANG
NO. KARAKTERISTIK Pengambilan
DATA DIGUNAKAN
data
2. Pengukuran suhu -Mengukur suhu dan laju 30x Thermometer
dan laju alir alir air limbah dari unit
pengambilan dan air
pendingin dari unit Flowrate meter
pembuatan asam sulfat
kembali karbon disulfida
proses dan pada saat proses
-Mengukur aliran/volume
air panas ( m3 /jam)
2. Kualitas air Mengukur kesadahan air 30x Metoda titrasi dan
dan pH air pH Meter
3. Kualitas serat Mengukur kecerahan serat 30x Spektrofotometer
dan kekuatan tarik serat Vibrochrom FFR2)
dan
Stelometer/Tensilo
meter
4. Efisiensi energi Menghitung kebutuhan Alat hitung
bahan bakar minyak untuk
membuat air panas
5. Jumlah produk Mengumpulkan data dari 30x
laporan produksi
6. Nilai investasi -Analisis ekonomi wawancara
Pembersih gas, -Pengumpulan data biaya
penyaring dan pelat investasi
pertukaran panas

9 ANALISIS DATA

9.1 Analisis kebutuhan energi

Analisa kebutuhan energi dilakukan pada proses pengerjaan lanjut serat rayon

viskosa kondisi A. Menentukan jumlah kalor dari berbagai situasi pemanfaatan

kembali kalor, untuk mengetahui jumlah kalor yang dapat dimanfatkan kembali,

sehingga terjadi efisiensi. Kalor total yang berpotensi dapat dimanfaatkan

kembali dapat dihitung dengan rumus berikut (UNEP,2005)

Q = V x P x Cp x T

Penjelasan : Q = Kandungan panas dalam kkal

V = Laju alir bahan dalam m3/jam


14

P = Masa jenis dalam k kal /kg oC

Cp = Panas jenis

T = Perbedaan suhu dalam oC

9.2Analisis Kualitas Serat

9.2.1Analisis Kecerahan Serat

Analisis kecerahan serat dilakukan pada serat hasil pengerjaan lanjut dengan

pemanfatan air panas (Kondisi B) dan pengerjaan lanjut dengan air panas

perolehan dari boiler (Kondisi A) Alat yang dipergunakan adalah

Spektrofotometer Vibrochrom FFR1 dan FFR2. Tiap sample diuji sebanyak 10x,

kemudian hasilnya dirata-ratakan. Nilai derajat putih dan derajat kuning diperoleh

melalui perhitungan:

Whiteness: W=Ry + (3(Rz-Rx)

Yelowness: Y = {(1,30 x (0,783 Rx + 0,917 Rz ) (114,6 x 1,183 Rz )}

Rx

9.2.2 Analisis Kekuatan Tarik Serat

Analisis kekuatan tarik serat dilakukan pada serat hasil pengerjaan lanjut

dengan pemanfatan air panas (Kondisi B) dan pengerjaan lanjut dengan air panas

perolehan dari boiler (Kondisi A) Alat yang dipergunakan adalah Vibroskop

Mikro seri 54 dan Vibrodyn Tiap sample diuji sebanyak 10x, kemudian hasilnya

dirata-ratakan

9.2.3 DIAGRAM ALIR PENELITIAN


15

Penelitian yang akan dilakukan sesuai dengan Gambar 1 dan Gambar 2

diagram alir percobaan dibawah ini:

Percobaan Kondisi A

Bahan
bakar
Boiler

Steam Soft water

Perhitungan
Kebutuhan Air

After treatment

Pengukuran
kualitas
Produk
Kesimpulan

Gambar 1 Diagram Alir Percobaan Kondisi A

Percobaan Kondisi B
16

CS2 recovery Cooling water

Scrubber

Pengukuran:
Volume air (inlet) Acid Plant
Tangki penampung Kesadahan dan pH:
Temperatur air

Filter

Energi Heat Exchanger

After Treatment

Pengukuran:
Analisis biaya
Kualitas produk
Kesimpulann

Gambar 2. Diagram Alir Percobaan Kondisi B

10. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


17

10.1 Pemanfaatan Air Panas Pada Proses Pengerjaan Lanjut

10.1.1 Pemanfaatan Air Panas dari Unit Pengambilan Kembali Karbon

Disulfida. dan dari Uniit Pembuatan Asam ulfat

Dari unit proses pengambilan kembali karbon disulfida ini, didapat manfaat

ganda yaitu karbon disulfida cair dan air panas sebagai limbah bersuhu sekitar

80oC. Karbon disulfida cair yang dihasilkan ditampung pada bak penampungan

dengan jumlah sekitar 35-40% dari penggunaan awal. Air panas yang dihasilkan

dialirkan pada bak penampungan. Apabila air panas ini dibuang langsung ke

lingkungan perairan akan menimbulkan pencemaran karena diduga air panas ini

masih mengandung gas karbon disulfida dan hidrogen sulfida yang terlarut.

