Você está na página 1de 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan pembangunan ekonomi di suatu daerah memerlukan bermacam-macam
data statistik sebagai bahan analisis untuk menentukan dan mengarahkan pembangunan agar
sasaran dan tujuan pembangunan dapat dicapai dengan cepat dan terarah. Pembangunan
ekonomi yang telah dicapai pada masa yang lalu perlu dilihat dan dinilai tentang hasil dan
implikasinya pada masa sekarang dan yang akan dating. Hal ini diharapkan dapat menjadi
sebuah input untuk perencanaan pembangunan berikutnya.
Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu wilayah dan kota diperlukan sebuah
analisis agregat karena analisis tersebut dapat digunakan untuk melihat keadaan ekonomi suatu
wilayah dan kota dalam konteks spasial yang lebih luas. Dalam analisis agregat tersebut kita
dapat melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi. Selain itu wilayah
dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas.
Kota Tegal merupakan unit spasial yang lebih kecil dari Provinsi Jawa Tengah sehingga
perlu diketahui faktor-faktor agregat dari Kota Tegal terhadap Jawa Tengah. Dalam hal ini analsis
yang perlu dilakukan melalui analisis kontribusi PDRB Kota Tegal terhadap lingkup diatasnya
yaitu PDRB Provinsi Jawa Tengah, shaaring investasinya, perbandingan laju pertumbuhan
ekonomi, tingkat pendapatan.

1.2 Perumusan Masalah


Penyusunan laporan ini memiliki beberapa rumusan masalah, dantaranya:
Mengetahui karakteristik ekonomi di Kota Tegal dan bagaimana konstrbusinya terhadap
perkembangan perekonomian Provinsi Jawa Tengah ; dan
Tingkat pendapatan Kota Tegal dan konstribusinya terhadap pendapatan Provinsi Jawa
Tengah.
1.3 Tujuan dan Sasaran
1.3.1 Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk memberikan analisis dan mendapat gambaran
umum kondisi perekonoman Kota Tegal per sektor dan konstrbusnya terhadap
perekonoman Provins Jawa Tengah melalui analisis agregat yang nantinya diharapkan
agar Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah dapat mengoptimalkan penggunaan potensi
yang ada di wilayahnya dengan meningkatkan nilai tambah di tiap sektor secara
maksimal serta arahan dalam membangun perekonomian Kota Tegal dan Provnsi Jawa
Tengah yang lebih baik untuk ke depannya.
1.3.2 Sasaran
Adapun sasaran untuk mencapai tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai
berikut.
Mengidentifikasi wilayah studi yaitu Kota Tegal;
Mengidentifikasi dan menganalisis data PDRB Kota Tegal dan Propinsi Jawa
Tengah.
Mengidentfikasi nilai dan jumlah produksi sektor pertanian menurut komoditas d
Kota Tegal dan Prv. Jateng.
Mengidentfkasi nilai investasi menurut kelompok jenis industri yang terdapat di
Kota Tegal dan Prov. Jateng.
Menghitung dan membandingkan jumlah industri menurut kelompok jenis
industri yang terdapat di Kota Tegal dan Prov. Jateng.
Mengidentfikasi struktur penduduk menurut mata pencaharian d Kota Tegal dan
Prov. Jateng.
Menganalisis data kemiskinan dan data pengangguran penduduk di Kota Tegal
dan Prov. Jateng.

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan


Ruang lingkup pembahasan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu ruang lingkup
wilayah studi dan ruang lingkup materi.
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Studi
Ruang lingkup wilayah yang menjadi objek dalam pembuatan laporan ini adalah Kota
Tegal dan Provins Jawa Tengah.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang akan dibahas di dalam laporan ini lebih menitikberatkan
pada laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, laju pertumbuhan masing-masing sektor
ekonomi, perkembangan pendapatan perkapita Kota Tegal, dan konstrbusinya terhadap
perkembangan perekonoman Provins Jawa Tengah.

