Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I. Konsep Penyakit
1.1 Definisi
Abses submandibula merupakan salah satu infeksi pada leher bagian
dalam (deep neckinfection), disertai dengan pembentukan pus pada
daerah submandibula. Pada umumnya sumber infeksi pada ruang
tersebut berasal dari proses infeksi dari gigi, dasar mulut, faring,
kelenjar limfe submandibula (Siregar, 2004).
1.2 Etiologi
Menurut Hardjatmo Tjokro Negoro, PHD dan Hendra Utama, (2001)
abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi didaerah rongga
mulut atau gigi. Peradangan ini menyebabkan adanya pembengkakan
didaerah submandibula yang pada perabaan sangat keras biasanya tidak
teraba adanya fluktuasi. Sering mendorong lidah keatas dan kebelakang
dapat menyebabkan trismus. Hal ini sering menyebabkan sumbatan
jalan napas. Bila ada tanda-tanda sumbatan jalan napas maka jalan
napas hasur segera dilakukan trakceostomi yang dilanjutkan dengan
insisi digaris tengah dan eksplorasi dilakukan secara tumpul untuk
mengeluarkan nanah. Bila tidak ada tanda- tanda sumbatan jalan napas
dapat segera dilakukan eksplorasi tidak ditemukan nanah, kelainan ini
disebutkan Angina ludoviva (Selulitis submandibula). Setelah
dilakukan eksplorasi diberikan antibiotika dsis tinggi untuk kuman
aerob dan anaerob.
1.4 Patofisiologi
Jika bakteri menusup kedalam jaringan yang sehat, maka akan terjadi
infeksi. Sebgian sel mati dan hancur, meninggalkan rongga yang berisi
jaringan dan se-sel yang terinfeksi. Sel-sel darah putih yang merupakan
pertahanan tubuh dalalm melawan infeksi, bergerak kedalam rongga
tersebut, dan setelah menelan bakteri. Sel darah putih akan mati, sel
darah putih yang mati inilah yang memebentuk nanah yang mengisi
rongga tersebut. Akibat penimbunan nanah ini, maka jaringan
disekitarnya akan terdorong jaringan pada akhirnya tumbuh di sekliling
abses dan menjadi dinding pembatas. Abses hal ini merupakan
mekanisme tubuh mencegah penyebaran infeksi lebih lanjut jika suatu
abses pecah di dalam tubuh maka infeksi bisa menyebar kedalam tubuh
maupun dibawah permukaan kulit, tergantung kepada lokasi abses
(www.medicastre.com.2004).
1.7 Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada abses submandibula adalah :
1.7.1 Antibiotik (parenteral)
Untuk mendapatkan jenis antibiotik yang sesuai dengan kuman
penyebab, uji kepekaan perlu dilakukan. Namun, pemberian
antibiotik secara parenteral sebaiknya diberikan secepatnya tanpa
menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup
terhadap kuman aerob dan anaerob, gram positif dan gram
negatif) adalah pilihan terbaik mengingat kuman penyebabnya
adalah campuran dari berbagai kuman. Secara empiris kombinasi
ceftriaxone dengan metronidazole masih cukup baik. Setelah hasil
uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik
dapat disesuaikan. Berdasarkan uji kepekaaan, kuman aerob
memiliki angka sensitifitas tinggi terhadap terhadap ceforazone
sulbactam, moxyfloxacine, ceforazone, ceftriaxone, yaitu lebih
dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya
masih tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif.
Antibiotik biasanya dilakukan selama lebih kurang 10 hari.
1.7.2 Bila abses telah terbentuk, maka evakuasi abses dapat dilakukan.
Evakuasi abses (gambar 4) dapat dilakukan dalam anestesi lokal
untuk abses yang dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam
narkosis bila letak abses dalam dan luas. Insisi dibuat pada tempat
yang paling berfluktuasi atau setinggi os hioid, tergantung letak
dan luas abses. Bila abses belum terbentuk, dilakukan
panatalaksaan secara konservatif dengan antibiotik IV, setelah
abses terbentuk (biasanya dalam 48-72 jam) maka evakuasi abses
dapat dilakukan.
1.1 Pengkajian
Diagnosa 1: Hipertermi
1.2.1 Definisi
Peningkatan suhu tubuh diatas nilai normal.
1.2.2 Batasan karakteristik
1.2.2.1 Konvulsi
1.2.2.2 Kulit kemerahan
1.2.2.3 Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
1.2.2.4 Kejang
1.2.2.5 Takikardi
1.2.2.6 Takipnea
1.2.2.7 Kulit terasa hangat
1.2.3 Faktor yang berhubungan
1.2.3.1 Anestesi
1.2.3.2 Penurunan respirasi
1.2.3.3 Dehidrasi
1.2.3.4 Pemajanan lingkungan yang panas
1.2.3.5 Penyakit
1.2.3.6 Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu
lingkungan
1.2.3.7 Peningkatan laju metabolisme
1.2.3.8 Medikasi
1.2.3.9 Trauma
1.2.3.10 Aktivitas berlebihan
1.2.4 Definisi
Pengalaman sensori yang emosional yang tidak menyenangkan
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for The Study of Pain): Awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dengan berlangsung < 6 bulan.
1.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Hipertermi
(.) (.)