Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
protozoa. Penyebab
2.1. Definisi paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang
Meningitis
disebabkan
Meningitis
oleh bakteri
adalahberakibat
infeksi cairan
lebih fatal
otak dibandingkan
disertai radangmeningitis
yang mengenai
penyebab
piameter
lain
(lapisanmekanisme
karena dalam selaput
kerusakan
otak) dan
danarakhnoid
gangguanserta
otakdalam
yang disebabkan
derajat yangoleh
lebih
bakteri
ringan
mengenaiproduk
maupun jaringan
bakteri
otak lebih
dan medula
berat.19
spinalis
Infectious
yangAgent
superfisial.3
meningitis purulenta
mempunyai
Meningitis
kecenderungan
dibagi menjadi
pada golongan
dua golongan
umurberdasarkan
tertentu, yaitu
perubahan
golonganyang
neonatus
terjadi
pada cairan
paling banyak
otak yaitu
disebabkan
meningitis
oleh
serosa
E.Coli,
dan meningitis
S.beta purulenta.
hemolitikus
Meningitis
dan Listeria
serosa
virus. Meningitis
disebabkan oleh Haemophilus
purulenta atauinfluenzae,
meningitisNeisseria
bakteri adalah
meningitidis
meningitis
dan yang
Streptococcus
bersifat
Pneumococcus,
spesifik maupunStafilocccus, Streptococcus
virus. Meningitis dan Listeria.20
Meningococcus merupakan Penyebab meningitis
meningitis purulenta
yang paling
serosa yang paling
sering terjadi.
banyak 16ditemukan adalah kuman Tuberculosis dan virus.19
Meningitis
Penularan
yang disebabkan
kuman dapat
oleh
terjadi
virussecara
mempunyai
kontakprognosis
langsung yang
dengan
lebih
penderita
baik, dan
droplet infection
cenderung jinak dan
yaitu
bisa
terkena
sembuh
percikan
sendiri.
ludah,
Penyebab
dahak,meningitis
ingus, cairan
virusbersin
yang dan
paling
cairan
tenggorok
sering penderita.17
ditemukan Saluran nafas Echovirus,
yaitu Mumpsvirus, merupakandan
portCoxsackie
dentree utama
virus ,pada penularan
sedangkan
penyakitsimplex
Herpes ini. Bakteri-bakteri
, Herpes zooster,
ini disebarkan
dan enterovirus
pada orang
jaranglain
menjadi
melalui
penyebab
pertukaran udara
meningitis aseptik(viral).21
dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen
2.3. Anatomi
(melalui alirandan Fisiologi
darah) Selaput
ke dalam Otak22
cairan serebrospinal dan memperbanyak diri
didalamnya
Otak sehingga menimbulkan
dan sum-sum peradangan
tulang belakang pada selaput
diselimuti otak
meningea danmelindungi
yang otak.18
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan sekresi cairan
terbagi lagi atas durameter bagian luar yang disebut selaput tulang tengkorak
durameter dengan piameter, membentuk sebuah kantung atau balon berisi cairan otak
yang meliputi seluruh susunan saraf pusat. Ruangan diantara durameter dan
arakhnoid disebut ruangan subdural yang berisi sedikit cairan jernih menyerupai
getah bening. Pada ruangan ini terdapat pembuluh darah arteri dan vena yang
serebrospinal.
Lapisan piameter merupakan selaput halus yang kaya akan pembuluh darah
kecil yang mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Lapisan ini melekat
erat dengan jaringan otak dan mengikuti gyrus dari otak. Ruangan diantara arakhnoid
dan piameter disebut sub arakhnoid. Pada reaksi radang ruangan ini berisi sel radang.
2
2.4. Patofisiologi Meningitis
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua sel-
sel plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
makrofag.24
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-
menyebabkan kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan
oleh Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti
oleh pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
dan gastrointestinal. Meningitis bakteri pada neonatus terjadi secara akut dengan
gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernafasan, kejang, nafsu makan
berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu ditandai dengan fontanella yang
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian atas, penyakit juga
4
bersifat akut dengan gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur terganggu dan gangguan kesadaran berupa
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala,
konstipasi, kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat
gelisah.24
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III
atau stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai
koma. Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu
5
2.6. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal 26
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa
nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti
rasa nyeri.
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
6
2.7. Pemeriksaan Penunjang Meningitis 3
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein
intrakranial.
a. Pada Meningitis Serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih, sel
sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+) beberapa
jenis bakteri.
a. Pada Meningitis Serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT Scan.
7
2.8 Epidemilogi Meningitis
a. Orang/ Manusia
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan perempuan dan
distribusi terlihat lebih nyata pada bayi. Meningitis purulenta lebih sering terjadi pada
bayi dan anak-anak karena sistem kekebalan tubuh belum terbentuk sempurna.27
berkembang adalah pada anak usia kurang dari 6 bulan, sedangkan di Amerika
Serikat terjadi pada anak usia 6-12 bulan. Sebelum tahun 1990 atau sebelum adanya
kasus meningitis Hib dilaporkan terjadi pada umur < 5 tahun.9 Insidens Rate pada
usia < 5 tahun sebesar 40-100 per 100.000.7 Setelah 10 tahun penggunaan vaksin,
Insidens Rate menjadi 2,2 per 100.000.9 Di Uganda (2001-2002) Insidens Rate
b. Tempat
rendah, lingkungan yang padat (seperti asrama, kamp-kamp tentara dan jemaah haji),
dan penyakit ISPA.16 Penyakit meningitis banyak terjadi pada negara yang sedang
Meningitis belt, yang luas wilayahnya membentang dari Senegal sampai ke Ethiopia
meliputi 21 negara. Kejadian penyakit ini terjadi secara sporadis dengan Insidens
8
Rate 1-20 per 100.000 penduduk dan diselingi dengan KLB besar secara periodik.9
Di daerah Malawi, Afrika pada tahun 2002 Insidens Rate meningitis yang disebabkan
c. Waktu
Kejadian meningitis lebih sering terjadi pada musim panas dimana kasus-
kasus infeksi saluran pernafasan juga meningkat. Di Eropa dan Amerika utara
insidensi infeksi Meningococcus lebih tinggi pada musim dingin dan musim semi
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus.21 Di Amerika Serikat pada tahun 1981 Insidens Rate meningitis virus
sebesar 10,9 per 100.000 Penduduk dan sebagian besar kasus terjadi pada musim
panas.30
a. Host/ Pejamu
bayi di bawah usia dua tahun.7 Meningitis yang disebabkan oleh bakteri
Pneumokokus 3,4 kali lebih besar pada anak kulit hitam dibandingkan yang berkulit
putih.27 Meningitis Tuberkulosa dapat terjadi pada setiap kelompok umur tetapi lebih
sering terjadi pada anak-anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan jarang pada usia di
bawah 6 bulan kecuali bila angka kejadian Tuberkulosa paru sangat tinggi. Diagnosa
pada anak-anak ditandai dengan test Mantoux positif dan terjadinya gejala meningitis
menemukan odds ratio anak yang sudah mendapat imunisasi BCG untuk menderita
meningitis Tuberculosis sebesar 0,2.32 Penelitian yang dilakukan oleh Ainur Rofiq
resiko terjadinya meningitis Tb pada anak sebanyak 0,72 kali bila penderita diberi
dewasa muda (12-18 tahun). Meningitis virus dapat terjadi waktu orang menderita
Mumpsvirus sering terjadi pada kelompok umur 5-15 tahun dan lebih banyak
(Lee,2005) , menunjukkan resiko laki-laki untuk menderita meningitis dua kali lebih
b. Agent
hanya dalam waktu 24 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan orang lanjut
usia.5
10
Meningitis Meningococcus yang sering mewabah di kalangan jemaah haji dan
A,B,C,X,Y,Z dan W 135. Grup A,B dan C sebagai penyebab 90% dari penderita. Di
Eropa dan Amerika Latin, grup B dan C sebagai penyebab utama sedangkan di
Afrika dan Asia penyebabnya adalah grup A.17 Wabah meningitis Meningococcus
yang terjadi di Arab Saudi selama ibadah haji tahun 2000 menunjukkan bahwa 64%
merupakan serogroup W135 dan 36% serogroup A. Hal ini merupakan wabah
penyakit.20
Meningitis karena virus termasuk penyakit yang ringan. Gejalanya mirip sakit
flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Pada waktu terjadi KLB
Mumps, virus ini diketahui sebagai penyebab dari 25 % kasus meningitis aseptik pada
orang yang tidak diimunisasi. Virus Coxsackie grup B merupakan penyebab dari 33
% kasus. 9 Resiko untuk terkena aseptik meningitis pada laki-laki 2 kali lebih sering
dibanding perempuan.30
c. Lingkungan
dengan kebersihan yang buruk dan padat dimana terjadi kontak atau hidup serumah
11
Meningococcus juga meningkat pada lingkungan yang padat seperti asrama, kamp-
dengan frekuensi infeksi Tuberculosa paru. Jadi dipengaruhi keadaan sosial ekonomi
dan kesehatan masyarakat. Penyakit ini kebanyakan terdapat pada penduduk dengan
keadaan sosial ekonomi rendah, lingkungan kumuh dan padat, serta tidak mendapat
imunisasi.3
terjadi selama musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen
pengantar virus. Lebih sering dijumpai pada anak-anak daripada orang dewasa.
dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak
dan dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
purulenta, tetapi 50% dari penderita yang selamat akan mengalami sequelle (akibat
12
Pada meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya
tinggi. Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC
dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
prognosis yang jauh lebih baik. Sebagian penderita sembuh dalam 1 2 minggu dan
a. Pencegahan Primer
meningitis bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan
bayi agar dapat membentuk kekebalan tubuh. Vaksin yang dapat diberikan seperti
(MCV4), dan MMR (Measles dan Rubella).10 Imunisasi Hib Conjugate vaccine (Hb-
OC atau PRP-OMP) dimulai sejak usia 2 bulan dan dapat digunakan bersamaan
dengan jadwal imunisasi lain seperti DPT, Polio dan MMR.20 Vaksinasi Hib dapat
melindungi bayi dari kemungkinan terkena meningitis Hib hingga 97%. Pemberian
imunisasi vaksin Hib yang telah direkomendasikan oleh WHO, pada bayi 2-6 bulan
sebanyak 3 dosis dengan interval satu bulan, bayi 7-12 bulan di berikan 2 dosis
13
dengan interval waktu satu bulan, anak 1-5 tahun cukup diberikan satu dosis. Jenis
imunisasi ini tidak dianjurkan diberikan pada bayi di bawah 2 bulan karena dinilai
(antibiotik) kepada orang yang kontak dekat atau hidup serumah dengan penderita.9
Vaksin yang dianjurkan adalah jenis vaksin tetravalen A, C, W135 dan Y.35
meningitis TBC dapat dicegah dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh dengan
cara memenuhi kebutuhan gizi dan pemberian imunisasi BCG. Hunian sebaiknya
memenuhi syarat kesehatan, seperti tidak over crowded (luas lantai > 4,5 m2 /orang),
lingkungan seperti barak, sekolah, tenda dan kapal. Meningitis juga dapat dicegah
dengan cara meningkatkan personal hygiene seperti mencuci tangan yang bersih
b. Pencegahan Sekunder
masih tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan
perjalanan penyakit. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan
pengobatan segera. Deteksi dini juga dapat ditingkatan dengan mendidik petugas
14
Dalam mendiagnosa penyakit dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan cairan otak, pemeriksaan laboratorium yang meliputi test darah dan
Selain itu juga dapat dilakukan surveilans ketat terhadap anggota keluarga
penderita, rumah penitipan anak dan kontak dekat lainnya untuk menemukan
Kombinasi INH, rifampisin, dan pyrazinamide dan pada kasus yang berat
digunakan sebagai anti inflamasi yang dapat menurunkan tekanan intrakranial dan
c. Pencegahan Tertier
kondisi yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami
10. Isbagia, D., 2003. Kemajuan Dalam Pengembangan Vaksin Terhadap Infeksi
Saluran Pernapasan dan Meningitis. Buletin Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Vol.XIII, No.4, Hal 32-37, Jakarta
11. WHO, 2008. Meningitis Season 2007-2008: moderate levels of meningitis
activity. http://www.who.int/emc/diseases/meningitis.
16
14. Erika, S., 2004. Karakteristik Penderita Meningitis Anak Yang Dirawat
Inap di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2002. FKM USU,
Medan.
15. Sitorus, D., 2005. Karakteristik Penderita Meningitis Rawat Inap di RS
Santa Elisabeth Medan Tahun 2000-2004. FKM USU, Medan.
16. Markam, S., 1992. Penuntun Neurologi, Cetakan Pertama. Binarupa Aksara,
Jakarta.
17. Handayani, S., 2006. Karier Meningitis Meningokok Pada Jemaah Haji
Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol.34, No.1, Hal 30-36,
Jakarta.
18. Mansjoer, A.,dkk., 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga. Media
Aesculapius, Jakarta.
19. Jellife, D., 1994. Kesehatan Anak di Daerah Tropis, Edisi Keempat. Bumi
Aksara, Jakarta.
22. Suwono, W., 1996. Diagnosis Topik Neurologi, Edisi Kedua. Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
23. Soegijanto, S., 2002. Ilmu Penyakit Anak: Diagnosa dan Penatalaksanaan,
Edisi Pertama. Salemba Medika, Jakarta.
24. Harsono, 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
27. Nelson, 1996. Ilmu Kesehatan Anak, Bagian 2. Kedokteran EGC, Jakarta.
28. Lewis, R., dkk.,2008. Action for Child Survival Elimination of Haemophilus
Influenzae Type b Meningitis in Uganda. Bulletin of the World
Health Organization,Vol.86,No.4 :292-301,Uganda
17
V.,2008.Haemophilus29. Devarajan, Influenzae Infection.
http://www.meningitisemedicine.com
31. Musfiroh, S., dkk., 2000. Tuberkulosis Sistem Saraf Pusat di RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol.32, No.3,
FK Universitas Gadjah Mada.
32. Nofareni, 2003. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi
Terjadinya Meningitis Tuberkulosa. USU Digital Library
URL:http://Library.usu.ac.id/download/FK/nofareni.pdf
33. Rafiq, A., 2001. Daya Lindung Vaksin BCG Terhadap Meningitis
Tuberkulosa Anakdi Beberapa Rumah Sakit Jakarta.
http://www.depkes.go.id.
34. Nelson, 1995. Ilmu Kesehatan Anak. Kedokteran EGC, Jakarta.
35. Hasan, R., Alatas, H., 2002. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3.
Infomedika, Jakarta.
37. Djauzi, S., Sundaru, H., 2003. Imunisasi Dewasa. Penerbit FK UI, Jakarta.
38. Fletcher, Robert H., dkk., 1992. Sari Epidemiologi Klinik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
18