Você está na página 1de 15

Bahan Bacaan 7

*)
Standar Pendidikan

Sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan nasional, Pemerintah telah


mengeluarkan standar minimal sistem pendidikan yang disebut dengan Standar
Nasional Pendidikan. Tentunya standar ini menjadi acuan seluruh bentuk
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, termasuk bagi sekolah-sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif.

A. Standar Nasional Pendidikan

1. Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang


mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
2. Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian,
kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5. Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan
untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi.
6. Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi
dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya
biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 1


8. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik.

B. Kesesuaian terhadap Indikator Keberhasilan Penyelenggaraan Pendidikan


Inklusif

Dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif, selain mengacu pada delapan standar


di atas, perlu juga menilai sejauh mana kesesuaiannya terhadap indikator
keberhasilan penyelenggaraan pendidikan inklusif berikut ini:

1. Kepemimpinan dan Manajemen


Kepemimpinan bersifat visioner dan memotivasi terjadinya perubahan pada
model-model pembelajaran terbaik dalam memberikan layanan pendidikan bagi
peserta didik berkebutuhan khusus. Kepemimpinan adalah sesuatu yang
partisipatif dan tersebar pada seluruh anggota komunitas sekolah termasuk
pihak manajemen, kepala sekolah, guru, tim yang menangani pendidikan
khusus, staf pendukung, orang tua/wali dan peserta didik. Kepemimpinan terjadi
melalui mekanisme formal dan informal. Kepala sekolah berperan penting
terutama dalam hal konsultasi dan kolaborasi.
2. Perencanaan Pembangunan Sekolah
Perencanaan pembangunan sekolah adalah proses yang berkesinambungan
yang dilakukan oleh sekolah guna peningkatan kualitas dan pengelolaan
perubahan. Perencanaan pembangunan sekolah mempertimbangkan tujuan dan
nilai-nilai sekolah, menetapkan visi sekolah untuk pembangunan masa depan
dan grafik yang menggambarkan langkah guna mewujudkan visi tersebut.
Perencanaan pengembangan sekolah meliputi kebijakan, praktik dan prosedur
pada setiap bidang kehidupan di sekolah. Oleh karena itu, perencanaan
pembangunan sekolah menyiapkan prinsip-prinsip dasar inklusif yang terukur
guna kemajuan penyelenggaraan inklusi untuk peserta didik berkebutuhan
khusus.
3. Lingkungan Sekolah
Akomodasi yang sewajarnya dikembangkan agar dapat membuka pendaftaran
dan partisipasi peserta didik berkebutuhan khusus. Media transportasi yang
aksesibel, bangunan, materi, perlengkapan, fasilitas, kegiatan dan strategi
Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 2
menciptakan lingkungan yang ramah dan inklusif. Aksesibilitas dan masalah
kesehatan dan keselamatan selalu dipertimbangkan dalam perencanaan dan
pengadaan hal-hal yang baru termasuk di dalamnya adalah peralatan, dan pada
saat merencanakan dan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan. Informasi
tentang fasilitas diakses dan pembatasan disebarkan ke sekolah
masyarakat.

4. Komunikasi
Komunikasi didasarkan rasa saling menghormati antara tenaga pendidik, siswa,
orang tua dan komponen lain dalam komunitas sekolah. Komunikasi di antara
stakeholder di sekolah terjadi melalui berbagai cara yang sesuai termasuk verbal
dan non-verbal, isyarat, tertulis dan visual. Pendidik dan tenaga kependidikan
menyadari kekuatan komunikasi secara non-verbal dan bahasa tubuh yang dapat
memberikan kontribusi bagi hubungan interpersonal dan inklusi di sekolah yang
memiliki kualitas. Komunikasi timbal balik dan terbuka mempertimbangkan
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus.

5. Kesejahteraan Peserta Didik dan Tenaga Pendidik dan Kependidikan


a. Pemenuhan potensi peserta didik
Mempromosikan kesejahteraan dan keamanan emosional dan fisik peserta
didik adalah ciri kehidupan sekolah yang mendasar. Pemantauan kehadiran
mereka yang terus-menerus, partisipasi, kesejahteraan dan kinerja dapat
meningkatkan pencapaian potensi peserta didik di bidang akademik dan
sosial. Kesadaran atas keanekaragaman sangat penting dalam menciptakan
budaya inklusif di sekolah dan mempromosikan kesetaraan akses pendidikan
dan partisipasi peserta didik berkebutuhan khusus.