Oleh karena itu supaya air panas ini dapat dipakai kembali sebagai air

produksi, dapat dilewatkan pada unit scrubber (penyaring gas) untuk menyaring

gas yang terlarut. Unit scrubber digunakan untuk membersihkan gas yang mudah

bereaksi dengan air Scrubber yang dipergunakan adalah jenis wet scrubber,

karena untuk memudahkan proses penyaringannya. Selanjutnya air panas yang

sudah bersih dapat ditampung di bak penampungan untuk dapat dimanfaatkan

sebagai air proses pada pengerjaan lanjut..

Hasil pengukuran aliran air panas dan suhu air panas dapat dilihat pada Tabel

pengukuran laju alir dan suhu air panas pada proses pengambilan kembali karbon

disulfida di Lampiran 1.

Pembuatan asam sulfat dilakukan dengan sistem kontak, sistem kontak ini

paling banyak dilakukan oleh industri, karena konsentrasi asam sulfat yang

diproduksi dapat mencapai kemurnian yang tinggi Dari unit proses pembuatan
18

asam sulfat sistem kontak didapat manfaat ganda, yaitu selain dihasilkan asam

sulfat juga dihasilkan air pendingin yang naik suhunya. Untuk penghematan air

pada proses pembuatan asam sulfat, air pendingin ini dapat dimanfaatkan untuk

proses produksi yang lainnya. Oleh karena itu air pendingin ini dapat ditampung

pada bak penampungan.

Hasil pengukuran aliran air pendingin dan suhunya dapat dilihat pada Tabel

pengukuran laju alir dan suhu air pendingin pada unit proses pembuatan asam

sulfat di Lampiran 1.

10.1.2 Pemanfaatan Air panas Pada Pengerjaan Lanjut Serat Rayon Viskosa

Proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa di PT SPV merupakan proses

pemurnian serat yang terdiri dari beberapa proses pencucian, proses penghilangan

belerang, dan proses pelembutan. Proses ini memerlukan air panas dengan suhu

dsn jumlah tertentu, hal ini dimaksudkan supaya proses pengerjaan lanjut

berjalan dengan sempurna, karena kemurnian serat dipengaruhi oleh proses

tersebut. Dalam kondisi normal (Kondisi A) air panas yang dibutuhkan adalah air

panas yang bersuhu sekitar 80,70oC sebanyak 90 m3/jam, kebutuhan ini disuplai

dari air bersih yang mengalami pemanasan dengan bantuan steam dari unit boiler..

Pada Kondisi B.(kondisi percobaan) pengerjaan lanjut serat rayon viskosa

dapat dilakukan dengan memanfaatkan air panas dari unit pengambilan kembali

karbon disulfida dan dari unit pembuatan asam sulfat. Data hasil rata-rata

pemanfaatan suhu dan laju alir/jam yang diamati pada masing-masing unit dapat

dilihat pada Tabel 4.1. Rata-rata per bulan pemanfaatan kebutuhan energi dan
19

bahan bakar pada masing-masing unit dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data

selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di Lampiran 1

Tabel 3 Rata-rata Pemanfaatan Suhu dan Laju alir/jam pada masing-


masing Unit

No Unit Suhu (T oC) Laju Alir m3/jam


1. Pengambilan kembali 82,82 59,90

karbon disulfida
2. Pembuatan asam sulfat 47,28 59,88

Tabel 4. Rata-rata per bulan Pemanfaatan Energi dan Bahan Bakar pada
masing-masing Unit

No Unit Q(Energi )Untuk Bahan Bakar minyak untuk


Menaikan V m3 Air panas menaikan suhu dari T1-T2
dari T1 ke T2 (Kkal)/bulan sebanyak V m3 ai panas /
L/bulan

1. Pengambilan kembali
31.659.940 310.961,31
karbon disulfida
2. Pembuatan asam sulfat
94.979.820 15.397,05
3.. Pengerjaan lanjut
136.890.000 508.569,7
Kebutuhan energi pada unit proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa untuk

memanaskan air yang bersuhu awal 30oC menjadi air panas bersuhu 80,7 oC

sebanyak 90m3 setiap jam dibutuhkan energi sebanyak 4.563.000 kkal/hari dan

kebutuhan tiap bulan sebanyak 136.890.000 Kkal . Dengan demikian kebutuhan

bahan bakar minyak sebagai sumber energi per bulannya sebesar 508.569,7 L,

dan pertahun sebanyak 6.102,836 Ton, dengan asumsi 1 tahun adalah 12 bulan.

