Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ditandai dengan banyaknya industri tekstil yang didirikan oleh pengusaha asing
Hingga saat ini, industri tekstil masih merupakan penghasil devisa terbesar di
Indonesia untuk ekspor non migas. Industri tekstil nasional tetap menjadi bagian
Tekstil sebagai bahan pakaian, berasal dari serat alam seperti serat selulosa dan
serat protein, serat selulosa buatan seperti serat regenerasi selulosa dan serat
buatan. (polimer) Serat selulosa dan serat selulosa buatan mempunyai kelebihan
selulosa buatan sebagai pengganti serat alam semakin tinggi. Oleh karena itu
Serat rayon viskosa adalah serat selulosa buatan yang berasal dari kayu.
diperlukan sumber daya energi yang cukup besar. Sumber daya energi yang
dominan dibutuhkan pada industri pembuatan serat rayon viskosa adalah air dan
energi panas.
Proses pembuatan serat rayon viskosa, terdiri dari proses persiapan polimer
yang meliputi proses pelarutan bahan baku menjadi larutan polimer, yang akan
2
dibentuk menjadi serat dengan cara pemintalan basah. Setelah polimer dipintal
menjadi serat, dilakukan proses pengerjaan lanjut (after treatment) yang terdiri
dari beberapa proses yaitu proses pencucian awal, tengah dan akhir, proses
Pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa, diperlukan air panas yang
yang bersuhu sekitar 80oC. Kebutuhan air panas untuk pengerjaan lanjut serat
rayon viskosa adalah 90m3/ton produksi/jam. Selama ini kebutuhan air panas
selain dipenuhi dari boiler yang memiliki kapasitas uap sebesar 2 ton/jam dengan
tekanan 17,5 Bar (Emilia.2007) juga dipenuhi dari pemanfaatan gas buang pada
Mengingat saat ini sumber daya energi yang tersedia sangat terbatas, dari
pemanfaatan gas buang dan pengolahan limbah gas tidak mencukupi, maka perlu
proses tertentu untuk digunakan pada proses yang lainnya. Pada penelitian ini
akan dilakukan studi pemanfaatan kembali air panas yang berasal dari proses
pengambilan karbon disulfida (CS2 recovery trought) dan dari unit pembuatan
asam sulfat untuk digunakan pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.
air limbah dari proses penyemprotan serat saat dipotong-potong dengan air panas
bersuhu sekitar 125oC yang bertekanan tinggi. Tujuan proses ini untuk
pengambilan karbon disulfida yang terdapat pada serat dan yang terlarut dalam
3
air limbah. Pada proses pengambilan karbon disulfida ini, air limbah yang masih
akan mengotori serat. Selanjutnya agar air limbah tersebut dapat dipergunakan
scrubber (pembersih gas) sehingga karbon disulfida yang terlarut dalam air
tertahan oleh pembersih gas tersebut. Setelah melewati pembersih gas air masih
mempunyai suhu yang cukup tinggi, sehingga air panas tersebut dapat
Sumber air panas lain yang dapat dimanfaatkan untuk proses pengerjaan lanjut
tersebut adalah air panas yang berasal dari proses pembuatan asam sulfat. Pada
proses pembuatan asam sulfat, karena reaksi yang terjadi adalah reaksi
eksotermis maka dihasilkan asam sulfat panas sebagai produk utama.. Untuk
pendingin (cooling water) yang berasal dari unit pengolahan air proses. Biasanya
air pendingin ini dibuang langsung karena masih mengandung partikel kotoran
yang terlarut di dalamnya.Air pendingin yang bersuhu sekitar 30oC setelah proses
Dengan memanfaatkan air panas dari proses pengambilan karbon disulfida dan
air panas pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa.. Penggunaan air
panas dari kedua proses tersebut, juga dapat meningkatkan efisiensi penggunaan
air, atau sebagai salah satu usaha untuk melakukan produksi bersih pada proses
perusahaan.
kualitas air akan mempengaruhi mutu serat yang dihasilkan antara lain kecerahan
serat dan kekuatan tarik serat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penyeragaman
suhu air dengan mempergunakan pelat pertukaran panas (plate heat exchanger ),
oleh karena itu perlu dilakukan analisis kelayakan ekonomi dari investasi
unit sistem pembersih gas , unit penyaring, dan unit pelat pertukaran panas.
