Você está na página 1de 18

ASUHAN KEPERAWATAN KELAINAN TOFOBLAS PADA IBU HAMIL DENGAN

MOLA HIDATIDOSA

OLEH

TIMO RAULI LUMBAN GAOL 032014071


TRIS HAYATI HAREFA 032014072
VINNI A. VALENTINA BR. P 032014074
WAHYUNINGSIH JUANGI PUTRI GEA 032014075

PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mola hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh berganda
berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan. Kelainan merupakan neoplasma tofoblas yang jinak (benigna) (Sofian,2015).
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan tetapi factor-faktor yang
dapat menyebabkan antara lain; asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah,
defisiensi protein,social ekonomi yang rendah, paritas tinggi, dan imuno selektif trofoblas
(Sofian,2015).
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin
dibandingkan dengan Negara-negara Barat. Di Negara-negara Barat dilaporkan 1:200 atau
2000 kehamilan. Di Negara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Soejoenoes
dkk. (1967) melaporkan 1:85 kehamilan; RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta 1:3
persalinan dan 1:49 kehamilan; Luat A.Siregar (Medan) tahun 1982:11-16 per 1000
kehamilan; Soetomo (Surabaya): 1:80 persalinan; Djamhoer Martaadisoebrata (Bandung):
9-21 per 1000 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45);
dan pada multipara. Jadi dengan meningkatnya paritas kemungkinan menderita mola akan
lebih besar. Wanita dengan riwayat abortus spontas akan berisiko lebih besar untuk
terkena mola komplit ataupun mola partial pada kehamilan berikutnya. Mola hidatidosa
akan berulang pada 0,5-2,6% pasien dengan kemungkinan berkembang mola invasive atau
choriocarsinoma (Sofian,2015).
Pemeriksaan ultrasonografi (US) merupakan modalitas pilihan dalam penegakan
diagnosis serta adanya peningkatan kadar serum HCG. Gambaran klasik pemeriksaan US
kasus kehamilan mola komplit menampilkan gambaran snowstorm (Sofian,2015).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
reproduksi; mola hidatidosa
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi; mola hidatidosa
c. Mahasiswa mampu menetapkan intervensi pada klien dengan gangguan sistem
reproduksi; mola hidatidosa
d. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi yang telah ditetapkan pada klien
dengan gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi yang telah dilaksanaan pada klien dengan
gangguan sistem reproduksi; mola hidatidosa
f. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian pada klien dengan gangguan
sistem reproduksi; mola hidatidosa.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Pengertian
Penyakit trofoblas adalah sekelompok penyakit yang berasal dari jaringan trofoblas
karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan penyakit trofblas belum diketahui
dengan pasti. Penyakit trofoblas karena Kehamilan yang bersal dari kelainan pertumbuhan
trofoblas plasenta. Secara klinis yang nomor satu diklasifikasikan sebagai penyakit trofoblas
jinak (PTJ), sedangkan yang berikutnya di kategorikan sebagai penyakit trofoblas ganas
(PTG) (Sofian, 2015). Penyakit Trofloblastik gastrosional merupakan anomalik plasenta yang
mengubah vili korialis menjadi masa vesikel yang jernih, penyakit ini dinamakan pula
kehamilan mola hidatidosa (Lockhart,2014)
Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vilikorealis mengalami perubahan hidrofik.
Pada beberapa kasus, sebagian perkembangan dan pertumbuhan villi korealis berjalan normal
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebutkan
mola hidatidosa parsialis. Karna mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormon
gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis yang bervariasi. Disamping
itu, infiltrasi sel tropoblas dapat merusak pembuluh darah yang menimbulkan perdarahan,
menyebabkan wanita untuk memeriksakan diri (Manuaba,2010).
Mola hydatidosa merupakan kehamilan yang dihubungkan dengan edema vesikular
dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologis
terdapat proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili
khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah
(Cunningham,2013).
Mola hydatidosa terbagi atas 2 kategori. Yakni komplet mola hidatidosa dan parsial
mola hydatidosa. Jenis total/komplet pada jenis ini tidak terdapat embrio atau kandung
amnion. Jenis parsial pada jenis ini tidak terdapat embrio (yang biasanya dengan kelainan
multiple dan kantung amnion (Lockhart,2014)
Mola hydatidosa komplet tidak terdapat janin atau bagian tubuh janin, 90 % biasanya
terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% 46,XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Ovum
yang tidak bernukleus mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian berduplikasi
sendiri, atau satu telur dibuahi oleh 2 sperma. Pada mola yang komplet, vili khoriales
memiliki ciri seperti buah angur, ada gambaran proliferasi trofoblas, degenerasi hidropik villi
chorialis dan berkurangnya vaskularisasi / kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan
kista lutein (25-30%) (Cunningham,2013).
Pada mola hydatidosa parsial terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh
darah di vili khorialis sering didapatkan. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat
dan fetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanya ringan dan
terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janin terhambat akibat kelainan
kromosom dan umumnya mati pada trimester pertama (Cunningham,2013) .