Untuk memenuhi pemanfaatan pemakaian air panas dalam pengerjaan lanjut

serat rayon viskosa, dilakukan pemanfaatan air panas dari unit proses
20

pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit proses pembuatan asam

sulfat.

10.2 PEMBAHASAN

10.2.1Pemanfataan Air Panas dan Energi

Air panas dan energi, merupakan dua kunci utama pada unit proses pengerjaan

lanjut serat rayon viskosa, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan standar

perusahaan berdasarkan permintaan konsumen. Apabila kualitas air, suhu dan

jumlah aliran tidak terpenuhi dapat menurunkan grade serat. Akan tetapi apabila

kualitas air, suhu dan jumlah aliran terpenuhi industri dalam melakukan

pengerjaan lanjut tidak dapat melakukan produksi bersih karena boros air dan

energi.

Energi pada industri tekstil baik energi listrik maupun energi panas mempunyai

peranan yang sangat penting, karena energi memberikan kontribusi yang cukup

tinggi dalam biaya. Pengadaan energi perlu dilakukan dengan tepat disertai

dengan perhitungan yang cermat agar diperoleh biaya yang minimal, yaitu

pengadaan bahan bakar sebagai sumber energi harus diperhatikan.

Pengadaan bahan bakar sebagai sumber energi yang tepat dalam perhitungan

produksi, merupakan salah satu bentuk penghematan energi. Penghematan energi

dalam industri merupakan bentuk dari penciptaan produk yang berwawasan

lingkungan (BAPEDAL-BBT 1994) .

Pada industri pembuatan serat untuk dapat menciptakan produk tekstil yang

berwawasan lingkungan (ecolabelling), teknologi proses yang dilakukan dalam


21

proses produksi perlu dilaksanakan melalui konsep strategi produksi bersih.

Konsep produksi bersih mempunyai arti sangat luas karena didalamnya termasuk

upaya pencegahan antara lain pencegahan pencemaran, penerapan teknologi

bersih, minimisasi limbah, pengolahan limbah dan usaha pemulihan lingkungan

(Yance.2003).

Untuk menerapkan strategi teknologi bersih adalah dengan cara

mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan yaitu dengan cara melaksanakan

satu usaha minimisasi limbah. Minimisasi limbah dapat dilakukan untuk

mengurangi limbah cair, gas dan udara dengan cara menerapkan teknik-teknik

untuk meminimisasi limbah.

Teknik minimisasi limbah yang dapat dilakukan di industri pembuatan serat

rayon viskosa antara lain, daur ulang (Recycle) air limbah panas dari proses

pengambilan kembali karbon disulfida yang kemudian dimanfaatkan untuk

proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.. Pengoperasian sistem scubber

dapat membantu upaya daur ulang air limbah panas ini, dengan cara

melewatkannya pada sistem scrubber. Jenis wet scrubber dapat memudahkan

penyerapan kotoran dalam bentuk gas-gas yang terlarut dalam air limbah panas

tersebut, sehingga air panas mempunyai kualitas yang sesuai dan tidak terlalu

mempengaruhi kualitas serat yang dihasilkan.

Teknik minimisasi limbah yang lainnya adalah pemanfaatan kembali air

pendingin dari unit pembuatan asam sulfat. Air pendingin yang sudah naik

suhunya dilewatkan pada unit penyaring untuk menyaring kotoran yang terlarut

maupun yang tersuspensi, supaya didapatkan air panas yang relatif sudah bersih.
22

Air pendingin umumnya berasal dari unii proses Clarifier pada pengolahan air

proses di departemen Water Treatment Process.

