Você está na página 1de 22

BAB V

Rona Lingkungan Hidup

5.1. Komponen-Komponen Lingkungan Hidup yang Berpotensi Terkena


Dampak Penting

Dampak lingkungan yang terjadi adalah berubahnya suatu lingkungan dari


bentuk aslinya seperti perubahan fisik kimia, biologi atau sosial. Rencana
pembangunan jalan antara Widang Gresik ini jika tidak diantisipasi dari
awal akan merusak tatanan yang sudah ada baik terhadap flora, fauna
maupun terhadap manusia itu sendiri.

5.2. Kondisi Kualitatif dan Kuantitatif di Wilayah Studi Komponen


Lingkungan Biogeofisik-Kimia.

5.2.1. Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan

Kondisi iklim, kualitas udara dan kebisingan yang diberikan disini


berdasarkan pada data sekunder yang diambil dari kegiatan-kegiatan yang
pernah dilakukan.

Kabupaten Lamongan

A. Iklim

Lamongan secara umum tergolong beriklim tropis yang terbagi menjadi 2


musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan
terjadi antara bulan Nopember s/d April, sedangkan musim kemarau terjadi
antara bulan Mei s/d Oktober. Masing-masing periode diselingi dengan
musim transisi. Suhu rata-rata antara 20-32C, dengan curah hujan rata-
rata sebesar 134 mm/bulan.

B. Kualitas Udara

.Dari beberapa data kegiatan yang ada di Kabupaten Lamongan,secara


umum kualitas udara di Kabupaten Lamongan dapat dikatakan masih dalam
kondisi baik. Walaupun demikian, karena jalur proyek pembangunan jalan
Widang-Gresik ini merupakan peningkatan jalan nasional 2 lane menjadi 4
lane dan dekat dengan jalur kereta api, maka kualitas udara dan kebisingan
perlu untuk diawasi. Diperkirakan konsentrasi gas, debu dan kebisingan
berasal dari aktivitas lalu lintas kendaraan dan kereta api. Hasil pengukuran
terhadap sampel udara yang diambil di sekitar ruas Ex AP-13 di Desa
Sukodadi dan di depan Kantor Dispenda Lamongan, dan pengukuran
kebisingan di Jl. Panglima Sudirman, Desa Sukodadi dan Jl. Jaksa Agung
Suprapto, Desa Sukorejo adalah sebagai berikut :

Tabel 5.2.1. : Hasil Pengukuran Kualitas Udara Di Sekitar Jalan


Widang- Gresik, Kabupaten Lamongan

No Lokasi: Pengambilan Sampel Parameter Udara Kebisingan

NOx CO (ppm) Sox Debu dBA


(ppm) (ppm) (mg/mm3
1 Ruas Ex AP-13, Ds. Sukodadi 0,02 2,51 0,08 0,22
)
2 Ruas Ex AP-14, Depan Kantor 0,03 3,71 0,01 0,24
Dispenda, Lamongan
3 Ruas Ex AP-13, Jl. Panglima 75,7
Sudirman, Sukodadi
4 Ruas Ex AP-14, Jl. Jaksa Agung 74,7
Suprapto, Ds. Sukorejo
Baku Mutu Udara Ambient SK 0,05 20 0,01 0,26
Gub KDH TK I Jatim No.

Kabupaten Gresik

A. Iklim

Secara umum Kabupaten Gresik beriklim tropis yang mengalami 2


musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada
bulan Nopember-April dengan curah hujan rata-rata antara 136,6mm-
338,8mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei-Oktober dengan curah
hujan rata- rata perbulan antara 1,7 mm-63,3 mm. Suhu udara rata-rata dan
kelembaban nisbi untuk daerah Kabupaten Gresik berkisar antara 21-
34C dan 69-81%.

B. Kualitas Udara dan Kebisingan

Sebagai salah satu daerah penyangga Kota Surabaya, Kabupaten


Gresik terus berkembang menjadi sebuah kota industri yang padat.
Dengan aktivitas industri yang tinggi serta hirup pikuk transportasi,
kondisi udara di Kabupaten Gresik semakin terkenal dengan kandungan
partikel debu yang tinggi. Hasil pengukuran di sekitar ruas jalan Widang-
Gresik yang dilakukan di Ambeng-Ambeng Watangrejo adalah sebagai
berikut:
Tabel 5.2.1a. : Hasil Pengukuran Kualitas Udara Di Sekitar Jalan
Widang- Gresik, Kabupaten Gresik

Parameter Udara Kebisingan

No Lokasi: Pengambilan Sampel NOx CO Sox Debu dBA


(ppm) (ppm) (mg/mm3)
1 Ambeng-Ambeng Watangrejo 0,03 (ppm)
3,54 0,10 0,23

Baku Mutu Udara Ambient SK 0,05 20 0,01 0,26


Gub KDH TK I Jatim No.

