Você está na página 1de 12

Beritabali.com, Denpasar.

Polemik berkepanjangan di tubuh Organda Bali akhirnya ikut


menyeret Koperasi Wahana Dharma yang bernaung di bawah Organda.

Setelah dibongkar habis-habisan oleh Ketua Biro Angkutan Sewa Organda Badung, I
Wayan Suata, kini giliran Anggota Koperasi Asap Bali, Ketut Leo dan Dewa Mada Agus
berbicara lantang terhadap kasus yang sedang diselidiki Kejati Bali itu.

Mereka menuntut Ketua Organda legowo mundur dari jabatannya sekaligus meminta
Koperasi Wahana Dharma segera dibubarkan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi
Bali.

"Pengurus anggota koperasi itu seratus persen adalah pengurus Organda. Seharusnya
pengurus Organda itu mengayomi anggota Organda, bukan malah menjadi pesaing
anggota Organda. Sehingga disinyalir Koperasi Wahana ini broker yang sengaja menjadi
kompetitor anggota Organda. Contohnya Kura Kura Transport itu ijinnya dari Wahana,
kenapa bisa Ketua Wahana tidak menandatangi MoU dengan Kura Kura, padahal ijinnya
ada di Wahana," ujar Ketut Leo saat ditemui awak media di Koperasi Asap Bali, Kamis
(30/6/2016).

Anehnya lagi, GrabCar sebelumnya juga menyatakan sudah kerjasama dengan Koperasi
Wahana sebagai salah satu angkutan online di Bali. Tapi Ketua Koperasi Wahana malah
tidak mengakui menandatangi MoU tersebut.

"Kan aneh ya. Jika benar-benar pengurus Organda hendaknya mengayomi anggota
Organda, bukan menyakiti anggota Organda khususnya di bidang perijinan. Coba berapa
armada Wahana itu punya, berapa yang terdaftar di Wahana baik taksi, angkutan sewa,
pariwisata dan angkutan AJDP termasuk ijin Kura Kura Transport tersebut," jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta Koperasi Wahana segera dibubarkan, bila perlu
dicabut ijin badan usahanya. Karena bertindak seperti broker, karena seluruh ijin
angkutan disapu bersih.

"Coba koperasi mana yang paling banyak jenis angkutan di Bali ada taksi, ada angkutan
sewa, pariwisata dan AJDP. Apalagi Kura Kura membayar mahal kepada Wahana, tapi
Ketua Wahana mengakui tidak ada buat MoU dengan Kura Kura dan Grab. Jika Ketua
tidak menandatangani, kenapa ijin-ijinnya bisa diproses. Hendaknya Kejaksanaan Tinggi
(Kejati) Bali tidak 'masuk angin' dan kembali mengusut tuntas kasus ini," katanya.

Senada juga disampaikan, Dewa Made Agus yang bercermin dari kasus dugaan korupsi
yang menangkap basah salah satu Petinggi Partai Demokrat, Putu Sudiartana harus
dijadikan contoh Kejati Bali agar berani mengungkap kasus korupsi di Bali. Apalagi
banyak kasus yang akhirnya kadas dan dihentikan, bahkan di SP3 dengan alasan tidak
ada ditemukan kerugian negara.

"Bercemin dari kasus itu, jaksa jangan masuk angin dan kembali usut tuntas sampai ke
akar-akarnya. Bila perlu juga diusut pengurus Koperasi Wahana, karena seratus persen
sebagai pengurus Organda. Jadinya Organda bisa terlibat sebagai broker ijin angkutan.
Berapa bayar Kura Kura itu kepada Wahana. Berarti kan Wahana termasuk broker bukan
koperasi. Selain itu, apakah semua anggotanya sudah masuk anggota koperasi?,"
sentilnya.
Disebutkan, jika ditelusuri Kura Kura malah dikatakan menyetor uang ratusan juta ke PT
Restu Mulia. Padahal seharusnya uang itu disetor ke Wahana. "Kenapa disetor ke Restu
Mulia? Kalo memang disetor kesana, kenapa Kura Kura mencari ijin di Wahana. Dari sana
bisa dicek Kura Kura transfer uang ke PT Restu Mulia padahal tidak ada kaitannya,
sedangkan yang ada kaitannya adalah Koperasi Wahana. Itu bisa diusut oleh kejaksaan
lewat PPATK. Karena Kura Kura itu bernaung di Wahana, tapi uangnya ke Restu Mulia,
ada apa ini?," tutupnya.