b. Pemenuhan potensi tenaga pendidikan dan kependidikan


Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan juga diutamakan bersama-
sama dengan kesejahteraan peserta didik yang didasarkan pada perspektif
hak. Kesejahteraan tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah diperhatikan
dan mereka diharapkan untuk dapat saling mendukung. Komunikasi terbuka
dan informasi di awal dapat mendorong kesadaran akan deteksi dini atas
kemungkinan terjadinya kesulitan dan penyelesaian masalah yang dilakukan
bersama-sama. Akses pada pengembangan profesional yang berkelanjutan

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 3


dan dukungan dari manajemen dan rekanan menambah pengetahuan dan
keahlian dalam memberikan layanan bagi peserta didik berkebutuhan khusus.

6. Perencanaan Kurikulum Inklusif


Manajemen sekolah dan tenaga pendidik serta tenaga kependidikan terlibat
dalam perencanaan kurikulum yang merupakan inti dari komponen pembelajaran
yang inklusif. Perencanaan kurikulum untuk pendidikan inklusif memiliki konten
belajar yang berbeda-beda (materi yang diajarkan), proses (metode, materi dan
kegiatan yang digunakan) atau hasil (cara peserta didik belajar). Kegiatan-
kegiatan ini dirancang untuk melibatkan peserta didik berkebutuhan khusus
dalam berbagai pembelajaran untuk memaksimalkan potensi mereka.

7. Program Pembelajaran Individual


Perencanaan bagi pemenuhan kebutuhan individu merupakan bagian yang
penting dari kebijakan sekolah inklusif. Program Pembelajaran Individual (PPI)
adalah tambahan terhadap program pembelajaran umum bagi semua murid. PPI
menetapkan bagaimana belajar-mengajar berlangsung dalam kurikulum yang
dibedakan/dimodifikasi. Dalam konteks keberlanjutan layanan, peserta didik
berkebutuhan khusus mungkin memerlukan program pembelajaran individual,
mulai dari yang berbentuk sederhana sampai dengan bentuk yang lebih
terperinci. Untuk memenuhi kebutuhan individu, diperlukan penggunaan
metodologi yang beragam, sumber daya, dan dukungan yang tepat.

8. Strategi Belajar dan Pembelajaran


a. Pengalaman belajar
Masing-masing peserta didik berkebutuhan khusus memiliki kemampuan
belajar dan kebutuhan individual. Pengalaman belajar peserta didik perlu
ditingkatkan melalui komitmen untuk penyelenggaraan inklusi melalui
diferensiasi, hubungan kelas yang positif, dan keterlibatan keluarga.
Pembelajaran yang positif akan meningkatkan partisipasi, keterampilan
akademik dan sosial, serta meningkatkan angka partisipasi murni.

b. Pengalaman pembelajaran
Pengajaran yang efektif membutuhkan metodologi pembelajaran, materi, dan
perencanaan yang sesuai. Pengajaran yang efektif termasuk pengajaran

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 4


koperatif, perbedaan, dan memperkenalkan hubungan kelas yang positif.
Pengalaman pembelajaran yang positif akan memperkaya peran tenaga
pendidik dan menciptakan pengalaman pembalajaran di kelas yang
bermakna.

9. Manajemen Kelas
a. Protokol dan peraturan kelas
Pengelolaan kelas dan organisasi termasuk di antaranya tata letak, akses
bahan-bahan, struktur visual, pengaturan jadwal dan hal-hal lainnya yang
diperkirakan penting, semuanya akan berkontribusi untuk memberikan
pengalaman belajar yang positif bagi peserta didik. Kesempatan belajar
sedapat mungkin diperluas dan rasa kepemilikan peserta didik terhadap
perilaku dan keberhasilan belajar yang optimal terus didorong.

Protokol kelas dan aturan dilaksanakan selaras dengan protokol sekolah


secara keseluruhan untuk meningkatkan proses belajar inklusif dan
mengatasi perilaku yang menghambat. Perilaku positif dipromosikan di
seluruh sekolah. Panduan yang jelas tentang perilaku yang dapat diterima
berkontribusi pada penciptaan lingkungan yang aman untuk pengembangan
potensi akademik, sosial, dan kepribadian peserta didik.

b. Implementasi kurikulum
Guru dan murid memainkan peran yang saling bergantung di dalam kelas.
Guru memfasilitasi dan melibatkan siswa dalam proses belajar mereka. Murid
berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar. Manajemen kelas yang baik
seharusnya dapat memfasilitasi proses ini. Uraian tujuan pembelajaran yang
sesuai dengan kurikulum disampaikan kepada siswa dan kesejahteraan serta
keterlibatan mereka merupakan prioritas.