1.5 Sistematika Pembahasan


BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan, ruang lingkup
terdiri atas ruang lingkup materi dan ruang lingkup wilayah, dan sistematika penulisan.
BAB II GAMBARAN UMUM
Meliputi kondisi fisik alam, yaitu letak geografis yang berupa keadaan alam, jenis tanah, struktur
tanah, topografi, gunung, perairan, dan bahan tambang. Serta kondisi penduduk, yaitu jumlah
penduduk dan mata pencaharian di Kabupaten Magelang.
BAB III ANALISIS AGREGAT
Bab ini berisikan tentang analisis perkembangan indikator ekonomi makro yang meliputi
perkembangan total PDRB, laju pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi kabupaten, laju
pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, dan perkembangan pendapatan perkapita
Kabupaten Magelang.
BAB IV PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran dari hasil laporan.
BAB II
PENDEKATAN DAN METODE PERHITUNGAN

Analisis agregat (agregate regional)


analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi perkembangan
perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana wilayah tersebut berada
pada satu tempat
Dengan demikian, analisis agregat dapat digunakan untuk:.
melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi
wilayah dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas
Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan distribusi
pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat penting untuk
melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan bagaimana setiap sektor
perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga dapat
mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam perkembangan
perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah faktor faktor
produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor ekonomi
(backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek ekonomi dan
perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional dan wilayah lain.
Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran faktor-
faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak mendapat
perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi yang terjadi dari
adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap perkembangan perekonomian
wilayah.
Peran pemerntah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis agregat
sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi yang
berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan aliran
faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang berkaitan
dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya
pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebujakan pemerintah juga
sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan wilayah
lain.
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Gambaran umum Kota Tegal


Kota Tegal merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di jalur
pantai utara Pulau Jawa. Berada di posisi strategis karena merupakan titik persimpangan jalur
utama antara Jakarta dan Surabaya juga menghubungkan kota-kota di bagian selatan Pulau
Jawa. Tegal terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang, atau 329 km sebelah timur Jakarta.
Meski dengan wilayah yang tidak terlalu luas (sekitar 12,67 km2), namun Kota Tegal telah
mampu membuktikan diri sebagai salah satu kota penting di Pulau Jawa terutama di Jawa
Tengah.
Mengandalkan berbagai sektor terutama industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata
menjadikan Jumlah penduduk yang mencapai 245.324 (th 2005) dengan kepadatan 19.100
jiwa/km2 menjadikan Kota Tegal daya tarik tersendiri sebagai pangsa pasar produk-produk
unggulan dari luar kota. Pertumbuhan Kota Tegal juga berkembang ke arah selatan di wilayah
Kabupaten Tegal, yakni di kecamatan Dukuhturi, Talang, Adiwerna, dan Slawi.

3.1 Aspek Fisik


Aspek fisik terdiri dari keadaan geografis baik terdiri dari batas wilayah maupun bentang
alamnya.
3.1.1 Letak Geografis
Kota Tegal sebagai suatu kota di propinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh beberapa
kabupaten dan kota antara lain Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Brebes,. Letaknya antara
109008 BT dan 109010 BT dan antara 06050 dan 06053 LS.
Batas-batas wilayah Kabupaten Magelang antara lain:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Kabupaten Tegal
Sebelah Selatan : Kabupaten Tegal
Sebelah Barat : Kabupaten Brebes

