Você está na página 1de 8

TUGAS KELOMPOK MANAJEMEN STRATEGIK

KOMPETISI INTI DAN KOMPETISI DI MASA DEPAN


PT. Pos Indonesia

KELOMPOK 1:

Evy Riyanti K15161053


Rian Priyatno K15161065
Windy Putri Arianti K15170051

Dosen:

Dr. Mukhamad Najib, STP, MM

SEKOLAH PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
Profil Perusahaan

Sejarah dan perkembangannya kantor pos, pada awalnya dari kegiatan surat menyurat
yang dilakukan oleh orang Belanda ke Indonesia. Mendirikan kantor pos pertama kali di Batavia
pada tanggal 26 Agustus 1946 agar diperoleh kebebasan bergerak yang lebih luas agar dalam
mengembangkan usaha perusahaan. PN.POSTEL di pecah menadi badan udaha yang berbeda
masing-masing PN. POS dan GIRO berdasarkan PP.NO 29 Tahun 1965 dan PN. Telekomunikasi
berdasarkan PP.NO 9 Tahun 1978.
PT Pos Indonesia (PERSERO) dilaksanakan berdasarkan PP No. 5 Tahun 1995 tanggal
20 Juni 1995 sebagai Badan Usaha Milik Negara Kredo Untuk Anda Kami Ada merupakan
wujud nyata dari persepsi bahwa customer merupakan inti dar pasar adalah prioritas utama
dalam memilih sikap dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang berlaku daam Negara
ini.

Visi Pos Indonesia :


Menjadi perusahaan jejaring terintegrasi yang memberikan solusi terbaik bagi seluruh
stakeholder.

Misi Pos Indonesia :


1. Secara terus-menerus meningkatkan kemampuan perusahaan sebagai infrastruktur
jejaring terintegrasi di bidang komunikasi, logistik, dan layanan jasa keuangan dan ritel
2. Berusaha untuk mengembangkan secara berkesinambungan produk layanan
komunikasi, logistik, layanan jasa keuangan dan ritel yang bernilai tinggi, sehingga
menjadi pilihan utama bagi stakeholder.
3. Meningkatkan kapabilitas perusahaan dalam membangun serta mengembangkan bisnis
melalui pendekatan aliansi strategis.
4. Berusaha secara terus-menerus mengembangkan kualitas sumber daya manusia yang
menjunjung tinggi nilai-nilai serta memiliki kesiapan dalam menghadapi persaingan
global.
Kompetensi Inti

Kompetensi inti adalah aktivitas internal yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan
sangat baik relatif terhadap aktivitas internal lain yang dilakukan oleh perusahaan. Aktivitas
internal tersebut merupakan pusat dari daya saing dan kemampuan menghasilkan profit
perusahaan.
Hamel dan Prahalad (1994) mendefinisikan kompetensi inti (core competencies) sebagai
suatu kumpulan keahlian dan teknologi yang memungkinkan suatu organisasi memberi manfaat
tertentu untuk pelanggan agar bersaing lebih efektif.
Kompetensi inti membuat suatu perusahaan mempunyai kemampuan kompetitif. Secara
umum kompetensi inti suatu perusahaan terletak di sumberdaya manusianya berupa intelectual
capital, bukan terletak pada aset fisik atau sumberdaya tangible. Kompetensi inti lebih bersifat
lintas departemen dan lintas fungsi, dan merupakan kombinasi dari keterampilan, sumberdaya,
dan teknologi. (Thompson, Jr., dan Strickland III, 2001). Jika kompetensi inti suatu perusahaan
tidak dapat dilakukan dengan baik oleh pesaing, maka kompetensi tersebut disebut distinctive
competencies.

Kompetensi inti merupakan bagian terpenting dari kemampuan atau daya saing
perusahaan. Peluang yang ada di pasar tidak dapat dimanfaatkan oleh perusahaan yang tidak
mempunyai kemampuan atau daya saing untuk manfaatkan peluang tersebut.

