Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Istilah autis oleh masyarakat dan orang tua pada umumnya masih belum
buku-buku dan berbagai jenis sumber bacaan berupa majalah, surat kabar,
masih susah ditemukan. Di samping itu, belum ada penelitian khusus yang dapat
penyandang autis di seluruh dunia. Ini berarti rata-rata 6 dari 1000 orang di dunia
melaporkan tingkat kejadian autisme dengan prevalensi 1:68 per 1000 orang
anak di Hongkong, berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah anak usia 5
terdapat lebih dari 112.000 anak penyandang autis di Indonesia (Tempo, 2013).
menarik diri dari lingkungan dan asyik dengan dunianya sendiri. Kata autis
berasal dari bahasa Yunani yakni autos yang berarti sendiri. Pada tahun 1943
seorang psikiater anak, Leo Kanner menjabarkan secara rinci gejala-gejala aneh
Autis atau autisme adalah suatu gangguan fungsi susunan saraf pusat
kelainan struktur otak, yang terjadi pada janin dalam usia dibawah tiga bulan
kembang anak autis dalam hal komunikasi, interaksi, dan pola perilaku. Seperti
dalam hal komunikasi, perkembangan bahasa anak autis dapat dikatakan lambat
menjemputnya di sekolah siang itu, dengan nada kesal dia ingin menyampaikan
dari mereka yang kemampuan verbalnya jelas, adapula yang sama sekali tidak
mengeluarkan kata-kata. Serta sifat repetitif atau pengulangan kata yang mereka
dengar atau membeo, mereka senang meniru apa yang didengarnya, contohnya
meniru suara alarm yang ada di stasiun, iklan di televisi, slogan, serta menirukan
pertanyaan yang orang lain tujukan pada mereka, dan itu mereka lakukan secara
berulang-ulang.
Dalam hal interaksi sosial, anak autis memiliki kelemahan dalam hal
temannya, dan mereka memiliki kesenangan serta caranya sendiri dalam bermain
atau memainkan suatu benda, yang berbeda dengan anak-anak normal pada
umumnya. Contohnya, ada anak autis yang senang memainkan bola dengan cara
maka ia hanya diam menatap lalu melanjutkan lagi seperti semula, atau memainkan
pada 03/02/14). Anak autis tidak senang pada keramaian (orang), mereka mudah
Karena itulah mereka lebih senang menyendiri di ruangan sepi dan bergumam
sendiri.
Dalam hal pola perilaku, umumnya yang masyarakat kenali dari anak
autis adalah sifat mereka yang hiperaktif (berperilaku berlebihan atau aktif),
padahal tidak semua anak autis itu hiperaktif, bahkan ada dari mereka yang justru
hipoaktif (berperilaku berkekurangan atau pasif) yakni yang lambat atau sangat
pelan dalam pola perilakunya. Anak autis memiliki sifat stereotip, seperti mereka
baik seperti bernyanyi atau sekedar mengeluarkan suara dan hal tersebut semakin
lama semakin keras jika tidak dihentikan. Karena mereka seperti hidup dalam
dunianya sendiri dan memiliki imajinasinya sendiri, maka tidak heran jika
mereka dapat tiba-tiba tersenyum, tertawa, menangis, atau bahkan mengamuk tanpa
berpengaruh terhadap sensoris serta emosi mereka. Anak autis peka terhadap
sentuhan dan suara terutama suara yang sudah sangat mereka kenali, seperti suara
mobil milik orangtuanya maupun suara-suara yang mereka tidak senangi, seperti
tidak senang ketika ada seseorang yang bernyanyi atau menyanyikan lagu yang
tidak disukainya, yang kemudian dia akan menutup telinga dan bergumam atau
bahkan pergi.