3.1.2 Relief Daerah


Kota Tegal memiliki karakteristik wilayah berupa dataran rendah yang memiliki pengairan
sungai yang bermuara ke laut utara, ketinggian Kota Tegal dari permukaan laut adalah 3 m.
Struktur tanah yang dimilik Kota Tegal adalah tanah pasir dan tanah liat, iklm di Kota
Tegal termasuk ke dalam klim tropis yakni sekitar 28,06 0 C, iklm ini semakn didukung oleh curah
hujan rata-rata Kota Tegal yang cukup tingg yakni sekitar 12/159 mm.
3.1.3 Luas Penggunaan Tanah
Secara administratif Kota Tegal dibagi menjadi 4 Kecamatan dan 27 kelurahan. Luas
wilayah Kota Tegal tercatat sekitar 39.68 km 2, menurut penggunaannya luas lahan Kota Tegal
mayoritas digunakan sebagai lahan perumahan dan pekarangan yakni sektar 1839 km 2.
Sedangkan untuk lahan kering yang dimanfaatkan sebagai lading dan tegal berjumlah sekitar
42.57 km2.
Luas wilayah Kota Tegal secara keseluruhan adalah 3.538,5 Ha. Terdiri dari :
- Tanah seluas 1.619,1 yang digunakan sebagai lahan terbangun dari luas lahan
keseluruhan sebesar 3.538,5 Ha, atau sekitar 47,8 %.
- Lahan yang masih kosong meliputi tanah seluas 1847,4 Ha (52,2%)
Berikutnya, lahan kering yang dipakai untuk tambak sebesar 52,29% dari total lahan
kering. Persentase tersebut merupakan angka terbesar bila dibandingkan dengan
persentase penggunaan lahan kering yang lain. Pemanfaatan lahan terbangun lannya
meliputi kegiatan perumahan dan non perumahan. Sedangkan lahan yang kosong
meliputi tanah tegalan, sawah, tambak dan lain - lain.
Gambar2.
Penggunaan Lahan di Kota Tegal

Sumber: pengolahan data sekunder kelompok5,2007.

3.2 Kependudukan
Penduduk Kota Tegal pada tahun 2005 berjumlah 1.168.557 jiwa terdiri dari 583.871
laki-laki dan 584.686 perempuan, dengan rata-rata pertumbuhan selama 5(lima) tahun terakhir
1,22%, suatu angka pertumbuhan penduduk yang cukup kecil. Dilihat dari tingkat pendidikan
penduduk berumur 5 tahun ke atas seperti pada tabel 3.1 terlihat bahwa 353.579 (33,01%)
orang yang tamat SD, 182.297(17,02%) orang tamat SMP dan 120.355(11,24%) orang yang
tamat SMA, serta hanya 8.656(0,81%) orang tamat Akademi/PT. bila dilihat dari lapangan usaha
utama, terlihat bahwa 326.592(43,55%) orang bekerja di sektor pertanian, baik sebaga petani
maupun buruh tani, 102.830(13,71%) orang bekerja di sektor perdagangan, 67.461(9,06%)
orang bekerja di sektor jasa, serta 65.976(8,80%) orang bekerja di sektor industri.

Kelompok Umur Laki - laki Perempuan Jumlah


1 2 3 4
0-4 10.246 9.904 20.150
5-9 11.159 10.632 21.791
10 - 14 12.370 11.776 24.146
15 - 19 13.603 12.893 26.496
20 - 24 14.321 14.151 28.472
25- 29 13.356 12.800 26.156
30 - 34 9.140 9.098 18.238
35 - 39 7.520 7.543 15.063
40 - 44 7.276 7.544 14.820
45 - 49 6.667 6.787 13.454
50 - 54 5.535 5.609 11.144
55 - 59 4.352 4.569 8.921
60 - 64 2.771 2.678 5.449
65 - 69 1.947 1.927 3.874
70 - 74 1.525 2.336 3.861
75+ 1.181 2.108 3.289
Jumlah Th. 2005 122.969 122.355 245.324
2004 122.921 122.313 245.234
2003 122.166 121.468 243.634
2002 119.118 122.949 242.067
2001 118.746 122.016 240.762
Gambar 3.2
Struktur Penduduk Kota Tegal (dalam ribuan)
Sumber: Hasil Pengolahan Data Sekunder,2007.