C. Kecepatan Angin

Berdasarkan catatan dalam pengamatan lapangan diperoleh kecepatan


angin rata-rata di lokasi jalan Widang-Gresik berkisar antara 1,4 km/jam -
2,2 km/jam dengan arah angin dominan adalah Selatan, hasil pengamatan
pada lokasi pengambilan sampel kualitas udara adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2.1b. : Kecepatan Angin Rata-Rata di Sekitar Jalan


WidangGresik

No Lokasi Pencatatan Kecepatan Angin Rata-


Rata (km/jam)

1 Ruas Ex AP-13, Ds. Sukodadi 1,4

2 Ruas Ex AP-14, Depan Kantor 1,6


Dispenda, Lamongan

3 Ruas Ex AP-15, Ambeng-Ambeng 2,2


Watangrejo

5.2.2. Geologi dan Kegempaan

Menurut Zona pembagian gempa yang ada di negara kita, wilayah


Kabupaten Lamongan dan kabupaten Gresik yang terletak di Provinsi
Jawa Timur tersebut termasuk daerah zona 4 (Gambar 5.2.2) Menurut
skala lntensitas Modified Mercalli peristiwa berulangnya gempa 20 (dua
puluh) tahunan sekali, pada zona tersebut gempa termasuk pada skala VII,
artinya jika peristiwa gempa itu ada, getaran maksimum yang terjadi bisa
terasa oleh sopir yang mengendarai mobil. Jika bangunan di lokasi ruas
jalan Widang Gresik mempunyai ketinggian 10 m, maka termasuk
struktur jenis C. Jika kondisi tanahnya lunak koefisien dasar gempanya
adalah 0,18 dan jika kondisi tanahnya keras koefisien dasar gempanya
adalah 0,13. Dimana koefisien gempa tersebut dipakai sebagai koefisien
pengali dalam menghitung gaya horizontal dasar pada struktur bangunan
yang direncanakan.

Dalam merencanakan bangunan perlu memperhatikan bahan gempa


sesuai dengan Petunjuk Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur
Dinding Bertulang yang sesuai untuk Rumah dan Gedung yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum tahun 1987. Dimana
dalam menentuakan percepatan gempa dasar perlu memperhatikan :

Ketinggian gedung

Material yang dipakai

Peruntukan bangunan

Berdasarkan informasi dari Peta Geologi Bersistem Indonesia Skala


1:100.000, jenis batuan sedimen yang ada di sekitar lokasi proyek
pembangunan jalan Widang-Gresik adalah jenis Alluvium (kerakal,
kerikil, pasir, lanan dan lumpur)
5.2.3. Hidrologi

Kualitas sungai atau sumber air lainnya ditentukan oleh tiga kondisi,
yaitu kualitas fisik, kualitas air dan kondisi kualitas biologinya. Secara
alamiah, sebenarnya kondisi ekosistem akuatik tersebut sudah terbentuk
secara serasi dan seimbang. Namun akibat intervensi manusia yang
berlebihan untuk mencapai keinginannya, yang juga serba heterogen, maka
terjadilah kerusakan dan degradasi terhadap fungsi sungai dan air.

Keterdapatan dan Mutu Air Tanah

Air tanah terdapat pada kedalaman yang relatif mudah diperoleh di


sebagian besar daerah yang tertutup endapan alluvium, dan menjadi lebih
dalam dan sulit diperoleh di daerah perbukitan dan gawir batu gamping. Di
daerah batuan lempung yang terdapat pada bagian tengah dan inti
Perbukitan Rembang serta Pugunungan Kendeng, akumulasi air tanah
jarang ditemukan. Di daerah ini air tanah terkumpul dalam endapan
alluvium yang menutupi bagian bertopografi rendah.

Pemanfaatan Air Tanah

Di daerah pantai dan dataran alurvium di mana air tanahnya dangkal


dan dapat diminum, sebagian besar penduduk memperoleh air untuk
keperluan rumahtangga dari sumur gali. Kota Lamongan dan sekitarnya
memperoleh air rumahtangga yang cukup dari hasil pemipaan sumber mata
air tetap yang ada.

