Você está na página 1de 16

Abortus Inkomplit

1. Pengertian Abortus Inkomplit


Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Wiknjosastro, 2005).
Abortus Inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis serviks yang tertinggal pada desidua atau
plasenta (Rukiyah, 2010).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup diluar
kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di
dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa banyak atau sedikit
bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site masih terbuka
sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian dari hasil
konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal pada desidua atau
plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi karena :
1. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
2. Faktor lingkungan endometrium
a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
b. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3. Pengaruh luar
1. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
2. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.
c. Kelainan Pada Plasenta.
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
2. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes
mellitus
3. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan
keguguran.
d. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus.
e. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).

3. Patofiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14
minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan
seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
4. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus,
sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani, 2009).
Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah :
1) Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus.
2) Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap corpus alliem maka
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
3) Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules.
4) Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.

5. Diagnosa Abortus Inkomplit


Pada pemeriksaan vaginalis, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum
uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dariostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortus
inkomplitus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan
berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan (Winkjosastro, 2005).
Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah 11 gr% (TM I dan TM III 11 gr %
dan TM II 10,5 gr %).
Hb 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb 7 gr% : anemia berat
2) Urine
Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan dan
persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.
3) USG
Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

6. Penanganan Abortus Inkomplit


Penatalaksaan Medis
a. Pemeriksaan umum:
1. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk tanda tanda
vital.
2. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik kurang 90
mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3. Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak terlihat tanda-
tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat. Jika terjadi
syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok dengan segera.
4. Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu.
5. Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan garam fisiologik
atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam pertama (Syaifuddin, 2006).
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1. Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok dan
sepsis).
2. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16 minggu, evakuasi
sisa hasil konsepsi dengan:
a) Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evakuasi dengan
kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak tersedia.
b) Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im (diulangi
setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4
jam jika perlu).
3. Jika kehamilan > 16 mingguan
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis atau RL )
dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi ekspulsi konsepsi.
b) Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4. Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin 2 gram/IM atau
sefuroksim 1 gram oral).
5. Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap 8 jam.
6. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2 minggu (anemia
sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan (Syaifuddin, 2006).
Menurut Saifuddin (2005) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan Abortus
inkomplit sebagai berikut :
1) Jika perdarahan tidak seberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang
keluar melalui serviks Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M. atau misoprostol
400 mcg per oral.
2) Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung danusia kehamilan kurang dari 16 minggu,
evaluasi sisa hasil konsepsidengan :
a) Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode evakuasi yang terpilih. Evaluasi
dengan kuretase tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak
tersedia.
b) Jika evaluasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M. (diulangi setelah
15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang setelah 4 jam jika
perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
a) Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V. (garam fisiologik atau Ringer
Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/ menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi.
b)Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi
hasil konsepsi (maksimal 800 mcg).
c) Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.

5. Terapi Abortus dengan Kuretase


Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi alat kuretase (sendok kerokan).
Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan
letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus (Saifuddin, 2005).
1) Persiapan sebelum kuretase :
a) Persiapan penderita
b) Lakukanlah pemeriksaan : tekanan darah, nadi, keadaan jantung, paru-paru dan sebagainya
c) Pasanglah infus cairan sebagai profilaksis
d) Persiapan alat-alat kuretase. Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam
keadaan aseptic (suci hama) berisi :
(1) Spekulum 2 buah
(2) Sonde (penduga) uterus
(3) Cunam muzeux atau cunam porsio
(4) Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
(5) Bermacam-macam ukuran sendok kerokan (kuret)
(6) Cunam abortus, kecil dan besar
(7) Pinset dan klem
(8) Kain seteril dan sarung tangan 2 pasang.
e) Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi
f) Pada umumnya diperlukan anastesi infiktrasi lokal atau umum secara intravena dengan ketalar.

2) Teknik kuretase
a) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal yang biasanya melengkung karena itu memasukkan alat-alat ini harus
disesuaikan dengan letak rahim. Gunakanlah supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan
perforasi.
b) Penduga rahim (sandage). Masukkanlah penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur
fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde
keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
c) Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuretase, lakukanlah
terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau busi hegar. Pandanglah busi seperti memegangi
pensil dan masukkanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya
diperlukan dilatasi sampai hegar nomor 7, untuk mencegah kemungkinan perforasiusahakanlah
memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi lebih besar.
d) Kuretase. Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuretase yang agak besar. Memasukkannya
bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah
sendok kuretase yang tajam (ada tanda bergerigi) karena pada dinding rahim dalam (seperti bunyi
pengukur kelapa)
e) Cunam abortus. Pada abortus inkomplit, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus
untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok
kuretase dapat dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja.
f) Perhatian : Mengapa memasukkan dan menarik alat-alat haruslah hati-hati, lakukanlah dengan
lembut (with ladys hand) sesuai dengan arah dan letak rahim (Mansjoer, 2004).

6. Perawatan Pasca Tindakan


Menurut Saifuddin (2005), perawatan pasca tindakan meliputi :
1) Periksa kembali tanda vital pasien, segera lakukan tindakan dan beri instruksi apabila terjadi
kelainan/ komplikasi.
2) Catat kondisi pasien dan buat laporan tindakan didalam kolom yang tersedia.
3) Buat instruksi pengobatan lanjutan dan pemantauan kondisi pasien.
4) Beritahukan kepada pasien dan keluarganya bahwa tindakan telah selesai dilakukan tetapi
pasien masih memerlukan perawatan.
5) Jelaskan pada petugas jenis perawatan yang masih diperlukan, lama perawatan dan kondisi yang
harus dilaporkan.

