Você está na página 1de 4

Ditulis untuk: Memenuhi salah satu tugas Pengantar Ilmu Komunikasi

Etika bagi kebanyakan masyarakat merupakan sesuatu hal yang sangat penting.Etika adalah
pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang buruk untuk dilakukan sebagai pelaksanaan hak
dan kewajiban moral terhadap orang lain.Baik buruknya etika dapat dilihat dari cara
seseorang berkomunikasi dan memahami komunikasi orang lain.Masyarakat yang berbudaya
sunda terkenal dengan keramah tamahannya,hal itu tercermin dari cara mereka berkomunikasi
dengan masyarakat disekitarnya.Cara berkomunikasi masyarakat yang berbudaya sunda sangat
mengutamakan kualitas tingkah laku(non-verbal) dan kualitas bahasa lisan(verbal) ,bisa dibilang
masyarakat yang berbudaya sunda sangat menomor satukan tutur kata lemah lembut dan
kesopanan berprilaku..

Dalam budaya sunda ada satu bentuk komunikasi, dimana komunikasi ini adalah
ungkapan penghormatan bagi orang-orang yang ada disekitar. Masyarakat yang berbudaya sunda
menjunjung tinggi nilai etika karena mereka selalu berkomunikasi dengan mengutamakan
penghormatan dan sikap saling menghargai terhadap lingkungan sosial disekitarnya, hal ini
diwujudkan dengan cara mereka berkomunikasi .Dalam budaya sunda ada salah satu bentuk
komunikasi yang sangat khas dengan penekanan terhadap kelembutan berbahasa lisan(verbal)
juga prilaku baik,santun (non-verbal) kepada orang sekitarnya, dan bentuk komunikasi ini adalah
ungkapan kata punteun yang dalam bahasa indonesia berarti permisi ,dan secara umum budaya
punteun berarti budaya permisi .Kata punten diucapkan ketika satu orang atau lebih berjalan
melewati orang-orang yang berdiam diri dan saat itulah kata punteun diucapkan dengan cara
membungkukan badan serta tersenyum ramah sambil berkata punteun .Tutur kata 'punteun' ini
sangat menekankan aspek komunikasi verbal(kata-kata lisan) maupun non-verbal(perilaku baik)
,inilah yang membedakan budaya sunda dengan budaya lainnya dari aspek bagaimana cara
mereka memahami dan merealisasikan nilai-nilai etika, yang mana detail tata cara pengucapan
permisi khususnya kata 'punteun' pun sangat di perhatikan dalam aspek komunikasi ,terutama
kualitas komunikasi verbal(lisan) dan non-verbal (tingkah laku) untuk menghasilkan perilaku
ramah dan santun sebagai identitas budaya sunda.

Kata 'punten' tidak hanya sekedar alih bahasa indonesia dari kata permisi ke dalam bahasa
sunda ,tetapi ungkapan ini memiliki esensi dan nilai yang mungkin tidak ada di kebudayaan
lain,yaitu sikap,emosi positif yang di tuangkan dalam tata cara berkomunikasi sehingga
kebudayaan sunda dipahami sebagai kebudayaan yang mengutamakan ikatan sosial ,dan juga
memperhatikan indikator pembentuk ikatan sosial tersebut ,yaitu tata cara beretika utamanya
dalam budaya mengucapkan 'punteun'/permisi.

Dalam budaya sunda orang yang mengucapkan kata punten saat berjalan melewati
orang lain akan dianggap sebagai orang yang memiliki etika baik karena dia memahami dan
melaksanakan nilai juga esensi etika dalam sudut pandang budaya sunda yang kental dengan
keramah tamahnya, dan sebaliknya orang yang tidak mengucapkan kata punteun saat berjalan
melewati orang lain akan dianggap sebagai orang yang tidak memiliki etika dan tidak
mengetahui esensi juga nilai yang sudah di anut masyarakat sunda sejak lama sebagai bentuk
kebudayaan radikal.

Budaya tutur kata punteun sangat penting dalam tata cara hidup bermasyarakat di suku
sunda, utamanya saat berkomunikasi dengan masyarakat disekitarnya, dan dalam budaya sunda
perwujudan etika yang baik terhadap masyarakat sekitar adalah menghargai dan menghormati
dengan cara mengucapkan kata punteun ketika melewati masyarakat sekitar.

Namun ada permasalahan dalam memahami budaya tutur kata punteun bagi masyarakat
non-suku sunda,selain berbedanya pemaknaan bahasa ,latar belakang budaya yang heterogen
menjadi indikator seseorang sulit memahami budaya lain di luar budaya asalnya .Ketika ada
seseorang yang hidup di lingkungan dengan budaya yang berbeda tentu ada budaya yang belum
dipahami dalam tata cara berkomunikasi maupun cara memahami bentuk komunikasi ,dan hal
inilah yang menyebabkan timbulnya permasalahan dalam komunikasi antar budaya terutama
pemahaman terhadap budaya tutur kata punteun bagi masyarakat non-suku sunda,dalam aspek
persepsi bentuk verbal maupun non-verbal.

