Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Abstrak
Perairan Teluk Balikpapan merupakan salah satu perairan yang terletak di
Kecamatan Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat, Provinsi
Kalimantan Timur. Teluk Balikpapan merupakan perairan yang menjadi hilir dari
Daerah Aliran Sungai (DAS) Wain. Arah aliran Sungai Wain dari hulu ke hilir adalah
dari Utara ke Selatan, dimana sepanjang Muara Sungai Wain terdapat aktivitas
pembangunan industri seperti Kawasan Industri Kariangau (KIK) serta terdapat
Pelabuhan Kariangau yang merupakan pelabuhan penyebrangan Balikpapan - Penajam
Paser Utara. Aliran Sungai Wain membawa material sedimen sehingga aliran sungai
menjadi salah satu sumber sedimen di daerah muara sungai Wain dan mengakibatkan
terjadinya pendangkalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi
batimetri serta sebaran jenis sedimen dasar perairan yang nantinya akan disajikan
dalam bentuk peta kontur batimetri dan sebaran jenis sedimen dasar Perairan Teluk
Balikpapan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, yaitu dimana
metode ini memusatkan permasalahan pada suatu kasus secara mendetail dan umumya
menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni dimana data yang dihasilkan hanya
dapat digunakan pada daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan batimetri /
kedalaman pada lokasi penelitian berkisar antara -2,24 meter hingga -53,84 meter
terhadap nilai MSL dan hasil interpolasi kontur berkisar antara -2 meter hingga -35
meter . Morfologi dasar perairan menunjukan kelerengan di Perairan Teluk Balikpapan
yaitu landai, datar-hampir datar dan agak curam. Serta jenis sedimen dasar di lokasi
penelitian terdiri dari 3 macam yaitu, lanau, pasir lanauan, dan pasir.
Abstract
Balikpapan Bay is one of the waters that located in North, Central, and West
Balikpapan District, East Kalimantan Province. Balikpapan Bay is the estuary of the
Wain Watershed. Wain River flows from North to South, and along the estuary there are
industrial development activities. such as Industrial Area of Kariangau (KIK) and there
is a Kariangau Port which is the crossing port of Balikpapan - Penajam Paser Utara.
Wain River flow carries sediment material so that the flow of the river into one of the
sources of sediment in the river mouth area and cause silting Wain. The purposes of this
research are to obtain information about the conditions of bathymetry, and seabed
sediment type that will be displayed as bathymetry and seabed sediment distribution type
map of Balikpapan Bay Waters. The while bathymetry data and sediment sample, The
research method used is survey method, which is to focus the issue on an intensive and
detailed case, because the nature of the detailed, a case study generally produce an idea
that longitudinal data, namely where the only can be used in the area. The sampling
method is by taking several samples to describe the characteristic of the representative
area. The results showed bathymetric / depth at the study site ranged from -2,24 to -53,84
meters to the MSL value and results interpolation of contour ranged from -2 to -35
meters. Seabed morphology shows the slope in Balikpapan Gulf waters that is sloping,
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 192
flat-almost flat and a little steep. And the type of bottom sediments at the study site
consists of three kinds, silt, silty sand, and sand.