3.2.1 Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang terampil, merupakan potensi Sumber Daya Manusia yang sangat
dibutuhkan dalam proses pembangunan menyongsong era globalisasi. Menurut data BPS,
penduduk usia kerja didefiniskan sebagai penduduk yang berumur 10 tahun keatas, dan
dibedakan sebaga angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk tiap tahun
akan berpengaruh terhadap pertumbuhan angkatan kerja.
Lapangan pekerjaan yang tersedia ternyata masih belum dapat menampung seluruh
pencari kerja. Hal ini ditunjukan oleh data jumlah pencari kerja yang terdapat pada tahun 2005
lebih besar dari pada lowongan pekrjaan yang tersedia.
3.2.2 Industri
Industri merupakan salah satu tulang punggung utama perekonomian Kota Tegal dan membuat
Kota Tegal dikenal juga dengan sebutan Jepangnya Indonesia. Beragamnya jumlah industri
logam ikut pula mendorong munculnya sebutan tersebut.
Industri Kerajinan, melalui perusahaan perdagangan yang terdaftar di Kota Tegal, produk dari
daerah lain dapat dipasarkan. Misalnya, produk sapu lantai yang khusus dibuat dari bahan
shorgum -sejenis padi-padian-di Kabupaten Tegal. Pengolahannya dilakukan dengan industri
rumahan. Setelah jadi, sapu tersebut disetor ke perusahaan pengumpul di Kota Tegal untuk
pengolahan akhir dan pengemasan. Selanjutnya oleh eksportir PT Sorgum Tani Baru diekspor ke
Taiwan.

Namun, sejak tahun 2000 permintaan sapu lantai turun 50 persen, karena kalah bersaing
dengan produk negara lain. Tahun 2002 volume ekspor sapu tersebut tinggal 137 kuintal dengan
nilai 373.000 dollar AS. Kondisi ini juga berlaku bagi ekspor gantungan baju atau hanger ke
Jepang yang turun hingga 66 persen. Tahun 2002, pesanan hanger 47 ton dengan nilai 55.000
dollar AS.

Industri pengolahan menjadi andalan kedua kegiatan ekonomi kota ini. Di antaranya industri
logam dan cor logam meliputi pembuatan mesin industri, komponen mesin industri, komponen
kendaraan bermotor, komponen mesin tenun. Kegiatan industri ini dipusatkan di Kecamatan
Tegal Timur dan Tegal Selatan. Pembuatan barang industri ini kebanyakan berdasarkan pesanan,
di antaranya dari perusahaan otomotif seperti Astra, perusahaan elektronik seperti Panasonic
Gobel. Komponen ini umumnya dibuat dalam bentuk kosongan tanpa label, yang kemudian
dibawa ke Jakarta untuk diberi label.

Industri Minuman Teh wangi merupakan salah satu produk andalan kota ini, juga sempat meraih
pasar dunia yang diekspor ke Jepang, Eropa, dan Selandia Baru. Namun, data ekspor teh
tersebut tidak ada lagi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Ada kecenderungan pengusaha
memasarkan langsung melalui pelabuhan seperti Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Mas di
Semarang.

Bahan baku teh wangi tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Sebesar 70 persen
kegiatan produksi teh dilakukan di Kabupaten Tegal, sisanya diolah di Kota Tegal. Perusahaan teh
yang berproduksi di Kota Tegal antara lain Teh Gentong, Teteco, Dua Burung, dan Sumber Rejeki.
Tahun 2001 industri teh wangi ini memproduksi 580 ton teh dengan nilai produksi Rp 3,4 juta.
Pemasarannya memenuhi kebutuhan lokal atau regional.

Perkembangan industri besar/sedang di Kota Tegal cenderung stabil dan tidak mengalami
fluktuasi secara drastis.
Kecuali untuk Industri makanan, minuman dan tembakau yang mengalami perkembangan
cukup mencolok, yaitu adanya penambahan 10 industri baru (dari tahun 1999 ke tahun 2000).

Kestabilan ini menunjukkan pula adanya peluang bagi industri-industri tersebut untuk
berkembang lebih jauh dan menambah kapasitas produksi maupun jangkauan pasarnya sekaligus
menjalin kemitraan dengan pasar di luar negeri serta mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak.

