Você está na página 1de 16

7.

Fistula luka operasi


8. Pelepasan koroid
9. Bleeding
2.9 Pathway
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :

3.1.1 Identitas
Nama :
Usia :
jenis kelamin :
alamat :
dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun,
sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak
presenil terjadi pada usia sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia
> 40 tahun.
3.1.2 Riwayat penyakit sekarang
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan
katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan.
3.1.3 Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM, hipertensi,
pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
3.1.4 Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan penglihatan.
3.1.5 Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur / tidak jelas, sinar
terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan
memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca mata, pengobatan tidak
memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil ( katarak ),
pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan ( glukoma berat dan
peningkatan air mata ).
3.1.6 Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tiba-tiba / berat menetap atau
tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala.
3.1.7 Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada
riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor
seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat
terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
3.2 Analisa Data

No Analisa data Etiologi Masalah


keperwatan
DS : Distorsi Gangguan
penglihatan
- Pasien mengatakan silau persepsi
- Penglihatnnya seperti terhalang asap yang sensori-
Pandangan
makin lama semakin tebal kabur perseptual
DO : penglihatan
Mengaburkan
- Pupil dilatasi pandangan
- Pengembunan pada pupil
Menghambat
- pupil berwarna putih. jalan cahaya
- retina tidak nampak
Penglihatan /
buta

Gangguan
sensori

Gangguan
Persepsi
DS : Distorsi Resiko
penglihatan
- pasien mengatakan matanya kabur terhadap cedera
- pandangan ganda
Pandangan
- mata silau kabur
DO :
- Pupil dilatasi Mengaburkan
pandangan
- Pupil berwarna putih
Menghambat
jalan cahaya

Penglihatan /
buta

Gangguan
sensori

Resti Cidera
DS : Katarak Pre Op:
- pasien mengatakan ketajaman penglihatan Kurang
berkurang pengetahuan
Kurang
- penglihatan tidak jelas tentang kondisi
Pengetahuan
DO :
- Pupil berwarna putih
DS : Katarak Pre Op:
- Ketakutan akan kematian Ansietas pre
DO : operasi-
Kurang
- Bercak putih di depan pupil keluarga
Pengetahuan
Ansietas
DS : Distorsi Defisit
penglihatan
- Pasien mengatakan matanya gatal perawatan diri
- Matanya sensitifterhadap cahaya
Pandangan
DO : kabur
- Kehilangan vitreus
- bercak di belakang mata Lapang
pandang turun

Keterbatasan
melakukan
aktivitas

Potensi
terhadap
kurangnya
perawatan diri
DS : Post Op:
Katarak
- pasien mengatakan silau Kurang
Pembedahan
- penglihatan berkurang pengetahuan
DO : tentang kondisi
- pupil berwarna putih Kurang

- retina sulit di lihat Pengetahuan

DS : Katarak Post Op:


- Ansietas
DO :
Pembedahan
- Bercak putih di depan pupil

Kurang
Pengetahuan
Ansietas
DS : Lensa Nyeri
- Pasien mengatakan mata silau, ketajaman
Korteks dan
penglihatan menurun, mata kabur kapsul
mengalami
DO :
perub.
- Pupil dilatasi fisiologi
- pupil berwarna putih
Terputusnya
- retina tidak Nampak protein lensa
normal

Disertai
influks air ke
dalam lensa

TIO

Nyeri
DS : Post Op:
Katarak
- pasien mengatakan mata silau, ketajaman Resiko infeksi
penglihatan menurun, mata kabur Pembedahan
DO : Resti Infeksi
- Pupil dilatas
- pupil berwarna putih
- retina tidak
- Nampak
3.3. Diagnosa Keperawatan

Pre operasi

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori/status organ indera.

2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.

4. Ansietas berhubungan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.


5. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.

Post operasi
1. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
2. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan
sensori/status organ indera.
3. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan kehilangan
vitreus, pandangan kabur, perdarahan intraokuler.
3.4. Intervensi dan rasional

1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan


sensori/status organ indera.

Tujuan :

- Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi individu, mengenal gangguan sensori dan
berkompensasi terhadap perubahan.

Kriteria Hasil :

- Mengenal gangguan sensori dan berkompensasi terhadap perubahan.