2 RUMUSAN MASALAH
2 Bagaimana mutu serat rayon viskosa hasil pengerjaan lanjut dengan air
panas dari proses pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit
2 Mengukur kualitas serat yaitu kecerahan serat, kekuatan tarik serat, hasil
pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air panas dan kualitas air yaitu
unit penyaring , dan unit pelat pertukaran panas pada proses pengerjaan
1 Untuk mengetahui besarnya bahan bakar minyak dan air yang dapat
2 Untuk mengetahui kualitas serat, yaitu kecerahan serat dan kekuatan tarik
serat, hasil pengerjaan lanjut, dan kualitas air yaitu kesadahan dan pH air.
6
unit pembersih gas, unit penyaring, dan unit pelat pertukaran panas pada
4.Kerangka Pemikiran
Meningkatnya pertumbuhan sektor industri, khususnya industri tekstil sejalan
Penggunaan bahan bakar minyak sebagai sumber energi pada ketel uap sebagai
penghasil uap yang dibutuhkan pada proses produksi. Harga bahan bakar minyak
sehingga akan berpengaruh pada harga jual produk, akibatnya berdampak pada
dengan jalan memberdayakan luaran energi yang dihasilkan dari proses yang
lainnya. Kebijakan penggunaan luaran energi yang ada atau yang terbuang
sesuai dengan konsep Produksi Bersih. Salah satu konsep Produksi Bersih yaitu
cureent untuk semua proses yang membutuhkan air. Kebutuhan air terutama air
7
panas pada pembuatan serat rayon viskosa merupakan kebutuhan yang sangat
mendasar, karena serat rayon viskosa dibuat dengan cara pemintalan basah yang
sangat memerlukan air yang cukup banyak terutama pada proses pengerjaan
lanjut.
Proses pengerjaan lanjut adalah proses pemurnian serat yang terdiri dari tujuh
rangkaian proses, yaitu tiga kali proses pencucian, proses penghilangan asam,
suhu sekitar 80C dalam jumlah yang cukup besar yaitu 90 m3/jam. Untuk
berbahan bakar minyak Cara ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, mengingat
Untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar minyak, air panas dapat
karbon disulfida, dihasilkan air buangan proses yang memiliki suhu cukup tinggi
dan jumlah yang cukup besar. Meskipun air tersebut berupa buangan proses, tetapi
dapat dimanfaatkan untuk air proses pada proses pengerjaan lanjut jika kandungan
gas karbon dusulfida yang terlarut dapat dihilangkan dengan cara dilewatkan pada
Penggunaan air panas dari proses ini belum memenuhi kebutuhan yang
diharapkan, oleh karena itu perlu dicari proses lain yang dapat menghasilkan air
panas .Proses lain yang menghasilkan air panas adalah dari proses pembuatan
asam sulfat. Pada proses pembuatan asam sulfat ini karena reaksi yang terjadi
8
eksotermik maka dihasilkan kalor yang cukup besar. Untuk menarik kalor yang
(cooling water), sehingga suhu air pendingin menjadi naik dan dapat
Apabila air pendingin yang dihasilkan dari kedua proses tadi dibuang, dapat
merusak lingkungan karena suhunya cukup tinggi dan boros air. Oleh karena itu
jika air pendingin pada proses pembuatan serat rayon viskosa dimanfaatkan untuk
kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas serat yang dihasilkan. Oleh karena itu
perlu dilakukan karakterisasi sifat fisik serat yang dihasilkan pengukuran kualitas
Investasi penggunaan scrubber, filter dan pelat pertukaran panas pada industri
(BCR/Benefit Cost Ratio) dan nilai sekarang bersih (NPV/Net Present Value)
Secara ekonomi suatu investasi dikatakan layak, apabila mempunyai nilai NPV
>0, BCR>1.