Diketahui sebelumnya, dari praktek dugaan kongkalikong ijin angkutan untuk


memuluskan aplikasi angkutan online di Bali persoalannya makin melebar ke Pengurusan
Organda Bali. Bahkan, Wayan Suata sempat menyayangkan sikap Ketua DPD Organda
Bali, Ketut Eddy Dharma Putra yang tidak mau dikritisi oleh anggotanya.

Menurut Suata sikap Ketua Organda itu sangat disesalkan Ketua ASAP Bali ini, sehingga
jika tidak berani dikritik Ketua Organda Bali diminta mundur saja dari jabatannya.

Pernyataan Ketua Organda Bali Eddy Dharma Putra sebelumnya juga tetap membantah
sangkaan Suata. Eddy justru menyayangkan Suata mengkritisi dan menjatuhkan
organisasi sendiri. Eddy juga berkelit alasan jika laporan keuangan ada
pertanggungjawaban di dalam antar anggota dan ada pertanggungjawaban untuk
dikeluarkan secara bebas.

Eddy sekali lagi juga membantah dirinya ataupun pihak Organda Bali ikut terlibat dalam
percaloan ataupun broker untuk pengurusan ijin GrabCar memuluskan operasi angkutan
online di Bali.

Ketika dikonfirmasi sebelumnya, Ketua Koperasi Wahana Dharma, Ketut Ngurah


Sutharma juga membantah adanya MoU kerjasama antara Koperasi Wahana Dharma
dengan GrabCar di Bali, termasuk aliran uang ratusan juta rupiah dari Kura Kura
Transport sampai akhirnya pihak Kejati Bali rencananya akan menghentikan kasus ini
dengan alasan tidak menemukan kerugian negara apapun.[bbn/dws/psk]

Diduga Rugikan Nasabah, Koperasi


MAS Dicabut Izinnya
Rep: Ahmad Baraas/ Red: Heri Ruslan

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kasus penipuan berkedok koperasi kembali terjadi di


Bali. Kali ini pelakunya menggunakan nama Koperasi Masyarakat Adil Sejahtera (MAS),
yang beralamat di Desa Lukluk, Kabupaten Badung, yang telah menghimpun dana
masyarakat mencapai Rp 1,5 miliar lebih.

"Kami terpaksa menghentikan operasional kantor cabang koperasi itu per 28 Maret lalu,
setelah mendengar adanya nasbah yang dirugikan," kata Kepala Dinas Koperasi dan
UKM Provinsi Bali, Dewa Nyoman Patra, di Denpasar, Minggu (1/4) petang.

Menurut Patra, koperasi yang berpusat di Malang, Jawa Timur itu telah memiliki izin dari
Kementerian Koperasi. Namun karena ada laporan dari masyarakat, maka pengelola
koperasinya dipanggil untuk dimintai keterangan dan pertanggungjawaban. Karena
manajemen di Bali tidak bisa memberikan keterangan dan pertanggungjawaban, maka
koperasi itu akirnya ditutup kegiatannya.

Sebelumnya kasus penghimpunan dana masyarakat berkedok koperasi juga terjadi di Bali,
masing-masing di Kabupaten Karangasem dengan nama Koperasi Karangase Membangun
(KKM) dan di Kabupaten Jembrana dengan nama PT Baliconsultan Life Insurance (Balicon).
Kedua lembaga yang bergerak dalam kegiatan penghimpunan dana masyarakat itu, juga tidak
bisa memberikan pertanggungjawaban terhadap uang nasabahnya dan masalahnya kini sudah
masuk ke ranah hukum.

Terkait pemanggilan para pengelola Koperasi MAS di Badung, Patra menjelaskan, pihaknya
telah memberikan waktu sepekan kepada manajemen koperasi untuk memperlihatkan laporan
keuangan nasabah dan aset milik badan usaha bersama tersebut.

Namun para petugas koperasi itu menjelaskan kalau dana nasabah telah disetor ke kantor
pusat di Malang. "Tapi setelah kami lacak, alamat dan keberadaan kantor koperasi iu di
Malang, sulit ditemukan. Sehingga operasional kantor cabang Koperasi MAS di Bali kami
dihentikan," ujarnya

Ratusan Koperasi di B
Banyak Yang Belum RAT
SULUH BALI, Denpasar Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Bali mencatat jumlah koperasi bermasalah di Bali hingga Desember
2012 mencapai 411 unit yang tersebar di sembilan kabupaten/kota.
Dari 4.575 koperasi, sembilan persen atau 411 unit di antaranya masih
mengalami masalah, kata Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Provinsi Bali Dewa Nyoman Parta dalam Seminar Akselerasi Pertumbuhan
Ekonomi Bali Melalui Pemberdayaan Koperasi dan UMKM, di Denpasar,
Selasa (30/7).

