Você está na página 1de 5

Angkatan Balai Pustaka

Balai Pustaka merupakan titik tolak kesustraan Indonesia.

Ciri-ciri Angkatan Balai Pustaka adalah:

1. Menggunakan bahasa Indonesia yang masih terpengaruh bahasa Melayu


2. Persoalan yang diangkat persoalan adat kedaerahan dan kawin paksa
3. Dipengaruhi kehidupan tradisi sastra daeran/lokal
4. Cerita yang diangkat seputar romantisme.

Angkatan Balai Pustaka terkenal dengan sensornya yang ketat. Balai Pustaka berhak mengubah
naskah apabila dipandang perlu.

Contoh hasil sastra yang mengalami pen-sensoran adalah Salah Asuhan oleh Abdul Muis yang
diubah bagian akhirnya dan Belenggu karya Armyn Pane yang ditolak karena Balai Pustaka
karena tidak boleh diubah.

Contoh sastra pada masa Angkatan Balai Pustaka:

Roman
- Azab dan sengsara ( Merari Siregar )
- Sitti Nurbaya ( Mara Rusli )
- Muda Teruna ( M.Kasim )
- Salah Pilih ( Nur St.Iskandar )
- Dua Sejoli ( M.Jassin.dkk. )

Kumpulan Puisi
- Percikan Permenungan ( Rustam Effendi)
- Puspa Aneka ( Yogi )

Angkatan Pujangga Baru

Angkatan Pujangga Baru muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh
Balai pustaka terhadap karya tulis sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra
yang menyangkut rasa nasionalisme dan kesadaran kebangsaan.

Sastra Pujangga Baru adalah Sastra intelektual, nasionalistik dan elitis menjadi bapak sastra
medern Indonesia.

Pada masa ini, terbit pula majalah Poedjangga Baroe yang dipimpin oleh Sultan Takdir
Alisyahbana, Amir Hamzah dan Armijn Pane.
1. Kelompok Seni untuk Seni
2. Kelompok Seni untuk Pembangunan Masyarakat

Ciri-ciri sastra pada masa Angkatan Pujangga Baru antara lain sbb:

-Sudah menggunakan bahasa Indonesia


-Menceritakan kehidupan masyarakat kota, persoalan intelektual, emansipasi ( struktur cerita/konflik
sudah berkembang)
-Pengaruh barat mulai masuk dan berupaya melahirkan budaya nasional
-Menonjolkan nasionalisme, romantisme, individualisme, intelektualisme, dan materialisme.

Salah satu karya sastra terkenal dari Angkatan Pujangga Baru adalah Layar Terkembangkarya
Sultan Takdir Alisyahbana.
Layar Terkembang merupakan kisah roman antara 3 muda-mudi; Yusuf, Maria, dan Tuti.
-Yusuf adalah seseorang mahasiswa kedokteran tingkat akhir yang menghargai wanita.
-Maria adalah seorang mahasiswi periang, senang akan pakaian bagus, dan memandang kehidupan
dengan penuh kebahagian.
- Tuti adalah guru dan juga seorang gadis pemikir yang berbicara seperlunya saja, aktif dalam
perkumpulan dan memperjuangkan kemajuan wanita.

Selain Layar Terkembang, Sultan Takdir Alisyahbana juga membuat sebuah puisi yang berjudul
Menuju ke Laut.
Puisi Menuju ke Laut karya sultan Alisyahbana ini menggunakan laut untuk mengungkapkan
hubungan antar manusia,alam,dan Tuhan.
Ada pula seorang Pujangga Baru lainnya,Sanusi Pane yang menggunakan laut sebagai sebagai
sarana untuk mengungkapkan hubungan antar manusia,alam,dan Tuhan
Karya Sanusi Pane ini tertuang dalam bentuk puisi yang berjudul Dalam Gelombang

Sastrawan pada Angkatan Pujuangga Baru beserta hasil karyanya antara lain sebagai berikut :
Sultan Takdir Ali Syahbana
- Contoh : Di Kakimu, Bertemu
Sutomo Djauhar Arifin
- Contoh : Andang Teruna (fragmen)
Rustam Effendi
- Contoh : Bunda dan Anak, Lagu Waktu Kecil
Asmoro Hadi
- Contoh : Rindu, Hidup Baru
Hamidah
- Contoh : Berpisah, Kehilangan Mestika (fragmen)

Angkatan 45

Angkatan 45 lahir dalam suasana lingkungan yang sangat prihatin dan serba kertas,yaitu
lingkungan fasisme jepang dan dilanjutkan peperangan dan mempertahankan kemerdekaan
indonesia.

Ciri-ciri angkatan 45 adalah :


- Terbuka
- Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
- Corak isi lebih realis
- Individualisme sastrawan lebih menonjol,dinamis,dan kritis
- Penghematan sastra dalam karya
- Ekspresif
- Sinisme dan sarkasme
- Karangan perosa berkurang,puisi berkembang

Contoh sastra pada masa angkatan 45 :


- Tiga menguak takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
- Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
- Kerikil Tajam dan yang terampas dan yang Putus(Chairil Anwar)
- Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
- Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
- Tandus (S. Rukiah)
- Puntung Berasap (Usmar Ismail)
- Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
- Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
- Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
- Rekaman Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)

Angkatan 66

Angkatan 66 ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison. Semangat avant-garde sangat
menonjol pada angkatan ini. Banyak karya sastra pada angkatan yang sangat beragam dalam
aliran sastra, seperti munculnya karya sastra beraliran surrealistik, arus kesadara, arketip, absurd,
dan lainnya.

Ciri-ciri sastra pada masa angkatan 66 adalah :


1. Bercorak perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan
2. Bercorak membela keadilan
3. Mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan
4. Berontak
5. Pembelaan terhadap pancasila
6. Protes sosial dan politik

Contoh sastra pada masa Angkatan 66 adalah :

Putu Wijaya
- Pabrik
- Telegram
- Stasiun

Iwan Simatupang
- Ziarah
- Kening
- Merahnya Merah

Djamil Suherman
- Sarip Tambak Oso
- Perjalanan ke Akhirat

Você também pode gostar