Você está na página 1de 2

BAB III

ANALISIS KASUS

Seorang laki-laki usia 37 tahun, alamat di Kota Palembang masuk rumah sakit dengan
keluhan utama luka tusuk pada dada dan punggung. Pada anamnesis diketahui 3 jam SMRS
penderita dikeroyok orang dan ditusuk dengan menggunakan pisau pada dada dan punggung.
Pada pemeriksaan fisik (survei primer) didapatkan airway baik, breathing terdapat
masalah dan circulation dalam batas normal. Penilaian airway dalam keadaan baik didasarkan
pada tidak ditemukan tanda obstruksi jalan napas. Tanda-tanda objektif untuk menilai jalan
nafas yaitu pada look, dimana penderita tidak mengalami sianosis pada daerah kuku dan sekitar
mulut, dan tidak bernafas menggunakan otot nafas tambahan. Sedangkan pada listen tidak
ditemukan suara berkumur (gurgling) yang menunjukkan tidak adanya lendir, muntahan,
darah, dan lain-lain di dalam mulut), tidak didapatkan snoring (menunjukkan tidak ada
sumbatan jalan nafas atas dimana lidah jatuh ke posterior pharynx), tidak didapatkan crowing
atau stridor (bersiul, menunjukkan adanya sumbatan di saluran nafas bawah terutama pada
bronkus akibat adanya benda asing), dan tidak dijumpai hoarness (suara parau, menunjukkan
sumbatan pada laring yang biasa terjadi akibat edema laring). Pada airway juga diperhatikan
stabilitas tulang leher dan segera dilakukan pemberian oksigen dengan sungkup muka atau
kantung nafas. Pada penilaian Breathing dilakukan pemeriksaan berupa look, dan tidak
ditemukan tanda-tanda seperti sianosis dan flail chest namun ditemukan luka tusuk pada dada
dan punggung tanpa gerakan otot nafas tambahan. Pada feel tidak teraba tulang iga yang patah,
emfisema subkutis, tetapi gerakan dada kiri tertinggal. Dengan perkusi ditemukan sonor pada
kedua hemithorax, sedangkan pada listen didapatkan suara napas vesikuler yang menurun pada
hemithorax kiri tanpa disertai suara nafas tambahan dan dinilai frekuensi pernapasan
meningkat yaitu 30x/menit (RR normal pada orang dewasa: 16-24 kali/menit). Pada
Circulation dinilai tekanan darah 110/80 mmHg dan frekuensi nadi 96x/ menit.
Pada survey sekunder tampak luka tusuk regio thorax anterior ukuran 1cm pada ICS II
linea mid clavikularis sinistra. Regio thorax posterior luka tusuk ukuran 1cm pada VT II linea
mid scapularis dextra, luka tusuk ukuran 1,5cm pada VL III linea mid scapularis sinistra, luka
tusuk ukuran 1cm pada VL V linea mid vertebralis, luka tusuk ukuran 2,5cm pada VL III linea
mid scapularis dextra, luka tusuk ukuran 1,5cm dan 1cm pada VL II-III linea axilaris dextra,
luka tusuk ukuran 1,5cm pada VT II linea mid axilaris sinistra. Pada pemeriksaan palpasi dada,
tidak ditemukan tanda emfisema subkutis, fraktur costae ataupun pergeseran trakea. Pada

25
pemeriksaan perkusi didapati suara sonor pada kedua hemithorax. Pada pemeriksaan auskultasi
didapati suara nafas vesikuler yang menurun pada hemithorax kiri tanpa disertai suara nafas
tambahan.
Dilakukan pemeriksaan penunjang dengan foto thorax dan didapatkan kesan
pneumothorax pada hemithorax sinistra. Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang kasus ini dapat didiagnosis dengan Multiple Vulnus Scissum regio
thorax anterior posterior + Lumbal + Pneumothorax sinistra.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah dengan memberikan O2
sungkup untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Pemberian IVFD Ringer Laktat yang ditujukan
untuk membuka jalur intravena, sehingga dapat dengan mudah memasukkan obat melalui
parenteral serta sebagai resusitasi cairan. Pemberian antibiotik dan ATS dilakukan untuk
profilaksis infeksi terutama karena adanya luka tusuk pada regio thorax. Pemasangan chest
tube ditujukan untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura. Dengan melihat kondisi pasien
dan tindakan yang telah dilakukan, prognosis pasien ini quo ad vitam bonam dan quo ad
fungsionam bonam.

26

Você também pode gostar