1. Pendahuluan
Perairan Teluk Balikpapan merupakan salah satu perairan yang terletak di Kecamatan
Balikpapan Utara, Balikpapan Tengah dan Balikpapan Barat, Provinsi Kalimantan
Timur.Teluk Balikpapan merupakan perairan yang menjadi hilir dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) Wain. Arah aliran Sungai Wain dari hulu ke hilir adalah dari Utara ke Selatan,
dimana sepanjang Muara Sungai Wain terdapat aktivitas pembangunan industri seperti
Kawasan Industri Kariangau (KIK) serta terdapat Pelabuhan Kariangau yang merupakan
pelabuhan penyebrangan Balikpapan - Penajam Paser Utara (Malik et al., 1999). Aliran
Sungai Wain membawa material sedimen sehingga aliran sungai menjadi salah satu sumber
sedimen di daerah muara sungai Wain dan mengakibatkan terjadinya pendangkalan
(Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi, 2002). Menurut Triatmodjo, 1999 Sebaran sedimen
di muara sungai ini dapat dibedakan berdasarkan faktor energi yang dominan antara
gelombang, debit sungai atau pasang surut. Sebaran sedimen perairan mengalami
pendangkalan yang sangat tinggi baik berupa gosong pasir sejajar garis pantai, gosong pasir
sejajar mulut sungai atau sedimen yang menyebar ke arah laut lepas.Pendangkalan yang
terjadi di muara sungai disebabkan oleh sedimentasi, yang menyebabkan aliran air sungai
terganggu dibagian hilir. Sedimentasi tersebut mengakibatkan kenaikan permukaan air yang
diakibatkan oleh perbedaan kedalaman dari kedalaman sebelumnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi batimetri dan sebaran jenis sedimen
dasar di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Manfaat penelitian ini adalah
sebagai analisis data yang diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam
pengembangan dan perlindungan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 23 hingga 25 April 2015 di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan
Timur. Koordinat lokasi tersebut adalah di 116 48' 51.193" E sampai 116 46' 49.774" E
dan 1 13' 4.877" S sampai 1 13' 28.691" S (Gambar 1).
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus, dimana metode ini memusatkan
permasalahan pada suatu kasus secara mendetail dan umumya menghasilkan gambaran yang
longitudinal, yakni dimana data yang dihasilkan hanya dapat digunakan pada daerah tersebut
(Surakhmad, 1980). Studi kasus ini digunakan untuk mendapatkan gambaran terperinci
mengenai kedalaman, sedimen dasar laut di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur
dan data yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak dapat digunakan oleh daerah lain. Dan
penentuan lokasi pengambilan titik perekaman batimetri dan penentuan titik lokasi
pengambilan sampel sedimen dasar menggunakan metode Purposive sampling method, yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, yaitu mengambil titik sampling yang
mewakili keadaan keseluruhan daerah yang dikaji (Sugiyono, 2009)
Keterangan :
rt : Besarnya reduksi (koreksi) yang diberikan kepada hasil
pengukuran kedalaman pada waktu t.
TWLt : Kedudukan permukaan laut sebenarnya (true water level) pada
waktu t.
MSL : Muka air laut rata-rata (Mean Sea Level).
Z0 : Kedalaman muka surutan di bawah MSL.
Persamaan (1) menghasilkan besarnya reduksi (koreksi) terhadap pasang surut air laut,
selanjutnya menghitung kedalaman sebenarnya, yaitu dengan rumus sebagai berikut:
D = dT rt (2)
Keterangan :
D : kedalaman sebenarnya
dT : kedalaman terkoreksi tranducer
rt : Reduksi (koreksi) pasang surut laut
dengan :
= nilai kemiringan lereng dasar laut (%)
= elevasi yang diperoleh antara beda ketinggian
= jarak horizontal (tegak lurus) antara beda ketinggian tersebut (m)
Pengklasifikasian nilai kemiringan lereng didasarkan klasifikasi kelas lereng oleh
Verstappen (1953) diperlihatkan pada Tabel 1. Profil penampang melintang profil dasar
perairan (slope) disajikan menggunakan software Global Mapper 13 yang menunjukan nilai
dari kelerengan dasar perairan ( ).
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 195
So M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
Acm 139,7 60,37 65,7 7,07 17,7 16,2 16,7 5,3 1,8 4,7
4
g 228,23 210,4 348,6 210,4 137,3 77,2 137,3 207,9 206,2
Faktor penentu tipe pasang surut atau nilai Formzahl (F) diperoleh sebesar 0,26413
yang menunjukkan bahwa pasang surut di Perairan Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur
adalah bertipe pasang surut campuran condong ke harian ganda. Grafik pasang surut Perairan
Teluk Balikpapan disajikan secara lengkap pada Gambar 2.