9
5. HIPOTESIS
2. Kualitas serat seperti kecerahan dan kekuatan tarik serat tidak dipengaruhi
digunakan.
6 OBYEK PENELITIAN
Obyek penelitian ini adalah air panas perolehan dari unit pengambilan kembali
karbon disulfida, dan perolehan dari unit pembuatan asam sulfat, untuk digunakan
pembuatan serat rayon viskosa. Industri tekstil yang dijadikan sebagai tempat
ini, karena PT.SPV dalam rangka memenuhi kebutuhan air panas pada proses
potensi untuk memanfaatkan air panas perolehan dari unit - unit produksi
lainnya.
10
Perusahaan ini merupakan salah satu industri pembuatan serat rayon viskosa
di Jawa Barat yang telah menerapkan ISO 14001, sehingga perusahaan ini
pada satu industi pembuatan serat rayon viskosa sebagai studi kasus dimaksudkan
mempertimbangkan kecukupan data yang diperoleh. Pada sisi lain waktu bagi
7 RANCANGAN PENELITIAN
Pada penelitian ini akan dianalisis apakah pemanfaatan air panas pada
pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dapat menghemat energi dan air bersih.tanpa
menurunkan kualitas serat. Untuk itu ditentukan suhu (oC) dan laju alir (m3) air
panas dari unit pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit pembuatan
asam sulfat. Pengukuran kualitas air adalah pengukuran kesadahan (GH) dan
derajat keasaman (pH). Pengukuran kualitas serat dilakukan pada serat hasil
pengerjaan lanjut, kualitas serat yang dianalisa adalah kecerahan dan kekuatan
tarik
selama satu bulan. atau 30 hari kerja Data kualitsa serat dan kualitas air yang
metoda Process Capability Ratio (PCR) dan metoda Control chart For X And
Tabel 3.1
b2 = X2 -y2 , maka
bn = xn yn
N
Parameter Lokasi Pengukuran
o
Pengukuran suhu air (oC) dan laju air panas Pada rangkain mesin unit pengerjaan lanjut di
1.
(m3/jam). Dep.Spinning
2. Kualitas air Lab. Pengujian Kimia di Dep. Laboratorium
3. Kualitas hasil produksi Lab. Pengujian Fisika di Dep. Laboratorium
Kebutuhan bahan bakar minyak sebagai
4. sumber energi pada proses pengerjaan lanjut Di Dep.Spinning
Kondisi A.
Investasi pembersih gas, filter, dan pelat Pada rangkaian mesin unit pengerjaan lanjut di
5.
