Você está na página 1de 11

Apa saja tipe-tipe demam dan bagaimana tipe demam pada kasus?

5 8

1. Suhu mencapai normal:


a. Demam hektik range 2 C
b. Demam intermiten range < 2 C
c. Demam siklik siklus demam mingguan

2. Suhu tidak mencapai normal:


a. Demam septic range 2 C
b. Demam remiten range 1-2 C
c. Demam kontinyu range 1 C

Demam Septik dan Demam Hektik


Demam septik: suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat.
Bila demam turun sampai ke tingkat yang normal dinamakan demam hektik.
Contoh: Tuberkulosis & abses piogenik.

Demam Intermiten
Demam intermiten: suhu badan turun ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari.
Bila demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana, dan bila terjadi dua
hari bebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
Contoh : Malaria.
Demam Siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti periode bebas demam
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu tubuh seperti semula.
Contoh : Limfoma Hodgkin's.

Demam Remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Contoh : demam tifoid, infeksi virus & mikoplasma.
Perbedaan suhu dapat mencapai dua derajat tetapi tidak sebesar perbedaan suhu pada
demam septik.
Demam Kontinyu
Demam dengan variasi suhu sepanjang hari tidak lebih dari satu derajat.
Pada demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
Contoh : pneumonia.

Demam yang Belum Terdiagnosis (FEVER OF UNKNOWN ORIGIN/FUO)

Didefinisikan oleh Petersdorf & Beeson

1. Durasi demam >3 minggu.

2. Suhu demam > 38,3C pada beberapa kali pengukuran.

3. Diagnosis definitif belum dapat ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan


(menggunakan sarana laboratorium dan penunjang medis lainnya) selama 1 minggu di
RS.

Penyebab FUO antara lain:

infeksi (40%)
neoplasma (20%)
penyakit kolagen (20%)
penyakit lain (10%)

tidak diketahui sebabnya (10%).

Demam saddle back/ pelana/ bifasik

Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda
(camelback fever pattern,atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik
dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,
demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever (Spirillum minus),
dan African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
Penderita mengalami beberapa hari demam tinggi disusul penurunan suhu lebih kurang 1
hari, lalu timbul demam tinggi kembali. Penyakit:dengue, yellow fever, colorado tick
fever, rit valey fever, influenza, poliomielitis,koriomeningitis limfositik

Bagaimana mekanisme mata dan seluruh badan kuning pada kasus? 8 11

Bagaimana mekanisme mual? 5 8

kesadaran somnolen 8 11

Mengapa pada suhu tubuh 39C namun pernafasan Tn.Badu masih dalam batas
normal? 5 8

Enzim CPK 3 8 11

Bagaimana alur penegakkan diagnosis pada kasus? 8 1

Weils syndrome : 3 dari 4 kriteria ( leptospira +)


1. Leptospira

2. Haemorrhagic phenomena.

3. Acute renal failure.

4. Jaundice

Weils Diseases : leptospirosis berat yang ditandai dengan ikterus, biasanya disertai
perdarahan, anemia, azotemia, gangguan kesadaran dan demam tipe kontinua.

1. Suspek, bila ada gejala klinis tanpa dukungan laboratorium.


2. Probable, bila ada gejala klinis sesuai leptospirosis dan hasil serologi penyaring yaitu
disptik, lateral flow atau dri dot positif.
3. Definitif, bila hasil pemeriksaan langsung positif atau gejala klinis sesuai dengan
leptospirosis dan hasil test MAT/ELISA serial menunjukan adanya peningkatan
serokonversi atau peningkatan titer 4 kali atau lebih.
Tabel Kriteria WHO oleh Feine untuk diagnosa Leptospirosis

Daftar Pertanyaan Jawaban Nilai

A. Jenis gejala dan laboratorium

Sakit kepala mendadak Ya/tidak 2/0

Conjunctival suffusion bilateral Ya/tidak 4/0

Demam Ya/tidak 2/0

Bila demam >38 C Ya/tidak 2/0

Meningismus Ya/tidak 4/0

Nyeri otot terutama betis Ya/tidak 4/0

Meningismus, nyeri otot dan konjungtiva suffosion Ya/tidak 10/0


bersamaan

Ikterik Ya/tidak 1/0

Albuminuria atau azotemia Ya/tidak 2/0

B. Faktor epidemiologi seperti riwayat kontak Ya/tidak 10/0


binatang ke hutan, rekreasi, tempat kerja atau
diduga atau diketahui kontak dengan air yang
terkontaminasi.