Menurut dia, permasalahan yang umumnya dialami yakni masalah sumber


daya manusia yang masih perlu dibina, disamping masih banyak koperasi
tersebut belum menggelar rapat anggota tahunan (RAT).

Dia menjelaskan bahwa ribuan koperasi itu memiliki sedikitnya 866 ribu
anggota, namun sebagian perlu mendapat pembinaan dan pelatihan.

Kerap kali kami lakukan pelatihan, tetapi orang yang datang, itu-itu saja.
Bulan Agustus kami akan lakukan pendataan berapa koperasi yang belum
melaksanakan RAT dan itu perlu dibina, ujarnya.

Selain permasalahan tersebut, sebagian koperasi tak sehat itu mengalami


permasalahan klasik di antaranya masalah permodalan dan pemasaran.

Terkait dengan koperasi tak sehat itu, pihaknya belum berencana melakukan
merjer agar menjadi koperasi yang sehat namun masih akan melakukan
analisa di kabupaten/kota di Bali.

Koperasi yang tak sehat itu kami harus cari tahu dari kabupaten/kota, apa
perlu dimerjer atau bagaimana, ucap Parta.

Meskipun demikian, 68 persen dari 4.575 koperasi atau 3.111 unit koperasi
memiliki kinerja yang sehat dan berkualitas dengan total aset keseluruhan
mencapai Rp5 triliun per Juni 2013.

Sementara itu, Pemimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III


Denpasar, Dwi Pranoto menyatakan bahwa koperasi merupakan mitra
perbankan bagi pemerintah dalam upaya menyejahterakan masyarakat.
Dia mengharapkan di tengah prediksi melambatnya pertumbuhan ekonomi
pada akhir tahun 2013 yang berkisar antara 6,5 hingga 7 persen, koperasi
diharapkan terlibat dan berperan dalam menstabilkan ekonomi di Pulau
Dewata.

Koperasi diharapkan ikut terlibat dalam menjaga kestabilan karena koperasi


bisa menciptakan mekanismepemenuhan kontinuitas jumlah produksi,
ujarnya.

Selian itu, koperasi dinilai sebagai penjamin kualitas barang dan


menyediakan tempat penyimpanan hasil produksi sehingga produsen tidak
perlu menjual hasil produksinya segera di saat harga mengalami
fluktuasi. (SB-ant)

JAN

Contoh Kasus Koperasi

Kasus :

DENPASAR - Polda Bali menutup Koperasi Karangasem Membangun (KKM) yang terindikasi mempraktikkan
penggandaan uang (money game). Selain itu, polisi menahan Ketua KKM I Gde Putu Kertia. Tragisnya, Kertia
yang juga Dirut PDAM Karangasem langsung dipecat. Nasib serupa juga dialami Nengah Wijanegara yang
menjadi Dirut KKM.Hingga kini memang belum ada nasabah koperasi tersebut yang merasa dirugikan.
Namun, dari penyelidikan petugas, KKM diduga menggandakan uang mirip multilevel marketing (MLM)
dengan menggunakan sistem piramida.Anggota yang mendaftar lebih awal dibayar dari setoran nasabah
berikutnya. Jika keanggotaan terhenti, dipastikan akan terjadi gejolak. Sebab, uang yang berhasil
dikumpulkan KKM dari masyarakat mencapai ratusan miliar rupiah.Selain menahan dua tersangka, polisi
memblokir uang nasabah di dua bank dengan nilai total Rp 282 miliar. Uang sebanyak itu selama ini
disimpan di Bank BNI dan Bank BPD.Petugas juga menyita uang tunai Rp 15 miliar di brankas dan tiga
kilogram perhiasan emas. Semua didapat dari kantor pusat KKM, Jalan A. Yani 459, Amlapura, Karangasem.
''Kami berusaha menyelamatkan uang masyarakat,'' papar Kapolda Bali Irjen Pol T. Ashikin.Ashikin
menjelaskan, bisnis yang dilakoni KKM hanya menerima uang simpanan dari masyarakat. Memang, ada
bisnis jual sembako, perhiasan, dan yang lain. Tapi, itu dirasa tidak bisa mencukupi pembayaran bunga
yang hampir mencapai 150 persen.Polisi juga menemukan adanya bisnis aneh. KKM yang berdiri pada 28
Maret 2006 mengharuskan anggota menyetor Rp 50 juta. Janjinya bisa mendapat mobil Avanza yang
harganya dua kali lipat dari uang setoran pertama itu. Begitu juga, bila menyetor uang Rp 5 juta dalam
hitungan enam bulan, nasabah bisa mendapatkan sepeda motor yang diinginkan. Janji itu sangat mustahil.
Bunga bank saja berada di kisaran lima persen setahun. Deposito pun tak bisa mencapai perkembangan
nominal yang fantastis seperti itu. Karena belum ada masyarakat yang melaporkan kasus tersebut ke arah
penipuan, Kapolda merujuk pasal 16 Undang-Undang Perbankan. Lembaga nonbank tidak boleh menerima
penyertaan dana dari masyarakat tanpa izin dari Bank Indonesia (BI). Ancaman hukumannya 10 tahun
penjara dan denda Rp 15 miliar.Polda sudah memprediksi bahwa penutupan itu akan memunculkan gejolak
di kalangan nasabah. Apalagi, anggotanya sudah mencapai puluhan ribu. Hingga kemarin, satu satuan
setingkat peleton (SST) Brimob dan Samapta Polda Bali disiagakan di Karangasem.Hingga sore kemarin,
puluhan staf dan karyawan KKM sudah diperiksa. Demikian juga para manajer unit KKM. ''Sementara
manajer-menajer unit masih berstatus saksi. Namun, tidak tertutup kemungkinan mereka bisa menjadi
tersangka,'' ujar salah seorang penyidik.