Air panas dari kedua sumber ini dapat digabungkan setelah melewati pelat

pertukaran panas untuk proses pengerjaan lanjut. Pemilihan cara ini memerlukan

pemikiran dan pengamatan yang serius untuk melaksanakannya. Kehati-hatian

dalam perencanaan teknologi tentang efisiensi penggunaan air merupakam fungsi

yang lengkap pada sistem industri yang ramah lingkungan (Manahan, 1999)

Dengan melakukan pemanfaatan air panas tersebut industri pembuatan serat

rayon viskosa telah menerapkan proses produksi bersih dalam proses

produksinya,. Penerapan tehnik yang dilakukan seperti ini menjadi salah satu

tujuan untuk mencapai industri yang peduli terhadap lingkungan.dalam rangka

mencapai industri yang ramah lingkungan (Preeman.HM.1990)

Keuntungan yang diperoleh PT South Pacific Viscose dalam penerapan

produksi bersih pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa, antara lain

yaitu terjadi penghematan air, energi, sekaligus menghemat bahan bakar minyak

sebesar 85,09%. dan penghematan penggunaan air bersih sebesar133.09 % Data

penghematan air bersih dan penghematan bahan bakar pada unit proses

pengerjaan lanjut dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6

Tabel 5. Penghematan Air Bersih Pada Unit Proses Pengerjaan lanjut

No Kebutuhan air Perolehan air Perolehan air Total %


bersih/jam bersih dari unit bersih dari perolehan air penghematan
karbon unit asam bersih/jam air bersih
disulfida/jam sulfat/jam
23

90 m3 59,90 m3 59,88 m3 119,78 m3 119,78 x 100%


90
= 133.09 %

Tabel 6. Penghematan Bahan bakar Pada Unit Proses Pengerjaan Lanjut

No Pemanfaatan Pemanfaatan Pemanfaata Total rata-rata % penghematan


Bahan bakar Bahan bakar n pemanfaatan bahan bakar
pada unit pada unit Bahan bakar dari unit
pengerjaan karbon pada karbon
lanjut (L) disulfida (L) unitasam disulfida dan
sulfat (L) unit asam
sulfat (L)
1 6.102.836 3.731.535,8 L 1.384.764,6 L 5.116.300,4 L 5.116.300,4 x100 %
6.102.836
= 85,09%

Penghematan atau pengurangan pemakaian kedua sumber tersebut termasuk

pada enam bidang yang berkaitan dengan pelaksanaan good hausekeeping (Prasad

Modak.1994) dalam pembuatan serat rayon, secara langsung dapat memelihara

kelestarian sumber daya alam, dan tetap menguntungkan perusahaan

Dengan dilakukannya penghematan air dan penghematan bahan bakar industri

dapat menghemat biaya-biaya lingkungan yang ditimbulkan apabila industri tidak

melakukan penghematan. Biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang disebabkan

dampak perusahaan terhadap lingkungan, baik yang timbul di dalam maupun di

luar perusahaan dan dapat tidaknya dalam waktu yang bersamaan dengan aktifitas

penyebabnya (Brent Smith.1995)

Adapun serat rayon viskosa hasil pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air

pans mengalami menurunan grade, dari grade A turun menjadi grade A1.

Penurunan grade serat ini tidak terlalu signifikan, karena dari analisis ekonomi
24

yang dilakukan hasil penjualan serat rayon viskosa grade A1, perusahaan masih

tetap diuntungkan.

10.2.2Kesetimbangan Energi

Pemanfaatan tolal energi pada pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dapat

dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 Pemanfaatan Rata-rata /jam Energi Pada Pengerjaan lanjut

No Energi yang Pemanfatan Energi Pemanfaatan Energi yang


dibutuhkan/jam dari unit pengam Energi dari unit masih
bilan kembali kar proses pembuatan dibutuhkan /jam
bon disulfida/jam asam sulfat/jam
1 4.563.000 kkal 3.162.730 kkal 1.034.726,4 kkal 365.543,6 kkal

Untuk mencapai kesetimbangan energi pada unit proses pengerjaan lanjut

serat rayon viskosa, karena masih kekurangan energi sebanyak

365.543,6kkal/jam, maka diperlukan pemasangan pelat pertukaran panas sebelum

air panas mengalir ke proses pengerjaan lanjut. Pemasangan pelat pertukaran

panas dengan suplai energi listrik sebesar 10 KWH/per hari dilakukan selain

untuk kesetimbangan energi, juga untuk menyeragamkan suhu air yang masuk ke

unit pengerjaan lanjut.serat rayon viskosa tersebut, seperti yang terlihat pada

Gambar 3. Gambar ilustrasi pemasangan Pelat pertukaran panas


26

10.2.2 Pengaruh Pemanfaatan Air Panas Pada Kualitas Serat Rayon Viskosa

10.2.2.1 Pengaruh Pemanfaatan Air Panas Pada Nilai Kecerahan

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan metode T-test

untuk kecerahan serat rayon viskosa pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-

hitung lebih kecil dari T tabel. Hasil ini berarti Ho ditolak, dengan demikian

proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa pada pemanfaatan air panas (Kondisi

