Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
3.2 Kependudukan
Penduduk Kota Tegal pada tahun 2005 berjumlah 1.168.557 jiwa terdiri dari 583.871
laki-laki dan 584.686 perempuan, dengan rata-rata pertumbuhan selama 5(lima) tahun terakhir
1,22%, suatu angka pertumbuhan penduduk yang cukup kecil. Dilihat dari tingkat pendidikan
penduduk berumur 5 tahun ke atas seperti pada tabel 3.1 terlihat bahwa 353.579 (33,01%)
orang yang tamat SD, 182.297(17,02%) orang tamat SMP dan 120.355(11,24%) orang yang
tamat SMA, serta hanya 8.656(0,81%) orang tamat Akademi/PT. bila dilihat dari lapangan usaha
utama, terlihat bahwa 326.592(43,55%) orang bekerja di sektor pertanian, baik sebaga petani
maupun buruh tani, 102.830(13,71%) orang bekerja di sektor perdagangan, 67.461(9,06%)
orang bekerja di sektor jasa, serta 65.976(8,80%) orang bekerja di sektor industri.
Namun, sejak tahun 2000 permintaan sapu lantai turun 50 persen, karena kalah bersaing
dengan produk negara lain. Tahun 2002 volume ekspor sapu tersebut tinggal 137 kuintal dengan
nilai 373.000 dollar AS. Kondisi ini juga berlaku bagi ekspor gantungan baju atau hanger ke
Jepang yang turun hingga 66 persen. Tahun 2002, pesanan hanger 47 ton dengan nilai 55.000
dollar AS.
Industri pengolahan menjadi andalan kedua kegiatan ekonomi kota ini. Di antaranya industri
logam dan cor logam meliputi pembuatan mesin industri, komponen mesin industri, komponen
kendaraan bermotor, komponen mesin tenun. Kegiatan industri ini dipusatkan di Kecamatan
Tegal Timur dan Tegal Selatan. Pembuatan barang industri ini kebanyakan berdasarkan pesanan,
di antaranya dari perusahaan otomotif seperti Astra, perusahaan elektronik seperti Panasonic
Gobel. Komponen ini umumnya dibuat dalam bentuk kosongan tanpa label, yang kemudian
dibawa ke Jakarta untuk diberi label.
Industri Minuman Teh wangi merupakan salah satu produk andalan kota ini, juga sempat meraih
pasar dunia yang diekspor ke Jepang, Eropa, dan Selandia Baru. Namun, data ekspor teh
tersebut tidak ada lagi di Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Ada kecenderungan pengusaha
memasarkan langsung melalui pelabuhan seperti Tanjung Priok di Jakarta dan Tanjung Mas di
Semarang.
Bahan baku teh wangi tersebut berasal dari Kabupaten Tegal dan sekitarnya. Sebesar 70 persen
kegiatan produksi teh dilakukan di Kabupaten Tegal, sisanya diolah di Kota Tegal. Perusahaan teh
yang berproduksi di Kota Tegal antara lain Teh Gentong, Teteco, Dua Burung, dan Sumber Rejeki.
Tahun 2001 industri teh wangi ini memproduksi 580 ton teh dengan nilai produksi Rp 3,4 juta.
Pemasarannya memenuhi kebutuhan lokal atau regional.
Perkembangan industri besar/sedang di Kota Tegal cenderung stabil dan tidak mengalami
fluktuasi secara drastis.
Kecuali untuk Industri makanan, minuman dan tembakau yang mengalami perkembangan
cukup mencolok, yaitu adanya penambahan 10 industri baru (dari tahun 1999 ke tahun 2000).
Kestabilan ini menunjukkan pula adanya peluang bagi industri-industri tersebut untuk
berkembang lebih jauh dan menambah kapasitas produksi maupun jangkauan pasarnya sekaligus
menjalin kemitraan dengan pasar di luar negeri serta mampu menyerap tenaga kerja yang cukup
banyak.
Kondisi Ekonomi :
Dengan dukungan sumberdaya yang beraneka ragam, Provinsi Jawa Tengah telah berhasil
mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tahun 2003 (4,98%), 2004 (5,13%) dan tahun
2005 sebesar (5,43%) serta pendapatan rata-rata yang mencapai Rp. 4,99 juta, membuktikan
bahwa perekonomian di Jawa Tengah relatif membaik dari kondisi sebelumnya. Menuju trend
ekonomi tersebut maka Provinsi Jawa Tengah menjadi tujuan investasi.