Analisa :

Logisnya adalah investasi KKM ini tidak dapat menawarkan keuntungan yang besar maupun tinggi dilihat
dari persentase perbankan pun hanya 5 % pertahun,dan deposit pun tidak bisa mencapai nominal yang
fantastis dan bisa dikatakan untuk jangka waktunya tidak akan bertahan lama. Salah satu factor yang
memungkinkan adanya penipuan dan jatuhnya korban adalah tingkat pengetahuan yang rendah para calon
nasabah yang akan ikut serta, penggandaan uang seperti Multi Level Marketing (MLM) tersebut memiliki
kendala jika adanya salah satu anggota yang keluar. Sama sepertinya dengan kasus ini, penggandaann uang
yang mustahil. Pasal 16 Undang-undang perbankan lembaga nonbank menerangkan bahwa, tidak boleh
menerima dana penyertaan dari masyarakat tanpa izin dari Bank Indonesia (BI). Hal tersebut telah jelas jika
masyarakat setidaknya mengetahui hal hukum tersebut dan tidak akan mengambil resiko berat untuk
mengikuti atau pun menyelenggarai lembaga-lembaga lainnya.

Kredit Macet, 480 Koperasi di Bali Tidak Aktif


Metrotvnews,com, Denpasar: Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Provinsi
Bali mencatat 480 koperasi di daerah ini tidak aktif karena dipengaruhi integritas kinerja
pengurus dalam mencarikan solusi kredit yang macet.

"Hampir sebagian besar koperasi yang tidak aktif karena beberapa kesalahan mengurus kredit
macet," kata Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali, I Dewa Nyoman Patra, di
Denpasar, Senin (17/8/2015).
Ia menegaskan dari jumlah koperasi yang tidak aktif itu, untuk di Bali sendiri relatif lebih kecil
dibandingkan provinsi lainnnya di Indonesia, yakni 10 persen dari total 4.803 koperasi yang
tersebar disembilan kabupaten/kota.

Untuk jumlah koperasi terbanyak di Bali terdapat di Kabupaten Gianyar dan Denpasar.
Sedangkan, koperasi yang tidak aktif terbanyak di Kabupaten Bangli dan Badung.

"Sebanyak 480 koperasi yang tidak aktif itu tidak dibubarkan, karena bukan menjadi
kewenangan kami," ujarnya.

Selain itu, upaya yang dilakukan Diskop Bali agar tidak mempengaruhi koperasi yang lainnya,
pihaknya mengambil langkah memanggil perwakilannya guna menyampaikan masalah yang
dihadapi agar diberikan solusi.

"Permasalahnya banyak koperasi yang sudah bubar tidak disampaikan ke kami," ujarnya.

Ia mengatakan apabila pengurus profesional, kreatif, integritas moral dan mentalnya baik, maka
pihaknya yakin koperasi akan berkembang dengan baik. Selain itu, anggota juga harus
memanfaatkan apa yang disediakan di koperasi.

"Peran serta aktif anggota koperasi sangat penting dalam hal ini termasuk dalam permodalan,"
katanya.

Oleh sebab itu, ia mengharapkan koperasi yang tidak aktif agar tumbuh kembali dan apabila
mengalami kendala agar melaporkan ke Diskop Bali untuk diberikan solusi.