10. Layanan Pendukung Pembelajaran


a. Dukungan terhadap pengakuan dan pembelajaran
Penilaian dan pengakuan prestasi merupakan bagian tak terpisahkan dari
siklus belajar, memberikan gambaran kemajuan murid dari waktu ke waktu
dan menginformasikan tahap pembelajaran berikutnya. Penilaian yang inklusif
memberikan pengalaman dan umpan balik yang berarti kepada siswa dan

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 5


orang tua/wali sesuai dengan usia dan kurikulum yang sesuai. Penilaian
inklusif mencakup berbagai metode baik formal maupun informal.

b. Penilaian eksternal dan sertifikasi


Sebagian besar siswa mengikuti proses penilaian eksternal dan ujian di
berbagai tahap berbeda dan membutuhkan persiapan yang cermat. Seiring
dengan perkembangan kemajuan siswa, mereka didorong mengambil
tanggung jawab lebih besar untuk persiapan akademiknya. Dukungan,
termasuk penilaian dan umpan balik yang sesuai diberikan secara tepat.

Contoh Instrumen Identifikasi berdasarkan 8 Standar Pendidikan

STANDAR ISI

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
Sekolah melakukan identifikasi peserta didik
dengan kondisi fisik
Sekolah melakukan identifikasi peserta didik
dengan kondisi mental
Identifikasi
Sekolah melakukan identifikasi peserta didik
1 masalah
dengan kondisi sosial
peserta didik
Sekolah melakukan identifikasi peserta didik
dengan kondisi emosional
Sekolah melakukan identifikasi peserta didik
dengan kondisi sensoris neurologis
Sekolah melaksanakan asesmen medis
Sekolah melaksanakan asesmen psikologis
Sekolah melaksanakan asesmen akademik
2 Asesmen Sekolah melaksanakan asesmen latar
belakang sosial
Sekolah melaksanakan asesmen latar
belakang perkembangan anak
Sekolah menyusun modifikasi kurikulum
meliputi:
a. Tujuan dan indikator
b. Materi/bahan ajar
Pengembangan c. Kegiatan pembelajaran (waktu, metode,
3
kurikulum tempat, sumber dan media)
d. Sistem penilaian hasil belajar bagi ABK (isi,
cara, waktu, alat)
e. Silabus
f. Dalam modifikasi kurikulum sekolah

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 6


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
melibatkan kepala sekolah, guru, komite
sekolah, wakil orang tua siswa, tokoh
masyarakat, dan konsultan pendidikan
Program Sekolah membuat Program Pembelajaran
Pembelajaran Individual
4
Individual Sekolah memiliki dokumen tertulis RPP yang
(PPI) dimodifikasi dan/atau PPI
Tindak lanjut:

STANDAR PROSES

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
Sekolah menyusun kurikulum secara umum
(duplikasi)
Kurikulum
1 Kurikulum umum dengan modifikasi
sekolah
Kurikulum substitusi
Kurikulum omisi
2 Silabus Silabus di kembangkan sesuai dengan
perkembangan individu peserta didik (ABK)
Perangkat Tersedia profil peserta didik
pembelajaran Kemampuan pembelajaran peserta didik
serta sumber Kekuatan dan kelemahan peserta didik
daya Tujuan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
3 pendidikan Membuat tujuan khusus
yang Menyusun kegiatan pembelajaran
diperlukan Menentukan alokasi waktu, tempat, dan pihak
dalam proses yang terlibat
pembelajaran
a. Perencanaan kegiatan pembelajaran:
Menetapkan tujuan pembelajaran
Merencanakan pengelolaan kelas
Merencanakan pengorganisasian bahan
Merencanakan pengelolaan kegiatan
Proses
4 pembelajaran
pembelajaran
Merencanakan penggunaan sumber belajar
Merencanakan penilaian
b. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran:
Waktu belajar disesuaikan dengan
kebutuhan khusus peserta didik (ABK)