- Mengidentifikasi/memperbaiki potensial bahaya dalam lingkungan.

INTERVENSI RASIONAL

- Tentukan ketajaman penglihatan, kemudian catat apakah satu atau dua mata terlibat.

- Observasi tanda-tanda disorientasi.

- Orientasikan klien tehadap lingkungan.

- Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi, bicara dengan menyentuh.

- Perhatikan tentang suram atau penglihatan kabur dan iritasi mata, dimana dapat terjadi bila
menggunakan tetes mata.

- Ingatkan klien menggunakan kacamata katarak yang tujuannya memperbesar kurang lebih 25
persen, pelihatan perifer hilang dan buta titik mungkin ada.
- Letakkan barang yang dibutuhkan/posisi bel pemanggil dalam jangkauan/posisi yang tidak
dioperasi.

- Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

- Meningkatkan keamanan mobilitas dalam lingkungan.

- Komunikasi yang disampaikan dapat lebih mudah diterima dengan jelas.

- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.

- Membantu penglihatan pasien.

- Memudahkan pasien untuk berkomunikasi

2. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan fungsi sensori penglihatan
kehilangan vitreus,pandangan kabur, perdarahan intraokuler.

Tujuan:

- Menyatakan pemahaman terhadap factor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.

Kriteria hasil :

- Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk
melindungi diri dari cedera.

- Mengubah lingkungan sesuai dengan indikasi untuk meningkatkan keamanan.

INTERVENSI RASIONAL

- Diskusikan apa yang terjadi tentang kondisi paska operasi, nyeri, pembatasan aktifitas, penampilan,
balutan mata.

- Beri klien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak sakit sesuai keinginan.

- Batasi aktifitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba, menggaruk mata, membongkok.

- Ambulasi dengan bantuan : berikan kamar mandi khusus bila sembuh dari anestesi.

- Minta klien membedakan antara ketidaknyamanan dan nyeri tajam tiba-tiba, Selidiki kegelisahan,
disorientasi, gangguan balutan.

- Observasi hifema dengan senter sesuai indikasi.

- Kondisi mata post operasi mempengaruhi visus pasien


- Posisi menentukan tingkat kenyamanan pasien.

- Aktivitas berlebih mampu meningkatkan tekanan intra okuler mata.

- Visus mulai berkurang, resiko cedera semakin tinggi.

- Pengumpulan Informasi dalam pencegahan komplikasi

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal
sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.

Tujuan :

- Klien menunjukkan pemahaman tentang kondisi, proses penyakit dan pengobatan.

Kriteria Hasil :

- Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.

INTERVENSI RASIONAL

- Pantau informasi tentang kondisi individu, prognosis, tipe prosedur, lensa.

- Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, beritahu untuk melaporkan penglihatan berawan.

- Identifikasi tanda/gejala memerlukan upaya evaluasi medis, misal : nyeri tiba-tiba.

- Informasikan klien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.

- Diskusikan kemungkinan efek/interaksi antar obat mata dan masalah medis klien.

- Anjurkan klien menghindari membaca, berkedip, mengangkat berat, mengejan saat defekasi,
membongkok pada panggul, dll.

- Anjurkan klien tidur terlentang. xxiv. Penemuan dan penanganan awal komplikasi dapat
mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator.

- Aktivitas-aktivitas tersebut dapat meningkatkan tekanan intra okuler.

- Tidur terlentang dapat membantu kondisi mata agar lebih nyaman.

4. Ansietas berhubungan dengan prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan.

Tujuan/kriteria evaluasi:

- Pasien mengungkapkan dan mendiskusikan rasa cemas/takutnya.


- Pasien tampak rileks tidak tegang dan melaporkan kecemasannya berkurang sampai pada tingkat
dapat diatasi.

- Pasien dapat mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang pembedahan.

INTERVENSI RASIONAL

- Pantau tingkat kecemasan pasien dan catat adanya tanda- tanda verbal dan nonverbal.

- Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan takutnya.

- Observasi tanda vital dan peningkatan respon fisik pasien.

- Beri penjelasan pasien tentang prosedur tindakan operasi, harapan dan akibatnya.