Kasus Koperasi Karang Asem


1. Kasus koperasi pertama Kasus Kospin (Koperasi Simpan Pinjam) di Kabupaten
Pinrang, Sulawawesi Selatan yang menawarkan bunga simpanan fantastis hingga
30% per bulan sampai akhirnya nasabah dirugikan ratusan milyar rupiah, ternyata
belum menjadi pelajaran bagi masyarakat Indonesia. Bagi Anda yang belum
pernah tahu Kabupaten KarangAsem, belakangan ini akan semakin sering
mendengar nama KarangAsem di media massa. Apa pasalnya, sehingga nama
KarangAsem mencuat? Jawaban paling sahih, mencuatnya nama KarangAsem
akibat adanya kasus investasi Koperasi KarangAsem Membangun. Kabupaten
KarangAsem adalah salah satu kabupaten di Provinsi Bali. Kabupaten ini masih
tergolong kabupaten tertinggal dengan tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
dan kondisi perekonomian daerah yang relatif morat-marit. Data dari Pemda
Karangasem menyebutkan pendapatan per kapita masyarakat hanya sekitar Rp 6
juta per tahun. Pada tahun 2006 lalu, di kabupaten ini lahirlah sebuah koperasi
dengan nama Koperasi KarangAsem Membangun (KKM). KKM ini dalam
operasinya mengusung beberapa nama besar di daerah tersebut. Pengurus KKM,
misalnya, diketuai oleh Direktur Utama PDAM Karangasem, I Gede Putu Kertia,
sehingga banyak anggota masyarakat yang tidak meragukan kredibilitas koperasi
tersebut. Dengan bekal kredibilitas tersebut, KKM tersebut mampu menarik
nasabah dari golongan pejabat dan masyarakat berpendidikan tinggi. KKM
sebenarnya bergerak pada beberapa bidang usaha, antara lain simpanpinjam, toko
dan capital investment. Salah satu layanan KKM yang menjadi primadona adalah
Capital Investment (Investasi Modal). Layanan Capital Investment yang dikelola
oleh KKM menjanjikan tingkat pengembalian investasi sebesar 150% setelah tiga
bulan menanamkan modal. Dengan kondisi sosial dimana mayoritas masyarakat
tergolong ekonomi kurang mampu dan juga pendidikan yang relative rendah,
iming-iming keuntungan sebesar itu tentunya sangat menggiurkan. Lucunya, ada
juga beberapa anggota DPRD Kabupaten Karangasem yang ikut berinvestasi di
KKM, bahkan ada yang sampai menanamkan modal sebesar Rp.400 juta.
Konyolnya, walaupun KKM menawarkan produk investasi, koperasi tersebut sama
sekali tidak mengantongi ijin dari Bapepam. Pada kenyataannya, sebenarnya
layanan Investment Capital tersebut adalah penipuan model piramida uang.
Sebagian nasabah yang masuk duluan, memang berhasil mendapatkan kembali
uangnya sekaligus dengan keuntungannya. Seorang pemodal misalnya,
memberikan testimoni bahwa hanya dengan bermodalkan Rp 500 ribu, dalam
waktu 3 bulan ia mendapatkan hasil Rp.1,5 juta. Dengan iming-iming 150%
tersebut, antara November 2007 hingga 20 Februari 2009, KKM berhasil
menjaring 72.000 nasabah dengan nilai total simpanan Rp.700milyar. Beruntung
Bupati Karangasem, I Wayan Geredeg cepat bertindak, dengan meminta kepolisian
segera menutup bisnis investasi ala KKM tersebut. Hasil penyitaan asset, hanya
berhasil menyita asset senilai Rp.321 milyar atau hanya separuh dari simpanan
total nasabah Rp.700 milyar. Lebih dari Rp.400 milyar uang nasabah tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Sayangnya, tindakan Bupati Karangasem, justru ditentang
oleh para nasabah. Ironis sekali, mereka tidak merasa tertipu dan menganggap
Bupati Karangasem melakukan fitnah sehingga pengurus KKM ditangkap polisi.
Nasabah malah meminta pengurus KKM dibebaskan, agar dana mereka yang telah
disetorkan dapat dikembalikan.
Kesimpulan :