Berdasarkan hasil wawancara responden di lokasi rencana


pernbangunan jalan Widang-Gresik, penduduk mendapatkan sumber air
minum berasal dari air sumur, PAM, ledeng dan air hujan. Sebagian besar
responden (60%) mendapatkan air minum dari Perusahaan Air Minum
(PAM) setempat, 20 % responden masih menggunakan air sumur.

Lokasi Banjir

Berdasarkan data dan informasi yang ada di wilayah lokasi studi


memiliki beberapa titik lokasi yang mengalami banjir, banjir yang
dialaminya adalah sebagai akibat dari tersumbatnya aliran alir dari bagian
Selatan ke arah Utara. Akibat tertahannya aliran air tersebut telah
menyebabkan limpahan air di bagian Selatan yang mengakibatkan areal
persawahan terendam, dan areal sawah di bagian Utara tidak mendapatkan
air yang cukup.
Tabel 5.2.3a. : Lokasi Banjir di Sekitar Jalan Widang-Gresik

Km. S Baya s/d RAWAN


NO LOKASI BANJlR KETERANGAN
Km S.Baya
(m)
a Kabupaten Gresik. 33,125 - 33,102 23 Rawan banjir akibat dari tidak
Link a 042.1 termuatnya debit air yang sangat tinggi

b Kabupaten 62,950 - 62,139 811 Rawan banjir akibat dari tidak


Lamongan(b Link. termuatnya debit air yang sangat tinggi
044)
Sumber: Bagian Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik, Desember 2003

Keluhan adanya banjir juga disampaikan oleh masyarakat pada saat


konsultasi masyarakat di Surabaya dan di Lamongan yang dilaksanakan
dalam rangka sosialisasi proyek pembangunan jalan Widang-Gresik.
5.2.4. Tata Guna Lahan

Dari informasi Peta Kawasan Hutan (Gambar 5.2.4), dapat dilihat


bahwa rencana pembangunan jalan Widang-Gresik tidak melewati kawasan
hutan.Banyaknya pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang
maupun tidak mendukung fungsi jalan sebagai jalan arteri primer. Jalan
jalan Arteri yang melewati daerah perkotaan seperti Bekasi, Karawang,
Cikampek, Pamanukan, Jatibarang, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang,
Pekalongan, Batang, Kendal, Demak, kudus, Pati, Tuban, Lamongan,
Gresik, Pasuruan, Probolinggo sudah tidak dapat berfungsi sebagai jalan
Arteri karena disekitar jalan tersebut sudah berkembang menjadi daerah
komersial seperti pasar, pertokoan, pergudangan dan lain sebagainya
sehingga pada daerah tersebut sering terjadi kesemrawutan /kemacetan lalu
lintas.
Banyaknya aktifitas perdagangan lokal disepanjang rute primer juga
mengaburkan peran jalan arteri primer tersebut. Untuk mengatasinya harus
perlu dibangun jalan jalan Bypass. Pembangunan jalan bypass pada awal
pengoperasiannya lancar namun seringkali Pemda tidak tahap uji untuk
mempertahankan daerah itu bukan daerah komersial. Sehingga jalan bypass
tersebut beberapa tahun sudah menjadi macet kembali

Jalur Widang-Lamongan

Peruntukan lahan di kawasan Widang-Lamongan adalah pertanian


persawahan penduduk yang diselingi dengan konsentrasi permukiman
penduduk dan konsentrasi kegiatan pusat pelayanan penduduk seperti
lokasi sekolah (dusun Tegalrejo), perdagangan dan jasa dan pasar lokal
(Desa Sukodadi, Karanglangit, Dusun Plosogeneng) letaknya tersebar di
sepanjang jalur utama jalan Provinsi yang berdampingan dengan jalur rel
kereta api Surabaya-Jakarta. Beberapa konsentrasi permukiman penduduk
dan kegiatan penunjangnya menjadi fokus perhatian karena lokasi kegiatan
tersebut berada dekat dengan jalur jalan, seperti yang terdapat di
dusun/pedukuhan Tegalrejo, Waru Tengah, Waru Wetan, Paji, Kebonsari,
Semlawang, Blangit, Plosogeneng. Kegiatan lain yang ada adalah lahan
persawahan (sawah basah) dan tegalan.

