Você está na página 1de 22

Analisis Pengaruh Inflasi Terhadap Perekonomian Indonesia

Tahun 2005-2015

Abstrak

Di awal tahun 2015 negara indonesia mengalami banyak fenomena tak terduga dalam bidang
perekonomian. Fenomena dalam perekonomian indonesia akhir-akhir ini adalah tingkat harga yang
berfluktuasi dalam jangka waktu yang relatif singkat. Dimulai dari harga bbm yang menlonjak naik
sangat tinggi membuat masyarakat resah. Hal ini menimbulkan kenaikan harga secara keseluruhan
terhadap barabg dan jasa kebutuhan masyarakat untuk dikonsumsi sehari-hari. Selain itu, hal tidak
mampu terelakkan lagi adalah nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar as.

Inflasi merupakan fenomena yang salalu rutin melanda perekonomian negara indonesia dalam
persentase yang berfluktuasi. Ketika inflasi yang terjadi melebihi target yang ditentukan oleh
pemerintah, maka disitulah inflasi akan menibulkan masalah moneter bagi negara ini. Namun, jika
inflasi masih berada dalam perkiraan pemerintah sebelumnya, tetulah pemerintah telah memiliki cara
untuk mengantisipasi itu semua.

Oleh karena itu, penulis akan menguraikan tingkat inflasi dari tahun 2005-2015 serta
dampaknya terhadap pertumbuhan perekonomian di indonesia. Inflasi tentu saja sangat
mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung pertumbuhan perekonomian suatu
negara.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Fenomena yang dialami perekonomian indonesia di tahun ini adalah tingkat harga
yang tidak stabil dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar as. Hal ini sangat
berdampak besar terhadap kestabilan moneter di indonesia.
Tingkat harga yang tidak stabil, paling mencolok terlihat pada saat naiknya harga
bbm secara signifikan dan turun dalam waktu singkat, lalu beberapa waktu kemudian terjadi
lagi kenaikan secara bertahap yaitu sedikit demi sedikit. Itu membuktikan bahwa tingkat
harga yang tidak stabil karena dapat berfluktuasi dalam waktu yang relatif singkat.
Selain itu, nilai tukar rupiah yang terus turun dan melemah terhadap dollar US juga
membuat pemerintah kualahan. Hal ini menyebabkan kenaikan harga pada barang-barang
yang di impor dari luar negeri dan dapat berdampak baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap harga barang di dalam negeri juga akan mengalami kenaikan.
Dalam jangka panjang, kedua fenomena di atas dapat menimbulkan krisis moneter bagi
negara indonesia, jika tidak diantisipasi dengan cepat. Apabila hal ini terjadi berlarut-larut
akan menyebabkan kenaikan harga secara umum,. Akibatnya, angka inflasi akan melonjak
tajam tahun ini.
Oleh karena itu, penulis akan mencoba menganalisis pengaruh inflasi terhadap
perekonomian indonesia tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah


Apa definisi inflasi ?
Bagaimana tingkat inflasi di Indonesia dari tahun 2015 berfluktuasi mengalami kenaikan dan
penurunan ?
Bagaimana inflasi mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia ?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pengantar Ekonomi Makro
2. Untuk membuka wawasan penulis dan pembaca mengenai fenomena inflasi
3. Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca mengenai inflasi dan pengaruhnya
terhadap perekonomian di Indonesia
BAB II

PENDEKATAN TEORI

2.1. Definisi Inflasi


Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Inflasi terjadi ketika banyak
harga naik secara serentak. Inflasi dapat diukur dengan melihat jumlah barang dan jasa yang besar
serta menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode waktu. Para ekonom
sering menggunakan istilah inflasi untuk mengacu hanya pada peningkatan tingkat harga yang
berlanjut selama beberapa periode signifikan. Tingkat inflasi di tentukan dari indeks harga, indeks
harga digunakan untuk mengukur tingkat harga secara keseluruhan ( Case dan Fair, 2007 : 57 )

2.2. Agregat demand dan agregat supply

Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli oleh rumah
tangga, perusahaan, dan pemerintah pada setiap tingkat harga. Kurva penawaran agregat
menunjukkan jumlah barang dan jasa yang dipilih perusahaan untuk diproduksi dan dijual pada
setiap tingkat harga.

Agregat demand memiliki slope negatif, karena:

1. Tingkat harga dan konsumsi: efek kekayaan

Penurunan tingkat harga membuat konsumen merasa lebih kaya, yang pada gilirannya
mendorong mereka untuk berbelanja lebih banyak.

Peningkatan dalam belanja konsumen berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan
jasa yang diminta.

2. Tingkat harga dan investasi: efek suku bunga

Tingkat harga yang lebih rendah mengurangi tingkat suku bunga, yang mendorong
pengeluaran yang lebih besar pada barang-barang investasi.

Peningkatan pengeluaran investasi berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan
jasa yang diminta.