Infrastruktur :
Sebagai daerah yang menyatakan membuka diri bagi kegiatan ekonomi dan bisnis, Provinsi Jawa
Tengah etlah menyiapkan infrastruktur yang lengkap dan bertaraf internasional seperti : Bandar
udara Internasional A.Yani di Semarang, Adi Sumarmo di Surakarta, Pelabuhan laut Internasional
Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan laut Internasional Tanjung Intan di Cilacap masing-masing
modal transportasi tersebut memiliki route internasional ke segala penjuru baik secara langsung
(direct) maupun singgah (stop over). Disamping itu guna melayani transportasi antar kota
dari/ke Jawa Tengah dengan kota besar lainnya di Indonesia dihubungkan dengan Pesawat
Terbang, Kereta Api, Bus dan lain-lain. Selanjutnya untuk mendukung kelancaran arus lalu lintas
barang (ekspor-impor) maupun orang (penumpang) telah dibangun jalan bebas hambatan (tol),
Jalur Kereta Api Ganda yang menghubungkan kota-kota besar di Jawa Tengah.
Penunjang Industri :
Salah satu keunggulan lainnya yang menjadikan Jawa Tengah sebagai pusat kegiatan ekonomi
dan bisnis adalah didukung oleh ketersediaan energi listrik, telepon, air bersih maupun
kawasan-kawasan industri yang tersebar diberbagai daerah. Selain itu adanya cluster-cluster
industri baik usaha kecil dan menengah sangat membantu mendukung usaha baru yang akan
didirikan.
Investasi :
Guna memberikan kepercayaan kepada para pemodal agar dapat berinvestasi di Jawa Tengah,
Pemerintah daerah telah komitmen untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif sesuai
tuntutan dunia usaha seperti halnya pelayanan perizinan satu pintu (One Stop Service),
perlindungan investasi (task force), maupun pemberian insentif bagi penanam modal.
Adanya komitmen tersebut telah memberikan dampak positif bagi perkembangan penanaman
modal, dimana selama 5 (lima) tahun peningkatannya dapat terlihat pada tabel.
BAB IV
ANALISIS AGREGAT KOTA TEGAL TERHADAP PROVINSI JAWA TENGAH
Kota Tegal menghasilkan PDRB berkisar Setiap tahunnya PDRB Kota Tengalami kenaikan.
Begitu juga halnya PDRB jawa tengah yang mengalami kenaikan.
Pada tahun 2001 Kota Tegal berkontribusi sebesar Rp133.227.558,11 (dalam ribu
rupiah) dari PDRB Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 948.845.790.620 Pada tahun 2002 PDRB
mengalami kenaikan sebesar 1,14 % pada angka Rp 151.968.825,74 i sedang PDRB jawa tengah
naik sebesar 1,15% yaitu pada angka Rp 1.094.418.487.440. Pada tahun 2002 PDRB kota tegal
meningkat menjadi. Pada tahun berikutnya PDRB kota tegal mengalami kenaikan yang tidak
signifikan yaitu Rp 171.881.877,04 pada tahun 2003 dan Rp 193.425.263,05 pada tahun 2004.
PDRB Jawa tengah juga sama halnya, tidak mengalami kenaikan yang mencolok yaitu sebesar
Rp 1.197.448.699.200 pada tahun 2003 dan Rp1.325.108.339.220. Pada tahun 2005 PDRB Kota
Tegal mengalami kenaikan pesat sebesar 1,21% dari tahun sebelumnya yaitu dari Rp
193.425.263,05 pada tahun 2004 ke angka Rp 234.435.323,30. Sedang PDRB jawa tengah pada
tahun 2005 hanya naik sebesar 1,13% sampai Rp 1.495.095.698.450.
