Você está na página 1de 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TBC

Pengertian

Tuberkulosis paru adalah panyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis dan mycobakterium bovis (jarang oleh mycobacterium

ovum).

Etiologi

1. Mycobakterium tuberkulosa

2. Mycobacterium bovis

3. Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh mycobacterium

tuberkulosa:

Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinn diturunkan

secara genetic.

Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan

kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

Usia: pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.

Pada masa fuber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,

kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.

Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injuri/penyakit, kurang nutisi,

stress emosional, kelelahan yang kronik).

Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan

memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.

Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan terinfekssi lebih

mudah.

Nutrisi yaitu karena status nutrisi yang kurang.

Tidak mematuhi aturan pengobatan.

Patofisiologi

M. Tuberkulosis terhirup dari udara

M. bovis masuk kedalam paru-paru



Menempel pada bronchiole atau alveolus

Memperbanyak setiap 18-24 jam



Proliferasi sel epitel dikelilingi basil dan membentuk dinding

Antara basil dan organ yang terinfeksi (tuberkel)

Basil menyebar melalui kelenjar getah bening menuju kelenjar regional

Dan menimbulkan reaksi eksudasi



Lesi primer menyebabkan kerusakan jaringan

Meluas keseluruh paru-paru (bronchi atau pleura)



Erosi pembuluh darah

Basil menyebar kedaerah yang dekat dan jauh

Tulang Ginjal Otak

Masuknya kuman tuberculosis kedalam tubuh tidak selalu menimbulkan

penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberculosis serta

daya tahan tubuh manusia.

Segera setelah menghirup basil tubekulosis hidup kedalam paru-paru, maka

terjadi eksudasi dan konsolidasi yang terbatas yang disebut focus primer. Basil

tuberculosis akan menyebar, histosit mulai mengangkat organisme tersebut

kekelenjar limpe regional malalui saluran getah bening menuju kekelenjar regional

sehingga terbentuk komplek primer dan mengadakan reaksi eksudasi terjadi sekitar

2-10 minggu (6-8 minggu) paska infeksi.

Bersama dengan terbentuknya kompleks primer terjadi pula hypersensitivitas

terhadap tuberkuloprotein yang dapat diketahui melalui uji tuberculin. Masa terjadi

infeksi sampai terbentuknya kompleks primer disebut masa inkubasi.

Pada anak, lesi dalam paru dapat terjadi dimanapun terutama diperifer dekat

pleura, tetapi lebih banyak terjadi dilapangan bawah paru dibanding dengan lapangan
atas. Pembesaran kelenjar regional serta penyembuhannya mengarah keklasifikasi

dan penyebaran lebih banyak terjadi melalui hematogen.

Pada reaksi radang dimana leukosit polimorfonuklear tampak pada alveoli dan

memfagosit bakteri namun tidak membunuhnya. Kemudian basil menyebar kelimfe

dan sirkulasi. Dalam beberapa minggu limfosit T menjadi sensitif tehadap organisme

TBC dan membebaskan limfokin yang mengubah makrofag/mengaktifkan makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pnemonia akut.

Pnemonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa

nekrosis yang tertinggal, atau proses dapat berjalan terus dan bakteri terus

difagosit atau berkembangbiak dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel

epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis pada bagian sentral, lesi

memberikan gambaran yang relatif padat seperti keju yang disebut nekrosis

kaseosa.

Terdapat tiga macam penyebaran secara patogen pada tuberculosis anak:

penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul gejala atau

tanpa gejala klinis.

Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier biasanya terjadi sekaligus dan

menimbulkan gejala akut dan kadang-kadang kronis.

penyebaran hematogen berulang-ulang.

Klasifikasi tuberculosis

a. Tuberkulosis awal (tuberculosis primer)

Sejumlah anak dan orang dewasa tidak memperlihatkan gejala apapun pada

saat infeksi awal, tetapi beberapa diantaranya dapat mengalami sakit ringan dan

sejumlah kecil terus berlanjut menjadi penyakit difus dan progresif/miler.