B), terbukti memberikan nilai kecerahan serat rayon yang lebih kecil dari pada

nilai kecerahan serat rayon viskosa pada Kondisi A

Berdasarkan Control chart kecerahan serat rayon viskosa yang diuji dengan

metoda PCR, pada pengukuran hari ke 9 sampai hari ke 16 diperoleh data

bahwa proses pengerjaan lanjut menunjukkan di luar kendali. selanjutnya terjadi

juga pada pengukuran hari ke 18, 19, 20 dan hari ke 28. Akan tetapi berdasarkan

perhitungan statistik Capability Proses, proses pengerjaan lanjut serat rayon

dinyatakan mampu memenuhi spesifikasi dengan koefisien CP sebesar 1,948. Hal

ini berarti proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa menggunakan

pemanfaatan air panas akan menghasilkan serat rayon viskosa yang sedikit

menurun tingkat kecerahannya.

Selanjutnya berdasarkan .Moving range chart process apabila dihasilkan

(CP>1), dan hanya ada dua titik berada diluar batas kendali. hal ini menunjukkan

variabilitas tingkat kecerahan serat rayon viskosa relatif stabil. Berdasarkan

Control chart tingkat kecerahan serat rayon viskosa dengan plotting tingkat

variasi kecerahan, proses pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas

(Kondisi B) bersifat relatif stabil, Dari diagram di Lampiran 3, data pengukuran

26
27

yang berada di atas Upper Control Limit (UCL) hanya ada 2 buah, yaitu pada

pengukuran hari ke 6 dan pengukuran hari ke 17. Control Chart Capability

Process dan Control Chart Moving Range dapat dilihat pada Lampiran 3

Nilai kecerahan hasil pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas

(Kondisi B) yaitu 92,805%, sedangkan nilai kecerahan tanpa pemanfaatan air

panas (Kondisi A) adalah (94,2 -98,0)%. Hal ini disebabkan oleh air panas

perolehan dari pengambilan kembali karbon disulfida masih mengandung gas

terlarut, yang tidak tertahan sempurna oleh sistem scrubber, dan filter sehingga

gas tersebut menempel pada serat sebagai belerang padat .

Adanya kotoran gas sebagai belerang padat akan menyebabkan penurunan

kecerahan serat. Penurunan kecerahan serat akibat dari penempelan belerang

padat pada serat rayon. Belerang padat sebagai kotoran akan mengisi bagian luar

dari serat. Apabila serat tersebut dikenai sinar, maka kotoran yang menempel pada

bagian luar serat akan menyerap sinar tersebut, sehingga sinar yang dipantulkan

oleh serat akan berkurang. Akibatnya nilai kenampakan kecerahan serat akan

berkurang ..

Dengan kata lain partikel kotoran gas yang terlarut dalam air panas perolehan

dari pengambilan kembali karbon disulfida yang masuk kedalam serat, akan

memperbesar penyerapan cahaya dan memperkecil koefisien penyebaran sinar.

Hal ini menyebabkan serat akan semakin kelihatan suram .

27
28

10.2.2.2 Pengaruh Pemanfaatan Air Panas Pada Kekuatan Tarik

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metoda T-test untuk

kekuatan tarik serat rayon viskosa pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-

hitung lebih kecil dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho ditolak, dengan demikian

proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan pemanfaatan air panas

(Kondisi B) terbukti memberikan nilai kekuatan tarik yang lebih kecil dari pada

nilai kekuatan tarik tanpa pemanfaatan air panas (Kondisi A)

Berdasarkan Control chart terhadap kekuatan tarik serat rayon viskosa,

diperoleh informasi bahwa proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan

pemanfaatan air panas pada pengukuran hari ke 15 dan pengukuran hari ke 16.

menunjukan di luar kendali. Pada sisi lain kekuatan tarik serat rayon viskosa

dengan pemanfaatan air panas memberikan hasil yang lebih baik.