3.2 PDRB Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah
Tabel 3.4
Penduduk Miskin Jawa Tengah
Jumlah Penduduk Prosentase
Batas kemiskinan
Tahun miskin jawa tengah Penduduk miskin
(Rp/Kap/bln)
(1000 orang) jawa tengah (%)
2002 106.438 7308.3 23.06
2003 119.403 6979.8 21.78
2004 126.651 6843.8 21.11
Sumber : jawa tengah dalam angka 2006
Dua tabel diatas memperlihatkan bahwa persentase penduduk miskin di Tegal jauh lebih
banyak daripada di Jawa tengah. Jika dari seluruh jumlah penduduk kota tegal pada tahun 2002
hanya 13,13% saja yang berada dibawah garis kemiskinan. Dari 1000 orang penduduk di Kota
Tegal hanya ada 31 orang yang hidup dibawah garis kemiskinan.
Pada tahun yang sama Jawa tengah memiliki penduduk miskin yang jauh lebih tinggi yaitu
sebesar 23,06%. Padahal jika ditilik dari garis batas kemiskinan yang dipakai antara Kota tegal
dengan jawa tengah jauh berbeda. Pada tahun 2002 saja batas kemiskinan yang dipakai sebesar
Rp. 115.809 /capital/ bulan sedang jawa tengah menggunakan batas kemiskinan hanya Rp
106.438.
Jadi dapat dikatakan bahwa tingkat kemiskinan di Kota Tegal lebih rendah daripada Provinsi
Jawa Tengah, hal ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan yang dimiliki Kota Tegal lebih
tinggi dibanding Provinsi Jawa Tengah.
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa persentase penduduk miskin tegal semakin menurun
yaitu dari 13,3% pada tahun 2002, menurun drasti pada level 9,53% di tahun 2003 dan pada
tahun 2004 turun tetapi tidak begitu mencolok menjadi 9,49%. Sedang pada periode waktu
yang sama, persentase penduduk miskin jawa tengah mengalami penurunan yang kurang
berarti dibandinkan pada penduduk miskin kota tegal. Persentase penduduk miskin Jawa tengah
pada tahun 2002 sebanyak 23,06%, sedang pada tahun 2003 penduduk miskin jawa tengah
menjadi 21,78%.dan Pada tahun 2005penduduk miskin turun sediokit hingga 21,11%.
3.4 Perkembangan Ekonomi Kota Tegal dan Jawa Tengah
Kota Tegal memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi khususnya pada periode
1998-2002, walaupun pada saat itu Indonesia sedang mengalami resesi ekonomi tapi
perekonomian Kota Tegal tetap bertahan dengan adanya sector industri rumah tangga dan
usaha perkoperasian.
Usaha industri rumah tangga dan koperasi berhasil mempertahankan eksistensi Kota Tegal dari
keterepurukan karena usaha ini berlandaskan prinsip usaha kecil dan menengah yang jarang
menggunakan modal dalam jumlah yang besar.
Gambar 3.1 Gambar 3.2
sumber: www.kotategal.go.id
Gambar 3.2
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
PDRB Kota Tegal selama kurun waktu tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi di Kota Tegal sudah maju dan
bagus. Kabupaten ini sudah dapat memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya dengan
meningkatkan sektor ekonomi secara optimal. Sektor yang memberi kontribusi terbesar adalah
sektor perdagangan yakni sebesar 23,04 persen dari keseluruhan PDRB Kota Tegal.
Pertumbuhan ekonomi cenderung meningkat, walaupun pada tahun 1997 terjadi krisis
ekonomi, hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan PRDB kabupaten ini.
Berdasarkan harga berlaku dan harga konstan, PDRB Kota Tegal sebesar 1.495.095.698,45 sama-
sama mengalami peningkatan pada setiap sektor perekonomiannya.
Dilihat dari segi laju pertumbuhan ekonomi Kota Tegal dari tahun 2001-2005 mengalami
peningkatan yang cukup signifikan. Konstribusi Kota Tegal terhadap peningkatan perekonomian
Provinsi Jawa pada periode 2001 sampai 2005 mengalami pasang surut.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah:
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan pengembangan pada
sektor-sektor yang belum berkembang sesuai dengan potensinya, dan tidak hanya menitik
beratkan pada potensi utamanya di bidang industri dan pertanian.
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan peningkatan mutu
pengelolaan sumber daya alam dan ekonomi sehingga dapat memberikan hasil optimal.
Pemerintah Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah perlu melakukan optimalisasi potensi
yang ada di wilayahnya dengan peningkatan tiap sektor secara maksimal dan arahan
menuju pengembangan perekonomian Kota Tegal dan Provinsi Jawa Tengah yang lebih
baik.