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 7


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
Pembelajaran dilaksanakan sewaktu-waktu
di kelas khusus
Dalam pembelajaran menggunakan alat
bantu khusus
Penempatan tempat duduk sesuai dengan
kebutuhan ABK
Pemberian tugas khusus sesuai dengan
kemampuan ABK
Pemanfaatan anak didik reguler sebagai
tutor sebaya
Pemberian layanan pembelajaran khusus di
luar jam belajar reguler
Pemanfaatan buku penghubung antara
GPK dengan ABK dan GPK dengan orang
tua berjalan efektif
c. Prinsip pembelajaran yang memerhatikan
perbedaan individu dan mendorong
partisipasi aktif peserta didik:
Tunanetra
Tunarungu
Tunagrahita
Tunadaksa
Tunalaras
Peserta didik berbakat istimewa
Berkesulitan belajar
Lamban belajar
Autis
Memiliki gangguan motorik
Menjadi korban penyalahgunaan narkoba
Obat terlarang dan zat adiktif lainnya
Memiliki kelainan lainnya, tunaganda
d. Prinsip pelayanan pendidikan
Ada kerja sama dengan psikolog
Ada program pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan ABK
Tindak lanjut:

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 8


STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
Sekolah secara khusus telah menetapkan
standar kompetensi lulusan:
a. Sama dengan standar reguler
Standar
1 b. Modifikasi standar reguler dan kemampuan
kompetensi
peserta didik ABK
c. Sesuai dengan kemampuan peserta didik
ABK atas pertimbangan rapat kelulusan
Sekolah memprogramkan pengembangan
bakat dan keterampilan untuk ABK
berdasarkan minat dan bakat peserta didik
misalnya: kewirausahaan, kesenian,
Program memasak, dsb.
pengembangan a. Pengembangan bakat dan keterampilan
2
keterampilan ABK berdasar minat dan bakat peserta
hidup (life skill) didik sama dengan peserta didik reguler
b. Pengembangan bakat dan keterampilan
ABK berdasarkan modifikasi peserta didik
c. Pengembangan sesuai dengan minat bakat
dan keterampilan ABK
Sekolah mengadakan ujian sekolah dan bagi
yang lulus mendapatkan STTB
a. Melaksanakan program Ujian Sekolah dan
bagi yang lulus mendapatkan STTB sesuai
Ujian sekolah dengan peserta didik reguler
dan Surat b. Melaksanakan program ujian sekolah yang
3
Tanda Tamat dimodifikasi dari peserta didik reguler dan
Belajar (STTB) ABK bagi yang lulus mendapatkan STTB
c. Melaksanakan program ujian sekolah dan
mendapatkan STTB sesuai dengan
kemampuan peserta didik ABK
d. Persentase kelulusan mencapai 100%
Sekolah menetapkan kriteria kenaikan kelas:
a. Kriteria kenaikan kelas sesuai dengan
peserta didik reguler
b. Kriteria kenaikan kelas dimodifikasi dari
Kriteria
4 kriteria peserta didik reguler dengan
kenaikan kelas
peserta didik ABK
c. Kriteria kenaikan kelas disesuaikan
dengan kemampuan, minat dan bakat ABK
berdasarkan hasil rapat kenaikan kelas
Kriteria Sekolah menetapkan Kriteria Ketuntasan
5 Ketuntasan Minimal:
Minimal (KKM) a. KKM sama dengan peserta didik reguler

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 9


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
b. KKM dimodifikasi peserta didik reguler
dengan peserta ABK
c. KKM berdasar kemampuan, bakat, dan
minat peserta didik ABK
Peserta didik ABK yang telah lulus
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih
tinggi
Tindak lanjut:

STANDAR PENDIDIK dan TENAGA KEPENDIDIKAN

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
Sekolah memiliki GPK
Jumlah GPK sesuai dengan rasio ketunaan di
Guru
sekolah
1 Pembimbing
Kualifikasi pendidikan GPK sesuai dengan
Khusus (GPK)
ketentuan (S1 PLB)
Status GPK dan PNS
Sekolah memiliki tenaga psikolog
Sekolah memiliki tenaga psikiater
Sekolah memiliki tenaga terapi bicara (bina
wicara)
Tenaga khusus
Jumlah tenaga khusus ABK sesuai dengan
Anak
2 rasio ketunaan di sekolah
Berkebutuhan
Kualifikasi pendidikan tenaga khusus ABK
Khusus (ABK)
sesuai dengan ketentuan (S1)
Status tenaga khusus ABK adalah PNS
Jumlah tenaga khusus ABK sesuai dengan
rasio ketunaan
GPK telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan pemdidikan inklusif
GPK telah mengikuti seminar pendidikan
Peningkatan
inklusif
Sumber Daya
GPK telah mengikuti workshop pendidikan
3 Guru
inklusif
Pembimbing
Ada organisasi KKG/MGMP Guru Pembimbing
Khusus (GPK)
Khusus sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif
Ada forum komunikasi GPK sekolah