Untuk mengetahui suatu kompetensi merupakan inti, suatu kemampuan harus memenuhi
3 (tiga) pengujian, yaitu :

a. Customer Value
Menurut pengujian ini, suatu kompetensi dinyatakan sebagai inti (core) apabila kompetensi
tersebut memberikan kontribusi kepada nilai yang diinginkan pelanggan (customer-perceived
value). Suatu kompetensi inti adalah kemampuan yang memungkinkan perusahaan untuk
memberikan manfaat yang mendasar bagi pelanggan.
b. Competitor Differentiation
Suatu kompetensi akan dinyatakan sebagai inti apabila dalam pengujian kompetensi tersebut
harus juga unik dalam persaingan. Kompetensi inti ini secara unik hanya dimiliki oleh
perusahaan tertentu saja, dan bukan dimiliki oleh industri secara keseluruhan.

c. Extendability
Dalam pengujian ini suatu kompetensi inti disebut inti apabila kompetensi tersebut merupakan
jalan menuju pasar di masa mendatang.

Kompetensi Masa Depan

Untuk bersaing dan sukses di masa depan menurut Hamel-Prahalad (1994), manajer senior harus
lebih dulu memahami bagaimana perbedaan persaingan saat kini dengan persaingan di masa
depan. Perbedaannya amat mendasar, dan banyak mengkonfrontir perspektif tradisional tentang
strategi dan kompetisi. Kompetisi di masa depan tidak hanya membutuhkan redefinsi dari
strategi akan tetapi juga redefinisi tentang peranan manajemen puncak dalam membuat strategi.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam menyusun strategi masa depan yaitu :
a. Market Share Versus Opportunity Share
Kompetisi untuk masa depan lebih merupakan kompetisi untuk pangsa peluang
ketimbang perebutan pangsa pasar. Pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap perusahaan terkait
kompetisi untuk masa depan; apakah dengan skills yang sekarang dimiliki (=kompetensi),
pangsa dari peluang masa depan apa yang bisa kita dapatkan, dan berlanjut pada pertanyaan
kompetensi baru apa harus dikembangkan dan bagaimana definisi market yang dilayani
harus dirubah.
b. Business Unit Versus Corporate Competencies
Kompetisi untuk masa depan bukan pertarungan antara produk dengan produk atau bisnis
dengan bisnis, akan tetapi company versus company (=interfirm competition). kompetensi inti
masa depan tidak cocok jika dihadapkan pada tingkatan SBU (strategic business unit), akan
tetapi merupakan tanggungjawab korporasi ketimbang tanggungjawab kepala business unit.
c. Stand-Alone Versus Integrated System
Kebanyakan peluang menarik baru membutuhkan integrasi dari sistem yang kompleks,
ketimbang produk yang berdiri sendiri (stand-alone). Hanya sedikit perusahaan yang mampu
menciptakan masa depan dengan kemampuannya sendiri.
d. Speed Versus Perseverance
Rentang waktu kompetisi masa depan berbeda dengan kompetisi masa kini, karena
kecepatan selalu menjadi patokan. Siklus hidup produk menjadi lebih pendek, waktu
pengembangan produk menjadi lebih ketat dan pelanggan berharap akan jasa yang instan.
e. Structured Versus Unstructured Arena
Dua hal paling pokok pada kompetisi untuk masa depan adalah berlangsung di area yang
tidak terstruktur, dimana aturan persaingannya belum tertulis.

PEMBAHASAN

Analisis Kompetensi Inti

Untuk mengetahui suatu kompetensi merupakan inti, suatu kemampuan harus memenuhi
3 (tiga) pengujian, yaitu :

a. Customer Value
PT Pos Indonesia dapat memberikan benefit yang lebih besar dibandingkan dengan
pengorbanan yang dilakukan oleh pelanggan

b. Competitor Differentiation
Bisnis yang dilakukan oleh PT. Pos adalah pengiriman surat, pengiriman wesel,
pngiriman benda pos, dan sebagai perpanjangan tangan dari bank. Pada saat ini komunikasi yang
bersifat pribadi lebih banyak menggunakan email atau sms, pengiriman wesel saat ini sudah
mulai bergeser menjadi transfer antar bank. Sangat disayangkan PT. Pos Indonesia terlambat
mengantisipasi perkembangan teknologi informasi ini. Jika dalam 5 tahun kedepan PT. Pos tidak
mengambil langkah diferensiasi bisnisnya maka dapat diyakinkan perusahaan ini akan menuju
ambang kehancuran.
Hal ini dapat dilihat dari:

Mulai berkurangnya masyarakat yang menggunakan jasa PT. Pos. Semakin murahnya
kompetitor secara tidak langsung PT. Pos, seperti ISP (Internet Service Provider) dan Operator
Telekomunikasi (GSM atau CDMA). Tingginya biaya operasional PT. Pos, dimana seperti yang
diketahui PT. Pos memiliki kantor cabang yang berada di setiap kabupaten dan kecamatan. Tidak
adanya diferensiasi bisnis yang dilakukan oleh PT. Pos. Resiko pengiriman surat memakan
proses dan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan penggunaan SMS atau email.
Ada beberapa usulan langkah-langkah binis dan diferensiasi bisnis yang mungkin dapat
dijadikan bahan pertimbangan PT. Pos untuk dijadikan core bisnis mereka dikemudian waktu
nanti.
Membangun kembali Image Perusahaan secara keseluruhan dan total, hal ini untuk
menghilangkan persepsi masyarakat akan hal-hal negatif yang menempel pada PT. Pos.
Intenet keliling (dengan menggunakan mobil).
Membangun fasilitas Deposit Box bagi masyarakat diluar kota besar di Indonesia.
Membangun bisnis dengan menggunakan Information and Communication Technolgy
(ICT).
Pengiriman benda hidup, seperti binatang piaraan atau tumbuhan.
Melakukan persaingan dengan kompetitor PT. Pos Indonesia, secara harga, kualitas, dan
pelayanannya.
Pengiriman dan percetakan foto on-line.

DAMPAK KOMPETENSI INTI

Fokus perusahaan terhadap kompetensi inti mempunyai konsekuensi logis terhadap


ancaman persaingan dan prinsip co-opetition (Cooperative dan Competition). PT. Pos Indonesia
akan menghadapi ancaman persaingan bagi kompetensi inti perusahaan, karena persaingan
memungkinkan terjadinya pesaing menciptakan kompetensi inti yang sama dan lebih hebat dari
PT Pos Indonesia. Sedangkan untuk Co-opetition, PT Pos Indonesia akan melakukan persaingan
dalam bidang-bidang yang termasuk kompetensi inti dan akan melakukan kerja sama dalam
bidang tertentu di luar kompetensi inti.

Analisis Kompetensi Masa Depan

Dalam menghadapi persaingan di masa depan, Indofood perlu memahami bagaimana


persaingan pasar saat ini dengan persaingan di masa depan agar dapat terus bertahan di industri
serta menggerakkan sumberdaya di dalam atau di luar perusahaan untuk mendapatkan
kesempatan dalam meraih keunggulan. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
menghadapi persaingan di masa depan adalah dengan melakukan peramalan (forecasting)
terhadap permintaan pasar.
Permalan dapat memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan kualitas segala segala
sector pelayanannya agar nantinya kepercayaan konsumen tetap terjaga, bahkan mampu
mencapai keunggulan pelayanan dibanding dengan kompetitor swasta lainnya.
PT Pos Indonesia masih terus berusaha memudahkan masyarakat untuk mendapatkan
kebutuhan sehari-hari di tempat yang mudah di jangkau baik untuk masa sekarang maupun masa
depan.
DAFTAR PUSTAKA

Hammel,G dan Prahalad,C.K., 1994. Competing For The Future. Harvard School press.
Massachusetts.
Ratnasari, Dewi et al. 2014. Identifikasi Current & Needed Core Competencies PTS X*. Institut
Teknologi Nasional (PTS X).Bandung.
Freddy Rangkuti; 2008, Analisis SWOT, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Você também pode gostar