Hal ini dperkuat oleh diagram Moving Range yang menunjukkan stabilitas

variasi kekuatan tarik serat yang dihasilkan. Akan tetapi berdasarkan perhitungan

statistik Capability Proses, nilai CP = 0.808, (CP<1) memberi informasi bahwa

pengerjaanlanjut dengan pemanfaatan air panas dinyatakan mampu memenuhi

spesifikasi dengan koefisien sebesar 0,808..

Hal ini berarti proses pengerjaan lanjut serat rayon menggunakan

pemanfaatan air panas (Kondisi B) menghasilkan kekuatan tarik yang lebih

rendah atau kekuatan tarik serat menjadi sensitif, dan dalam waktu yang lebih

lama serat akan menjadi rusak. Walaupun demikian, pengerjaan lanjut dengan

pemanfaatan air panas ini, bersifat memberikan hasil kekuatan tarik serat yang

28
29

relatif stabil. Control Chart Capability Process dan Control Chart Moving Range

dapat dilihat pada Lampiran 3

Nilai kekuatan tarik serat hasil pengerjaan lanjut dengan pemanfatan air panas

(Kondisi B) yaitu 2,6257 gram/denier, sedangkan nilai kekuatan tarik serat tanpa

pemanfaatan air panas (Kondisi A) adalah (2,7-2,9) gram/denier. Hal ini

disebabkan karena air panas perolehan dari pengambilan karbon disulfida dan

dari pembuatan asam sulfat (kondisi B) berpengaruh terhadap kekuatan tarik serat

rayon viskosa yang dihasilkan.

Penurunan kekuatan tarik serat rayon viskosa ini terjadi, karena adanya

kotoran gas yang masih terkandung dalam air panas perolehan dari pengambilan

kembali karbon disulfida, akan mengisi bagian dari serat. Adanya partikel gas

yang terkandung dalam serat dari air panas tersebut, akan menyebabkan terjadinya

penurunan derajat kristalinitas molekul serat sehingga akan terjadi penuruna

kerataan dan orientasi rantai molekul serat yang dapat menurunkan kekuatan tarik

dari serat tersebut.

Partikel kotoran gas yang terlarut dalam air panas perolehan dari pengambilan

kembali karbon disulfida yang masuk kedalam serat, akan mereduksi gugus

karboksilat pada serat menjadi gugus aldehid dan akan menyebabkan kerusakan

rantai molekul serat. Kerusakan rantai molekul akan menyebabkan penurunan

kekuatan tarik serat tersebut.

29
30

10.2.2.3 Pengaruh Kualitas Air Panas Pada Kualitas Serat Rayon Viskosa

10.2.2.3.1 Pengaruh Kesadahan Air Panas Terhadap Serat Rayon Viskosa

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan metoda T-test

untuk kesadahan air pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-hitung lebih kecil

dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho diterima, dengan demikian kesadahan air proses

pada pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas (Kondisi B) terbukti

memberikan nilai yang lebih besar

Berdasarkan Control chart terhadapa kesasadahan air yang dipakai pada proses

pengerjaaan serat rayon viskosa, diperoleh informasi bahwa pemanfaatan air

panas tidak terlalu berpengaruh dan dapat terkendali, tidak terdapat nilai

kesadahan air yang berada di luar batas-batas kendali (LCL-UCL). Tetapi

perhitungan statistik Capability Process, dihasilkan CP = 0.123 (CP<1)

menunjukkan kapabilitas proses yang rendah pada tingkat kesadahan yang sesuai

dengan spesifikasi atau standar yang telah ditetapkan..

Hal ini berarti pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan pemanfaatan air

panas menghasilkan nilai kesadahan dengan perbedaan yang sangat sensitif.

Walaupun demikian Kondisi B bersifat memberikan hasil pemanfatan air panas

dengan tingkat kesadahan relatif sangat stabil. Chart Capability Process dan

Control Chart Moving Range dapat dilihat pada Lampiran 3

Nilai kesadahan air pada proses pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air

panas (Kondisi B) adalah 5,06 DH sedangkan nilai kesadahan tanpa pemanfaatan

air panas (Kondisi A) yaitu 5,0 DH, berarti tidak mengalami perubahan yang

signifikan.. Hal ini berarti kesadahan air tidak dipengaruhi oleh perubahan metode