Dalam realitasnya ketika ada seseorang yang tidak memahami budaya berkatapunteun
saat berjalan melewati orang sekitar maka ia akan dianggap tidak memiliki etika ,hal ini adalah
cara pandang masyarakat sunda terhadap masyarakat lain ,tidak peduli orang itu pada dasarnya
memang berbudaya sunda bahkan asli sunda, ataupun orang itu berkebudayaan lain di luar
budaya sunda ,tetap saja dia akan dipandang sebagai orang yang melanggar norma yang ada
terutama masalah etika.Sesuatu hal yang wajar jika orang non-kebudayaan sunda ada yang tidak
memahami budaya sunda dikarenakan beberapa faktor ,tetapi sangat ironis jika orang
berkebudayaan sunda itu sendiri tidak memahami budayanya ,hal tersebut bisa terjadi karena
proses erosi dan degradasi kebudayaan lokal tradisional oleh budaya media
massa(TV,radio,majalah,surat kabar) dengan budaya populernya serta budaya media sosial
yang membawa modernitas di tengah-tengah kehidupan masyarakat tradisional ,dan hal inilah
yang menghilangkan nilai dan esensi budaya lokal sebagai identitas sebuah bangsa yang
berbudaya.

Hal ini pernah terjadi di kampung Ciaro bertempat di Kecamatan Nagreg ,dimana ada
seorang pendatang baru dari luar pulau jawa dan baru menetap di kampung yang sangat
memegang teguh etika mengatakan punteun/permisi ,dan pendatang itu belum memahami
budaya baru yang ada di depan matanya,sehingga dia tidak tau cara berkomunikasi dan
bagaimana memahani bentuk komunikasi masyarakat sunda.Orang tersebut tidak mengucapkan
sepatah katapun saat melawati kerumunan orang ,sehingga orang itu dianggap tidak memiliki
etika dan melanggar norma-norma yang ada di kampung tersebut ,dan akibatnya dia harus
menerima pandangan negatif dari masyarakat, padahal aslinya orang itu tidak ada maksud untuk
tidak menghargai orang sekitarnya dan melanggar norma yang ada .Inilah akibatnya jika
seseorang tidak memahami budaya komunikasi di suatu tempat,. Mungkin pemaknaan budaya
orang pendatang tersebut terhadap tata cara permisi dalam sudut pandang budaya sunda berbeda
dengan cara pengaplikasian budaya asalnya.

Adapun masyarakat sunda sendiri yang tidak memahami nilai-nilai etika sudah
menjamur dimana-mana ,seolah dia tidak memahami budayanya sendiri.Bahkan orang sunda
yang tidak memahami budayanya akan mendapatkan sanksi sosial yang cukup berat.Hal ini
terjadi karena tergesernya budaya-lokal tradisional oleh budaya populer-modern yang sudah
menjadi pondasi dan tata cara hidup bersosialisasi dengan masyarakat sekitar.

Masalah ini dapat diminimalisir jika seseorang tersebut bisa memahami komunikasi yang
berbeda dengan budaya asalnya dengan menggunakan pendekatan studi komunikasi antar budaya
,dengan demikian orang itu dapat menyesuaikan dan memahami bentuk komunikasi yang
berbeda dengan budaya asalnya.Dan bagi masyarakat berbudaya sunda yang kehilangan
eksistensi budaya lokal diharapkan agar menumbuhkan kecintaan terhadap budaya lokalnya
sebagai bentuk perwujudan bangsa yang cinta identitas budaya rakyat dan kerakyatan, selain itu
ditekankan juga agar selektif dalam menerima budaya populer yang dibawa media
massa(TV,radio,majalah,surat kabar) dan juga media sosial.

Dalam permasalahan komunikasi antar budaya yang dibahas dalam tulisan ini dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa seorang minoritaslah yang harus memahami budaya mayoritas
,memahami budaya berarti menyesuaikan semua bentuk komunikasi agar kita dapat memahami
dan juga dipahami.

.Budaya beretika secara umum dan secara khususnya budaya permisi/'punteun'(dalam bahasa
sunda) sangat penting sebagai pemelihara integritas kesatuan dan persatuan sebuah bangsa
.Bukan bangsa yang berlatar belakang budaya sunda saja yang harus melestarikan budaya ini
(budaya permisi) , tapi seluruh bangsa indonesia dengan latar belakang budaya yang berbeda
pun turut ikut melestarikan budaya beretika dalam memelihara kesatuan dan persatuan bangsa
indonesia sebagai bangsa yang menjungjung kebhinekaan, serta memelihara jati diri bangsa
indonesia sebagai manusia yang ramah tamah terhadap sesamanya.

Você também pode gostar