Dapat dikatakan fisik anak autis ini sangatlah kuat, ketika mereka marah
mukul kepala atau menggigit tangannya dengan tenaga yang dapat dikatakan
sangat kuat. Dalam hal emosi, anak autis dapat secara tiba-tiba marah dan
mengamuk, hal ini dapat disebabkan karena ada sesuatu yang tidak disenanginya
atau sesuatu yang membuatnya kagol tetapi tidak disadari oleh orang
disekitarnya. Hal ini sulit diketahui penyebabnya karena mereka tidak mampu
mengatakan apa yang tidak disukainya dan yang membuatnya marah. Untuk itu
perlu pendampingan dan pengamatan yang intensif untuk mengetahui alasan yang
harus disesuaikan pada tiap individu, guna memperbaiki kualitas pribadi autis.
- Terapi biomedik, dikembangkan oleh kelompok dokter, pada terapi ini anak
fungsi otak, dengan harapan fungsi susunan saraf pusat bisa bekerja lebih baik
- Terapi okupasi, terapi yang bertujuan untuk melatih otot-otot halus karena
umumnya anak autis memiliki gerak-gerik yang kaku, kasar, dan cepat
saraf pusat, sehingga lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan fungsinya
- Terapi wicara untuk melatih dalam hal berbahasa dan berbicara yang tepat
- Serta terapi-terapi yang banyak bermunculan saat ini seperti musik terapi,
penyandang autis. Anak autis tidak dapat disembuhkan, tetapi mereka dapat diterapi
dan didik, banyak orang percaya bahwa anak autis akan tergantung dengan
orang lain untuk selamanya, oleh karena itu pendidikan untuk autis sangat penting
kemandirian.
kualitas hidup anak autis. Bahkan keduanya dapat berjalan beriringan atau
Autis (SLA) Fredofios merupakan salah satu yayasan atau lembaga yang
skill yakni apa yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam
bentuk ketrampilan, kesenian, sosialisasi, serta program khusus yakni bina diri.
Program ini didesain khusus untuk membentuk anak semandiri mungkin. (SLA
Fredofios, 2010)
Mengingat bahwa tiap individu autis itu memiliki karakter, kemampuan, dan
semua skill yang dibutuhkan anak autis untuk bisa berperan seoptimal mungkin
2011)
kemauan dan bakat si anak atau berkonsentrasi pada kelebihan, agar si anak dapat
adaptif anak.
meliputi struktur ruang, waktu, dan kegiatan. Struktur adalah cara untuk
harapan dari lingkungan. Tetapi struktur bukanlah sebuah tujuan, sehingga anak
autis tidak boleh tergantung pada struktur. Mereka harus bisa beradaptasi dengan
lingkungan. Struktur ruang artinya setiap ruang untuk siswa belajar harus diatur
rupa, yakni harus rapi dan tenang, serta tidak terlalu banyak benda yang ada di
dalam ruangan tersebut yang dapat mengganggu fokus mereka. Struktur waktu,
berarti proses belajar harus direncanakan, disusun dan diatur dengan tetap dalam
bentuk jadwal, agar siswa tau persis urutan kegiatan setiap harinya di sekolah.
Sedangkan, struktur kegiatan disini berarti setiap kegiatan yang diberikan dilakukan
sesuai pertahap-nya, yakni ketika satu tahap selesai dilanjutkan dengan tahap
sendiri dan menarik diri dari lingkungan sekitar. Karenanya untuk menumbuhkan
kegiatan di SLA Fredofios disesuaikan dengan kebutuhan dasar ini, dimulai dari
sosialisasi kelompok kecil yakni dalam lingkup sekolah, seperti contohnya kegiatan
Pagi Ceria yang rutin dilaksanakan tiap pagi hari sebelum kegiatan belajar
yang telah dilakukannya. Lalu sosialisasi yang bersifat akademik, seperti sosialisasi
komunikasi dan gangguan perilaku. Anak autis bukan tidak mau berinteraksi dan
bersosialisasi, namun mereka tidak mampu. Anak autis tidak mengerti arti dan
dari itu, SLA Fredofios merasa penting untuk mengajarkan anak untuk lebih
yakni guru atau teman-temannya yang juga sebagai individu autistik, hingga
dengan masyarakat sekitar dan masyarakat yang cakupannya lebih luas lagi.
mengetahui pola dan hasil sosialisasi yang diberikan kepada remaja autis yang
Bagaimana pola dan hasil sosialisasi bagi remaja autis yang ada di SLA Fredofios
Yogyakarta?
individu yang lebih baik, khususnya sebagai bagian dari anggota masyarakat kita.