3.2 Gambaran umum Provinsi Jawa Tengah


Posisi Strategis :
Jawa Tengah terletak diantara 5 40' 80 30' lintang selatan dan 108 30' 111 30' bujur
timur atau tempatnya berada ditengah-tengah pulau Jawa yang merupakan pusat kegiatan
pemerintah dan ekonomi di Indonesia. Lokasi mudak diakses dari berbagai penjuru baik dari
dalam (antar pulau) maupun luar negeri (antar negara) seperti halnya penerbangan
internasional dari/ke Singapura, Malaysia dapat dilakukan secara langsung dari kota Semarang
maupun Surakarta.
Kemudahan ini menjadikan Jawa Tengah sebagai provinsi yang strategis diantara kota-kota besar
lainnya. Dengan luas wilayah yang mencapai 3,2 juta Ha terdiri dari dataran rendah,
pegunungan dan daerah pantai. Secara geografis wilayah meliputi 53,30 % berada pada
ketinggian antara 0-100 M (dpl), ketinggian antara 100-500 M (dpl) sekitar 27,40 % dan 4,60 %
berada pada ketinggian 500-1000 M (dpl).
Iklim di Jawa Tengah termasuk kering dan basah dengan curah hujan berkisar 800 8.890
milimeter setiap tahunnya. Suhu udara beragam antara 18,7 - 30,2 celcius setiap tahun.
Provinsi Jawa Tengah secara administrasi terdiri dari 35 daerah Kabupaten/Kota dimana masing-
masing memiliki karakteristik tersendiri seperti geografis, sumberdaya maupun budaya. Kondisi
yang atraktif ini menjadisatu kekuatan dan keunggulan menjadi daerah pengembangan bisnis
untuk sekarang ataupun ke depan.

Kondisi Ekonomi :
Dengan dukungan sumberdaya yang beraneka ragam, Provinsi Jawa Tengah telah berhasil
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tahun 2003 (4,98%), 2004 (5,13%) dan tahun
2005 sebesar (5,43%) serta pendapatan rata-rata yang mencapai Rp. 4,99 juta, membuktikan
bahwa perekonomian di Jawa Tengah relatif membaik dari kondisi sebelumnya. Menuju trend
ekonomi tersebut maka Provinsi Jawa Tengah menjadi tujuan investasi.

Infrastruktur :
Sebagai daerah yang menyatakan membuka diri bagi kegiatan ekonomi dan bisnis, Provinsi Jawa
Tengah etlah menyiapkan infrastruktur yang lengkap dan bertaraf internasional seperti : Bandar
udara Internasional A.Yani di Semarang, Adi Sumarmo di Surakarta, Pelabuhan laut Internasional
Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan laut Internasional Tanjung Intan di Cilacap masing-masing
modal transportasi tersebut memiliki route internasional ke segala penjuru baik secara langsung
(direct) maupun singgah (stop over). Disamping itu guna melayani transportasi antar kota
dari/ke Jawa Tengah dengan kota besar lainnya di Indonesia dihubungkan dengan Pesawat
Terbang, Kereta Api, Bus dan lain-lain. Selanjutnya untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas
barang (ekspor-impor) maupun orang (penumpang) telah dibangun jalan bebas hambatan (tol),
Jalur Kereta Api Ganda yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah.

Penduduk dan Angkatan Kerja :


Penduduk Jawa Tengah yang mencapai 32,40 juta atau 15% dari penduduk Indonesia dan
angkatan kerja sekitar 16,2 juta orang merupakan potensi yang luar biasa baik untuk
mendukung kegiatan industri (manufaktur & jasa) ataupun sebagai pasar yang potensial bagi
produk-produk industri dari dalam maupun luar negeri.
Di sisi lain tenaga kerja yang tersedia mempunyai kemampuan siap pakai, mudah menerima
inovasi serta memiliki loyalitas yang tinggi karena telah dibekali dengan berbagai pelatihan baik
disektor industri, pertanian, pertambangan dan lain-lain.

Penunjang Industri :
Salah satu keunggulan lainnya yang menjadikan Jawa Tengah sebagai pusat kegiatan ekonomi
dan bisnis adalah didukung oleh ketersediaan energi listrik, telepon, air bersih maupun
kawasan-kawasan industri yang tersebar diberbagai daerah. Selain itu adanya cluster-cluster
industri baik usaha kecil dan menengah sangat membantu mendukung usaha baru yang akan
didirikan.