Gejala-gejala pada penyakit paru awal, jika terjadi biasanya nonspesifik dan

mungkin disertai demam (jarang lebih dari 39c) yang berlangsung hanya

beberapa hari, tetapi kadang-kadang bertahan hingga 2-3 minggu. Juga terjadi

anoreksia, penurunan berat bedan, iritabilitas, malaise, dan mudah lelah serta ini

sering ditemukan pada anak-anak kecil.

b. Tuberkulosis Reaktivitas (tuberculosis dewasa/tuberculosis kronis)

Pada sejumlah kecil penderita, daerah paru-paru dapat menjadi tempat

multiflikasi bakteri secara aktif. Gejala dini yang paling sering terjadi adalah
batuk kering; dengan berkembangnya lesi maka penderita mulai mengeluarkan

sputum yang pada mulanya bersifat mukoid, tetapi akan berubah menjadi

mukopurulen dan sering kali disertai becak darah.

Tuberculosis reaktivitas tanpa pengobatan dapat sembuh spontan atau

berkembang menjadi penyakit paru-paru progresif. Penyulit yang berat dapat

terjadi seperti ulserasi bronkus dan trakea, pneumotoraks spontan, pleuritis dan

empiema, bronnkiektasis luas, tuberculosis intertinum/penyebaran milier disertai

banyak organ.

c. Tuberkulosis diluar paru-paru

Biasanya terjadi akibat penyebaran hematogen yang berlangsung segera

setelah focus awal paru-paru terbentuk. Kebanyakan penyakit dengan penyebaran

hematogen terjadi dalam waktu satu tahun setelah terbentuknya focus awal

paru-paru dan sebelum pubertas.

d. Tuberkulosis pada saluran napas atas

Bagian stuktur saluran napas bagian atas dapat terinfeki melalui inokulasi

langsung setelah menelan susu/sputum yang tercemar/akibat penyebaran

hematogen. Tonsil, adenoid, mukosa pipi, laring, telinga tengah dan mastoid dapat

terlibat secara terpisah/bersamaan. Penyakit toniler dan adenoid biasanya tidak

menimbulkan gejala apapun, tetapi kadang-kadang berhubungan dengan demam

yang berulang dengan derajat berbeda-beda dan nyeri tenggorokan yang

menetap.

e. Tuberkulosis milier

Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-anakserta terjadi dalam

waktu 36 bulan pertama setelah infeksi awal paru-paru. Patogenesisnya terdiri

dari invasi kedalam pembuluh darah oleh suatu focus perkijuan, disusul dengan

pelepasan mikroorganisme infeksi kedalam peredaran darah. pada penyakit milier

akut, sejumlah besar mikobakteri beredar didalam pembuluh darah dan

menginvasi berbagai organ tubuh dalam waktu singkat. Gejala yang terjadi yaitu

demam (39C-40C), keletihan, malaise, anoreksia,, dan penurunan berat badan.

Penderita tanpa pengobatan akan mengalami kesulitan bernapas yang semakin

berat selain penurunan berat badan, iritabilitas dan kematian terjadi dalam

waktu 3 bulan dari awitan penyakit.


f. Tuberkulosis kelenjar limfe superficial

Merupakan manisfestasi infeksi yang sering ditemukan. Meskipun jarang, hal

tersebut mungkin terjadi akibat dari drainase berasal dari lesi-lesi awal yang

letaknya berdekatan.

g. Infeksi tuberkulosa pada susunan saraf pusat

Meningitis sering terjadi dalam waktu 6 bulan setelah awitan infeksi awal dan

merupakan penyebab utama kematian akibat tuberkulosis pada masa kanak-

kanak berusia muda (umur 6-24 bulan) tetapi dapat pula tejadi pada semua

kelompok umur. Ada tiga tipe penyakit susunan saraf pusat yaitu meningitis,

tuberkuloma dan meningitis serosa.

h. Tuberculosis urogenital

Manifestasi penyakit ini lebih sering dijumpai pada usia pubertas dan dewasa

bila dibandingkan dengan anak-anak kecil. Pada awalnya, penyakit ini

asimptomatis; satu-satunya maifastasi yang diperlihatkan mungkin berupa piuria

dengan biakan steril pada media rutin.