30
31

pengerjaan lanjut, karena air untuk proses pengerjaan lanjut bersumber dari

tempat yang sama.yaitu dari WTP. Dengan demikian perubahan kesadahan air

tidak berpengruh pada serat rayon viskosa

10.2.2.3.2 Pengaruh pH Air Terhadap Serat Rayon Viskosa

Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan menggunakan metoda T-test

untuk kesadahan air pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-hitung lebih kecil

dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho diterima, dengan demikian pH air proses pada

pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas (Kondisi B) terbukti memberikan

nilai yang lebih kecil

Berdasarkan Control Chart pH air panas pada pengrjaan lanjut dengan

pemanfaatan air panas, diperoleh informasi bahwa pemanfaatan air tidak terlalu

berpengruh pada nilai pH dan nilai pH menunjukkan nilai yang terkendal. Hal ini

karena tidak terdapat nilai pH yang berada di luar batas-batas kendali (LCL-

UCL). Akan tetapi perhitungan statistik Capability Process, nilai CP = 0.03

(CP<1) menunjukkan bahwa kapabilitas proses yang sangat rendah dibawah nilai

pH yang sesuai dengan spesifikasi. Hal ini berarti proses pengerjaan lanjut

dengan pemanfaatan air panas menggunakan menghasilkan pH yang sangat

sensitif. .Walaupun demikian pemanfaatan ini bersifat memberikan hasil bahwa

nilai pH relatif sangat stabil.

Dari Lampiran 3 nilai pH air panas hasil pemanfaatan (Kondisi B) adalah

8,72 lebih kecil dari standar industri yaitu 8,8, artinya pH pada kondisi B

mengalami sedikit penurunan. Hal ini berarti pH air dipengaruhi oleh gas yang

31
32

terlarut dalam air. Gas karbon disulfida yang terlarut dalam air proses pengerjaan

lanjut umumnya bersifat asam sehingga akan menurunkan nilai derajat keasamam

air, sehingga nilai pH air akan cenderung menurun.

Dari hasil keseluruhan dan dari uji statistik PCR seperti yang terlihat pada

Tabel 8 hasil analisa kualitas serat danhasil analisa kualitas air dari pemanfaatan

air panas tidak terlalu memepengaruhi penurunan grade serat. Grade serat hanya

turun satu tingkat dan tidak terlalu mempengaruhi nilai jual serat.

Tabel 8 Hasil uji statistik Pengerjaan Lanjut Serat Rayon Viskosa


Kecerahan Kekuatan Kesadahan pH
serat Tarik
Proses Relatif tidak Relatif Sangat Sangat
pemanfaatan terkendali terkendali terkendali terkendali
air panas
Variabilitas Relatif stabil Stabil Sangat stabil Sangat
stabil
Kapabilitas Kapabel Tidak kurang Sangat
(CP>1), Kapabel Kapabel Tidak
CP=1,948 (CP<1) (CP<1) Kapabel
CP=0.808 CP=0.123 (CP<1)
CP=0.03

11.KESIMPULAN

Dari hasil penelitian mengenai penghematan energi pada proses pengerjaan

lanjut serat rayon viskosa melalui pemanfaatan air panas, dari unit proses

pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit proses pembuatan asam sulfat

dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu

1.Dari unit proses pengambilan karbon disulfida materi yang dimanfaatkan

adalah: Air panas bersuhu 82,82oC sebanyak 59,90 m3/jam

Energi sebesar 31.659.940 kkal/bulan

Bahan bakar sebesar 310.961,31 Liter/bulan.

32
33

Dari unit proses pembuatan asam sulfat materi yang dimanfaatkan adalah :

Air panas bersuhu 47,28oC sebanyak 59,88 m3/jam

Energi sebesar 94.979.820 kkal/bulan

Bahan bakar sebesar 15.397,05 Liter/bulan.

Penghematan bahan bakar sebesar 85,09% dan penghematan air bersih sebesar

133,09%

2.Kualitas serat rayon viskosa hasil pemanfaatan air panas dan kualitas air,

didapatkan nilai sebagai berikut : Kecerahan serat 92,805%

Kekuatan tarik serat 2,6257 gram/denier

Kesadahan air 5.06 DH dan pH 8,72

3.Kelayakan ekonomi pada pemasangan unit scrubber, filter, dan pelat pertukaran

panas pada setiap nilai sisa 0%, 5%, dan 15% terhadap discon factor 10%, 12%,

dan 15% menunjukan nilai Net Present Value (NPV) dengan nilai positif atau

>0. Adapun nilai Benefit Cost Ratio (BCR) >1

12.SARAN

1.Untuk mencapai kesetimbangan energi pada unit pengerjaan lanjut serat rayon

viskosa, unit ini perlu dipasang pelat pertukaran panas dengan asupan energi

listrik sebesar 10 KWH per hari

2. Dilakukan penggantian sumber air pendingin yang bersumber dari unit clarifier

diganti dengan yang bersumber dari soft water untuk lebih menguntungkan,

33
34

3.Penggunaan sistem scrubber, filter, dan pelat pertukarn panas, dapat dipikarkan

lebih mendalam apabila industri akan memperluas jalur produksi seperti yang

direncanakan, karena sangat menguntungkan.