- Dapat menjadi gambaran bagi pemerintah maupun pihak lain untuk diteliti
di Yogyakarta.
akan mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap penyandang autis. Ada
ini, sehingga mereka juga menolak masuknya informasi berkaitan dengan masalah
Sekolah Lanjutan Autis Fredofios Yogyakarta yang ditulis oleh Lucia Christina
disebutkan bahwa pola makan yang teratur, frekuensi makan, diet yang dijalani
anak, jenis makan yang dapat dikonsumsi dan tidak dapat dikonsumsi sangat
faktor yang sangat penting bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak autis.
Skripsi yang berjudul Pola Asuh pada Keluarga yang Memiliki Anggota
Keluarga yang Autis yang ditulis oleh Adrianus Dian Widyatmoko, Program
Studi/ Jurusan/ Fakultas Psikologi USD (2008), dimana bentuk pola asuh yang
paling ideal bagi para subjek dalam mengasuh anak autis adalah pola autoritatif.
Hal ini dikarenakan, pola ini mengajak subjek sebagai orangtua memberikan
autis dalam ranah penelitian sosial sendiri masih sulit untuk ditemukan, utamanya
itu penulis merasa tertarik untuk meneliti mengenai penyandang autis berdasarkan
jurusan yang penulis ambil yakni Sosiologi yang tentunya berkaitan dengan
1.6.1 Autis
A. Pengertian Autis
diri dari lingkungan dan asyik dengan dunianya sendiri. Kata autis berasal
dari bahasa Yunani yakni autos yang berarti sendiri. Autisme pertama
kali ditemukan oleh Leo Kanner pada tahun 1943. Dia mendeskripsikan
repetitif dan stereotip, rute ingatan yang kuat, dan keinginan obsesif untuk
psikologis dasar anak yang terganggu pada saat yang sama secara berat, serta
gangguan kualitatif berat yang tidak normal bagi setiap tahap perkembangan
saat masa balita yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan
sosial atau komunikasi yang normal. Hal ini mengakibatkan anak tersebut
terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan
autis adalah anak yang mempunyai masalah atau gangguan dalam bidang
B. Penyebab Autis
terjadi pada saat janin berusia dibawah tiga bulan, dimana sang ibu ketika
(Hadis, 2006):
mereka juga mengalami kesulitan dalam berbicara, ada anak yang sama
sekali tidak jelas dalam berbicara namun ada juga anak yang lancar dalam
dalam jumlah kosakata, serta terkadang kata yang digunakan tidak sesuai
disisi lain mereka memiliki daya ingat yang kuat. Selain itu, ciri yang mudah
dikenali dari anak autis adalah sifat repetitif atau pengulangan kata.
Mereka senang meniru apa yang baru saja didengarnya atau yang orang lain
senang bermain sobekan kertas, karet atau sedotan. Hal tersebut dapat
tiba terkejut atau merasa tidak nyaman ketika tiba-tiba disentuh, tidak jarang
mereka juga enggan dipeluk. Selain itu mereka juga sensitif terhadap suara
sehingga mereka lebih senang menyendiri dan ketika ada suara yang dirasa
Namun, mereka tidak sensitif atau tidak peka terhadap rasa sakit misalnya
saja ketika mereka dipukul maka mereka akan acuh seperti tidak terjadi apa-
apa berbeda dengan anak normal yang akan langsung merespon atau
menangis.