Investasi :
Guna memberikan kepercayaan kepada para pemodal agar dapat berinvestasi di Jawa Tengah,
Pemerintah daerah telah komitmen untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sesuai
tuntutan dunia usaha seperti halnya pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Service),
perlindungan investasi (task force), maupun pemberian insentif bagi penanam modal.

Adanya komitmen tersebut telah memberikan dampak positif bagi perkembangan penanaman
modal, dimana selama 5 (lima) tahun peningkatannya dapat terlihat pada tabel.
BAB IV
ANALISIS AGREGAT KOTA TEGAL TERHADAP PROVINSI JAWA TENGAH

3.1 PDRB Kota Tegal


Uraian berikut merupakan analisis agregat yang diambil adari analisis data PDRB baik
Kota tegal maupun Jawa Tengahj.
Analisis perkembangan Produk Domestik Regional Bruto(PDRB )Kota Tegal berdasarkan
atas harga berlaku tahun 2001-2005. Selain itu terdapat pula perkembangan PDRB Jawa
Tengah sebagai pembanding PDRB Kota Tegal dengan Lingkup spasial yang lebih luas yaitu
Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 3.1
Perbandingan PDRB Kota Tegal dengan Jawa Tengah Menurut Harga Berlaku
PDRB Kota Tegal Jawa Tengah
tahun
(ribu rupiah) (ribu rupiah)
2001 133227558.11 948845790620
2002 151968825.74 1094418487440
2003 171881877.04 1197448699200
2004 193425263.05 1325108339220
2005 234435323.30 1495095698450
Sumber: pengolahan data sekunder kelompok 5, 2007

Kota Tegal menghasilkan PDRB berkisar Setiap tahunnya PDRB Kota Tengalami kenaikan.
Begitu juga halnya PDRB jawa tengah yang mengalami kenaikan.
Pada tahun 2001 Kota Tegal berkontribusi sebesar Rp133.227.558,11 (dalam ribu
rupiah) dari PDRB Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 948.845.790.620 Pada tahun 2002 PDRB
mengalami kenaikan sebesar 1,14 % pada angka Rp 151.968.825,74 i sedang PDRB jawa tengah
naik sebesar 1,15% yaitu pada angka Rp 1.094.418.487.440. Pada tahun 2002 PDRB kota tegal
meningkat menjadi. Pada tahun berikutnya PDRB kota tegal mengalami kenaikan yang tidak
signifikan yaitu Rp 171.881.877,04 pada tahun 2003 dan Rp 193.425.263,05 pada tahun 2004.
PDRB Jawa tengah juga sama halnya, tidak mengalami kenaikan yang mencolok yaitu sebesar
Rp 1.197.448.699.200 pada tahun 2003 dan Rp1.325.108.339.220. Pada tahun 2005 PDRB Kota
Tegal mengalami kenaikan pesat sebesar 1,21% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp
193.425.263,05 pada tahun 2004 ke angka Rp 234.435.323,30. Sedang PDRB jawa tengah pada
tahun 2005 hanya naik sebesar 1,13% sampai Rp 1.495.095.698.450.
3.2 PDRB Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah

Tahun PDRB Kota Tegal PDRB Jawa Tengah


2001 133227558110 948845790620000
2002 151968825740 1094418487440000
2003 171881877040 1197448699200000
2004 193425263050 1325108339220000
2005 234435323300 1495095698450000
Dari data di atas, dapat diketahui bahwa PDRB Provinsi Jawa Tengah lebih besar Rp.948712563,-
Hal ini terus terjadi selama periode 2001-2005.
3.3 Jumlah penduduk Miskin
Tabel 3.3
Penduduk Miskin Kota Tegal
Jumlah Penduduk Prosentase
Batas kemiskinan
Tahun miskin kota Tegal Penduduk miskin
(Rp/Kap/bln)
(1000 orang) kota Tegal (%)
2002 115.809 31.1 13.3
2003 137.953 23.1 9.53
2004 167.621 23.1 9.49
Sumber : jawa tengah dalam angka 2006