3. Tingkat harga dan ekspor neto: efek nilai tukar


Ketika penurunan tingkat harga us menyebabkan suku bunga as turun, nilai tukar riil
terdepresiasi, yang merangsang ekspor neto as.

Peningkatan pengeluaran ekspor neto berarti jumlah yang lebih besar dari barang dan
jasa yang diminta.

Gambar 2.1 Kurva AD

Penurunan tingkat harga dari p1 ke p2 meningkatkan kuantitas barang dan jasa yang
diminta dari y1 ke y2. Terdapat tiga alasan berkaitan dengan hubungan negatif tersebut.
Ketika tingkat harga jatuh, dan nilai tukar terdepresiasi. Dampak ini mendorong
pengeluaran untuk konsumsi, investasi, dan ekspor neto. Peningkatan pengeluaran atas
komponen-komponen output berarti terdapat permintaan yang lebih besar akan barang
dan jasa.

Kurva penawaran aggregat bergradien positif pada jangka pendek

Dalam jangka pendek, peningkatan tingkat harga dalam perekonomian cenderung


meningkatkan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.

Penurunan tingkat harga cenderung mengurangi jumlah barang dan jasa yang ditawarkan.
Gambar 2.2 Kurva AS jangka pendek

Kurva penawaran agregat jangka panjang

Dalam jangka panjang, produksi barang dan jasa suatu perekonomian tergantung pada
pasokan atas tenaga kerja, modal, dan sumber daya alam dan teknologi yang tersedia
yang digunakan untuk mengubah faktor-faktor produksi menjadi barang dan jasa.

Tingkat harga tidak mempengaruhi variabel-variabel ini dalam jangka panjang.

Kurva penawaran agregat jangka-panjang adalah vertikal pada tingkat output


alamiah.

Tingkat produksi ini juga disebut sebagai output potensial atau output dengan full-
employment

Gambar 2.3 Kurva AS jangka panjang


2.3. Teori Irving Fisher : Teori Kuantitas Uang

Teori kuantitas uang menjelaskan peranan uang terhadap perekonomian secara umum yang
pertama kali dijelaskan oleh irving fisher pada tahun 1911 melalui the quantity theory of money yang
termuat dalam bukunya berjudul the purchasing power of money.
Teori ini berpandangan bahwa terdapat hubungan langsung antara pertumbuhan jumlah uang
beredar dengan kenaikan harga-harga umum (inflasi) dan pertumbuhan jumlah uang beredar
merupakan penyebab utama inflasi. Penjelasan ini relevan dengan pandangan monetarist (milton
friedman) bahwa inflasi, dimana dan kapanpun terjadinya merupakan sebuah fenomena moneter.

Teori kuantitas uang menggambarkan kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang
sistematis antara pertumbuhan jumlah uang beredar dan inflasi. Analisis fisher dalam teori ini
mengacu pada persamaan pertukaran (equation of exchange) yang dirumuskan sebagai :

MV = PT

Keterangan:

M = jumlah uang beredar

V = perputaran uang dalam satu periode biasanya satu tahun

P = harga barang dan jasa

T = volume transaksi

Dari persamaan dapat dijelaskan bahwa jumlah uang beredar dikalikan dengan velositas uang
akan sama dengan nilai transaksi. Persamaan dapat dikembangkan menjadi teori tentang peranan uang
dalam perekonomian dengan cara melihat perilaku setiap variabel-variabel dalam persamaan berikut:

1. Jumlah uang beredar merupakan variabel eksogen yang jumlahnya ditentukan oleh
pemerintah dan bank sentral sebagai otoritas moneter.
2. Variabel tingkat harga merupakan variabel residu yang nilainya ditentukan oleh hasil interaksi
ketiga variabel lainnya. Harga diasumsikan fleksibel, sehingga harga dapat menyesuaikan
atau bergerak naik atau turun
3. Variabel velositas menunjukkan berapa kali uang berpindah tangan dalam suatu periode
tertentu. Variabel ini tidak tergantung pada jumlah uang beredar (asumsi klasik). Artinya
perubahan dalam jumlah uang beredar tidak mempengaruhi velositas. Jika jumlah uang
beredar bergerak berlawanan dengan variabel velositas maka perubahan jumlah uang beredar
akan dinetralkan oleh perubahan velositas yang tidak akan berpengaruh terhadap tingkat
harga dan volume transaksi
4. Variabel transaksi merupakan jumlah keseluruhan transaksi pada suatu selang waktu tertentu.
Perilaku variabel tersebut dapat dijelaskan baik dalam perilaku jangka pendek maupun jangka
panjang.

Jadi, dari teori kuantitas uang dapat disimpulkan bahwa penyebab utama inflasi
terjadi adalah fenomena kelebihan uang akibat penambahan jumlah uang beredar di
masyrakat. Artinya, perubahan indeks harga secara umum hanya diakibatkan oleh perubahan
jumlah uang beredar. Jika bank sentral ingin mencapai dan memelihara tingkat inflasi yang
rendah dan stabil, maka yang harus dilakukan adalah mengendalikan atau mengontrol jumlah
uang beredar.