Kontur Batimetri
Berdasarkan pemeruman yang telah dilakukan di wilayah Teluk Balikpapan,
Kalimantan Timur dihasilkan berupa waktu pemeruman (tanggal dan jam), koordinat titik
fiks perum (X dan Y), dan data kedalaman terbaca transducer (Z) lalu dilakukan koreksi
transduser dan hasil pasang surut (MSL dan Zo), serta kedudukan permukaan laut
sebenarnya (TWLt) pada waktu (t). Sehingga dapat diperoleh nilai kedalaman sebenarnya
yang berkisar antara kedalaman -2,24 hingga -53,84 m.Peta kontur batimetri Perairan Teluk
Balikpapan, Kalimantan Timur diperoleh menggunakan software ArcGis 10.0 dengan cara
interpolasi menggunakan kriging. Kriging merupakan suatu metode yang dapat mengisi
kekosongan data dengan metode tertentu dari suatu kumpulan data untuk menghasilkan
sebaran yang kontinyu pada suatu kedalaman. Peta kontur batimetri dapat disajikan sesuai
dengan wilayah yang telah ditentukan, peta kontur batimetri tersaji pada Gambar 3. Serta
data kedalaman digitasi dengan ArcGis 10 ditampilkan dalam bentuk peta batimetri yang
diinterpolasi menggunakan metode Kriging sehingga menghasilkan garis kontur kedalaman.
Peta batimetri Dishidros hasil digitasi disajikan pada Gambar 4.
Batimetri hasil lapangan yang berupa garis kontur menunjukan adanya kurva berbentuk
kurva tertutup dengan perbedaan jarak antar kontur yang rapat di daerah muara sungai, hal ini
menunjukan di dasar perairan tersebut terdapat adanya pendangkalan. Kedalaman yang dangkal
juga terdapat di tepi pantai Petrosea dan Tanjung Batu ditunjukan pada jarak antar garis kontur
yang jarang dengan kedalaman -2 meter hingga 10 meter. Pendangkalan di sekitar muara
sungai dipengaruhi oleh kondisi pasang surut, Menurut Triatmodjo (1999), Apabila tinggi
pasang surut cukup besar, volume air pasang yang masuk sungai sangat besar. Air laut akan
berakumulasi dengan air dari hulu sungai. Pada waktu air surut, volume air yang sangat besar
tersebut mengalir keluar dalam periode waktu tertentu yang tergantung pada tipe pasang surut.
Kecepatan arus selama air surut tersebut besar, yang cukup potensial membentuk endapan di
muara sungai. Kedalaman terdalam didapatkan pada daerah tengah Teluk Balikpapan dengan
menunjukkan pola garis kontur yang semakin rapat, hingga disatu wilayah terdapat kedalaman
yang sangat menjorok hingga kedalaman -35 m, hal ini dikarenakan kedalaman yang terbentuk
di wilayah tengah Teluk Balikpapan dikhususkan untuk pengamanan jalur pelayaran kapal yang
ditandai dengan pembatas berupa buoy, dimana buoy adalah alat bantu pelayaran yang diangker
pada suatu tempat yang dianggap tepat, dan diberi tanda berupa lampu, radar pemantul atau
bel/bunyi peringatan yang disesuaikan dengan penggunanya (Triatmodjo, 2009).
Gambar 5. Hasil model 3 dimensi menunjukan bahwa morfologi permukaan dasar laut
(seabed surface) di lokasi penelitian yaitu dominan berbentuk gelombang dan cekungan
yang menjorok. Morfologi permukaan dasar laut (seabed surface) berbentuk gelombang
banyak terdapat di wilayah muara sungai hingga tepi pantai yang ditunjukan warna merah
kekuningan dengan kedalaman berkisar antara 0 hingga 6 meter. Morfologi permukaan dasar
laut (seabed surface) di bagian tengah Teluk Balikpapan terdapat palung laut dengan
kedalaman maksimal hingga -45 meter yang berwarna biru hingga keungu-unguan yang
terdapat di wilayah Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.