- Beri penjelasan dan suport pada pasien pada setiap melakukan prosedur tindakan.

- Lakukan orientasi dan perkenalan pasien terhadap ruangan, petugas, dan Derajat kecemasan akan
dipengaruhiperalatan yang akan digunakan. bagaimana informasi tentang prosedur
penatalaksanaan diterima oleh individu.

- Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan.

- Mengetahui respon fisiologis yang ditimbulkan akibat kecemasan.

- Meningkatkan pengetahuan pasien dalam rangka mengurangi kecemasan dan kooperatif

- Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan

- Mengurangi perasaan takut dan cemas.

5. Nyeri berhubungan dengan trauma insisi

Tujuan :

- pengurangan nyeri.

INTERVENSI RASIONAL

- Berikan obat untuk mengontrol nyeri dan TIO sesuai dengan resep.

- Berikan kompres dingin sesuai dengan permintaan untuk trauma tumpul.

- Kurangi tingkat pencahayaan.

- Dorong penggunaan kaca mata hitam pada cahaya yang kuat.

- Pemakaian sesuai dengan resep akan mengurangi nyeri dan TIO dan meningkatkan rasa.
- Mengurangi edema akan mengurangi nyeri.

- Tingkat pencahayaan yang lebih rendah nyakan setelah pembedahan.

- Cahaya yang kuat menyebabkan rasa tak nyaman setelah penggunaan tetes mata dilator

6. Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kerusakan penglihatan.

Tujuan :

- mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri

INTERVENSI RASIONAL

- Beri instruksi kepada pasien atau orang terdekat mengenal tanda atau gejala komplikasi yang
harus dilaporkan segera kepada dokter.

- Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berati mengenal teknik yang benar
memberikan obat.
Evaluasi Perlunya bantuan setelah pemulangan.

- Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan. xxviii. Penemuan dan penanganan awal
komplikasi dapat mengurangi resiko kerusakan lebih lanjut.

- Pemakaian teknik yang benar akan mengurangi resiko infeksi dan cedera mata.

- Sumber daya harus tersedia untuk layanan kesehatan, pendampingan dan teman di rumah

- Memungkinkan tindakan yang aman dalam lingkungan.

7. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.

Tujuan :

- Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan ditandai dengan
penggunaan teknik antiseptik dan desinfeksi secara tepat dan benar.

INTERVENSI RASIONAL

- Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan babas dari kontaminasi dunia luar.

- Jaga area kesterilan luka operasi

- Lakukan teknik aseptik dan desinfeksi secara tepat dalam merawat luka.

- Kolaborasi terapi medik pemberian antibiotika profilaksis


- Mengurangi kontaminasi dan paparan pasien terhadap agen infektious.

- Mencegah dan mengurangi transmisi kuman.


mencegah kontaminasi pathogen.

- Mencegah pertumbuhan dan perkembangan kuman.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan gangguan pada lensa mata akibat dari hidrasi lensa atau denaturasi
protein ataupun keduanya yang berjalan secara progresif. Katarak ini sering mengenai pada
orang-orang usia produktif dan juga pada orang yang sudah lanjut usia, hal ini mungkin terjadi
karena kurangnya pengetahuan terhadap hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak
seperti terkena pajanan sinar radiasi secara langsung dan berkala, trauma, penyakit sistemik,
adanya zat pathogen yang menginvasi dan juga kurangnya pengetahuan terhadap bagaimana cara
mencegahnya.
4.2 Saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan
problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health
education mengenai katarak kepada para lansia yang utama.
2. Pemerintah
Untuk mengurangi angka kebutaan yang diakibatkan katarak, pemerintah sudah
mencanangkan program vision 2020 untuk menanggulangi kebutaan di Indonesia. Dengan terus
berputarnya waktu diharapkan pemerintah bisa mempercepat program tersebut dengan
pertimbangan semakin meningkatnya kebutaan yang diakibatkan karena katarak.
3. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan
meningkatkan pola hidup yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyan E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa. Jakarta :
EGC
Long, C Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta: EGC
Sidarta Ilyas. 2001. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
: Agung Waluyo. Jakarta: EGC
Luckman and sorensens, 1993, Medical Surgical Nursing .ed.4.- P

Você também pode gostar