Tabel 3.4
Penduduk Miskin Jawa Tengah
Jumlah Penduduk Prosentase
Batas kemiskinan
Tahun miskin jawa tengah Penduduk miskin
(Rp/Kap/bln)
(1000 orang) jawa tengah (%)
2002 106.438 7308.3 23.06
2003 119.403 6979.8 21.78
2004 126.651 6843.8 21.11
Sumber : jawa tengah dalam angka 2006
Dua tabel diatas memperlihatkan bahwa persentase penduduk miskin di Tegal jauh lebih
banyak daripada di Jawa tengah. Jika dari seluruh jumlah penduduk kota tegal pada tahun 2002
hanya 13,13% saja yang berada dibawah garis kemiskinan. Dari 1000 orang penduduk di Kota
Tegal hanya ada 31 orang yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Pada tahun yang sama Jawa tengah memiliki penduduk miskin yang jauh lebih tinggi yaitu
sebesar 23,06%. Padahal jika ditilik dari garis batas kemiskinan yang dipakai antara Kota tegal
dengan jawa tengah jauh berbeda. Pada tahun 2002 saja batas kemiskinan yang dipakai sebesar
Rp. 115.809 /capital/ bulan sedang jawa tengah menggunakan batas kemiskinan hanya Rp
106.438.
Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat kemiskinan di Kota Tegal lebih rendah daripada Provinsi
Jawa Tengah, hal ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan yang dimiliki Kota Tegal lebih
tinggi dibanding Provinsi Jawa Tengah.

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa persentase penduduk miskin tegal semakin menurun
yaitu dari 13,3% pada tahun 2002, menurun drasti pada level 9,53% di tahun 2003 dan pada
tahun 2004 turun tetapi tidak begitu mencolok menjadi 9,49%. Sedang pada periode waktu
yang sama, persentase penduduk miskin jawa tengah mengalami penurunan yang kurang
berarti dibandinkan pada penduduk miskin kota tegal. Persentase penduduk miskin Jawa tengah
pada tahun 2002 sebanyak 23,06%, sedang pada tahun 2003 penduduk miskin jawa tengah
menjadi 21,78%.dan Pada tahun 2005penduduk miskin turun sediokit hingga 21,11%.
3.4 Perkembangan Ekonomi Kota Tegal dan Jawa Tengah
Kota Tegal memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi khususnya pada periode
1998-2002, walaupun pada saat itu Indonesia sedang mengalami resesi ekonomi tapi
perekonomian Kota Tegal tetap bertahan dengan adanya sector industri rumah tangga dan
usaha perkoperasian.
Usaha industri rumah tangga dan koperasi berhasil mempertahankan eksistensi Kota Tegal dari
keterepurukan karena usaha ini berlandaskan prinsip usaha kecil dan menengah yang jarang
menggunakan modal dalam jumlah yang besar.
Gambar 3.1 Gambar 3.2

sumber: www.kotategal.go.id
Gambar 3.2

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
PDRB Kota Tegal selama kurun waktu tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi di Kota Tegal sudah maju dan
bagus. Kabupaten ini sudah dapat memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya dengan
meningkatkan sektor ekonomi secara optimal. Sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah
sektor perdagangan yakni sebesar 23,04 persen dari keseluruhan PDRB Kota Tegal.
Pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat, walaupun pada tahun 1997 terjadi krisis
ekonomi, hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan PRDB kabupaten ini.
Berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, PDRB Kota Tegal sebesar 1.495.095.698,45 sama-
sama mengalami peningkatan pada setiap sektor perekonomiannya.
Dilihat dari segi laju pertumbuhan ekonomi Kota Tegal dari tahun 2001-2005 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Konstribusi Kota Tegal terhadap peningkatan perekonomian
Provinsi Jawa pada periode 2001 sampai 2005 mengalami pasang surut.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan pengembangan pada
sektor-sektor yang belum berkembang sesuai dengan potensinya, dan tidak hanya menitik
beratkan pada potensi utamanya di bidang industri dan pertanian.
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan peningkatan mutu
pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi sehingga dapat memberikan hasil optimal.
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan optimalisasi potensi
yang ada di wilayahnya dengan peningkatan tiap sektor secara maksimal dan arahan
menuju pengembangan perekonomian Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah yang lebih
baik.

Você também pode gostar