pendapat dari Mulyana dan Salahudin (2009), yaitu Indonesia bagian timur yang terdiri dari
sederetan pulau pulau berebentuk busur lengkung dengan perbedaan bentuk relief yang
sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam, yang mempunyai palung-palung dalam dan
pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan tektonik lebih rumit. Hasil
perhitungan tersebut berada dalam 3 pada klasifikasi nilai kelerengan (Tabel 3). Menurut
teori Van Zuidam (1953), yaitu bila nilai kelerengan 0 % 2 %, 7 % 15%, dan 2 % 7 %
termasuk klasifikasi dasar perairan yang rata-hampir rata, berombak dengan lereng miring,
dan berombak dengan lereng landai.
perairannya berbentuk curam yang berada pada daerah wilayah Teluk Balikpapan dengan
kedalaman berkisar hingga 40m.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, data
kedalaman yang diukur secara langsung yang kemudian dilakukan koreksi terhadap pasang
surut dan draft transduser dapat diketahui batimetri/kedalaman pada lokasi penelitian berkisar
antara -2,24 meter hingga -53,84 meter terhadap nilai MSL (Mean Sea Level), dengan nilai
persentase rata-rata morfologi dasar perairan (slope) (A-B), (C-D), dan (E-F) yaitu0,8553%,
12,668%, dan 3,077 %. Hasil tersebut menunjukan potongan kelerengan (slope) di Perairan
Teluk Balikpapan yaitu rata-hampir rata, berombak dengan lereng miring, dan berombak
dengan lereng landai. Serta jenis sedimen dasar di lokasi penelitian terdiri dari 3 macam yaitu,
lanau (silt), pasir lanauan (silty sand), dan pasir (sand).
Daftar Pustaka
Holme, M.G. and N.D. McIntyre. 1984. Methods for Study of Marine Benthos. Second Edition.
Blackwell Scientific Publication, Oxford, 387 hlm.
Kelompok Kerja Erosi dan Sedimentasi. 2002. Kajian Erosi dan Sedimentasi pada DAS Teluk
Balikpapan Kalimantan Timur. [Laporan Teknis Proyek Pesisir]. TE-02/I3-I, CRC/URI,
Jakarta, 38 hlm.
Malik, R. Zulficar, M. M, Dharmawan, A. S. 1999. Survey Identifikasi Isu dan Masalah di
Teluk Balikpapan, Jakarta.
Mulyana, W dan M. Salahudin. 2009. Morfologi Dasar Laut Indonesia. Puslitbang Geologi
Kelautan (PPPGL), Dep. ESDM, Bandung.
Patty, W. 2010. Karakteristik Tipe Dasar dan Pemanfaatan Perairan di Sekitar Pulau Gangga
Kabupaten Minut. Jurnal Perikanan dan Kelautan, Staf Pengajar Program Studi
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Sam Ratulangi, vol VI-2.
Poerbandono dan E. Djunasjah. 2005. Survei Hidrografi. Refika Aditama, Bandung, 166 hlm.
Satriadi, A. 2012. Studi Bathimetri dan Sedimen dasar laut di perairan Marina Semarang Jawa
Tengah. Buletin Oseanografi Marina Oktober 2012, Program Studi Oseanografi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, vol 1: 53-62.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2010. Survei Hidrografi Menggunakan Single Beam. Badan
Standar Nasional, Jakarta, SNI 7646:2010, 25 hlm.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Supriadi, A. 2014. Pemetaan Batimetri Untuk Alur Pelayaran Pelabuhan Penyebrangan
Mororejo Kabupaten Kendal. Jurnal Oseanografi, Program Studi Oseanografi Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, vol 3 : 284 -293.
Surakhmad, W. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah. Tarsito, Bandung.
Triatmodjo, B. 1999. Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta, 397 hlm.
___________. 2009. Perencanaan Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta, 488 hlm.
Verstappen, H.Th, 1983. Applied Geomorphology, Geomorphological Surveys for
Environmental Development, Elsivier, Amsterdam.