Gambar 1. Mola hydatidosa komplet Gambar 2. Mola hydatidosa partial

2.1.2 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti akan tetapi factor yang dapat
menyebabkan antara lain:
a. Asupan vitamin A dan lemak hewani yang rendah
b. Defisiensi protein
c. Paritas tinggi
d. Imuno selektif trofoblas (Sofian, 2015)
Penyakit trofoblastik gestasional merupakan penyebab utama perdarahan pada
trimester ke 2. Deteksi ini diperlukan karena penyakit ini berkaitan dengan kariokarsinoma
suatu kelainan malignansi yang tumbuh dengn cepat dan sangat invasif (Lockhart,2014)
Penyebabnya belum pasti diketahui namun para peneliti riset meyakini bahwa penyakit
trofloblastik gestasional berkaitan dengan kondisi ibu yang buruk, khususnya asupan protein
dan asam folot yang kurang, ovum yang cacat, kelainan kromosom atau gangguan
keseimbangan hormonal sekitar 50% pasien kariokarsinoma memiliki riwayat hamil mola dan
pada 50% lainnya penyakit tersebut biasanya didahului oleh abortus spontan atau abortus yang
diinduksi, kehmilan etopik atau kehamilan normal. Sel-sel trofloblastik pada kelainan ini akan
mengakibatkan peningkatan ukuran yang cepat dan terisi dengan cairan sel trofloblas terletak
pada cicncin sebelah luar blastokis (struktur yang terbentuk lewat pembelahan sel pada sekitar
hari ke 3 hinggak ke 4 pasca vertilisasi dan sel-sel pada akhirnya akan menjadi bagian dari
struktur yang menbentuk plasenta dan selaput janin ketika mulai berdegenerasi,sel-sel tersebut
akan terisi cairan sehingga sel trofoblast edematous dan gambrannya berupa vesikel yang
terlihat sebagian kumpulan buah anggur ,sehingga embrio tidak dapat berkembang melewati
tahap primitive awal (Lockhart,2014).

2.1.3. Manifestasi Klinis


Adapun tanda dan gejala mola hidatidosa menurut Sofian tahun 2015 yaitu :
a. Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling sering, biasanya terjadi pada usia
kehamilan 6-16 minggu.
b. Mual muntah
c. Tidak adanya gerakan janin
d. Uterus membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan
e. Tidak terdengar DJJ
Tanda dan gejala yang lain menurut Lockhart tahun 2014 :
a. Pembesaran uterus yang tidak proposional ,kumpulan seperti buah anggur mungkin
ditemukan vagina pada pemeriksaan pelvis (VT / Vagina Toucher)
b. Nausea dan vomitus yang berlebihan
c. Perdarahan pervaginam yang intermiten akan terus menerus dengan darah yang
berwarna merah cerah atau kecoklatan pada minggu ke-12
d. Keluarnya jaringan yang menyerupai kumpulan buah anggur
e. Gejala hipertensi gestasional yang timbul sebelum minggu kehamilan ke-20
f. Tidak terdengarnya bunyi jantung janin

