Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
3.1.1 Identitas
Nama :
Usia :
jenis kelamin :
alamat :
dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia
> 40 tahun.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
3.1.4 Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3.1.5 Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ),
pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan
peningkatan air mata ).
3.1.6 Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
3.1.7 Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3.2 Analisa Data
Gangguan
sensori
Gangguan
Persepsi
DS : Distorsi Resiko
penglihatan
- pasien mengatakan matanya kabur terhadap cedera
- pandangan ganda
Pandangan
- mata silau kabur
DO :
- Pupil dilatasi Mengaburkan
pandangan
- Pupil berwarna putih
Menghambat
jalan cahaya
Penglihatan /
buta
Gangguan
sensori
Resti Cidera
DS : Katarak Pre Op:
- pasien mengatakan ketajaman penglihatan Kurang
berkurang pengetahuan
Kurang
- penglihatan tidak jelas tentang kondisi
Pengetahuan
DO :
- Pupil berwarna putih
DS : Katarak Pre Op:
- Ketakutan akan kematian Ansietas pre
DO : operasi-
Kurang
- Bercak putih di depan pupil keluarga
Pengetahuan
Ansietas
DS : Distorsi Defisit
penglihatan
- Pasien mengatakan matanya gatal perawatan diri
- Matanya sensitifterhadap cahaya
Pandangan
DO : kabur
- Kehilangan vitreus
- bercak di belakang mata Lapang
pandang turun
Keterbatasan
melakukan
aktivitas
Potensi
terhadap
kurangnya
perawatan diri
DS : Post Op:
Katarak
- pasien mengatakan silau Kurang
Pembedahan
- penglihatan berkurang pengetahuan
DO : tentang kondisi
- pupil berwarna putih Kurang
Kurang
Pengetahuan
Ansietas
DS : Lensa Nyeri
- Pasien mengatakan mata silau, ketajaman
Korteks dan
penglihatan menurun, mata kabur kapsul
mengalami
DO :
perub.
- Pupil dilatasi fisiologi
- pupil berwarna putih
Terputusnya
- retina tidak Nampak protein lensa
normal
Disertai
influks air ke
dalam lensa
TIO
Nyeri
DS : Post Op:
Katarak
- pasien mengatakan mata silau, ketajaman Resiko infeksi
penglihatan menurun, mata kabur Pembedahan
DO : Resti Infeksi
- Pupil dilatas
- pupil berwarna putih
- retina tidak
- Nampak
3.3. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera.
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3.4. Intervensi dan rasional
Tujuan :
- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.
- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.
- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.
- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
Tujuan:
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.
INTERVENSI RASIONAL
- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan,
balutan mata.
- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.
- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.
- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
INTERVENSI RASIONAL
- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.
- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.
- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, dll.
- Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.
Tujuan/kriteria evaluasi:
INTERVENSI RASIONAL
- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.
- Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.
- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.
- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.
- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan Derajat kecemasan akan
dipengaruhiperalatan yang akan digunakan. bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh individu.
- Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.
Tujuan :
- pengurangan nyeri.
INTERVENSI RASIONAL
- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.
- Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa.
- Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.
- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
- Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang
harus dilaporkan segera kepada dokter.
- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar
memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.
- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii. Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.
- Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.
- Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah
7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
Tujuan :
- Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.
INTERVENSI RASIONAL
- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar.
- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau denaturasi
protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering mengenai pada
orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini mungkin terjadi
karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak
seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma, penyakit sistemik,
adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan terhadap bagaimana cara
mencegahnya.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.
2. Pemerintah
Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah sudah
mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan di Indonesia. Dengan terus
berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa mempercepat program tersebut dengan
pertimbangan semakin meningkatnya kebutaan yang diakibatkan karena katarak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta :
EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
: Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensens, 1993, Medical Surgical Nursing .ed.4.- P