Rencana pembangunan dua buah' fly over yang berada di Kota


Lamongan, di mana peruntukan lahan di Kota Lamongan sebagian besar
adalah permukiman maupun non permukiman (sawah basah, tegalan,
perdagangan dan fasilitas umum). Dominasi kegiatan di kawasan ini adalah
permukiman dan perdagangan serta fasilitas umum yang banyak terdapat
pada jalur jalan tersebut.
Jalur Lamongan-Gresik

Rencana proyek pembangunan jalan ini akan melintasi kawasan


pertanian dan pertambakan yang banyak terdapat pada lintasan jalur ini,
serta beberapa konsentrasi kegiatan permukiman penduduk yang banyak
tersebar disepanjang jalur ini. Adapun dominasi peruntukan lahan yang
tersebar dalam pola penggunaan lahan pada jalur ini adalah kegiatan
pertanian sawah basah serta pertambakan ikan Bandeng. Konsentrasi
kegiatan permukiman penduduk yang banyak tersebar di sepanjang jalur
utama Lamongan-Gresik umumnya terletak secara terpisah di beberapa
dusun/perdukuhan yang ada. Luas lahan di Kabupaten Gresik yang
digunakan untuk pemukiman/perkampungan adalah sekitar 10,365 ha dan
luas persawaah sekitar 44.160.942 ha. Berdasarkan data statistik
Kecamatan Duduk Sampean Dalam Angka Tahun 2001, penggunaan lahan
di Kecamatan Duduk Sampean adalah sebagai berikut:

Tabel 5.2.4. Penggunaan Lahan di Kecamatan Duduk Sampean

No Penggunaan Lahan Luas (ha)


1 Tanah sawah 1.565.080
2 Pekarangan/halam an 217.138

3 Tegalan/kebun 62.497
4 Tambak 5.168.795
5 Hutan negara -
6 Lainnya 415.890
Sumber: Kecamatan Duduk Sampean Dalam Angka, 2002

Dari data terlihat bahwa sebagaian besar lahan di wilayah Kecamatan


Duduk Sampean digunakan untuk usaha tambak, yang merupakan sumber
PDRB daerah.

Gambaran penutupan lahan di wilayah studi ANDAL pembangunan jalan


Widang-Gresik dapat dilihat pada Gambar 5.2.4
5.2.5 Transportasi

A. Kondisi Jaringan Jalan Kabupaten Lamongan dan Gresik

Seperti halnya yang terjadi pada kota-kota yang mengalami kemajuan yang
cukup pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan pengembangan
kota.

B. Sistem Jaringan Jalan Regional (Luar Kota)

Sistem jaringan jalan regional masih mengakibatkan akumulasi pada jalur-


jalur tertentu yang memiliki lokasi-lokasi lalu lintas tinggi sehingga
menimbulkan kemacetan dan kerawanan lalu lintas. Kemacetan juga timbul
akibat tidak optimalnya fungsi beberapa prasarana transportasi seperti
terminal dan pangkalan parkir yang menyebabkan timbulnya lokasi-lokasi
pergantian moda bayangan, juga kurang terkoordinasinya wewenang
pengelolaan jalan antar instansi yang terkait. Terminal utama yang terkait
dengan pergerakan transportasi regional terdapat pada semua kota baik
sedang maupun besar . Sementara itu kendaraan transportasi antar wilayah
yang cukup menonjol adalah bus, truk / trailer.

C. Sistem Jaringan Lokal (dalam Kota)

Sistem jaringan jalan lokal, seperti yang telah disebutkan sebelumnya,


bahwa penetapan sistem jaringan di Propinsi Jawa Timur mengacu kepada
SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor:
188/139/SK/014/1988.

Dari Tabel 2.1.4. telah disajikan klasifikasi ruas jalan utama yang melalui
jalur Widang-Gresik, dimana kelas klasifikasi ruas jalan pada jalan nasional
pada jalur ini adalah termasuk klasifikasi ruas jalan arteri sekunder 6,870
km, kolektor primer 26,840 km dan arteri sekunder 3,5 km.