i. Tuberculosis kulit

Organ ini dapat terlibat dalam proses tuberculosis yaitu kulit mengalami

inokulasi langsung, basil tuberkulossis masuk kedalam kulit dan biasanya akan

menimbulkan ulkus atau papel-papel tanpa rasa nyeri.

j. Tuberkulosis mata

Dimana konjungtiva penderita diinokulasi oleh bakteri tuberculosis, maka

akan terjadi peradangan bilateral yang hebat. Stuktur mata yang lebih dalam

dapat terlibat didalam proses penyakit tuberkulosis milier.

k. Tuberkulosis rongga Abdomen

Tuberculosis saluran cerna paling sering terjadi setelah menelan

mikobakteri, infeksi terjadi jika penderita penyakit paru-paru menelan kembali

sputum mereka. Gejala yang muncul bersifat nanspesifik dan terdiri dari rasa

nyaman abdomen, diare (kadang-kadang bergantian dengan konstipasi), penurunan

berat badan dan anemia sekunder.

l. Tuberkulosis jantung dan Pericardium

Perikarditis tuberkuloma merupakan komplikasi yang jarang dan terjadi

akibat tuberkulosis masa kanak-kanak, tanda-tanda dan gejalanya umumnya

nonspesifik serta bervariasi dari minimal hingga ekstensif.


m. Tuberkulosis kelenjar endokrin dan kelenjar eksokrin

Secara jarang, infeksi awal mungkin terjadi pada kelenjar lakrimaris, saliva

dan mamaria, selebihnya tuberkulosis pada system endokrin dan eksokrin

umumnya terjadi akibat penyebaran hematogen.

n. Tuberkulosis pada neonatus

Karena pintu masuk infeksipada neonatus berlainan, maka tuberculosis pada

kelompok ini bersifat unik. Infeksi intra uterin karena penyebaran hematogen

terjadi pada fase kehamilan. Organisme penyebab infeksi dapat langsung

menembus kedalam peredaran darah janin setelah sebelumnya terbentuk

granuloma pada plasenta atau suatu endometritis tuberkulosa berkembang dan

disertai aspirasi cairan amnion. Dengan demikian infeksi dapat terjadi secara

langsung melalui aliran darah janin, sedangkan tempat awal terjadinya infeksi

adalah hati, diikuti kelenjar limfe portahepatis dan limpa, selanjutnya bergerak

melalui duktus venosus melintasi jantung untuk mencapai paru-paru. Sebaliknya

aspirasi cairan amnion yang terinfeksi langsung pada susunan alat pernapasan

yang terjadi setelah bayi lahir. Ini terjadi akibat pemaparan terhadap ibunya

dengan tuberkulosiss terbuka atau setelah resusitasi oleh individu dengan

tuberculosis.

Manifestasi klinik

Permulaan tuberculosis primer biasanya terjadi dan dapat diketahui secara

klinis karena penyakit mulai secara perlahan-lahan. Kadang tuberculosis ditemukan

pada anak tanpa gejala atau keluhan, dengan tuberculin secara rutin dapat ditemukan

penyakit tersebut.

Gejala tuberculosis primer dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2

minggu dengan atau tanpa batuk dan filek. Gambaran klinik tuberkulosis primer ialah

demam, batuk, anoreksia dan penurunan berat badan (atau sulit naik). Kadang

dijumpai demam yang menyerupai tifus abdominalis atau malaria yang disertai atau

tanpa hepatosplenomegali. Karena itu bila dijumpai keadaan demikian harus ada

pemikiran kearah tuberculosis sebagai penyebab demam tersebut.

Gejala kadang seperti bronkopneumonia, maka jika pasien yang tersangka

bronkopneumonia dan telah mendapatkan pengobatan untuk bronkopneumonia tidak

menunujukan perbaikan harus dipikirkan kemungkinan tuberculosis. Gambaran klinik

lainnya sesuai dengan organ tubuh yang terkena, tetapi pada umumnya jika
menjumpai anak dengan demam naik turun dan lama, dengan atau tanpa batuk pilek,

anoreksia, berat badan sukar naik atau turun perlu dipikirkan kemungkinan anak

menderita penyakit tuberculosis, pasien memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan Diagnostik

Riwayat penyakit yaitu riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit.