pertukaran panas. Dep.Spinning
6. Kapasitas Produksi (Ton/hari) Pada unit balling press di Dep. Spinning
sehubungan dengan data yang telah dikemukakan diatas. Teknik pengambilan data
Jumlah
TEKNIK PENGAMBILAN ALAT YANG
NO. KARAKTERISTIK Pengambilan
DATA DIGUNAKAN
data
2. Pengukuran suhu -Mengukur suhu dan laju 30x Thermometer
dan laju alir alir air limbah dari unit
pengambilan dan air
pendingin dari unit Flowrate meter
pembuatan asam sulfat
kembali karbon disulfida
proses dan pada saat proses
-Mengukur aliran/volume
air panas ( m3 /jam)
2. Kualitas air Mengukur kesadahan air 30x Metoda titrasi dan
dan pH air pH Meter
3. Kualitas serat Mengukur kecerahan serat 30x Spektrofotometer
dan kekuatan tarik serat Vibrochrom FFR2)
dan
Stelometer/Tensilo
meter
4. Efisiensi energi Menghitung kebutuhan Alat hitung
bahan bakar minyak untuk
membuat air panas
5. Jumlah produk Mengumpulkan data dari 30x
laporan produksi
6. Nilai investasi -Analisis ekonomi wawancara
Pembersih gas, -Pengumpulan data biaya
penyaring dan pelat investasi
pertukaran panas
9 ANALISIS DATA
Analisa kebutuhan energi dilakukan pada proses pengerjaan lanjut serat rayon
kembali kalor, untuk mengetahui jumlah kalor yang dapat dimanfatkan kembali,
Q = V x P x Cp x T
Cp = Panas jenis
Analisis kecerahan serat dilakukan pada serat hasil pengerjaan lanjut dengan
pemanfatan air panas (Kondisi B) dan pengerjaan lanjut dengan air panas
Spektrofotometer Vibrochrom FFR1 dan FFR2. Tiap sample diuji sebanyak 10x,
kemudian hasilnya dirata-ratakan. Nilai derajat putih dan derajat kuning diperoleh
melalui perhitungan:
Rx
Analisis kekuatan tarik serat dilakukan pada serat hasil pengerjaan lanjut
dengan pemanfatan air panas (Kondisi B) dan pengerjaan lanjut dengan air panas
Mikro seri 54 dan Vibrodyn Tiap sample diuji sebanyak 10x, kemudian hasilnya
dirata-ratakan
Percobaan Kondisi A
Bahan
bakar
Boiler
Perhitungan
Kebutuhan Air
After treatment
Pengukuran
kualitas
Produk
Kesimpulan
Percobaan Kondisi B
16
Scrubber
Pengukuran:
Volume air (inlet) Acid Plant
Tangki penampung Kesadahan dan pH:
Temperatur air
Filter
After Treatment
Pengukuran:
Analisis biaya
Kualitas produk
Kesimpulann
Dari unit proses pengambilan kembali karbon disulfida ini, didapat manfaat
ganda yaitu karbon disulfida cair dan air panas sebagai limbah bersuhu sekitar
80oC. Karbon disulfida cair yang dihasilkan ditampung pada bak penampungan
dengan jumlah sekitar 35-40% dari penggunaan awal. Air panas yang dihasilkan
dialirkan pada bak penampungan. Apabila air panas ini dibuang langsung ke
lingkungan perairan akan menimbulkan pencemaran karena diduga air panas ini
masih mengandung gas karbon disulfida dan hidrogen sulfida yang terlarut.
Oleh karena itu supaya air panas ini dapat dipakai kembali sebagai air
produksi, dapat dilewatkan pada unit scrubber (penyaring gas) untuk menyaring
gas yang terlarut. Unit scrubber digunakan untuk membersihkan gas yang mudah
bereaksi dengan air Scrubber yang dipergunakan adalah jenis wet scrubber,
Hasil pengukuran aliran air panas dan suhu air panas dapat dilihat pada Tabel
pengukuran laju alir dan suhu air panas pada proses pengambilan kembali karbon
disulfida di Lampiran 1.
Pembuatan asam sulfat dilakukan dengan sistem kontak, sistem kontak ini
paling banyak dilakukan oleh industri, karena konsentrasi asam sulfat yang
diproduksi dapat mencapai kemurnian yang tinggi Dari unit proses pembuatan
18
asam sulfat sistem kontak didapat manfaat ganda, yaitu selain dihasilkan asam
sulfat juga dihasilkan air pendingin yang naik suhunya. Untuk penghematan air
pada proses pembuatan asam sulfat, air pendingin ini dapat dimanfaatkan untuk
proses produksi yang lainnya. Oleh karena itu air pendingin ini dapat ditampung
Hasil pengukuran aliran air pendingin dan suhunya dapat dilihat pada Tabel
pengukuran laju alir dan suhu air pendingin pada unit proses pembuatan asam
sulfat di Lampiran 1.