Sekiranya para petinggi di daerah setempat bisa memberi penyuluhan kepada


masyarakat mengenai cara bernasabah di koperasi yang sehat agar mereka tau dan
terhindar dari penipuan ataupun kerugian dari iming-imingan keuntungan yang
menggiurkan seperti dalam contoh kasus ini . Karena kita tau tentunya sangat tidak
masuk akal bahwa produk investasi KKM bisa menawarkan keuntungan yang
begitu tinggi (150% per tiga bulan alias 600% per tahun). Perlu diingat, return
150% hanya untuk nasabah saja, belum termasuk biaya operasional dan margin
bagi KKM. Artinya, KKM harus menginvestasikan modal nasabah dengan return
di atas angka 150% tersebut dalam waktu tiga bulan, agar skema capital investment
tidak ambruk. Ini tentunya boleh dikatakan mustahil bisa bertahan lama. Dan bagi
para pengurus KKM, polisi harus menindak lanjuti kasus ini karena pengurus
KKM selain di curigai dalam masalah penipuan, serta sudah menyalahi aturan
dalam mendirikan koperasi dengan tidak adanya ijin dari Bank Indonesia ataupun
Bapepam. Dan ini berarti para polisi dan para petinggi yang terkait, harus bisa
mencegah kasus seperti ini lagi di daerah yang mayoritas penduduknya masih
awam dan kurangya pendidikan .

Kasus KKM Tak Kunjung Tuntas


Karangasem (Antara Bali) - Kasus Koperasi Karangasem Membangun (KKM) pada 2009
silam hingga kini belum juga tuntas karena berkas pemeriksaan tersangka dari Polres
Karangasem berkali-kali ditolak oleh Kejaksaan Negeri Amlapura.

"Berkas pemeriksaan para tersangka sudah kami serahkan kepada Kejari Amlapura
sejak sekitar 18 hari lalu," kata Kasat Reskrim Polres Karangasem AKP I Made Mundra,
Senin.

AKP Mundra menjelaskan, sesuai pasal 110 ayat 4 KUHP bila dalam jangka waktu 14
hari berkas sudah diajukan ke kejaksaan dan belum ada jawaban, maka dianggap
berkas sudah lengkap.

"Namun ternyata pelimpahan ini ditolak, dan dianggap masih P-19," katanya.

Penolakan pelimpahan itupun dilakukan pihak Kejari Amlapura pada Jumat (27/5) ketika
penyidik Polres Karangasem hendak menyerahkan dua tersangka Made Mintaka dan
Made Wita yang diduga sebagai otak demo ribuan nasabah KKM di rumah pribadi Bupati
Karangasem, I Wayan Geredeg.

"Pelimpahan tersebut juga termasuk barang buktinya," ujarnya.

Sebelumnya, pada tahun 2009 lalu, Kepolisian Polda Bali mengungkap adanya hal
penipuan di koperasi KKM tersebut. Sejak itu, polisi menutup dan menyita berbagai aset
koperasi.

Namun, penutupan koperasi tersebut dianggap para nasabah justru merugikan, dan
membuat bangkrut. Ribuan nasabah pun melakukan demo besar-besaran di rumah
Bupati Karangasem I Wayan Geredeg yang memicu kerusuhan.

Ribuan nasabah itu mengaku kehilangan uang dengan total lebih dari Rp300 juta miliar,
dan belum diketahui kejelasan uang para nasabah tersebut.

Atas demo itu, polisi kemudian menetapkan Made Mintaka, pejabat Kasi Hukum
Setdakab Karangasem, dan Made Wita, pejabat di Dinas Pertanian Karangasem sebagai
tersangka yang menjadi otak yang melatarbelakangi aksi demo rusuh tersebut.

Selain itu, polisi juga menahan pemilik koperasi KKM, Nengah Wijayanegara dan Putu
Kertia. Namun setelah lama kasus tersebut belum diproses hingga habis masa
penahanannya, polisi akhirnya melepaskan semua tersangka.(*)