7. Pemantauan Pasca Abortus


Sebelum ibu diperbolehkan pulang, beri tahu bahwa abortus spontan merupakan hal yang biasa
terjadi dan terjadi paling sedikit 15% (satu dari tujuh kehamilan) dari seluruh kehamilan yang
diketahui secara klinis. Berilah keyakinan akan kemungkinan keberhasilan untuk kehamilan berikut,
kecuali jika terdapat sepsis atau adanya penyebab abortus yang dapat mempunyai efek samping pada
kehamilan berikut (hal ini jarang terjadi) (Saifuddin, 2005).
Beberapa wanita mungkin ingin hamil langsung setelah suatu abortus inkomplit. Ibu ini
sebaiknya diminta untuk menunda kehamilan berikut sampai ia benar-benar pulih. Untuk ibu dengan
riwayat abortus tidak aman, konseling merupakan hal yang penting. Jika kehamilan tersebut
merupakan kehamilan yang tidak diinginkan beberapa metode konsepsi dapat segera dimulai (dalam
waktu 7 hari) dengan syarat :
1) Tidak terdapat komplikasi berat yang membuuthkan penanganan lebih lanjut.
2) Ibu menerima konseling dan bantuan secukupnya dalam memilih metode kontrasepsi yang paling
aman. Juga kenali pelayanan kesehatan reproduksi lainnya yang dibutuhkan oleh ibu tersebut.
Sebagai contoh beberapa wanita mungkin membutuhkan :
1. Jika pasien pernah diimunisasi, berikan booster tetanus toksoid 0,5 ml, jika dinding vagina atau
kanalis servikalis tampak luka terkontaminasi.
2) Jiwa riwayat imunisasi tidak jelas, berikan serumanti tetanus (ATS) 1500 IM diikuti dengan
Tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
3) Penatalaksanaan untuk penyakit menular seksual.
4) Penapisan kanker servik (Saifuddin, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORI

1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien: Mulai dari nama, alamat, status, agama, dll.
B. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
C. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
1. Kesehatan sekarang
2. Kesehatan masa lalu
D. Riwayat Pembedahan
E. Riwayat penyakit yang pernah dialami
F. Riwayat kesehatan keluarga
G. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
H. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
I. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
J. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
K. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan
dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.

b. Palpasi

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal

c. Perkusi

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan
, massa atau konsolidasi.Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk
bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
e. Pemeriksaan psikososial
1. Respon dan persepsi keluarga
2. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak mengenalnya sumber-
sumber informasi) tentang prosedur kuretase
3. Reancana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan agar nyeri aku dapat
teratasi
Kritea Hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan nyeri berkurang
3. Mampu mengenali nyeri (skala, karakteristik, durasi, dll)
4. Menyampaikan nyeri/ rasa nyaman setelah nyeri berkurang
\
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Kaji skala nyeri pasien (Skala, karakteristik, durasi,dll)
4. Ajarkan tekhnik relaksasi dengan cara/ sesuai tujuan yaitu untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan tim medis sesuai dengan indikasi pasien
2. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan resiko infeksi tidak
terjadi
Kritea Hasuil:
1. Klien bebas dari Tanda- tanda infeksi
2. Bisa untuk Mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leokosit dalam batas normal:
4.000- 11.000/cmm
4. Menunjukkan perilaku sehat
Intervensi:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Monitor tanda- tanda infeksi
4. Ajarkan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi
5. Kolaborasikan dengan tim medis sesuai dengan indikasi pasien

3. Resiko tinggi syok hemorarge


Tujuan : setlah dilakukan tindakan keperawatan selama...x 24 jam diharapkan agar perdarahan berulang
tidak akan terjadi
Krita Hasil:
1. Tidak ada perdarahan pervagina. Normalnya 100 cc
2. Tekanan darah dalam batas normal:
TD: 120/80 mmHg
N: 60-100 x/menit
RR: 16-20x/ menit
S: 36,5- 37,5C
3. Hb dalam batas normal :
P: 12-16 g/dl
4. Hematokrit dalam batas normal:
P: 35-47 %

Intervensi:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Monitor Perdarahan (warna, banyak, dan bau)
4. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan dan makanan
5. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian obat yang sesuai dengan indikasi pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ai Yeyen. 2010. Asuhan Kebidanan (Kehamilan). Jakarta: Trans Info Medical

Manuaba. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Marmi. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Syaifuddin, A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Susiyanto, M. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakart: Nuha Cita Of Tfet

Wiknjosastro Hanifa, dkk. 200. Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.

Wiknjosastro Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI.. Jakarta: PT Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. R DENGAN ABOORTUS INCOMPLITE

DIRUANG PERSALIN

RSUD Dr. M. Shaleh Probolinggo

Disuusn Oleh:

Fatimatus Zahroh

1420.06.14012

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NY. T DENGAN KEMILAN PREMATURE

DIRUANG PERSALIN

RSUD Dr. M. Shaleh Probolinggo

Disuusn Oleh:

Fatimatus Zahroh

1420.06.14012

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN

STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG

PROBOLINGGO

2017

Você também pode gostar