10.1.2 Pemanfaatan Air panas Pada Pengerjaan Lanjut Serat Rayon Viskosa
pemurnian serat yang terdiri dari beberapa proses pencucian, proses penghilangan
belerang, dan proses pelembutan. Proses ini memerlukan air panas dengan suhu
dsn jumlah tertentu, hal ini dimaksudkan supaya proses pengerjaan lanjut
tersebut. Dalam kondisi normal (Kondisi A) air panas yang dibutuhkan adalah air
panas yang bersuhu sekitar 80,70oC sebanyak 90 m3/jam, kebutuhan ini disuplai
dari air bersih yang mengalami pemanasan dengan bantuan steam dari unit boiler..
dapat dilakukan dengan memanfaatkan air panas dari unit pengambilan kembali
karbon disulfida dan dari unit pembuatan asam sulfat. Data hasil rata-rata
pemanfaatan suhu dan laju alir/jam yang diamati pada masing-masing unit dapat
dilihat pada Tabel 4.1. Rata-rata per bulan pemanfaatan kebutuhan energi dan
19
bahan bakar pada masing-masing unit dapat dilihat pada Tabel 4.2. Data
karbon disulfida
2. Pembuatan asam sulfat 47,28 59,88
Tabel 4. Rata-rata per bulan Pemanfaatan Energi dan Bahan Bakar pada
masing-masing Unit
1. Pengambilan kembali
31.659.940 310.961,31
karbon disulfida
2. Pembuatan asam sulfat
94.979.820 15.397,05
3.. Pengerjaan lanjut
136.890.000 508.569,7
Kebutuhan energi pada unit proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa untuk
memanaskan air yang bersuhu awal 30oC menjadi air panas bersuhu 80,7 oC
sebanyak 90m3 setiap jam dibutuhkan energi sebanyak 4.563.000 kkal/hari dan
bahan bakar minyak sebagai sumber energi per bulannya sebesar 508.569,7 L,
dan pertahun sebanyak 6.102,836 Ton, dengan asumsi 1 tahun adalah 12 bulan.
serat rayon viskosa, dilakukan pemanfaatan air panas dari unit proses
20
pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit proses pembuatan asam
sulfat.
10.2 PEMBAHASAN
Air panas dan energi, merupakan dua kunci utama pada unit proses pengerjaan
lanjut serat rayon viskosa, untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan standar
jumlah aliran tidak terpenuhi dapat menurunkan grade serat. Akan tetapi apabila
kualitas air, suhu dan jumlah aliran terpenuhi industri dalam melakukan
pengerjaan lanjut tidak dapat melakukan produksi bersih karena boros air dan
energi.
Energi pada industri tekstil baik energi listrik maupun energi panas mempunyai
peranan yang sangat penting, karena energi memberikan kontribusi yang cukup
tinggi dalam biaya. Pengadaan energi perlu dilakukan dengan tepat disertai
dengan perhitungan yang cermat agar diperoleh biaya yang minimal, yaitu
Pengadaan bahan bakar sebagai sumber energi yang tepat dalam perhitungan
Pada industri pembuatan serat untuk dapat menciptakan produk tekstil yang
Konsep produksi bersih mempunyai arti sangat luas karena didalamnya termasuk
(Yance.2003).
mengurangi limbah cair, gas dan udara dengan cara menerapkan teknik-teknik
rayon viskosa antara lain, daur ulang (Recycle) air limbah panas dari proses
dapat membantu upaya daur ulang air limbah panas ini, dengan cara
penyerapan kotoran dalam bentuk gas-gas yang terlarut dalam air limbah panas
tersebut, sehingga air panas mempunyai kualitas yang sesuai dan tidak terlalu
pendingin dari unit pembuatan asam sulfat. Air pendingin yang sudah naik
suhunya dilewatkan pada unit penyaring untuk menyaring kotoran yang terlarut
maupun yang tersuspensi, supaya didapatkan air panas yang relatif sudah bersih.