ontoh kasus koperasi


KASUS KOPERASI

1. Kasus koperasi pertama Kasus Kospin (Koperasi Simpan Pinjam) di Kabupaten Pinrang,
Sulawawesi Selatan yang menawarkan bunga simpanan fantastis hingga 30% per bulan sampai
akhirnya nasabah dirugikan ratusan milyar rupiah, ternyata belum menjadi pelajaran bagi masyarakat
Indonesia. Bagi Anda yang belum pernah tahu Kabupaten KarangAsem, belakangan ini akan semakin
sering mendengar nama KarangAsem di media massa. Apa pasalnya, sehingga nama KarangAsem
mencuat? Jawaban paling sahih, mencuatnya nama KarangAsem akibat adanya kasus investasi
Koperasi KarangAsem Membangun. Kabupaten KarangAsem adalah salah satu kabupaten di Provinsi
Bali. Kabupaten ini masih tergolong kabupaten tertinggal dengan tingkat pendidikan masyarakat yang
rendah dan kondisi perekonomian daerah yang relatif morat-marit. Data dari Pemda Karangasem
menyebutkan pendapatan per kapita masyarakat hanya sekitar Rp 6 juta per tahun. Pada tahun 2006
lalu, di kabupaten ini lahirlah sebuah koperasi dengan nama Koperasi KarangAsem Membangun
(KKM). KKM ini dalam operasinya mengusung beberapa nama besar di daerah tersebut. Pengurus
KKM, misalnya, diketuai oleh Direktur Utama PDAM Karangasem, I Gede Putu Kertia, sehingga
banyak anggota masyarakat yang tidak meragukan kredibilitas koperasi tersebut. Dengan bekal
kredibilitas tersebut, KKM tersebut mampu menarik nasabah dari golongan pejabat dan masyarakat
berpendidikan tinggi. KKM sebenarnya bergerak pada beberapa bidang usaha, antara lain
simpanpinjam, toko dan capital investment (bisa dilihat di website KKM di
http://www.kkm.balipromotion.net/). Salah satu layanan KKM yang menjadi primadona adalah
Capital Investment (Investasi Modal). Layanan Capital Investment yang dikelola oleh KKM
menjanjikan tingkat pengembalian investasi sebesar 150% setelah tiga bulan menanamkan modal.
Dengan kondisi sosial dimana mayoritas masyarakat tergolong ekonomi kurang mampu dan juga
pendidikan yang relative rendah, iming-iming keuntungan sebesar itu tentunya sangat menggiurkan.
Lucunya, ada juga beberapa anggota DPRD Kabupaten Karangasem yang ikut berinvestasi di KKM,
bahkan ada yang sampai menanamkan modal sebesar Rp.400 juta. Konyolnya, walaupun KKM
menawarkan produk investasi, koperasi tersebut sama sekali tidak mengantongi ijin dari Bapepam.
Pada kenyataannya, sebenarnya layanan Investment Capital tersebut adalah penipuan model piramida
uang. Sebagian nasabah yang masuk duluan, memang berhasil mendapatkan kembali uangnya
sekaligus dengan keuntungannya. Seorang pemodal misalnya, memberikan testimoni bahwa hanya
dengan bermodalkan Rp 500 ribu, dalam waktu 3 bulan ia mendapatkan hasil Rp.1,5 juta. Dengan
iming-iming 150% tersebut, antara November 2007 hingga 20 Februari 2009, KKM berhasil
menjaring 72.000 nasabah dengan nilai total simpanan Rp.700 milyar. Beruntung Bupati Karangasem,
I Wayan Geredeg cepat bertindak, dengan meminta kepolisian segera menutup bisnis investasi ala
KKM tersebut. Hasil penyitaan asset, hanya berhasil menyita asset senilai Rp.321 milyar atau hanya
separuh dari simpanan total nasabah Rp.700 milyar. Lebih dari Rp.400 milyar uang nasabah tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Sayangnya, tindakan Bupati Karangasem, justru ditentang oleh para
nasabah. Ironis sekali, mereka tidak merasa tertipu dan menganggap Bupati Karangasem melakukan
fitnah sehingga pengurus KKM ditangkap polisi. Nasabah malah meminta pengurus KKM
dibebaskan, agar dana mereka yang telah disetorkan dapat dikembalikan.
Cara penyelesaian : Sekiranya para petinggi di daerah setempat bisa memberi penyuluhan kepada
masyarakat mengenai cara bernasabah di koperasi yang sehat agar mereka tau dan terhindar dari
penipuan ataupun kerugian dari iming-imingan keuntungan yang menggiurkan seperti dalam contoh
kasus ini . Karena kita tau tentunya sangat tidak masuk akal bahwa produk investasi KKM bisa
menawarkan keuntungan yang begitu tinggi (150% per tiga bulan alias 600% per tahun). Perlu
diingat, return 150% hanya untuk nasabah saja, belum termasuk biaya operasional dan margin bagi
KKM. Artinya, KKM harus menginvestasikan modal nasabah dengan return di atas angka 150%
tersebut dalam waktu tiga bulan, agar skema capital investment tidak ambruk. Ini tentunya boleh
dikatakan mustahil bisa bertahan lama. Dan bagi para pengurus KKM, polisi harus menindak lanjuti
kasus ini karena pengurus KKM selain di curigai dalam masalah penipuan, serta sudah menyalahi
aturan dalam mendirikan koperasi dengan tidak adanya ijin dari Bank Indonesia ataupun Bapepam.
Dan ini berarti para polisi dan para petinggi yang terkait, harus bisa mencegah kasus seperti ini lagi di
daerah yang mayoritas penduduknya masih awam dan kurangya pendidikan .