Gejala awal degenerasi mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan hamil muda yaitu
mual muntah, pusing, hanya kadang- kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil
selanjutnya menunjukkan pembesaran rahim yang pesat yang bervariasi.. disertai pengeluaran
hormone semakin meningkat. Infiltrasi sel tropoblas yang merusak pembuluh darah yang
menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan
pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung masyarakat dikenal dengan sebutan
hamil anggur. Gejala perdarahan dapat menyebabkan keadaan anemia sampai terjadi syok.
Tinggi fundus uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi usia kehamilan
sebenarnya (Manuaba, 2012).

2.1.4 Komplikasi
Menurut (Sofian, 2015) komplikasi yang bisa terjadi akibat mola hidatidosa yaitu :
a. Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat
fatal
b. Perdarahan berulang yang dapat menyebabkan anemia
c. Menjadi ganas; koriokarsinoma
Komplikasi yang mungkin terjadi : Koriokarsinoma (Lockhart,2014)

2.1.5 Pemeriksaan Diagnostik


Menurut sofian tahun 2015 pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah :
Uji sonde; sonde (penduga Rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam
kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik
sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison).
a. Foto rontgen abdomen; tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3-4
bulan)
b. Ultrasonografi; pada mola akan terlihat bayangan badai salju dan tidak terlihat
janin.
c. Reaksi kehamilan; karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji
imunologik (galli maini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi);
1) Galli maini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
2) Galli maini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar.
Bahkan pada mola atau koriokasinoma, uji biologic atau imunologik cairan
serebrospinal dapat menjadi positif.
Pemeriksaan diagnostik lainnya menurut (Lockhart,2014) :
a. Pemeriksaan radioimmunoassay menunjukkna kenaikan hCG yang ekstrim pada
awal kehamilan.
b. Pemeriksaan histolagi terhadap vesikel akan membantu konfirmasi diagnosis .
c. Ultrasonografi yang dilakukan sesudah kehamilan bulan ke-3 akan
memperlihatkan kumpulan mirip anggur dan bukan janin,skeleton janin tidak
terdeteksi dengan pemeriksaan USG dan gambaran USG menujukkna pola mirip
serpihan salju.
d. Kadar hemoglobin ,niilai hematoktrit,jumlah sel darah merah eritosit
RBC,prothombin time,partial thromoplastin time,kadar fibrinogen dan hasil
pemeriksaan fungsi hati serta renal semuanya menujukkan nilai yang abnormal.
e. Hitung leukosit dan laju endap drah mengalami peningkatan.