D. Volume Lalu Lintas Harlan

Untuk mengetahui volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) jalan di Jalur
Pantura, maka harus dihitung terlebih dahulu jumlah kendaraan yang
melintas di jalan tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan dari tim studi
ANDAL Pembangunan TTU Tuban dan Pipanisasi BBM Tuban pada jalur
ini, dimana perhitungan dilakukan dengan mengelompokkan jenis
kendaraan ringan, berat, sepeda motor dan kendaraan tak bermotor, sebagai
berikut:

Ligh Vehichle (LV) atau Kendaraan Ringan: mobil pribadi, pick up


(box kecil), dan mobil umum (minibus plat kuning)
High Vehicle (HV) atau Kendaraan berat: bus, truk, truk kecil, truk
kecil ban ganda, truk besar 2-as, truk besar 3-as, truk gandeng dan
trailer

Motor Vehicle (MV) atau Sepeda Motor: sepeda motor dan sekuter

E. Kondisi Perlengkapan Jalan

Guna menjaga keselamatan, keamanan dan ketertiban pengguna jalan


maupun kelancaran barlalu lintas, Pemerintah telah menyediakan dan
memasang rambu-rambu lalu lintas serta traffic light sebagai prasarana
penunjang transportasi. Namun demikian, apabila dilihat dari kondisi lalu
lintas dan luas wilayahnya, ternyata keberadaan rambu-rambu lalu lintas ini
dirasa masih sangat kurang terutama pada ruas jalan kabupaten yang
berada di luar kota.

Demikian pula keberadaan lampu lalu lintas (traffic light) yang berfungsi
untuk mengatur kendaraan dan/atau pejalan kaki yang masih sangat kurang
dibandingkan dengan jumlah persimpangan jalan yang ada. Apalagi dengan
telah dilebarkannya beberapa ruas jalan menjadi 4 lajur.

Selain belum terpenuhinya keperluan lampu lalu lintas (traffic light), juga
belum adanya fasilitas penyebrangan seperti zebra cross, bahkan dari hasil
konsultasi masyarakat pada waktu penyusunan KA-ANDAL diperoleh
masukan dari masyarakat bahwa pada umumnya mereka mengharapkan
adanya jembatan penyebrangan. Karena dengan lebar jalan yang telah
menjadi 4 lajur akan memacu pengendara berkecepatan tinggi, sehingga
faktor keselamatan pejalan kaki atau penyebrang jalan perlu mendapat
perhatian.

F. Kondisi Perkerasan Jalan

Minimnya kepatuhan para pengguna jalan. Kepatuhan para pengguna jalan


terutama kendaraan angkutan barang yang mengangkut dengan beban lebih
menyebabkan cepat rusaknya jalan yang telah selesai dibangun.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Bagian Proyek Pembangunan


Jalan Widang-Gresik di Lamongan, kondisi jalan WidangGresik dilaporkan
sebagai berikut:
Tabel 5.2.5. Kondisi Jalan di Jalur Widang-Gresik, Jatim

G. Tingkat Pelayanan Jalan

Dalam studi Pembangunan TTU Tuban dan Pipanisasi BBM Tuban tahun
2002, diketahui bahwa beberapa ruas jalan memiliki permasalahan
kepadatan, yaitu pada jalan dengan status wewenang propinsi dan nasional.
Tingkat pelayanan ruas jalan yang dituliskan dalam laporan tersebut adalah:

Tabel 5.2.5b. Tingkat Pelayanan Ruas Jalan

No. Nama Pangkal Ruas Nama Ujung Vol LHR Kap. Jalan DS (V/C) Kelas
Ruas Ruas (amp) (C) Layanan
Jalan Provinsi
040.k1 Jl.Manunggal - 435 1484,9 0,2929 B
045.k1 Lamongan-S.Drajat - 1612 1994,7 0,8081 E
045.1 Lamongan Gedek 1355 2087,5 0,6491 D
046.1 Babat Ploso 1507 1316,5 0,6261 D
043.1 Tuban Gresik 1511 1119,3 1,1477 F
044.k1 Jagung Supraplo - 1636 3254,1 0,5028 D
Jalan Nasional
042.1 Gresik Lamongan 1699 4169,6 0,4078 D
044.1 Lamongan Bedahan 791 3114,2 0,2540 B
044.2 Babat Widang 329 3751,9 0,0877 A
H. Keselamatan Transportasi

Secara umum, kondisi geometrik jalan sudah telah memenuhi syarat


minimum yang telah ditetapkan oleh peraturan, namun demikian masih
sering dijumpai kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan korban nyawa
dan harta benda.Berdasarkan hasil informasi dan Bagian Proyek
Pembangunan Jalan Widang-Gresik di Lamongan diperoleh bahwa terdapat
beberapa titik rawan kecelakaan lalu lintas sebagai berikut:

Tabel 5.2.5c. Kejadian Kecelakaan di Ruas Jalan Widang-Gresik

No Ruas/Lokasi Jumlah Titik Keterangan


Rawan
1 Kabupaten Gresik. Link 042.1 4 Pengguna Jalan yang
kurang waspada.
2 Kabupaten Lamongan (Link.044) 10 Pengguna Jalan yang
kurang waspada.
Sumber: Bagian Proyek Pembangunan Jalan Widang-Gresik, 2003

I. Daerah Rawan Kecelakaan

Berdasarkan informasi dari Dinas Bina Marga Kabupaten Lamongan, 2002,


bahwa daerah rawan kecelakaan di ruas jalan Lamongan- Gresik adalah
sepanjang 33,71 km dengan LHR 3.325 smp/jam dengan frekuensi
kecelakaan pada tahun 2002 adalah 19 kejadian kecelakaan. Daerah rawan
kecelakaan lalu lintas merupakan daerah yang mempunyai jumlah, rasio
dan kecelakaan tinggi terjadi pada suatu ruas jalan. ldentifikasi daerah
rawan kecelakaan didasarkan pada lokasi jalan tertentu (black spot) serta
ruas jalan tertentu (black site).

5.3 Komponen Biologi


5.3.1. Biota Daratan

Flora Daratan: Komunitas tumbuhan di sekitar lokasi kegiatan, jenis


tanaman pekarangan terutama jenis tanaman hias dan buah-buahan seperti
jambu biji (Psidium guajava), jambu air (Eugenia aquea), dan mangga
(Mangifera indica). Tegalan/ladang didominasi oleh tanaman jagung (Zea
mays), dan kacang (Arachis hipogaea). Sedangkan pohon yang banyak
dijumpai sebagai pembatas di tegalan dan tepi jalan adalah kayu jaran
(Lannea corromandalika).

Fauna Daratan: Fauna daratan yang dapat diamati di lokasi kegiatan


adalah jenis- jenis burung, yang biasa dijumpai di daerah pantai dan habitat
semak-semak. Jenis burung yang banyak dijumpai adalah Gajahan
(Numenius sp), Trinil (Triuga sp.) dan Branjangan (Miratra sp).

5.3.2. Biota Perairan

Biota perairan yang dapat dijumpai di lokasi proyek jalan Widang-Gresik


adalah jenis-jenis plankton yang hidup di sungai. Dari hasil analisis
laboratorium pada lokasi rencana proyek pembangunan jalan Widang
Gresik terdapat jenis-jenis plankton seperti benthos, zooplankton, dan
fitoplankton.

5.4. Komponen Sosial


5.4.1. Kabupaten Lamongan
a) Kependudukan

Jumlah penduduk terbanyak ada di Kecamatan Babat, namun


kepadatan penduduk tertinggi ada di Kecamatan Lamongan.
Sedangkan perbandingan jumlah penduduk perempuan lebih
banyak dari pria, yakni sex ratio berada pada rentang 0,92 s/d
0,96. Tingkat pertumbuhan penduduk per tahun di Kabupaten
Lamongan berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 1990 dan
tahun 2000 adalah sebesar 0,33 %.

b) Kondisi Sosial Ekonomi

Jenis mata pencaharian penduduk terbanyak di wilayah studi


Kabupaten Lamongan adalah sektor pertanian, balk sebagai petani
sawah maupun buruh tani. Sektor-sektor lain yang turut
menyumbangkan PDRB Kabupaten Lamongan adalah sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, sektor pedagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi dll.
c) Kesehatan Masyarakat

Kondisi sarana kesehatan masyarakat di Kabupaten Lamongan


berdasarkan data Kabupaten Lamongan Dalam Angka tahun 2001,
dapat dilihat pada Tabel 5.4.1a.

Tabel 5.4.1a. : Jumlah Sarana Kesehatan Masyarakat di


Kecamatan Wilayah Studi, Kabupaten Lamongan

Sarana Kesehatan Kecamatan


Pucuk Sukodadi Lamongan
Rumah Sakit - - 3
S Rumah Bersalin - 1 2
u Balai Pengobatan - 1 3
m Puskesmas 1 2 1
b Puskes. Pembantu 5 4 4
e Posyandu 59 80 85
r Dokter Umum 1 1 1
: Dokter Gigi 1 2 1

Kabupaten Lamongan Dalam Angka, 2001

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rumah sakit di wilayah


studi ada di Kecamatan Lamongan, sedangkan Puskesmas dan
Posyandu ada di semua kecamatan di wilayah studi.