2. Kasus koperasi kedua Nasabah Koperasi Bodong Resah * Dana Ratusan Juta Digelapkan Negara
(Bisnis Bali) - Ratusan nasabah koperasi Sumber Insan Mandiri (SIM) Cabang Pembantu Negara
yang terletak di Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk Desa Mendoyo Dauh Tukad, Mendoyo resah. Dana
milik 190 nasabah yang berjumlah Rp 678 juta diduga digelapkan. Akibatnya, koperasi ini terus saja
didatangi para nasabah yang ingin menagih dana mereka namun tidak bisa dikembalikan oleh General
Manajer Koperasi SIM Cabang Negara Made Suarta. Kantor koperasi ini akhirnya ditutup sejak Jumat
(23/7) lalu, setelah dilakukan rapat. Menyikapi permasalahan ini, Camat Mendoyo Nengah Ledang
Jumat (30/7) kemarin memanggil GM Koperasi Made Suarta untuk meminta keterangan terkait
masalah koperasi yang kini meresahkan warga Mendoyo ini. Pertemuan yang dilaksanakan di Kantor
Desa Mendoyo Dauh Tukad selain dihadiri camat dan GM koperasi juga dihadiri
Kakankesbanglinmas Pemkab Jembrana, perwakilan dari Disperindagkop, Perbekel Mendoyo Dauh
Tukad. Nengah Ledang mengatakan, pihaknya baru mengetahui keberadaan koperasi ini setelah diberi
tahu oleh Kakankesbanlinmas Suherman kalau ada koperasi yang mau kolaps di Mendoyo. Kemudian
pihaknya melakukan pengecekan dan ternyata koperasi ini tidak terdaftar dan tidak ada izinnya.
Kami sudah cek tidak terdaftar di kecamatan maupun di kabupaten, padahal sudah berdiri sejak dua
tahun lalu di Mendoyo, katanya. Menurut Ledang, saat pihaknya rapat dengan GM Koperasi Made
Suarta dijelaskan kalau jumlah nasabah 190 orang dengan pegawai 9 orang. Koperasi ini berdiri di
Mendoyo sejak tahun 2008. Kebanyakan nasabah dari Pohsanten dan Mendoyo Dauh Tukad. Uang
yang masuk dari nasabah mencapai Rp 600 juta lebih. Dari pengakuan Suarta, dana itu disetorkan ke
pusat Rp 200 juta. Sisanya tidak dijelaskan secara mendetail dan belum dipertanggungjawabkan.
Kemungkinan dipakai untuk membayar pegawai, karena gajinya Rp 1,2 juta, dan mungkin juga untuk
ATK dan operasional lainnya, katanya. Menurut Ledang, sebelumnya Dinas Perindagkop sudah tahu
kalau ada koperasi ini berdiri di Mendoyo dan sudah pernah diingatkan untuk mengurus izin. Kami
sudah sempat meminta nama-nama nasabah namun masih disembunyikan. Demikian juga rincian gaji
pegawai juga belum diberi. Sekarang kami hanya berusaha meredam para nasabah saja agar bersabar
dan tidak terpancing emosi dan tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan, sehingga tercipta
kondisi yang aman, katanya. Sementara itu dari pengamatan di kantor Koperasi Sumber Insan
Mandiri kemarin sudah tidak ada aktivitas di kantor tersebut. Kantor tampak tutup dan pintu
gerbangnya digembok. Hanya lampu depan kantor yang masih tampak menyala. Papan nama kantor
juga masih dipasang dan di papan tersebut tertulis kalau koperasi itu berbadan hukum nasional
58/pad/meneg.1/2004. Salah seorang warga yang berada di depan kantor koperasi itu, koperasi itu
memang banyak nasabahnya. Kemudian ditutup karena ada masalah. Badan hukum dicantumkan itu
bodong, hanya untuk mengibuli nasabah, kata salah seorang warga.
Cara penyelesaiannya : Kasus ini hampir sama dengan kasus yang di atas, yaitu dugaan penipuan
dan tidak adanya ijin didirikannya koperasi di daerah setempat. Sama seperti kasus sebelumnya, cara
penyelesaian dalam kasus ini petinggi setempat harus memberikan penyuluhan kepada warga tentang
cara bernasabah yang benar di koperasi. Karena dengan itu, warga bisa waspada dengan segala
kemungkinan yang terjadi jika ada koperasi yang nakal di kemudian harinya. Dan kepada pihak
kepolisian, kasus pembangun koperasi yang nakal ini harus ditindak lanjuti dan penyisiran ke
koperasi-koperasi lainnya agar hal ini tidak akan terjadi lagi.

Você também pode gostar