Você está na página 1de 7

Tari Baris

Tari Baris menurut Babad Bali merupakan tarian pasukan perang. "Baris" yang
berasal dari kata bebaris yang dapat diartikan pasukan maka tarian ini
menggambarkan ketangkasan pasukan prajurit. Tari ini merupakan tarian kelompok
yang dibawakan oleh pria, umumnya ditarikan oleh 8 sampai lebih dari 40 penari
dengan gerakan yang lincah cukup kokoh, lugas dan dinamis, dengan diiringi Gong
Kebyar dan Gong Gede.

Tari-tarian Baris yang masih ada di Bali :


1. Baris Katekok Jago
Baris yang membawa senjata tombak poleng (tombak yang tangkainya
berwarna hitam dan putih) dan berbusana loreng hitam putih ditarikan dalam
upacara Pitra Yadnya (Ngaben). Umumnya ada di daerah Badung dan Kodya
Denpasar. Sedang tarian Baris sejenis di Buleleng disebut Baris Bedug dan di
Gianyar disebut Baris Poleng.
2. Baris Tumbak
Baris yang membawa senjata tombak dan berbusana awiran berlapis - lapis
ditarikan dalam upacara Dewa Yadnya, banyak dijumpai di daerah Badung,
Bangli dan Gianyar.
3. Baris Dadap
Baris yang membawa senjata dapdap (semacam perisai), gerakannya lebih
lembut dari jenis-jenis tari Baris lainnya dan penarinya menari sambil
menyayikan tembang berlaras slendro dengan diiringi gamelan Angklung yang
juga berlaras slendro dan ditarikan dalam upacara Dewa Yanya kecuali di
daerah Tabanan ditarikan dalam upacara Pitra Yadnya, banyak dijumpai
didaerah Bangli, Buleleng, Gianyar dan Tabanan.
4. Baris Presi
Para penari baris ini membawa senjata keris, dan sejenis perisai yang
dinamakan presi. Diadakan dalam kaitannya dengan upacara Dewa Yadnya.
Banyak dijumpai di daerah Bangli dan Buleleng.
5. Baris Pendet
Tari baris yang para penarinya tampil tanpa membawa senjata perang
melainkan sesaji (canang sari), ditarikan dalam upacara Dewa Yadnya. Di
desa Tanjung Bungkak (Denpasar) penari baris ini membawa canang yang
disebut canang oyod dan pada bagian akhir tariannya, para penari menari
menggunakan kipas sambil "ma-aras-arasan" atau bersuka ria.
6. Baris Bajra
Baris yang membawa senjata gada dengan ujungnya berbentuk bajra (seperti
gada Bhima) dan ditarikan dalam upacara Dewa Yadnya serta dapat dijumpai
di daerah Bangli dan Buleleng.
7. Baris Tamiang
Baris yang membawa senjata keris dan perisai yang dinamakan Tamiang,
dapat dijumpai di daerah Badung.
8. Baris Kupu-Kupu
Sesuai dengan temanya, tari Baris ini melukiskan kehidupan binatang kupu-
kupu dan penarinya mengenakan sayap kupu-kupu, gerakannya lincah dan
dinamis menirukan gerak-gerik kupu-kupu. Hingga kini tari ini ada di desa
Renon dan Lebah (Denpasar).
9. Baris Bedil
Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa imitasi
senapan berlaras panjang (bedil) terbuat dari kayu, ditampilkan dalam
upacara Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Klungkung, Bangli dan Badung.
10. Baris Cina
Tari Baris ini diduga mendapat pengaruh budaya Cina, keunikannya terlihat
dari tata busana (celana panjang dengan baju lengan panjang, selempang
kain sarung, bertopi, berkacamata hitam serta memakai senjata pedang),
geraknya (mengambil gerakan pencak silat), dan iringannya (gamelan Gong
Bheri yaitu Gong tanpa moncol). Tarian ini menggambarkan pasukan juragan
asal tanah Jawa yang datang ke Bali. Tarian ini ditampilkan dalam upacara
Dewa Yadnya dan terdapat di desa Renon dan Belanjong, Sanur (Denpasar).
11. Baris Cendekan
Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa senjata
tombak yang pendek (cendek), ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya.
12. Baris Panah
Baris ini ditarikan oleh beberapa pasang penari yang membawa senjata panah
dan ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya, terdapat di daerah Buleleng
dan di Bangli.
13. Baris Jangkang
Baris ini ditarikan oleh penari-penari yang membawa senjata tombak panjang,
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Bangli,
Gianyar, dan Klungkung (Nusa Penida).
14. Baris Gayung
Baris ini ditarikan oleh sekelompok penari yang terdiri dari para pemangku
dengan membawa gayung atau cantil (alat untuk membawa air suci),
ditampilkan dalam upacara Dewa Yadnya dan terdapat di daerah Bangli,
Gianyar serta Badung.
15. Baris Demang
Ditarikan oleh sekelompok penari yang menggambarkan tokoh Demang (salah
satu dari tokoh Pagambuhan) dalam drama tari klasik Gambuh dengan
senjatanya pedang, tumbak, panah dan lain-lainnya. Tari Baris ini terdapat di
daerah Buleleng.
16. Baris Cerekuak
Tarian yang menggambarkan gerak-gerik sekelompok burung air (cerekuak)
ketika mencari kekasihnya, burung manuk dewata. Para penarinya memakai
busana babuletan (kain yang dicawatkan sampai di atas lutut) dengan hiasan
dari daun- daunan pada sekujur tubuh dan kepala, hanya ditampilkan dalam
upacara Pitra Yadnya (Ngaben) dengan Gamelan pengiringnya Batel
Gaguntangan. Tarian baris tersebut terdapat di daerah Tabanan.
17. Baris Mamedi
Tarian ini menggambarkan sekelompok roh halus (mamedi) yang hidup
ditempat angker seperti kuburan, para penarinya memakai busana yang
terbuat dari dedaunan dan ranting yang diambil dari kuburan. Gamelan
pengiring tarinya gamelan Balaganjur. Tarian diselenggarakan dalam rangka
upacara Pitra Yadnya (ngaben) dan terdapat di daerah Tabanan.
18. Baris Ketujeng
Tari ini menggambarkan sekelompok roh halus yang hidup di tempat angker
yang dimaksudkan sebagai tari pengantar atman orang yang meninggal
menuju sorga, dibawakan oleh sekelompok penari yang mengenakan busana
dari dedaunan. Tari baris ini dipertunjukan dalam upacara Pitra Yadnya
(Ngaben).
19. Baris Gowak
Tarian yang melukiskan peperangan antara pasukan Tegal Badeng (Badung)
dengan sekelompok burung gagak pembawa kematian, di mana beberapa
pasang penarinya memerankan prajurit Tegal Badeng dan yang lainnya
sebagai sekelompok burung gagak dengan kostum yang memakai sayap.
Tarian ini sangat disucikan oleh masyarakat desa Selulung, Kintamani (Bangli)
dan terdapat dalam Upacara Dewa Yadnya.
20. Baris Omang
Tari Baris yang mempergunakan senjata tombak tetapi gerakannya perlahan-
lahan seperti jalannya siput (Omang), menggambarkan pertempuran antara
pasukan Tegal Badeng (Badung) dengan pasukan Guwak (burung gagak).
Tarian ini sangat disucikan oleh masyarakat Selulung (Kintamani - Bangli, dan
terdapat dalam upacara Dewa Yadnya.
21. Baris Jojor
Tarian baris yang ditarikan sekelompok penari dengan membawa senjata Jojor
(tombak bertangkai panjang) terdapat dalam upacara Dewa Yadnya dan ada
di daerah Buleleng, Bangli dan Karangasem
22. Baris Kuning
Merupakan tarian upacara Dewa Yadnya yang ditarikan oleh sekelompok
penari pria yang berbusana serba kuning dan bersenjatakan keris dan
tamiang (perisai), terdapat di daerah Buleleng.
23. Baris Tengklong
Tari yang dibawakan oleh sekelompok penari dengan senjata pedang,
gerakannya dinamis, perkasa dan mendekati gerakan pencak silat. Khusus
ditampilkan dalam upacara di Pura Penambangan Badung, tepatnya di desa
Pamedilan Kodya Denpasar.
24. Baris Kelemet
Tarian ini dibawakan oleh sekelompok penari yang memerankan para nelayan,
dengan senjata semacam dayung dan menggambarkan orang naik sampan di
laut untuk menangkap ikan, tari ini ada dalam upacara Dewa Yadnya dan
terdapat di daerah Badung.
Pengertian Tari Rejang