2.1.6 Penatalaksaanaan
Langkah pengobatan mola hidatidosa menurut Lockhart (2014) dan sofian (2015) terdiri
dari 4 tahap sebagai berikut:
1. Perbaikan keadaan umum. Pengeluaran mola yang disertai perdarahan memerlukan
tranfusi, sehingga penderita tidak jatuh dalam keadaan syok dan dapat menjadi
penyebab kematian.
2. Pengeluaran jaringan mola hidatidosa. Menghadapi kasus mola hidatidosa terdapat
beberapa pertimbangan berkaitan dengan usia penderita dan paritas. Pada mola
hidatidosa dengan usia muda dan jumlah anak sedikit maka rahim perlu diselamatkan
dengan melakukan tindakan:
a. Evakuasi jaringan mola hidatidosa dilakukan dengan kuretage atau dengan vakum
kuretage, yaitu alat pengisap listrik yang kuat sehingga dapat mengisap jaringan
mola dengan cepat. Penggunaan alat vakum listrik pmempunyai keuntungan, yaitu
jaringan mola dengan cepat dapat diisap, dan mengurangi perdarahan. Evakuasi
jaringan mola dilakukan sebanyak 2 kali dengan interval satu minggu, dan jaringan
diperiksa kepada alih patologis.
b. Histerektomi. Dengan pertimbangan usia yang relative tua ( >35 tahun) dan paritas
lebih dari 3, penderita mola hidatidosa mendapat tindakan radikal histerektomi.
pertimbangan ini didasarkan kemungkinan keganasan koriokarsinoma menjadi
lebih tinggi.
3. Pengobatan proviklasis dengan sistostatika (kemoterapi). Mola hidatidosa merupakan
penyakit trofoblas yang dapat berkelanjutan menjadi koriokarsinoma (65-75%). Untuk
menghindari terjadinya degenerasi ganas, penderita mola hidatidosa diberikan
provilaksi dengan sistostatika (kemoterapi) Methotraxate (MTX) atau Actinomycin D.
Pengobatan provilaksis atau terapi sistostatika memerlukan perawatan dengan
pengawasan dirumah sakit.
4. Pengawasan lanjut. Degenerasi korio karsinoma memerlukan waktu sehingga
kesembuhan penyakit mola hidatidosa memerlukan pengawasan.
a. Terapi; Pemberian carian dan transfuse darah kalau perdarahan banyak dan keluar
jaringan mola.
b. Periksa ulang (follow up); dianjurkan untuk menunda kehamilan dan menggunakan
alat KB
c. Pemberian methotrexate (MTX) pada penderita mola dengan tujuan sebagai
profilaksis terhadap keganasan

Penatalaksanaan yang lain adalah:


a. Melakukan tindakan induksi abortus jika abortus spontan tidak terjadi.
b. Perawatan tindak lanjut sangat penting karena peningkatan resika karoakarsinoma .
c. Monitoring kadar hCG seminggu sekali dilakukan sampai kadar tersebut tetap
normal selama 3 minggu berturutan
d. Pemeriksaan tindak lanjut secara periodic selama I hingga 2 tahun
e. Pemeriksan VT dan foto rontgen toraks denga interval teratur
f. Dukungan emosional bagi pasutri yng berduka krena kehilangan bayinya dan masa
depan obstetric serat medis yang tidak menentu
g. Menhindari kehamilan sampai kadar hCGnormal kembali.
2.2 Konsep Keperawatan
2.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Anamnese
1) Perdarahan pervaginam adalah gejala yang paling sering, biasanya terjadi pada
usia kehamilan 6-16 minggu.
2) Terdapat gejala hamil muda yang sering lebih nyata dari kehamilan biasanya
3) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan
4) Perdarahan bisa sedikit atau banyak, tidak teratur berwarna merah kecoklatan
seperti bumbu rujak.
5) Kadang kala timbul gejala preeklamsia.
b. Inspeksi
1) Muka dan kadang-kadang badan terlihat pucat kekuning-kuningan yang disebut
muka mola (mola face)
2) Kalau gelumbung molar keluar dapat dilihat jelas
c. Palpasi
1) Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
2) Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin
3) Adanya fenomena harmonica; darah dan gelumbung mola keluar, dan fundus
uteri turun; lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
4) Fundus uteri lebih tinggi daripada usia kehamilan yang dihitung berdasarkan
haid terakhir
d. Auskultasi
1) Tidak terdengar bunyi DJJ
2) Terdengar bising dan bunyi khas