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 10


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
penyelenggara Pendidikan Inklusif
Ada organisasi himpunan di KKKS/MKKS bagi
kepala sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif
Guru mengelola PBM yang berpusat pada
siswa yang sesuai dengan ragam ketunaan
Guru menciptakan lingkungan kelas yang
inklusif dan ramah pembelajaran
Guru melayani kebutuhan pembelajaran siswa
secara akomodatif
Guru merencanakan, melaksanakan, dan
Peran guru menilai program pembelajaran sejalan dengan
kelas dan landasan pendidikan yang berasaskan
4 Guru demokrasi, berkeadilan, dan tanpa diskriminasi
Pembimbing (misalnya: Prota, Promes, Silabus, RPP, PPI,
Khusus (GPK) dsb.)
Guru mengembangkan komunikasi dengan
pemangku kepentingan penyelenggaraan
pendidikan inklusif
Guru melaksanakan pembelajaran dengan
memanfaatkan pendampingan teman sebaya
Guru menjalin kerja sama dengan pusat
sumber yang didukung dengan MOU
Tindak lanjut :

STANDAR SARANA PRASARANA

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
1 Sarana Bangunan dan fasilitas umum memenuhi keamanan dan
prasarana kenyamanan bagi semua orang tanpa terkecuali
Semua peserta didik dapat menggunakan bangunan
serta prasarana yang ada yaitu:
a. Adanya guiding block, kodifikasi warna dan identitas
anak serta ruangan bagi anak tunanetra

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 11


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
b. Adanya daun pintu yang lebar, ruang gerak yang
cukup cahaya dan posisi papan tulis yang
direndahkan bagi anak tunadaksa
c. Adanya toilet yang sesuai dengan kebutuhan PDBK
d. Adanya ruang sumber yang memfasilitasi PDBK
e. Bangunan dan fasilitas yang ada mudah digunakan
f. Bangunan dan fasilitas yang ada dapat
menumbuhkan kemandirian
g. Sekolah memiliki mesik ketik braile, buku braile, buku
cetak besar, komputer aksesibilitas, tongkat
tunanetra, alat perekam suara bagi anak tunanetra
h. Sekolah memiliki kursi roda, kursi dengan modifikasi,
papan tulis modifikasi dll bagi anak
tunadaksa/cerebral palsy
i. Adanya kesempatan menjadi tutor sebaya, bahan
bacaan untuk pengayaan, laboratorium, program
khusus, ensiklopedi, dll. bagi anak cerdas dan/atau
berbakat istimewa
j. Adanya alat bantu dengar, kamus bahasa isyarat,
poster isyarat/alfabet, kartu penunjuk gambar kata,
kalimat, pemutar video bagi anak tunarungu.
k. Adanya perangkat bongkar pasang/teka-teki, buku
geometri tiga dimensi, alat berhitung taktis bagi anak
tunagrahita
l. Adanya peralatan identifikasi dan asesmen
m. Tersedianya bahan ajar yang disesuaikan dengan
bidang garapan yang dikembangkan
n. Tersedianya ruang asesmen
o. Tersedianya ruang konsultasi yang nyaman
p. Sekolah memiliki fasilitas pembinaan bakat di bidang
seni
q. Sekolah memiliki fasilitas pembinaan bakat olahraga
Rencana tindak lanjut:

STANDAR PENGELOLAAN

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
1 Kerja sama Sekolah melaksanakan MoU dengan lembaga/SLB
dengan tertentu
pusat Sekolah selalu berkoordinasi dengan pemangku