Tari Rejang adalah tarian upacara keagamaan dari masyarakat Bali yang
diperkirakan berasal dari zaman pra-Hindu. Tarian ini merupakan persembahan suci
untuk menyambut kedatangan dan menghibur para Dewa yang turun dari
Kahyangan ke Bumi. Di kalangan masyarakat Hindu-Bali tari Rejang dipentaskan
dalam pelaksanaan upacara Dewa Yadnya seperti odalan di pura-pura. Sementara
itu, di kalangan masyarakat Tenganan, Asak, Bongaye, dan lain-lainnya yang berada
di Kabupaten Karangasem, tarian ini masih tetap dipentaskan untuk berbagai
upacara adat dan acara lainnya di lingkungan masyarakat setempat.
Berbeda dengan tari Sanghyang yang merupakan tarian dari para Dewa-Dewi
dan rokh suci lainnya, dengan memasuki tubuh penarinya, tari Rejang adalah
persembahan suci untuk para Dewa-Dewa. Pada waktu upacara odalan di pura-
pura, melalui puja mantra dan sesaji para Dewa diundang untuk turun dari
Kahyangan dan bersemayam pada benda-benda suci seperti Pratima. Untuk
menyambut dan menghibur kedatangan para dewa ini, maka ditarikanlah tari
Rejang. Melalui tarian ini warga masyarakat menyatakan rasa syukur dan
terimakasih mereka kepada para Dewa atas perkenannya turun ke Bumi.
Tari Rejang adalah sebuah tarian prosesi upacara yang ditarikan oleh sejumlah
penari wanita. Para penari yang pada umumnya bukan orang-orang yang
propesional ini terdiri dari berbagai kelompok umur yaitu Tua, setengah baya, dan
muda. Dengan menari secara beriringan, berbaris ataupun melingkar di halaman
pura. Tarian ini biasanya dilakukan disekitar tempat suci atau pelinggih, dimana
pertima-pertima itu ditempatkan. Para penari Rejang pada umumnya memakai
pakaian adat atau pakaian Upacara, dengan memakai hiasan bunga-bunga emas di
kepalanya dan hiasan-hiasan lainnya yang sesuai dengan kebiasaan desa masing-
masing.
Dilihat dari perbendaharaan geraknya, tari Rejang dikatakan cukup sederhana,
tempo gerakannyapun cenderung pelan dengan kualitas yang mengalun. Gerak-
gerak yang dominan dipakai dalam tari Rejang adalah ngembat dan ngelikas atau
gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah kedepan secara perlahan.
Ketika menari, penari Rejang pada umumnya tidak berdialog atau menyanyi.
Di banyak desa, kelompok penari Rejang meliputi beberapa orang penuntun
yang disebut Pamaret yang biasanya dilakukan oleh para penari tua yang sudah
pengalaman. Dimana para Pemaret selalu menari di barisan paling depan daripada
penari lainnya, biasanya yang mengikuti di belakangnya adalah kalangan remaja.
Dimana-mana penari Rejang terlebih dahulu disucikan dengan berbagai sesaji.
Tari Rejang pada umumnya diiringi dengan musik instrumental walaupun
adapula yang diiringi musik vokal (Tembang ataupun Kidung). Gamelan pengiring
tari Rejang pada umumnya adalah gambelan gong (Kebyar) hanya beberapa saja
yang memakai gamelan lain seperti gamelan Selonding atau gambelan Gambang.
Tari Rejang ini merupakan tarian Upacara yang pementasannya selalu
dikaitkan dengan upacara, yaitu terutama Upacara Dewa Yadnya yang dilakukan di
Pura-pura. Tempat pementasan tari Rejang pada Umumnya di halaman jeroan atau
jaba tengah dari sebuah Pura. Jika karena sesuatu hal tari Rejang dapat
dipentaskan di jabe sisi pura, hal ini dikarenaan pementasannya selalu berdekatan
dengan tempat sesaji atau tempat lainnya yang dipandang suci.
Tari Rejang adalah simbol Widyadara dan Widyadari yang menuntun Bhatara
turun ke dunia yang dilakukan pada waktu melasti atau turun ke peselang.
Sejarah Dan Makna Tari Pendet
Pengertian Tari Pendet