2.2.2. Diagnosa Keperawatan


Menurut Herdman tahun 2015 diagnosa yang bisa diangkat yaitu :
1. Resiko syok (00205)
2. Nyeri Akut b/d agens cedera biologis (00132)
3. Ansietas b/d perubahan status kesehatan (00146)
4. Dukacita b/d kematian orang terdekat (00136)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut Kontrol nyeri (1605): Manajemen nyeri (1400):
defenisi : tindakan pribadi untuk pengurangan atau reduksi nyeri
pengalaman mengontrol nyeri. sampai pada tingkat kenyamanan
sensori dan yang dapat diterima oleh pasien.
emosional tidak Setelah dilakukan tindakan
menyenangkan keperawatan ..x .. Jam 1. Kaji secara komprehensif
yang muncul diharapkan rasa nyeri tentang karakteristik nyeri.
akibat kerusakan berkurang dengan indikator
2. Kaji ketidaknyamanan pasien
ajringan aktual dan : 3. Observasi isyarat dari
potensial atau yang a. Mengenali datangnya ketidaknyamanan
digambarkan serangan nyeri 4. Gunakan komunikasi terapeutik
sebagai kerusakan b. Mampu melaporkan agar pasien dapat
b/d agens cedera skala nyeri mengekspresikan nyeri
biologis c. Perbaikan skala nyeri
5. Kontrol faktor lingkungan yang
d. Respon pasien membaik mempengaruhi respon pasien
e. Pasien dapat terhadap ketidaknyamanan/nyeri
mengendalikan nyeri6. Ajarkan pasien untuk melatih
f. Ekspresi wajah teknik meringankan rasa nyeri
membaik yaitu : hipnotik, relaksasi, terapi,
g. Mengatakan perbaikan musik, masase dll.
pada fisik dan
7. Anjurkan pasien istrahat/tidur
psikologi yang cukup
Perbaikan pada TTV 8. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang nyeri yang
meliputi: penyebab nyeri, waktu
timbulnya nyeri dan cara
mengurangi rasa nyeri
9. Kolaborasi denga dokter dalam
pemberian analgetik
2. Ansietas b/d Koping (1302): tindakan Pengurangan Kecemasan (5820):
perubahan status pribadi untuk mengelola mengurang tekanan, ketakutan,
kesehatan stres yang membebani firasat, maupun ketidaknyamanan
kemampuan individu terkait dengan sumber-sumber
bahaya yang tidak terindentifikasi.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan ..x .. Jam 1. Gunakan pendekatan yang
diharapkan kecemasan tenang dan menyakinkan
berkurang dengan indikator 2. Pahami situasi krisis yang
: terjadi dari perspektif klien
a) Mengidentifikasi pola 3. Berikan informasi factual
koping yang efektif terkait diagnosis, perawatan,
b) Melaporkan dan prognosis
pengurangan stress 4. Berada disisi klien untuk
c) Menyatakan meningkatkan rasa aman dan
penerimaan terhadap mengurangi ketakutan
situasi 5. Dorong keluarga untuk
d) Mencari iinformasi mendampingi klien dengan cara
tentang diagnosis yang tepat
e) Memodifikasi gaya 6. Lakukan usapan pada
hidup untuk punggung atau leher dengan
mengurangi strees cara yang tepat
Melaporkan peningkatan 7. Dengarkan klien
kenyamanaan psikologis 8. Puji/kuatkan perilaku yang baik
secara tepat
9. Ciptakan atmosfer rasa aman
untuk meningkatkan
kepercayaan
10. Dorong verbalisasi perasaan,
persepsi dan ketakutan
11. Identifikasi pada saat terjadi
perubahan tingkat kecemasan
12. Bantu klien mengidentifikasi
situasi yang memicu
kecemasan
13. Kontrol stimulus untuk
kebutuhan klien secara tepat
14. Instruksikan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
15. Kaji untuk tanda verbal dan
non verbal kecemasan
3. Dukacita b/d Resolusi Berduka (1304); Inspirasi harapan (5310):
kematian orang tindakan individu untuk meningkatkan kepercayaan
terdekat menyesuaikan pikiran, mengenai kapasitas seseorang untuk
perasaan, dan perilaku memulai dan mempertahankan
dalam menghadapi tindakan.
kehilangan aktual atau
kehilangan yang akan 1. Bantu pasien dan keluarga
terjadi. untuk mengidentifikasi area
