Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat bawahan
yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat
terjadi karena :
1. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk
kromosom seks.
2. Faktor lingkungan endometrium
a. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
b. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3. Pengaruh luar
1. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
2. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan hasil
konsepsi terganggu.
c. Kelainan Pada Plasenta.
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
2. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes
mellitus
3. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga menimbulkan
keguguran.
d. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia dan
penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus.
e. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin
dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi
serviks), robekan serviks postpartum (Manuaba, 2010).
3. Patofiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14
minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,maka dia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan
seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).
4. Tanda dan Gejala Abortus Inkomplit
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus,
sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3. Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4. Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5. Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2. Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3. Perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva
4. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang kadang
sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat menyebabkan syok
(Maryunani, 2009).
Menurut Rukiyah (2010), tanda dan gejala Abortus Inkomplit adalah :
1) Perdarahan sedang, hingga masih banyak setelah terjadi abortus.
2) Serviks terbuka, karena masih ada benda di dalam uterus yang dianggap corpus alliem maka
uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau keadaan
ini dibiarkan lama, servik akan menutup kembali.
3) Kram atau nyeri perut bagian bawah dan terasa mules-mules.
4) Ekspulsi sebagai hasil konsepsi.
2) Teknik kuretase
a) Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-alat yang dipakai umumnya
terbuat dari metal yang biasanya melengkung karena itu memasukkan alat-alat ini harus
disesuaikan dengan letak rahim. Gunakanlah supaya jangan terjadi salah arah (fase route) dan
perforasi.
b) Penduga rahim (sandage). Masukkanlah penduga rahim sesuai dengan letak rahim dan tentukan
panjang atau dalamnya penduga rahim. Caranya adalah setelah ujung sonde terasa membentur
fundus uteri, telunjuk tangan kanan diletakkan atau dipindahkan pada portio dan tariklah sonde
keluar, lalu baca berapa cm dalamnya rahim.
c) Dilatasi. Bila pembukaan serviks belum cukup untuk memasukkan sendok kuretase, lakukanlah
terlebih dahulu dilatasi dengan dilatator atau busi hegar. Pandanglah busi seperti memegangi
pensil dan masukkanlah hati-hati sesuai letak rahim. Untuk sendok kuret terkecil biasanya
diperlukan dilatasi sampai hegar nomor 7, untuk mencegah kemungkinan perforasiusahakanlah
memakai sendok kuret yang agak besar, dengan dilatasi lebih besar.
d) Kuretase. Seperti telah dikatakan, pakailah sendok kuretase yang agak besar. Memasukkannya
bukan dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah di bagian tengah. Pakailah
sendok kuretase yang tajam (ada tanda bergerigi) karena pada dinding rahim dalam (seperti bunyi
pengukur kelapa)
e) Cunam abortus. Pada abortus inkomplit, dimana sudah kelihatan jaringan, pakailah cunam abortus
untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok
kuretase dapat dipakai untuk membersihkan sisa-sisa yang ketinggalan saja.
f) Perhatian : Mengapa memasukkan dan menarik alat-alat haruslah hati-hati, lakukanlah dengan
lembut (with ladys hand) sesuai dengan arah dan letak rahim (Mansjoer, 2004).
1. Pengkajian Keperawatan
A. Identitas Klien: Mulai dari nama, alamat, status, agama, dll.
B. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
C. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
1. Kesehatan sekarang
2. Kesehatan masa lalu
D. Riwayat Pembedahan
E. Riwayat penyakit yang pernah dialami
F. Riwayat kesehatan keluarga
G. Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
H. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam
kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
I. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.
J. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
K. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan
dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.
b. Palpasi
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau
menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor. Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau
respon nyeri yang abnormal
c. Perkusi
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan
, massa atau konsolidasi.Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk
bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
e. Pemeriksaan psikososial
1. Respon dan persepsi keluarga
2. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus
b. Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak mengenalnya sumber-
sumber informasi) tentang prosedur kuretase
3. Reancana Asuhan Keperawatan
1. Nyeri Akut
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan agar nyeri aku dapat
teratasi
Kritea Hasil:
1. Mampu mengontrol nyeri
2. Melaporkan nyeri berkurang
3. Mampu mengenali nyeri (skala, karakteristik, durasi, dll)
4. Menyampaikan nyeri/ rasa nyaman setelah nyeri berkurang
\
Intervensi Keperawatan:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Kaji skala nyeri pasien (Skala, karakteristik, durasi,dll)
4. Ajarkan tekhnik relaksasi dengan cara/ sesuai tujuan yaitu untuk mengurangi nyeri
5. Kolaborasi dengan tim medis sesuai dengan indikasi pasien
2. Resiko infeksi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan resiko infeksi tidak
terjadi
Kritea Hasuil:
1. Klien bebas dari Tanda- tanda infeksi
2. Bisa untuk Mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leokosit dalam batas normal:
4.000- 11.000/cmm
4. Menunjukkan perilaku sehat
Intervensi:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Monitor tanda- tanda infeksi
4. Ajarkan pasien untuk mencegah terjadinya infeksi
5. Kolaborasikan dengan tim medis sesuai dengan indikasi pasien
Intervensi:
1. Lakukan BHSP
2. Kaji TTV
3. Monitor Perdarahan (warna, banyak, dan bau)
4. Anjurkan untuk meningkatkan intake cairan dan makanan
5. Kolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian obat yang sesuai dengan indikasi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, A. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro Hanifa, dkk. 200. Ilmu Kebidanan, Edisi III. Cetakan IX. YBP SP. Jakarta.
Wiknjosastro Hanifa, dkk. 2008. Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI.. Jakarta: PT Bina Pustaka
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DIRUANG PERSALIN
Disuusn Oleh:
Fatimatus Zahroh
1420.06.14012
PROBOLINGGO
2017
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
DIRUANG PERSALIN
Disuusn Oleh:
Fatimatus Zahroh
1420.06.14012
PROBOLINGGO
2017