Kalau bicara tentang sejarah tari pendet dan makna tari pendet yang mungkin kita
sudah mengenalnya, maka tidak terlepas dari asal-usul seni budaya tari yang
berasal dari Bali ini. Tari pendet adalah ritual sakral yang biasa disebut juga dengan
mendet atau memendet. Tari pendet dibawakan secara beramai-ramai dimana para
penari membawa perlengkapan sesaji dan bunga.

Mengenai makna tari pendet, tari ini menceritakan tentang dewi-dewi yang turun
dari kayangan ke bumi. Para penari Pendet yang biasanya merupakan para putri ini
berdandan layaknya para penari upacara keagamaan, busana yang dikenakan
adalah pakaian upacara, masing-masing penari membawa perlengkapan sesajian
persembahan seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan juga yang lainnya.

Sedangkan tentang sejarah tari pendet, seperti dikutip dari gentra.lk.ipb.ac.id, pada
yahun1961, I Wayan Beratha mengolah kembali tari pendet dengan pola seperti
yang kita ketahui sekarang, termasuk menjadikan jumlah penarinya menjadi 5 orang.

Selang satu tahun kemudian, I Wayan Beratha beserta kawan-kawan menciptakan


tari pendet massal dengan jumlah penari tidak kurang dari 800 orang, hal ini
dimaksudkan untuk ditampilkan dalam upacara pembukaan Asian Games yang
diselenggarakan di Jakarta.
Tari Tenun
Dipentaskan oleh satu wanita atau lebih. "Tenun" berasal dari kata kerajinan
memintal atau membuat pakaian seperti kamen batik, sarung atau sulaman Bali
lainnya oleh para pengerajin wanita yang biasanya dikerjakan di rumah atau industri
rumah tangga.

Tari ini merupakan inspirasi dari keuletan dan kerapian dari setiap hasil tenun.

Ditambahkan, Tari Tenun menurut Babad Bali melukiskan seorang wanita Bali yang
sedang menenun. Dalam tarian ini dilukiskan keindahan gerak-gerakan memintal
benang, mengatur benang dan ketrampilan tangan dan jari pada kegiatan menenun.
Tari Tenun diciptakan oleh I Nyoman Ridet dan I Wayan Likes tahun 1957.

Você também pode gostar