dari harapan dalam hidup
Setelah dilakukan tindakan 2. Informasikan pada pasien
keperawatan ..x .. Jam mengenai apakah situasi yang
diharapkan dukacita teratasi terjadi sekarang bersifat
dengan indikator : sementara
1. menyelesaikan 3. Demonstrasikan harapan
perasaan tentang dengan menunjukkan bahwa
kerugian. sesuatu dalam diri pasien
2. mengungkapkan adalah sesuatu yang berharga
keyakinan spiritual dan memandang bahwa
tentang kematian. penyakit pasien adalah hanya
3. verbalizes realitas satu segi dari individu
kerugian. 4. Kembangkan daftar
4. verbalizes penerimaan mekanisme koping pasien
kerugian. 5. Ajarkan pengenalan realitas
5. menjelaskan arti dari dengan mensurvey situasi dan
kerugian. membuat rencana ke depan
6. berpartisipasi dalam 6. Bantu pasien untuk
pelayanan menenmukan dan merevisi
perencanaan. tujuan berakaitan dengan objek
7. membahas konflik yang diharapkan
yang belum 7. Bantu pasien mengembangkan
terselesaikan. spritualitas diri
8. melaporkan tidur yang 8. Jangan memalsukan hal yang
cukup . sebenarnya
9. laporan menurun 9. Fasilitasi kaitan anatara
keasyikan dengan kehilangan personal pasien
kerugian. dengan gambaran dirinya
10. mempertahankan 10. Fasilitasi untuk bisa
lingkungan hidup mengenang dan menikmati
prestasi dan pengalaman masa
lalu
11. Tekankan pada keberlanjutan
hubungan, seperti
menyebutkan nama seseorang
yang disukai , (dilakukan)
pada pasien yang tidak mau
berespon
12. Lakukan review (mengenai
bagaimana) petunjuk tentang
hidup dan atau (bagaimana)
mengenang (sesuatu/seseorang
),dengan cara yang tepat.
13. Libatkan pasien secara aktif
pada perawatana dirinya
sendiri
14. Kembangkan rencana
perawatan yang melibatkan
tujuan bertingkat dari yang
ingin dicapai , dari tujuan
sederhana sampai pada tujuan
yang komplek
15. Dukung hubungan teraupetik
dengan orang yang penting
bagi pasien (significant
other/so)
16. Ajarkan pasien tentang aspek
postif mengenai harapan
(misalnya mengembangkan
arti tema pembicaraan yang
menrefleksikan kasih sayang
dan kebutuhan untuk pasien
17. Berikan kesempatan bagi
pasien /keluarga untuk terlibat
dalam kelompok pendukung
18. Ciptakan lingkunagan yang
memfasilitasi pasien
melaksanakan praktik
agamanya dengan cara yang
tepat.
4. Resiko Syok Keparahan syok Pengurangan perdarahan (4020);
hipovolemik (0419): membatasi hilangnya volume darah
keparahan tanda dan gejala selama episode perdarahan.
ketidakcukupan aliran 1. Identifikasi penyebab
darah ke perfusi jaringan perdarahan
karena penurunan drastis 2. Monitor pasien akan perdarahan
cairan intravaskuler. secara ketat
3. Beri penekanan langsung atau
Setelah dilakukan tindakan penekanan pada balutan , jika
keperawatan ..x .. Jam sesuai
diharapkan syok teratasi 4. Beri kompres es pada daerah
dengan indicator : yang terkena dengan tepat
a. Penurunan tekanan nadi 5. Monitor jumlah dan sifat
perifer tidak ada kehilangan darah
b. Akral dingin, kulit 6. Monitor ukuran dan karakter
lembab/basah tidak ada hematoma jika ada
c. Penurunan tekanan 7. Perhatikan kadar hemoglobin
darah sistolik dan /hematokrit sebelum dan
diastolik tidak ada sesudah kehilangan darah
d. Tidak adanya aritmia 8. Monitor kecendurungan dalam
e. Tidak adanya pucat, tekanan darah serta parameter
lesu hemodinamik, juka tersedia
(misalnya tekanan vena sentral
dan kapiler paru/artery wedge
pressure)
9. Monitor status cairan , termasuk
asupan (intake) dan haluaran
(output)
10. Monitor tinjauan koagulasi
termasuk waktu
prothrombin,waktu
thromboplastin
parsial,fibronegen ,degdasi
fibrin/produk split dan jumlah
thrombosit dengan tepat
11. Monitor penentu dari jaringan