Sedangkan pola penyakit penderita rawat jalan di puskesmas,


dapat dilihat berdasarkan sepuluh penyakit terbesar yang ada di
Kabupaten Lamongan. Berdasarkan informasi Dinas Kesehatan
Kabupaten Lamongan , sepuluh penyakit terbesar pada dua tahun
terakhir tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.4.1b.

Tabel 5.4.1b. : Sepuluh Penyakit Terbesar di Kabupaten


Lamongan Tahun 2002

No Kode Jenis Penyakit Jumlah


Penyakit
Th 2001 Th 2002
1 21 Penyakit pada sistem otot dan 120.715 105.628
jaringan pengikat
2 1302 Infeksi akut lain pada saluran 91.536 92.041
pernapasan bagian atas
T3 1303 Penyakit lain pada saluran 46.124 43.968
a pemapasan bagian atas
b4 2002 Penyakit kulit alergi 39,611 30,460
e5 0102 Diare (termasuk tersangka kolera) 35.730 29.417
l6 2001 Penyakit kulit infeksi 30.697 28.192
7 12 Penyakit tekanan darah tinggi 30.518 28.030
58 0104 Infeksi penyakit usus yang 30.975 18.344
lainnya/tidak langsung
9 0802 Gangguan neurotik 19.142 17.586
10 1403 Asma 15.413 15.843

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, 2004

Dari data selama dua tahun (2001 dan 2002) tersebut, ternyata
infeksi akut lain pada saluran pernapasan bagian atas mengalami
peningkatan 0,6 %, sedangkan sembilan jenis penyakit lainnya
pada umumnya mengalami penurunan.

5.4.2. Kabupaten Gresik


a) Kependudukan

Berdasarkan data hasil sensus penduduk tahun 2000 di Kabupaten


Gresik ada kenaikan penduduk sebesar 10,60 %, dibanding
sepuluh tahun yang lalu (1990). Jumlah penduduk di wilayah
studi, yaitu Kecamatan Duduk Sampean yaitu: Laki-laki 21.554
orang, perempuan 22.249 orang.Tingkat mobilitas penduduk di
wilayah Kecamatan Duduk Sampean adalah sebagai berikut:

Jumlah yang lahir = 457 orang

Jumlah yang mati = 237 orang

Jumlah yang datang = 122 orang

Jumlah yang pergi = 132 orang

b) Kesehatan Masyarakat
Dari Kabupaten Gresik Dalam Angka tahun 2001, fasilitas
kesehatan yang ada adalah puskesmas dan posyandu. Masing-
masing adalah puskesmas 1 buah dan posyandu 66 buah.
Kondisi penyakit yang banyak diderita oleh kebanyakan
masyarakat di Kabaten Gresik dapat dilihat pada sepuluh urutan
penyakit terbanyak di Kabupaten Gresik (Tabel 5.4.2.).

Tabel 5.4.2. : Sepuluh Urutan Penyakit Terbanyak di


Kabupaten Gresik

No Nama Penyaklt Jumlah


S Th 2001 Th 2002
1u Infeksi akut lain 44.544 48.591
2m Penyaklt path sistem otot dan
pernapasanatas 32.154 28.809
b jaringan pengikat
3e Diare (termasuk tersangka 25.196 25.331
r kolera)
4: Penyakit lain pada saluran 23.460 24.042
pernapasan atas
D
5 Penyakit lainnya 21.783 21.152
i
6 Penyakit kulit infeksi 15.163 16.998
n
7 Penyakit darah tinggi 15.136 16.194
a
8 Penyakit kulit alergi 14.380 14.166
s
9 Gangguan Neurotik 12.963 12.375
10 Tonsilitis 11.664 11.420
S
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik

Dari kondisi tersebut, penyakit infeksi akut lain pernapasan,


diare, penyakit lain pada saluran pernapasan, penyakit kulit
infeksi, darah tinggi atas tercatat pada tahun 2001 dan 2002
mengalami peningkatan, sedangkan sembilan jenis penyakit
lainnya dalam sepuluh urutan tersebut pada umumnya
mengalami penurunan.

Você também pode gostar