22
Air pendingin umumnya berasal dari unii proses Clarifier pada pengolahan air
Air panas dari kedua sumber ini dapat digabungkan setelah melewati pelat
pertukaran panas untuk proses pengerjaan lanjut. Pemilihan cara ini memerlukan
yang lengkap pada sistem industri yang ramah lingkungan (Manahan, 1999)
produksinya,. Penerapan tehnik yang dilakukan seperti ini menjadi salah satu
produksi bersih pada proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa, antara lain
yaitu terjadi penghematan air, energi, sekaligus menghemat bahan bakar minyak
penghematan air bersih dan penghematan bahan bakar pada unit proses
pada enam bidang yang berkaitan dengan pelaksanaan good hausekeeping (Prasad
luar perusahaan dan dapat tidaknya dalam waktu yang bersamaan dengan aktifitas
Adapun serat rayon viskosa hasil pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air
pans mengalami menurunan grade, dari grade A turun menjadi grade A1.
Penurunan grade serat ini tidak terlalu signifikan, karena dari analisis ekonomi
24
yang dilakukan hasil penjualan serat rayon viskosa grade A1, perusahaan masih
tetap diuntungkan.
10.2.2Kesetimbangan Energi
Pemanfaatan tolal energi pada pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dapat
panas dengan suplai energi listrik sebesar 10 KWH/per hari dilakukan selain
untuk kesetimbangan energi, juga untuk menyeragamkan suhu air yang masuk ke
unit pengerjaan lanjut.serat rayon viskosa tersebut, seperti yang terlihat pada
10.2.2 Pengaruh Pemanfaatan Air Panas Pada Kualitas Serat Rayon Viskosa
untuk kecerahan serat rayon viskosa pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-
hitung lebih kecil dari T tabel. Hasil ini berarti Ho ditolak, dengan demikian
proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa pada pemanfaatan air panas (Kondisi
B), terbukti memberikan nilai kecerahan serat rayon yang lebih kecil dari pada
Berdasarkan Control chart kecerahan serat rayon viskosa yang diuji dengan
juga pada pengukuran hari ke 18, 19, 20 dan hari ke 28. Akan tetapi berdasarkan
pemanfaatan air panas akan menghasilkan serat rayon viskosa yang sedikit
(CP>1), dan hanya ada dua titik berada diluar batas kendali. hal ini menunjukkan
Control chart tingkat kecerahan serat rayon viskosa dengan plotting tingkat
26
27
yang berada di atas Upper Control Limit (UCL) hanya ada 2 buah, yaitu pada
Process dan Control Chart Moving Range dapat dilihat pada Lampiran 3
panas (Kondisi A) adalah (94,2 -98,0)%. Hal ini disebabkan oleh air panas
terlarut, yang tidak tertahan sempurna oleh sistem scrubber, dan filter sehingga
padat pada serat rayon. Belerang padat sebagai kotoran akan mengisi bagian luar
dari serat. Apabila serat tersebut dikenai sinar, maka kotoran yang menempel pada
bagian luar serat akan menyerap sinar tersebut, sehingga sinar yang dipantulkan
oleh serat akan berkurang. Akibatnya nilai kenampakan kecerahan serat akan
berkurang ..