Reaksi terhadap test tuberculin yaitu reaksi test positif (diameter = 5 mm)

menunjukan adanya infeksi primer. Cara pemeriksaan yang sering digunakan

dengan luas dalam test tuberculin ini adalah cara mantoux dengan suntukan IC .

Reaksi lokal yang terdapat pada uji mantoux terdiri dari eritema karena

vasodilatasi primer, edema karena reaksi antara antigen yang disuntikan dengan

antibody, dan indurasi yang dibentuk oleh sel mononukleus.

Radiology : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa pengkapuran,

pembesaran kelenjar paratrakeal , penyebaran milier, penyebaran bronkogen,

atelaktasis, pleuritis dengan efusi, dan cairan amnion.

Kultul sputum : Kultur bilasan lambung atau sputum, cairann pleura, urin, cairan

serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil tuberculosis.

Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,

peritoneum, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.

Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung terdapat

reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan.

Penatalaksanaan Terapeutik

o Nutrisi adekuat

o Kemoterapi

Pemberian terapi pada tuberculosis didasarkan pada 3 karakteristik basil, yaitu

basil yang berkembang cepat ditempat yang kaya akan oksigen, basil yang hidup

dalam lingkungan yang kurang oksigen berkembang lambat dan dorman hingga

beberapa tahun, basil yang mengalami mutasi sehingga resisten terhadap obat.

Isonized (INH) bekerja sebagai bakterisidal terhadap basil yang tumbuh aktif,

diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kg BB/hari peroral. Selanjutnya

kombinasi antara INH, Rifampisin dan Pyrazinamid (PZA) diberikan selama 6

bulan. Selama 2 bulan pertama obat diberikan setiap hari, selanjutnya obat

diberikan dua kali dalam satu minggu. Obat tambahan antara lain Streptomycin
(diberikan IM) dan Ethambutol. Terapi kortikosteroid diberikan berasamaan

dengan obat anti tuberculosis, untuk mengurangi respon peradangan, misalnya

pada meningitis.

o Pembedahan

Dilakukan jika kemotherapi tidak berhasil, dilakukan dengan mengangkat jaringan

paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki kelainan tulang,

bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa tuberkulosis atau untuk

reseksi bagian paru yang rusak..

Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfekssi basil tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi yang adekuat, isolasi jika

pada sputum terdapat bakteri hingga dilakukan kemoterapi, pemberian vaksinasi BCG

untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil tuberkulosis

virulen.

Prognosis

Prognosis dipengaruhi oleh banyak factor seperti umur anak, berapa lama telah

menderita infeksi, luasnya lesi, keadaan gizi, keadaan social ekonomi keluarga,

diagnosis dini, pengobatan adekuat dan adanya infeksi lain seperti morbili, pertusis,

diare yang berulang-ulang.


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK TBC

Pengkajian

1. Terdiri dari identitas klien dan identitas keluarga

2. Keluhan utama

Biasanya merupakan penjabaran dari manifestasi klinis.

3. Riwayat kesehatan sekarang

Menceritakan keluhan saat masuk rumah sakit dan menceritakan keluhan yang

dirasakan sekarang saat dikaji dengan menggunakan PQRST.

4. Riwayat kesehatan dahulu

Ada tidaknya penyakit-penyakit waktu kecil.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Bagaimana kondisi lingkungan eksternal dan internal keluarga yang mempengaruhi

kondisi kesehatan klien sekarang.

6. Riwayat kehamilan dan kelahiran

a. Prenatal

Bagaimana kesehatan ibu waktu hamil, bagaimana rutinitas pemeriksaannya,

dimana tempatnya, siapa yang memeriksa, pemberian vitaminnya bagaimana

dan nama obatnya, bagaimana imunisasi TT.

b. Intra natal

Lamanya persalinan, jenis persalinannya, siapa yang menolong dan dimana,

komplikasi waktu lahir.

c. Post natal

Kondisi bayi, warna kulit waktu lahir, aktivitas anak, menangis atau tidak,

pernafasan, BB/PB, masalah yang terjadi setelah lahir, lamanya dirumah

sakit, masalah yang berhubungan dengan pernafasan atau makanan, perlu

peralatan pendukung misal oksigen, perubahan berat badan waktu pulang,

warna kulit waktu pulang, pola buang air besar, pertamakali ibu melihat bayi

kata-kata yang diucapkan, pemberian ASI, pengetahuan tantang makanan

tambahan.