C. Hasil laboratorium serologi :

Serologi (+) di daerah endemik :

Single (+), titer rendah Ya/tidak 2/0

Single (+), titer tinggi Ya/tidak 10/0

Pair sera, titer meningkat Ya/tidak 25/0

Serologi (+) bukan daerah endemik :

Single (+), titer rendah Ya/tidak 5/0

Single (+), titer tinggi Ya/tidak 15/0

Pair sera, titer meningkat Ya/tidak 25/0

Keterangan : Berdasarkan kriteria di bawah, leptospirosis dapat ditegakkan bila jumlah A+B
>25, atau A+B+C >25 disebut presumptive leptospirosis; dan bila A+B nilai antara 20-25
disebut suggestive leptospirosis.
Apa manifestasi klinis pada kasus? 4 8

1. Demam, 100% kasus

2. Injeksi konjungtiva, 54% kasus

3. Jaundice, 46% kasus

4. Muscullar tenderness ,45% kasus

5. Nyeri otot/seluruh tubuh, 32% kasus

6. Gejala abdominal, 29% kasus

7. Pening/sakit kepala, 25% kasus

8. Menggigil, 22% kasus


9. Hepatomegali,18% kasus

10. Splenomegali, 6% kasus

11. Perdarahan, 5% kasus

12. Batuk-batuk, 4% kasus

13. Proteinuria, 25% kasus

14. Azotemia, 20% kasus

Symptoms Signs

Abrupt onset (70-100%) Meningeal sings (12-44%)


Fever, chills, rigors (98%) Mental status changes (7-21%)

Headdache (93-97%) Oliguria (10%)


Myagias (40-80%) Cough (10-20%)
Vomiting, diarrhea, abdominal pain (30- Chest pain (11%)
95%) Skin rash (9-18%)
Conjungtiva suffusions (33-100%)
Hepatomegaly (5-22%) Jaundice (1,5-6%)
Splenomegaly (5-25%)
Sumber: Huston CD

Bagaimana pencegahan dan KIE pada kasus? 8 1

Pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat dilakukan melalui tiga jalur yang meliputi:
a. Jalur sumber infeksi
1) Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.
2) Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi, seperti penisilin, ampisilin, atau
dihydrostreptomycin, agar tidak menjadi karier kuman leptospira. Dosis dan cara
pemberian berbeda-beda, tergantung jenis hewan yang terinfeksi.
3) Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus,
pemasangan jebakan, penggunaan rondentisida dan predator ronden.
4) Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum dengan
membangun gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian, sumber
penampungan air, dan perkarangan yang kedap tikus, dan dengan membuang sisa
makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.
5) Mencegah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan memelihara
lingkungan bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan semak berlukar,
menjaga sanitasi, khususnya dengan membangun sarana pembuangan limbah dan
kamar mandi yang baik, dan menyediakan air minum yang bersih.
a) Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan.
b) Membuang kotoran hewan peliharaan. Sedemikian rupa sehinnga tidak
menimbulkan kontaminasi, misalnya dengan pemberian desinfektan.

b. Jalur penularan
Penularan dapat dicegah dengan :
1) Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron, masker)
2) Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester kedap air.
3) Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan urin, tanah,
dan air yang terkontaminasi.
4) Menumbuhkan kesadara terhadap potensi resiko dan metode untuk mencegah atau
mengurangi pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau aerosol, tidak
menyentuh bangkai hewan, janin, plasenta, organ (ginjal, kandung kemih) dengan
tangan telanjang, dan jangn menolong persalinan hewan tanpa sarung tangan.
5) Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat kontak dengan urin
hewan, cuci tangan setelah selesai dan waspada terhadap kemungkinan terinfeksi saat
merawat hewan yang sakit.
6) Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan lantai
kandang, rumah potong hewan dan lain-lain.
7) Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum yang baik,
filtrasi dan korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira.
8) Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk aau bahan- bahan
kimia sehingga jumlah dan virulensi kuman leptospira berkurang.
9) Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air dan
sungai yang telah atau diduga terkontaminasi kuman leptospira..
10)Manajemen ternak yang baik.
c. Jalur pejamu manusia
1) Menumbuhkan sikap waspada
Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok resiko
tinggi terinfeksi kuman leptospira. Masyarakat perlu mengetahui aspek penyakit
leptospira, cara-cara menghindari pajanan dan segera ke sarana kesehatan bila di
duga terinfeksi kuman leptospira.
2) Melakukan upaya edukasi
Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara-
cara edukasi yang meliputi :
a) Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan, departemen pertanian,
institusi militer, dan lain-lain. Di dalamnya diuraikan mengenai penyakit
leptospirosis, kriteria menengakkan diagnosis, terapi dan cara mencengah
pajanan. Dicatumkan pula nomor telepon yang dapat dihubungi untuk informasi
lebih lanjut.
b) Melakukan penyebaran informasi
.

Você também pode gostar