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 12


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
sumber kepentingan pendidikan
2 Program Sekolah memiliki program kerja sekolah inklusif
kerja yang mekanisme penyusunannya melibatkan kepala
sekolah sekolah, guru, komite, tokoh masyarakat dan warga
sekolah yang lain.
3 Pengelolaan Lingkungan sekolah ramah terhadap PDBK
kelas Memerhatikan kondisi peserta didik yang berbeda
inklusif Menggunakan strategi, model dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar
Melakukan kerja sama dengan berbagai pihak yang
terkait
Mengembangkan potensi peserta didik
Sekolah menetapkan kebijakan maksimal 5 (lima)
PDBK
Minimal dalam satu rombongan belajar adalah 1
(satu) PDBK, dengan 2 (dua) jenis ketunaan
Prioritas penerimaan peserta didik baru diberikan
kepada PDBK yang tempat tinggalnya paling dekat
dengan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif
tanpa membedakan status ekonomi dan
ketunaannya
Tata tertib/peraturan kelas tidak diskriminatif
Pengaturan penempatan peserta didik dengan
memberikan kesempatan pada peserta didik untuk
berinteraksi dengan peserta didik lainnya dan yang
mampu member pengaruh positif
Pengelolaan lingkungan belajar, dengan
mengupayakan suasana yang tenang serta
mengurangi stimulasi gangguan (visual: pengaturan
pencahayaan yang optimal bagi pserta didik
terutama low vision, dan auditori: ruang yang kedap
suara bagi peserta didik tunarungu)
Penyediaan media pembelajaran dapat
menstimulasi kerja sama dan bukan kompetitif, yang
sesuai dengan kebutuhan peserta didik misal:
a. Peserta didik tunanetra duduk di dekat pintu dan
baris terdepan
b. Peserta didik tunarungu duduk di baris depan
agar mudah membaca keterarah-wajahan
(komunikasi total)
c. Peserta didik tunadaksa duduk di baris pinggir
dekat pintu agar memudahkan aksesibilitas.
Pengaturan tempat duduk peserta berkebutuhan
khusus yang memerhatikan kebutuhan khusus
peserta didik dan pengembangan potensinya

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 13


RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
dengan optimal
Guru mengakomodasi kebutuhan belajar sesuai
kebutuhan PDBK, misalnya peserta didik tunanetra
dapat merekam proses pembelajaran
Rencana tindak lanjut:

STANDAR PEMBIAYAAN

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
1 Program Semua kegiatan/program sekolah dicantumkan
kerja sekolah dalam RKAS sesuai dengan ketentuan yang
bidang berlaku
keuangan Sekolah menyusun anggaran sesuai dengan
(RKAS) kebutuhan:
a. Pengadaan aksesibilitas sesuai dengan
ketunaan
b. Pengadaan materi pembelajaran
c. Pengadaan media pembelajaran
d. Pemberian insentif untuk GPK
e. Pengadaan asesmen
2 Sumber Dari pemerintah pusat (BOS reguler)
dana Dari provinsi
Dari pemda (BOSDA)
Dari yayasan
Swadaya masyarakat
Sumber lainnya
3 Pertanggung Laporan per triwulan
jawaban Laporan per tahun
keuangan Laporan per kegiatan anggaran
Ada tim manajemen keuangan
Akuntabilitas dan transparansi laporan
Rencana tindak lanjut:

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 14


STANDAR PENILAIAN

RUANG
NO INDIKATOR YA TDK KET
LINGKUP
1 Proses 1. Jenis penilaian
hasil a. Penilaian hasil belajar dilakukan dengan
belajar fleksibel
b. Tes dilakukan dengan cara kuantitatif dan
kualitatif
c. Proses penilaian menggunakan jenis tes lisan,
tulisan dan perbuatan
d. Proses penilaian menggunakan jenis non-tes
dengan observasi, wawancara dan skala sikap
2. Waktu penilaian diprogramkan dalam kalender
pendidikan berupa kegiatan
a. Ulangan harian
b. Ulangan tengah semester
c. Ulangan akhir semester
d. US/UN
3. Strategi penilaian dilakukan secara fleksibel
disesuaikan dengan jenis kebutuhan, kemampuan
dan kondisi PDBK
4. Sistem laporan hasil belajar
a. Peserta didik yang menggunakan kurikulum
reguler laporan hasil belajar (rapor)
menggunakan rapor reguler yang berlaku di
sekolah tersebut
b. Peserta didik menggunakan kurikulum reguler
yang dimodifikasi laporan hasil belajar (rapor)
menggunakan rapor reguler yang dilengkapi
dengan deskripsi (narasi)
c. Peserta didik yang menggunakan kurikulum
yang dibawah kurikulum standar
menggunakan rapor kualitatif yang dilengkapi
dengan deskripsi (narasi)
Rencana tindak lanjut:

End Note:
*) Materi bacaan dikutip dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No.19 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Standar Pendidikan, (Jakarta: BNSP, 2007) dan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan Inklusif menuju Masyarakat Inklusif 15

Você também pode gostar