Dengan kata lain partikel kotoran gas yang terlarut dalam air panas perolehan
dari pengambilan kembali karbon disulfida yang masuk kedalam serat, akan
27
28
kekuatan tarik serat rayon viskosa pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-
hitung lebih kecil dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho ditolak, dengan demikian
proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan pemanfaatan air panas
(Kondisi B) terbukti memberikan nilai kekuatan tarik yang lebih kecil dari pada
diperoleh informasi bahwa proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan
pemanfaatan air panas pada pengukuran hari ke 15 dan pengukuran hari ke 16.
menunjukan di luar kendali. Pada sisi lain kekuatan tarik serat rayon viskosa
Hal ini dperkuat oleh diagram Moving Range yang menunjukkan stabilitas
variasi kekuatan tarik serat yang dihasilkan. Akan tetapi berdasarkan perhitungan
rendah atau kekuatan tarik serat menjadi sensitif, dan dalam waktu yang lebih
lama serat akan menjadi rusak. Walaupun demikian, pengerjaan lanjut dengan
pemanfaatan air panas ini, bersifat memberikan hasil kekuatan tarik serat yang
28
29
relatif stabil. Control Chart Capability Process dan Control Chart Moving Range
Nilai kekuatan tarik serat hasil pengerjaan lanjut dengan pemanfatan air panas
(Kondisi B) yaitu 2,6257 gram/denier, sedangkan nilai kekuatan tarik serat tanpa
disebabkan karena air panas perolehan dari pengambilan karbon disulfida dan
dari pembuatan asam sulfat (kondisi B) berpengaruh terhadap kekuatan tarik serat
Penurunan kekuatan tarik serat rayon viskosa ini terjadi, karena adanya
kotoran gas yang masih terkandung dalam air panas perolehan dari pengambilan
kembali karbon disulfida, akan mengisi bagian dari serat. Adanya partikel gas
yang terkandung dalam serat dari air panas tersebut, akan menyebabkan terjadinya
kerataan dan orientasi rantai molekul serat yang dapat menurunkan kekuatan tarik
Partikel kotoran gas yang terlarut dalam air panas perolehan dari pengambilan
kembali karbon disulfida yang masuk kedalam serat, akan mereduksi gugus
karboksilat pada serat menjadi gugus aldehid dan akan menyebabkan kerusakan
29
30
10.2.2.3 Pengaruh Kualitas Air Panas Pada Kualitas Serat Rayon Viskosa
untuk kesadahan air pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-hitung lebih kecil
dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho diterima, dengan demikian kesadahan air proses
Berdasarkan Control chart terhadapa kesasadahan air yang dipakai pada proses
panas tidak terlalu berpengaruh dan dapat terkendali, tidak terdapat nilai
menunjukkan kapabilitas proses yang rendah pada tingkat kesadahan yang sesuai
Hal ini berarti pengerjaan lanjut serat rayon viskosa dengan pemanfaatan air
dengan tingkat kesadahan relatif sangat stabil. Chart Capability Process dan
Nilai kesadahan air pada proses pengerjaan lanjut dengan pemanfaatan air
air panas (Kondisi A) yaitu 5,0 DH, berarti tidak mengalami perubahan yang
signifikan.. Hal ini berarti kesadahan air tidak dipengaruhi oleh perubahan metode
30
31
pengerjaan lanjut, karena air untuk proses pengerjaan lanjut bersumber dari
tempat yang sama.yaitu dari WTP. Dengan demikian perubahan kesadahan air
untuk kesadahan air pada Tabel di Lampiran 3, didapat bahwa T-hitung lebih kecil
dari T-tabel. Hasil ini berarti Ho diterima, dengan demikian pH air proses pada
pemanfaatan air panas, diperoleh informasi bahwa pemanfaatan air tidak terlalu
berpengruh pada nilai pH dan nilai pH menunjukkan nilai yang terkendal. Hal ini
karena tidak terdapat nilai pH yang berada di luar batas-batas kendali (LCL-
(CP<1) menunjukkan bahwa kapabilitas proses yang sangat rendah dibawah nilai
pH yang sesuai dengan spesifikasi. Hal ini berarti proses pengerjaan lanjut
8,72 lebih kecil dari standar industri yaitu 8,8, artinya pH pada kondisi B
mengalami sedikit penurunan. Hal ini berarti pH air dipengaruhi oleh gas yang
31
32
terlarut dalam air. Gas karbon disulfida yang terlarut dalam air proses pengerjaan
lanjut umumnya bersifat asam sehingga akan menurunkan nilai derajat keasamam
Dari hasil keseluruhan dan dari uji statistik PCR seperti yang terlihat pada
Tabel 8 hasil analisa kualitas serat danhasil analisa kualitas air dari pemanfaatan
air panas tidak terlalu memepengaruhi penurunan grade serat. Grade serat hanya
turun satu tingkat dan tidak terlalu mempengaruhi nilai jual serat.
