Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
MOLA HIDATIDOSA
OLEH
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
reproduksi; mola hidatidosa
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi; mola hidatidosa
c. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi; mola hidatidosa
d. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan pada klien
dengan gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi yang telah dilaksanaan pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada klien dengan gangguan
sistem reproduksi; mola hidatidosa.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Penyakit trofoblas adalah sekelompok penyakit yang berasal dari jaringan trofoblas
karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan penyakit trofblas belum diketahui
dengan pasti. Penyakit trofoblas karena Kehamilan yang bersal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta. Secara klinis yang nomor satu diklasifikasikan sebagai penyakit trofoblas
jinak (PTJ), sedangkan yang berikutnya di kategorikan sebagai penyakit trofoblas ganas
(PTG) (Sofian, 2015). Penyakit Trofloblastik gastrosional merupakan anomalik plasenta yang
mengubah vili korialis menjadi masa vesikel yang jernih, penyakit ini dinamakan pula
kehamilan mola hidatidosa (Lockhart,2014)
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vilikorealis mengalami perubahan hidrofik.
Pada beberapa kasus, sebagian perkembangan dan pertumbuhan villi korealis berjalan normal
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebutkan
mola hidatidosa parsialis. Karna mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormon
gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis yang bervariasi. Disamping
itu, infiltrasi sel tropoblas dapat merusak pembuluh darah yang menimbulkan perdarahan,
menyebabkan wanita untuk memeriksakan diri (Manuaba,2010).
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang dihubungkan dengan edema vesikular
dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologis
terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili
khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah
(Cunningham,2013).
Mola hydatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial
mola hydatidosa. Jenis total/komplet pada jenis ini tidak terdapat embrio atau kandung
amnion. Jenis parsial pada jenis ini tidak terdapat embrio (yang biasanya dengan kelainan
multiple dan kantung amnion (Lockhart,2014)
Mola hydatidosa komplet tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin, 90 % biasanya
terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum
yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi
sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili khoriales
memiliki ciri seperti buah angur, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi
chorialis dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan
kista lutein (25-30%) (Cunningham,2013).
Pada mola hydatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh
darah di vili khorialis sering didapatkan. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat
dan fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan
terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan
kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama (Cunningham,2013) .
2.1.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan tetapi factor yang dapat
menyebabkan antara lain:
a. Asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah
b. Defisiensi protein
c. Paritas tinggi
d. Imuno selektif trofoblas (Sofian, 2015)
Penyakit trofoblastik gestasional merupakan penyebab utama perdarahan pada
trimester ke 2. Deteksi ini diperlukan karena penyakit ini berkaitan dengan kariokarsinoma
suatu kelainan malignansi yang tumbuh dengn cepat dan sangat invasif (Lockhart,2014)
Penyebabnya belum pasti diketahui namun para peneliti riset meyakini bahwa penyakit
trofloblastik gestasional berkaitan dengan kondisi ibu yang buruk, khususnya asupan protein
dan asam folot yang kurang, ovum yang cacat, kelainan kromosom atau gangguan
keseimbangan hormonal sekitar 50% pasien kariokarsinoma memiliki riwayat hamil mola dan
pada 50% lainnya penyakit tersebut biasanya didahului oleh abortus spontan atau abortus yang
diinduksi, kehmilan etopik atau kehamilan normal. Sel-sel trofloblastik pada kelainan ini akan
mengakibatkan peningkatan ukuran yang cepat dan terisi dengan cairan sel trofloblas terletak
pada cicncin sebelah luar blastokis (struktur yang terbentuk lewat pembelahan sel pada sekitar
hari ke 3 hinggak ke 4 pasca vertilisasi dan sel-sel pada akhirnya akan menjadi bagian dari
struktur yang menbentuk plasenta dan selaput janin ketika mulai berdegenerasi,sel-sel tersebut
akan terisi cairan sehingga sel trofoblast edematous dan gambrannya berupa vesikel yang
terlihat sebagian kumpulan buah anggur ,sehingga embrio tidak dapat berkembang melewati
tahap primitive awal (Lockhart,2014).
Gejala awal degenerasi mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan hamil muda yaitu
mual muntah, pusing, hanya kadang- kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil
selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat yang bervariasi.. disertai pengeluaran
hormone semakin meningkat. Infiltrasi sel tropoblas yang merusak pembuluh darah yang
menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan
pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung masyarakat dikenal dengan sebutan
hamil anggur. Gejala perdarahan dapat menyebabkan keadaan anemia sampai terjadi syok.
Tinggi fundus uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi usia kehamilan
sebenarnya (Manuaba, 2012).
2.1.4 Komplikasi
Menurut (Sofian, 2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat mola hidatidosa yaitu :
a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal
b. Perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia
c. Menjadi ganas; koriokarsinoma
Komplikasi yang mungkin terjadi : Koriokarsinoma (Lockhart,2014)
2.1.6 Penatalaksaanaan
Langkah pengobatan mola hidatidosa menurut Lockhart (2014) dan sofian (2015) terdiri
dari 4 tahap sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum. Pengeluaran mola yang disertai perdarahan memerlukan
tranfusi, sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok dan dapat menjadi
penyebab kematian.
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa. Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat
beberapa pertimbangan berkaitan dengan usia penderita dan paritas. Pada mola
hidatidosa dengan usia muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan
dengan melakukan tindakan:
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dengan kuretage atau dengan vakum
kuretage, yaitu alat pengisap listrik yang kuat sehingga dapat mengisap jaringan
mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik pmempunyai keuntungan, yaitu
jaringan mola dengan cepat dapat diisap, dan mengurangi perdarahan. Evakuasi
jaringan mola dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu, dan jaringan
diperiksa kepada alih patologis.
b. Histerektomi. Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( >35 tahun) dan paritas
lebih dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi.
pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan koriokarsinoma menjadi
lebih tinggi.
3. Pengobatan proviklasis dengan sistostatika (kemoterapi). Mola hidatidosa merupakan
penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi koriokarsinoma (65-75%). Untuk
menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberikan
provilaksi dengan sistostatika (kemoterapi) Methotraxate (MTX) atau Actinomycin D.
Pengobatan provilaksis atau terapi sistostatika memerlukan perawatan dengan
pengawasan dirumah sakit.
4. Pengawasan lanjut. Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga
kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan.
a. Terapi; Pemberian carian dan transfuse darah kalau perdarahan banyak dan keluar
jaringan mola.
b. Periksa ulang (follow up); dianjurkan untuk menunda kehamilan dan menggunakan
alat KB
c. Pemberian methotrexate (MTX) pada penderita mola dengan tujuan sebagai
profilaksis terhadap keganasan
3.2 Saran
Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC