Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan yaitu
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan
lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran
lingkungan dan keselamatan bisnis Puskesmas yang terkait dengan
kelangsungan hidup Puskesmas. Kelima aspek keselamatan terebut sangat
penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas, yang harus dikelola
secara profesional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang
semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga
profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan
kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko
menimbulkan insiden. Karena itu UPT Puskesmas Pasirkaliki perlu
melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang
profesional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat
diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.
B. Tujuan
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPT
Puskesmas Pasirkaliki
1
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
C. Sasaran
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko;
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada
pimpinan iunit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai UPT
Puskesmas Pasirkaliki
D. Ruang Lingkup
a. Manajemen risiko terhadap Lingkungan
b. Manajemen risiko terhadap Pelayanan Klinis
c. Manajemen risiko terhadap Pelaksana Program
2
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB II
PENGERTIAN
A. Pengertian
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi risiko dan penilaian potensi kehilangan
aset Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.
Manajemen risiko juga merupakan sebuah proses strategis untuk
mengkreasikan dan menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi
kejadian tidak diharapkan.
Manajemen risiko berupa pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk
menghilangkan atau meminimalkan dampaknya.
Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah
terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan
manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien,
melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.
B. Ruang Lingkup
I. Manajemen Risiko Lingkungan
Manajemen risiko lingkungan di Puskesmas adalah penerapan
manajemen resiko untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh
aktifitas atau kegiatan di Puskesmas pada kesehatan pasien, petugas
maupun pada lingkungan.
Lingkup pelaksanaan manajemen resiko lingkungan di Puskesmas
meliputi :
- Penilaian persyaratan bangunan, sarana prasarana dan kondisi
lingkungan Puskesmas.
- Identifikasi risiko kondisi lingkungan yang berdampak pada pasien,
petugas dan lingkungan sekitar Puskesmas.
- Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan.
3
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
- Pemantauan penerapan manajemen resiko lingkungan.
4
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
dan rata serta menggunakan bahan bangunan yang tidak
membahayakan.
- Lingkungan Puskesmas tidak panas, ventilasi cukup, pencahayaan
cukup, seluruh ruangan tidak lembab dan tidak berdebu.
- Terdapat fasilitas pemadam kebakaran dan petunjuk jalur evakuasi
dan pintu darurat jika terjadi kecelakaan.
- Rasio kecukupan toilet karyawan mengikuti indeks perbandingan
jumlah karyawan dengan toilet yaitu 1:20 artinya setiap
penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar
mandi.
- Tata ruang
o Zona ruang dengan kategori :
Risiko rendah : meliputi ruang administrasi TU, Ruang Kepala
Puskesmas, Ruang pertemuan, ruang penyimpanan rekam
medis bersatu dengan loket (unit pendaftaran), ruang
penyimpanan obat, ruang Akreditasi dan Musholla
Risiko sedang : meliputi poli rawat jalan (selain poli P2)
Risiko tinggi : meliputi Poli P2, Laboratorium, UGD dan tempat
penampungan limbah/sampah medis
o Penataan ruangan memperhatikan zona risiko penularan
5
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
c. Tatalaksana penerapan manajemen risiko lingkungan
1. Toilet dan Kamar Mandi,
o Tersedia dalam keadaan bersih
o Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
o Terpisah antara toilet laki-laki dan perempuan
o Tidak terdapat perindukan nyamuk
2. Pembuangan sampah,
o Tersedia fasilitas tempat sampah organik dan non-organik di
setiap ruangan
o Tempat sampah tertutup
o Sampah/ limbah non-medis padat ditampung dalam kantong
warna hitam. Sampah medis ditampung dalam kantong warna
kuning.
o Sampah setiap hari dibuang di tempat penampungan sampah
sementara.
3. Penyediaan air minum dan air bersih,
o Tersedia air bersih
o Tersedia air minum untuk karyawan sesuai kebutuhan
4. Hygiene dan sanitasi makanan
o Kebersihan peralatan makan di Puskesmas
5. Pengolahan limbah
o Limbah cair ditampung dalam SPAL Puskesmas
6. Pengolahan limbah medis
o Limbah medis tajam ditampung dalam safety box
o Limbah medis padat ditampung dalam tempat sampah medis
dengan kantong warna kuning
o Limbah medis padat selanjutnya ditampung pada penampungan
sementara untuk dikirim ke tepat pemusnahan
7. Pengelolaan linen
o Dilakukan pemisahan linen yang infeksius dan non-infeksius
o Linen/kain yang terkontaminasi dilakukan proses desinfeksi
o Linen/kain secara berkala dikumpulkan dan dikirim ke tempat
pencucian
6
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
8. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
o Dilakukan pengamatan terhadap serangga nyamuk, kecoa dan
tikus
o Kebersihan ruangan dijaga untuk mencegah binatang
pengganggu
o Dilakukan pemberantasan jika terdapat binatang pengganggu
9. Dekontaminasi dan sterilisasi
o Seluruh peralatan yang terkontaminasi dilakukan proses
dekontaminasi dan sterilisasi
o Proses dekontaminasi dilaksanakan segera setelah proses
pelayanan, sterilisasi dilakukan di ruang sterilisasi
10.Promosi hygiene dan sanitasi
o Tersedia promosi untuk menjaga kebersihan ruangan,
membuang sampah, kebersihan kamar mandi dan cara mencuci
tangan, etika batuk.
7
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Penerapan manajemen risiko layanan klinis di UPT Puskesmas
Pasirkaliki dilaksanakan di unit pelayanan yang menyelenggarakan
layanan klinis yaitu:
1. Ruang Pendaftaran dan Rekam Medis
2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Ruang MTBS
4. Ruang Lansia
5. Ruang KIA, KB, & Imunisasi
6. Ruang Kesehatan Gigi & Mulut
7. Ruang Promkes
8. Ruang TB/DOTS
9. Ruang Tindakan
10. Laboratorium
11. Ruang Farmasi
8
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Contoh daftar risiko pada layanan klinis di Puskesmas :
Unit Layanan Risiko
Ruang Pendaftaran - Kesalahan pemberian identitas rekam medis
dan Rekam Medis - Kesalahan pengambilan rekam medis
Ruang Pemeriksaan - Kesalahan diagnosis
Umum, Ruang - Kesalahan identifikasi pasien/salah orang
Kesehatan Gigi & - Kesalahan pemberian terapi
Mulut, Ruang MTBS, - Kesalahan pemberian resep
Ruang LANSIA, - Kesalahan tindakan yang menimbulkan
Ruang TB/DOTS dan perlukaan
Ruang Tindakan - Monitoring pengobatan atau tindakan yang
kurang baik
- Insiden tertusuk jarum bekas pakai
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau cairan tubuh
pasien
- Tidak menggunakan Alat Pelindung Diri
- Menggunakan peralatan tidak steril
Laboratorium - Kegagalan pengambilan sampel sehingga
menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pemberian label sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil pemeriksaan
laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang
- Sampel rusak atau hilang
Kamar Obat - Kesalahan membaca resep
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis/formula obat
- Kesalahan edukasi cara minum/pemakaian obat
- Kesalahan identifikasi pasien
- Pemberian obat kadaluwarsa
- Kesalahan penulisan label
- Pemberian obat rusak
9
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Unit Layanan Risiko
- Kesalahan pengambilan obat
FAIL
RPN
URE FREKU KEMUD
(OC VALI
(Kega ENSI KEGAW AHAN
PENY EFE C x SOL DASI
No galan TERJA ATAN TERDET
EBAB K SV USI SOLU
/ DINYA (SV) EKSI
x SI
Kesal (OCC) (DT)
DT)
ahan)
Keterangan:
- Rentang nilai OCC mulai 0-10; dimana 0= tidak mungkin terjadi dan
10 = sangat sering terjadi
- Rentang nilai SV mulai 0-10; dimana 0=tidak gawat dan 10=sangat
gawat
- Rentang nilai DT mulai 0-10; dimana 0=mudah dideteksi dan
10=sangat sulit dideteksi
10
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
c. Evaluasi risiko
Evaluasi risiko dilakukan pada kasus yang terpilih berdasarkan
kegawatan risiko. Evaluasi dilakukan dengan mencari penyebab
masalah menggunakan Analisis Akar Masalah (RCA/Root Cause
Analysis) kemudian ditentukan apakah memerlukan tindakan
perbaikan (treatment) ataukah tidak.
Program Risiko
Posyandu Balita - Kesalahan penentuan kebutuhan imunisasi
- Kesalahan cara pemberian imunisasi
- Kesalahan jenis imunisasi
- Kesalahan dosis vaksin
11
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
- Insiden kegagalan pemberian imunisasi
- Insiden efek samping imunisasi
- Ceceran limbah medis
- Insiden petugas tertusuk jarum
- Insiden balita terluka pada proses penimbangan
menggunakan dacin
- Kesalahan cara penimbangan
- Kesalahan pencatatan hasil pengukuran dan
pemeriksaan
Posyandu Lansia - Kesalahan identifikasi
- Kesalahan pemeriksaan dan diagnosis
- Insiden perlukaan karena penggunaan alat
periksa
- Kesalahan hasil pemeriksaan laboratorium
- Insiden perlukaan karena pemeriksaan
laboratorium
- Insiden tertusuk jarum
- Insiden kontak dengan cairan tubuh penderita
- Tidak menggunakan APD
- Kesalahan pemberian obat
- Kesalahan dosis obat
2. Analisis rIsiko
Daftar risiko yang telah diidentifikasi kemudian dilakukan analisis
oleh Tim Mutu. Analisis risiko dilakukan dengan cara menilai tingkat
kegawatan dari risiko.
3. Evaluasi rIsiko
RIsiko yang teridentifikasi dianalisis menggunakan formulir FMEA
dan analisis penyebab dengan menggunakan metode RCA (Root
Caused Analysis). Tingkat risiko yang memiliki nilai yang tinggi
merupakan prioritas untuk dilakukan pemecahan masalah.
Identifikasi risiko dilaporkan kepada Tim Mutu Puskesmas.
12
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
4. Tindakan perbaikan
Jika diperlukan tindakan perbaikan maka Tim Mutu
merekomendasikan rencana tindakan perbaikan dan monitoring
terhadap tindakan perbaikan. Setiap tindakan perbaikan
dikonsultasikan kepada Kepala Puskesmas dan dikomunikasikan
kepada petugas Puskesmas lainnya.
13
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB III
ELEMEN KUNCI DESIGN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
A. Tujuan
Tujuan design program manajemen risiko adalah:
Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki
pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau
kecacatan terkait keselamatan pasien.
Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
Untuk melindungi orang, aset dan serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak
efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada
proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan
aman.
B. Kewenangan
Dinas Kesehatan Kota Bandung selaku pemilik puskesmas memiliki
tanggung jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Adapun tanggung jawab yang
diberikan sebagai berikut :
1. Dinas Kesehatan Kota Bandung mendelegasikan kewenangan kepada
Kepala UPT Puskesmas Pasirkaliki untuk membentuk organisasi
manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
2. Kepala UPT Puskesmas Pasirkaliki menugaskan kepada Tim
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan
tugas manajemen risiko masuk dalam struktur Tim PMKP.
3. Satuan tugas manajemen risiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas, semua anggota
staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas.
14
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen
risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara
formal maupun informal antara manajemen risiko profesional dengan
semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta fungsi lain
di dalam dan di luar Puskesmas.
Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi
dengan orang-orang kunci dalam organisasi sebagai berikut :
Kepala dan para pimpinan unit layanan di Puskesmas berfungsi sebagai
pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program
manajemen risiko. Pimpinan Unit Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi
sebagai penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis,
membantu manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter,
untuk memastikan bahwa organisasi melakukan clinical appointment
staf medis, kredensial, kewenangan dan prosedur disiplin telah
dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Bagian Keuangan bertanggung jawab dalam pembiayaan dan
memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen risiko,
mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan
mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas.
Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk
mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja,
pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin
dan sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan
pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta
melindungi staf medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.
Ketua K3 Puskesmas memiliki tanggung jawab utama membantu
manajemen risiko dalam melakukan fire safety, manajemen bahan
berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.
15
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
D. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen risiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah kerugian (loss
prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan,
analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan
kerugian (loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi,
mengevaluasi, memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi
risiko yang terkait dengan sumber daya manusia, sistem prosedur,
pengawasan internal maupun gabungannya.
1. Tugas manajemen risiko dalam hal mencegah dan mengurangi kerugian
sebagai berikut :
Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit
layanan terkait seperti manajemen mutu, kepelayanan, staf medis dan
kontrol infeksi.
Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi
risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan
kejadian sentinel.
17
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB IV
TUJUAN MANAJEMEN RISIKO
18
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB V
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO
19
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
b. Risiko terkait staf medis.
- Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis ?
- Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku ?
- Apakah pasien dikelola dengan benar ?
- Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih ?
f. Risiko lain-lain:
- Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan
biologis menular, manajemen limbah.
- Risiko terkait hukum dan peraturan.
20
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB VI
PROSES MANAJEMEN RISIKO
1. TETAPKAN KONTEKS
Pada tahapan ini:
Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan Puskesmas
dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses
manajemen risiko harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan
21
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
konsekuensi potensial yang dapat timbul dari pengaruh internal dan
eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau
bagian dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko
sedang diterapkan, harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan
dengan seksama sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya,
manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumberdaya dan
catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara
mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko
mencakup pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area
praktik klinis spesifiik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
2. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola
menggunakan proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena
potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap ini akan dikecualikan
dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua materi risiko harus
diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah kontrol organisasi
manajemen risiko.
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional
(sistem kesehatan), tingkat Puskesmas, unit pelayanan atau tingkat tim
harus diidentifikasi, dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses,
perlu dilakukan identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan
kesehatan internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1) Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian.
2) Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal/eksternal.
22
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
3) Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insiden di
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas.
4) Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis
atau bahaya dan insiden yang terjadi.
5) Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
3. ANALISIS RISIKO
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi
manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap
system kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua iunit
layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat
menentukan tindakan lebih lanjut.
Perlu proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan
tingkat risiko, memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko
besar, serta menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan
akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi,
makin segera tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan dengan
melakukan risk grading/tingkatan risiko untuk menentukan keparahan
dari tiap risiko dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko
dan akibatnya bila hal ini terjadi.
23
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas
risiko saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut
muncul menjadi sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden),
dan kemungkinan terjadinya insiden.
Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori
kemungkinan dan konsekuensi. Lihat tabel kategori dan matriks penilaian
risiko.
Penilaian matriks risiko bertujuan untuk menentukan derajat risiko
suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya.
a. Dampak
Penilaian dampak adalah seberapa berat akibat yang dialami pasien
mulai dari tidak ada cedera sampai meninggal, seperti tabel berikut.
24
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
b. Probabilitas
Penilaian tingkat probabilitas adalah seberapa seringnya insiden
tersebut terjadi, seperti tabel berikut.
SKOR RISIKO
25
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Tabel Matriks Grading Risiko
Probabilitas Tidak Minor Modera Mayor Katastropi
Signifikan t k
1 2 3 4 5
Sangat sering
terjadi (tiap Modera Ekstri
Moderat Tinggi Ekstrim
minggu/bulan) t m
5
Sering terjadi
(beberapa Modera Ekstri
Moderat Tinggi Ekstrim
kali/thn ) t m
4
Mungkin
terjadi Modera Ekstri
Rendah Tinggi Ekstrim
(1-2 thn/kali ) t m
3
Jarang terjadi
Modera
(2-5 thn/kali ) Rendah Rendah Tinggi Ekstrim
t
2
Sangat jarang
Modera
terjadi (>5 Rendah Rendah Tinggi Ekstrim
t
thn/kali )
(Sumber: Pedoman Pelaporan IKP PERSI)
Skor risiko akan menentukan prioritas risiko. Jika pada penilaian risiko
ditemukan dua insiden dengan hasil skor risiko yang nilainya sama, maka
untuk memilih prioritasnya, dapat menggunakan warna bands risiko.
Skala prioritas bands risiko adalah :
Bands Biru : Rendah/Low
Bands Hijau : Sedang / Moderat
Bands Kuning : Tinggi / High
Bands Merah : Sangat Tinggi / Ekstreme
26
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BANDS RISIKO
Bands risiko adalah derajat risiko yang digambarkan dalam empat warna
yaitu :
Biru, Hijau, Kuning dan Merah, dimana warna akan menentukan
investigasi yang akan dilakukan.
Bands Biru dan Hijau : Investigasi sederhana
Bands Kuning dan Merah : Investigasi Komprehensif / RCA
27
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
menentukan peringkat risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko
diterima puskesmas, maka harus berhasil dilaksanakan.
Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi oleh persepsi
internal, eksternal dan persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal
merupakan hal yang sangat penting. Lihat tabel asesmen risiko.
5. PENGELOLAAN RISIKO.
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis
yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat.
Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk
menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan identifikasi dan analisa
risiko, maka satuan tugas manajemen resiko harus menangani dan
mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
a. Mengendalikan risiko (risk control)
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani
mengambil risiko dengan metode berikut.
b. Menghindari risiko (risk avoidance)
Adalah menghindarkan harta, orang atau kegiatan dari pajanan
terhadap risiko dengan cara:
- Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan
walaupun hanya untuk sementara
- Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera
menghentikan kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
- Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan
cara mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
28
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB VII
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN
29
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB IX
SISTEM PELAPORAN INSIDEN
Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas
terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden
diwajibkan bagi setiap RS dan puskesmas seperti tercantum dalam UU RS no
44 tahun 2009 pasal 43 dan Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim.
Identifikasi akan membantu langkah langkah yang akan diambil puskesmas
terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi
Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien.
Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas) :
1) Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah.
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali.
2) KKP-RS (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi puskesmas lain.
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis.
30
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi,
dan solusinya.
Tipe Insiden :
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
31
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium
32
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB X
INVESTIGASI INSIDEN
33
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar
tidak terjadi kembali (tindakan/outcome ?)
Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien ? (melalui pengukuran)
34
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017
BAB XI
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO
35
Pedoman Manajemen Risiko/UPT Puskesmas Pasirkaliki/2017