Perilaku yang cukup melekat pada diri penyandang autis adalah sifat
di kursi secara cepat, bersuara dengan irama yang sama, dan lain sebagainya
(berperilaku berlebihan atau aktif), meskipun ada juga dari mereka yang
Sifat anak autis yang lebih senang menyendiri dapat membuat kita
terkejut dengan sikap mereka yang dapat secara tiba-tiba marah, mengamuk,
1.6.2 Sosialisasi
proses belajar individu di dalam dunia sosial atau masyarakat, proses belajar yang
diartikan sebagai suatu proses dimana warga masyarakat dididik untuk mengenal,
dan bersosialisasi, namun hal tersebut menjadi mungkin terjadi meskipun tidak
lantas tidak ada komunikasi yang terjalin sama sekali, yang disebabkan karena
adanya gangguan perkembangan seseorang pada caranya berperilaku, bertingkah
laku dan berkomunikasi. Dan hal tersebut ada pada diri para penyandang autis.
upaya penanganan terhadap pribadi si anak itu sendiri yakni dalam berbagai
bentuk terapi. Padahal sebagai anak yang akan tumbuh menjadi sosok remaja,
poin penting selanjutnya adalah menyadari bahwa terapi saja tidaklah cukup apabila
lingkungan masyarakat tempat kita hidup nantinya tidak bisa menerima mereka apa
adanya. Untuk itu, penting mengenalkan serta membiasakan anak berada membaur
pendekatan ini sebagai variasi dan pengembangan teori belajar yang semula
hanya terbatas pada sistem pengelolaan ganjaran dan hukuman (reward and
perilaku positif, serta mengurangi perilaku negatif yang tidak produktif (Anonim,
pengajaran pada Cognitive Learning sedikit berbeda dengan konsep belajar operan.
Fokusnya lebih kepada seberapa baik pemahaman individu autis terhadap apa yang
diharapkan oleh lingkungan, serta seberapa baik seorang penderita autis dapat
untuk lebih menegaskan apa yang diharapkan lingkungan terhadap anak autistik
penyandang autis serta terlihat dalam teori dasar autisme dalam TEACCH, dimana
1993/revised 2003) :
- Peran serta orangtua, orang tua bekerja dengan profesional sebagai rekan
- Pengajaran terstruktur
generalis yang mengerti seluruh anak, dan tidak mengkhususkan diri sebagai
berpikir tentang pola-pola karakteristik berpikir dan perilaku yang terlihat dalam
penggunaan bahasa
- Mengalami kesulitan dalam berbagai hal seperti menggabungkan dan
kesulitan kaitannya dengan waktu termasuk bergerak terlalu cepat atau terlalu
terstruktur dengan tujuan yang jelas dan tidak kaku yang disediakan oleh para
(Depdiknas, 2005)
Meski demikian, TEACCH tidak terpaku hanya dengan teknik saja dalam
penyandang autisme.
dan interaksi sosial, individu, kelompok, lembaga dan masyarakat. (Usman dan
Akbar, 2009)
yang hanya dapat diamati dan diteliti secara mendalam, yakni merupakan
1992)
murid yang mengalami autisme, serta orang tua murid, mengingat penelitian
kerangka teoritis baru, data tersebut membantu peneliti untuk melangkah lebih
jauh dari praduga dan kerangka kerja awal (Miles & Huberman, 1992). Proses
ini.
1.7.3 Sumber Data
- Subyek penelitian
memiliki peran penting dalam pola tumbuh kembang anak, dan orangtua
- Obyek penelitian
dalam membantu remaja autis agar lebih mampu untuk berinteraksi dan
bersosialisasi.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini terdiri atas :
- Observasi
data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat
2004:11).
selama kurang lebih tiga bulan. Magang ini bertujuan untuk terlibat langsung
tidak hanya sekedar mengerti tetapi juga lebih memahami, karena untuk
belajar mengenai karakteristik setiap anak autis tidak bisa jika hanya dalam
- Wawancara
kepala sekolah termasuk5 guru yang ada di SLA Fredofios, serta wali
observasi dan magang, yakni pada November 2013 hingga Juli 2014.
data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan. Jadi analisis data
adalah proses pencarian, penyusunan, penafsiran dan pengujian data secara
yang mana tujuannya adalah untuk mendiskripsikan suatu fenomena yang hanya
dapat diamati dan diteliti secara mendalam, yakni merupakan fakta tanpa
1983).