11.KESIMPULAN
lanjut serat rayon viskosa melalui pemanfaatan air panas, dari unit proses
pengambilan kembali karbon disulfida dan dari unit proses pembuatan asam sulfat
32
33
Dari unit proses pembuatan asam sulfat materi yang dimanfaatkan adalah :
Penghematan bahan bakar sebesar 85,09% dan penghematan air bersih sebesar
133,09%
2.Kualitas serat rayon viskosa hasil pemanfaatan air panas dan kualitas air,
3.Kelayakan ekonomi pada pemasangan unit scrubber, filter, dan pelat pertukaran
panas pada setiap nilai sisa 0%, 5%, dan 15% terhadap discon factor 10%, 12%,
dan 15% menunjukan nilai Net Present Value (NPV) dengan nilai positif atau
12.SARAN
1.Untuk mencapai kesetimbangan energi pada unit pengerjaan lanjut serat rayon
viskosa, unit ini perlu dipasang pelat pertukaran panas dengan asupan energi
2. Dilakukan penggantian sumber air pendingin yang bersumber dari unit clarifier
diganti dengan yang bersumber dari soft water untuk lebih menguntungkan,
33
34
3.Penggunaan sistem scrubber, filter, dan pelat pertukarn panas, dapat dipikarkan
lebih mendalam apabila industri akan memperluas jalur produksi seperti yang
34
35
DAF TAR I S I
Halaman
Daftar Isi i
Daftar Gambar ii
2 .Rumusan Masalah 4
4 Kerangka Pemikiran 6
5 Hipotesis 9
6.Obyek Penelitian 9
7.Rancangan Penelitian 10
9 Analisis Data 13
11 Kesimpulan 32
12 Saran 33
35
36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
36
37
Halaman
Tabel 3. Rata Pemanfaatan Suhu dan Laju Alir /jam pada masing-
Masing unit 19
Lanjut 23
Lanjut 23
Pengerjaan Lanjut 23
ABSTRAK
37
38
penggunaan air panas ini supaya tujuan proses pengerjaan lanjut tercapai dengan
efisien dan efektif. karena kualitas serat yang diproduksi dipengaruhi oleh proses
ini. Pencucian ini dilakukan berulang sehingga memerlukan air panas yang cukup
pemanasan , selain memerlukan jumlah air yang banyak juga memerlukan biaya
Pembuatan Serat Rayon Viskosa, dicari cara lain untuk memenuhi kebutuhan air
karbon disulfida cair sebagai tujuan utama proses tersebut dihasilkan juga air
panas. Pada proses pembuatan asam sulfat selain menghasilkan asam sulfat
Air panas dari kedua proses ini setelah melalui sistem pelat pertukaran panas
dimanfaatkan untuk proses pengerjaan lanjut serat rayon viskosa. Kualitas serat
rayon viskosa yang dikerjakan dengan pemanfaatan air panas tersebut, dilakukan
pengujian kecerahan serat, kekuatan tarik serat. Kualitas air yang dihasilkan
38
39
Dengan adanya pemanfaatan air panas ini dapat menekan pemakaian energi ,
air sebesar 133,09 %. Disisi lain kualitas serat rayon sedikit menurun yaitu nilai
kecerahan turun 1,48%, nilai kekuatan tarik turun 2,75% sehingga grade serat
39
40
40