34
35

DAF TAR I S I

Halaman

Daftar Isi i

Daftar Gambar ii

Daftar Tabel iii

1. Latar Belakang Penelitian 1

2 .Rumusan Masalah 4

3.Maksud dan Tujuan Penelitian 5

4 Kerangka Pemikiran 6

5 Hipotesis 9

6.Obyek Penelitian 9

7.Rancangan Penelitian 10

8 Teknik Pengambilan Data 12

9 Analisis Data 13

10 Hasil Penelitian Dan Pembahasan 17

11 Kesimpulan 32

12 Saran 33

35
36

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram Alir Percobaan Kondisi A 15

Gambar 2 Diagram Alir Percobaan Kondisi B 16

Gambar 3 Ilustrasi Pemasangan Pelat pertukaran Panas 25

DAF TAR TAB E L

36
37

Halaman

Tabel 1 Parameter Pengukuran dan Lokasi Pengukuran 12

Tabel .2 Teknik Pengambilan Data Tabel 13

Tabel 3. Rata Pemanfaatan Suhu dan Laju Alir /jam pada masing-

Masing unit 19

Tabel 4. Rata-rat per bulan Pemanfaatan Energi dan Bahan Bakar

Pada masing-masing Unit 19

Tabel 5 Penghematan Air Bersih Pada Unit proses Pengerjaan

Lanjut 23

Tabel 6 Penghematan Bahan Bakar Pada Unit Proses Pengerjaan

Lanjut 23

Tabel 7 Pemanfaatan Rata-rata/jam Energi Pada Proses

Pengerjaan Lanjut 23

Tabel 8 Hasil Uji Statistik Pengerjaan Lanjut Serat Rayon Viskosa 32

ABSTRAK

37
38

PT South Pasific Viskosa dalam melakukan proses pengerjaan lanjut pada

proses pembuatan serat rayon viskosa menggunakan air panas. Maksud

penggunaan air panas ini supaya tujuan proses pengerjaan lanjut tercapai dengan

efisien dan efektif. karena kualitas serat yang diproduksi dipengaruhi oleh proses

ini. Pencucian ini dilakukan berulang sehingga memerlukan air panas yang cukup

banyak. Untuk mendapatkan air panas tersebut dilakukan dengan cara

pemanasan , selain memerlukan jumlah air yang banyak juga memerlukan biaya

bahan bakar yang cukup tinggi.

Untuk menekan penggunaaan bahan bakar sebagai sumber enrgi dan

pemakaian air, sekaligus mengimplementasikan Produksi Bersih di Industri

Pembuatan Serat Rayon Viskosa, dicari cara lain untuk memenuhi kebutuhan air

panas. Caranya yaitu melalui pemanfaatan pengambilan kembali karbon disulfida

melalui sistem scrubber dan pemanfaatan pembuatan asam sulfat melalui

filterisasi. Pada proses pengambilan kembali karbon disulfida, selain dihasilkan

karbon disulfida cair sebagai tujuan utama proses tersebut dihasilkan juga air

panas. Pada proses pembuatan asam sulfat selain menghasilkan asam sulfat

sebagai sebagai tujuan utama, juga dihasilkan air panas.

Air panas dari kedua proses ini setelah melalui sistem pelat pertukaran panas

dimanfaatkan untuk proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa. Kualitas serat

rayon viskosa yang dikerjakan dengan pemanfaatan air panas tersebut, dilakukan

pengujian kecerahan serat, kekuatan tarik serat. Kualitas air yang dihasilkan

dilakukan pengujian kesadahan dan pH.

38
39

Dengan adanya pemanfaatan air panas ini dapat menekan pemakaian energi ,

penghematan bahan bakar minyak sebesar 85,09%, penghematan pemakaian

air sebesar 133,09 %. Disisi lain kualitas serat rayon sedikit menurun yaitu nilai

kecerahan turun 1,48%, nilai kekuatan tarik turun 2,75% sehingga grade serat

rayon viskosa turun dari grade A menjadi grade A1.

39
40

40

Você também pode gostar