7. Riwayat imunisasi

Apakah lengkap anak mendapat imunisasi.

8. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

a. Pertumbuhan
BB saat lahir, BB sabalum sakit, BB saat dikaji, PB saat lahir, PB saat dikaji.

b. Perkembangan

Motorik kasar, motorik halus, bahasa, personal atau sosial.

9. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-tanda Vital

Tekanan darah: menurun/meningkat

Nadi : takikardi

Respirasi : respirasi biasanya cepat

Suhu : suhu tubuh biasanya naik pada malam hari

b. Sistem pernapasan

Bunyi pernapasan agak ngorok, sputum bercampur darah, dyspnea pada

keadaan berat, batuk pada awalnya nonproduktif, terdapat bunyi krekels

diatas apeks paru, nyeri dada pleuritik, pucat.

c. Sistem kardiovaskuler

Takikardi

d. System endokrin

Nodus limfe membengkak dan nyeri.

10. Data penunjang

a. Test kulit

b. Pencucian lambung

c. Kultur sputum

d. Foto thorax

e. Biopsi pleura

f. Mantoux test

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru

Tupan : anak menunjukan tanda pertukaran gas yang adekuat.

Tupen : menunjukan tanda-tanda pertukaran gas yang adekuat dan bunyi napas

tidak ngorok .

Intervensi dan Rasional

a. Monior tanda-tanda vital untuk mengetahui perkembangan klien.

b. Mengobserpasi adanya sianosis pada mulut untuk mengetahui apakah

pertukaran gasnya lancar atau tidak.


c. Mengkaji irama, kedalaman dan ekspansi pernapasan untuk mengetahui irama

pernapasan yang normal

d. Melakukan auskultrasi suara napas dan mendokumentasikan adanya suara

napas yang abnormal.

e. Mengajarkan cara bernapas efektif untuk memperlancar pernapasan

f. Memberikan oksigen sesuai indikasi untuk meningkatkan pertukaran oksigen

yang adekuat.

g. Memonitoring hasil analisa gas darah untuk mengetahui pertukaran O2 sudah

adekuat atau tidak

2. Tidak efektif jalan napas berhubungan dengan adanya sekret

Tupan; jalan napas anak efektif

Tupen; jalan napas anak efektif dengan penurunan jumlah sekret

Intervensi dan rasional

a. Mengkaji ulang status pernafasan ( irama, kedalaman, suara nafas, penggnaan

otot bantu pernapasan, bernafas melalui mulut) untuk melihat apakah

pernapasannya efektif atau tidak..

b. Menganjurkan anak banyak minum agar sekretnya encer

c. Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan napas

( seperti broncodilator, antikolinergik dan anti peradangan) agar jalan napas

kembali efektif.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia

Tupan: kebutuhan nutrisi anak terpenuhi

Tupen: kebutuhan nutrisi anak terpenuhi

Intervensi dan Rasional

a. Ijinkan anak untuk makan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan

untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat

supaya kebutuhan nutrisi anak terpenuhi.

b. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan

kualitas intake nutrisi.

c. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi melalui

oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.


4. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme pirulen

Tupan: perluasan infeksi tidak terjadi

Tupen: Perluasan infeksi tidak terjadi

Intervensi dan Rasional

a. Tempatkan anak diruang yang khusus agar infeksi tidak terjadi

b. Pertahankan isolasi yang ketat di RS pada anak dengan tuberkulosis aktif

agar perluasan infeksi dapat dicegah

c. Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika malakukan kontak dengan anak

karena pada anak sistem imunnya masih belum sempurna.

d. Melakukan uji tuberculin, mengambil bahan untuk pemeriksaan bakteri

( analisa bilasan lambung pada anak yang masih sangat muda) untuk melihat

apakah ada infeksi atau tidak.

e. Berikan anti tuberculosis sesui order untuk mencegah terjadinya infeksi.

Você também pode gostar