pelepasan oksigen misalnya
pa02,sa02,dan kadar
hemoglobin dan cardiac output
jika tersedia
12. Monitor fungsi neurologis
13. Periksa perdarahan dari selaput
lendir, memar setelah trauma
minimal , mengalir dari tempat
tusukan ,dan adanya peteki
14. Monitor tanda gejala
perdarahan persisten (yaitu
periksa semua sekresi darah
yang tampak ataupun yang
tersembunyi/okultisme)
15. Atur kesediaan produk-produk
darah untuk transfusi ,jika perlu
16. Beri produk darah (misalnya
trombosit dan plasma beku
segar )dengan tepat
17. Lakukan hematest semua
kotoran dan amati darah pada
emesis, ahak , tinja, urin
,drainase,luka dengan tepat
18. Lakukan tindakan pencegahan
yang tepat dalam menengani
produk darah atau sekresi yang
berdarah
19. Evaluasi respon psikologis
pasien terhadap dalam
menangain produk darah atau
sekresi yang berdarah
20. Instruksikan pasien akan
pembatasan aktifitas
21. Instruksikan pasien dan
keluarga megenai tingkat
keparahan krhialangandarah
dan tindakan-tindakan yang
tepat untuk dilakukan.
(Bulecheck,2016).
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan sesuai
dengan tujuan agar asuhan keperawatan dapat menyelesaikan masalah-masalah keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem reproduksi.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan dari rencana keperawatan, sehingga
asuhan keperawatan yang diberikan memberi hasil yang positif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit trofoblas adalah sekelompok penyakit yang berasal dari jaringan trofoblas
karena penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan penyakit trofblas belum diketahui
dengan pasti. Mola hidatidosa merupakan penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vilikorealis mengalami perubahan hidrofik.
Pada beberapa kasus, sebagian perkembangan dan pertumbuhan villi korealis berjalan normal
sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm. Keadaan ini disebutkan
mola hidatidosa parsialis. Karna mengalami perubahan hidropik disertai pengeluaran hormon
gonadotropin, mola hidatidosa dapat menimbulkan gejala klinis yang bervariasi.
Gejala awal degenerasi mola hidatidosa tidak jauh berbeda dengan hamil muda yaitu
mual muntah, pusing, hanya kadang- kadang berlangsung lebih hebat. Perkembangan hamil
selanjutnya menjunjukan pembesaran rahim yang pesat yang bervariasi.. disertai pengeluaran
hormone semakin meningkat. Infiltrasi sel tropobls yang merusak pembuluh darah yang
menimbulkan gejala perdarahan sedikit demi sedikit sampai perdarahan banyak dan
pengeluaran gelembung mola. Pengeluaran gelembung masyarakat dikenal dengan sebutan
hamil anggur. Gejala perdarahan dapat menyebabkan keadaan anemia sampai terjadi syok.
Tinggi fundus uteri pada penderita mola hidatidosa dapat lebih tinggi usia kehamilan
sebenarnya.

3.2 Saran

Setelah membuat asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem


reproduksi diharapkan dapat mengaplikasikan sesuai dengan teori yang disusun.
DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria.,dkk. (2016). Nursing Interventions Classification (NIC). Singapore:


Elsevier

Herdman,T.Heather.(2015). Nanda International Inc.diagnosis keperawatan: definisi &


klasifikasi 2015-2017. Jakarta:EGC

Cunningham, FG. (2013). Obstetri Williams. Jakarta: EGC

Lockhart dan Saputra. (2014). Asuhan Kebidanan Kehamilan Fisiologis dan


Patologis.Tangerang: Binarupa Aksara.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC

Moorhead,Sue.,Dkk.(2016).Nursing Outcomes Classification (NOC).Singapore:Elsevier

Sofian, Amru. (2015). Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC

Você também pode gostar