2.4. Tahap-Tahap Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow


Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang
menjadi syarat pembangunan untuk mencapai status lebih maju, tahap-tahapnya yaitu:
1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristiknya:
Pertanian padat tenaga kerja;
Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era newton);
Ekonomi mata pencaharian;
Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
Adanya sistem barter.
2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
Pendirian industri-industri pertambangan;
Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
Perlunya pendanaan asing;
Tabungan dan investasi meningkat;
Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
Adanya elit-elit baru;
Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan:
Industrialisasi meningkat;
Tabungan dan investasi semakin meningkat;
Peningkatan pertumbuhan regional;
Tenaga kerja di sektor pertanian menurun;
Stimulus ekonomi berupa revolusi politik,
Inovasi teknologi,
Perubahan ekonomi internasional,
Laju investasi dan tabungan meningkat 5 10 persen dari
Pendapatan nasional,
Sektor usaha pengolahan (manufaktur),
Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciri-cirinya:
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
Diversifikasi industri;
Penggunaan teknologi secara meluas;
Pembangunan di sektor-sektor baru;
Investasi dan tabungan meningkat 10 20 persen dari pendapatan nasional.
5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan:
Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran

2.5. Pengaruh Inflasi Terhadap Pengangguran


Dalam jangka pendek, kenaikan tingkat inflasi menunjukkan pertumbuhan
perekonomian, namun dalam jangka panjang, tingkat inflasi yang tinggi dapat
memberikan dampak yang buruk. Tingginya tingkat inflasi menyebabkan harga barang
domestik relatif lebih mahal dibanding dengan harga barang impor.

Masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang relatif lebih murah. Harga
yang lebih mahal menyebabkan turunya daya saing barang domestik di pasar
internasional. Hal ini berdampak pada nilai ekspor cenderung turun, sebaliknya nilai
impor cenderung naik.

Kurang bersaingnya harga barang jasa domestik menyebabkan rendahnya permintaan


terhadap produk dalam negeri. Produksi menjadi dikurangi. Sejumlah pengusaha akan
mengurangi produksi. Produksi berkurang akan menyebabkan sejumlah pekerja
kehilangan pekerjaan.

Para ekonom berpendapat bahwa tingkat inflasi yang terlalu tinggi merupakan
indikasi awal memburuknya perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang tinggi
dapat mendorong Bank Sentral menaikkan tingkat bunga. Hal ini menyebabkan terjadinya
kontraksi atau pertumbuhan negatif di sektor riil
Dampak yang lebih jauh adalah pengangguran menjadi semakin tinggi. Dengan
demikian, tingkat inflasi dan tingkat pengangguran merupakan dua parameter yang dapat
digunakan untuk mengukur baik buruknya kesehatan ekonomi yang dihadapi suatu
negara.

Hubungan antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran untuk jangka pendek
dapat dijelaskan dengan menggunakan Kurva Phillip yang dikemukakan oleh ekonom
bernama A.W. Phillips.

Kurva ini digunakan oleh Phillips ketika melakukan pengamatan terhadap korelasi
antara pengangguran dengan upah dan inflasi di negara Inggris. Hubungan tingkat inflasi
dengan tingkat pengangguran yang merepresentasikan Kurva Phillips dapat dilihat pada
gambar di bawah.

Gambar 2.4 Hubungan Tingkat Inflasi Dengan Tingkat Pengangguran

Dari Gambar 2.4 diketahui bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran memiliki
hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan menjadi
rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian suatu negara
mengalami inflasi yang rendah.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Inflasi

Tingkat harga dan nilai uang


Apakah inflasi itu tentang tingkat harga atau nilai uang itu sendiri yang telah melemah?
Asumsikan dalam jangka waktu tertentu harga nasi padang mengalami kenaikan harga.kita bisa
menyimpulkan berapa uang yang rela dibayarkan oleh masyarakat untuk menikmati nasi padang?
Mungkin saja harga naik karena banyak bumbu-bumbu tambahan untuk menambah kelezatan dari
nasi padang, atau lebih mungkin bahwa kesukaan masyarakat terhadap nasi padang tidak berubah,
akan tetapi nilai uang yang telah melemah sehingga menimbulkan inflasi.

Jadi, inflasi terjadi apabila nilai uang turun atau melemah.

Keseluruhan tingkat harga dalam perekonomian dapat dipandang dari dua sisi. Kita telah
memandang tingkat harga sebagai harga dari sejumlah barang dan jasa. Ketika tingkat harga naik,
orang-orang harus membayar lebih unruk membeli barang dan jasa. Sebagai alternatif , kita
memandang tingkat harga sebagai ukuran nilai uang. Jadi, kenaikan harga berarti bahwa nilai uang
menjadi lebih rendah, karena uang rp1000 hanya mampu membeli barang dan jasa dalam jumlah yang
lebih sedikit dibanding dulu.

Jumlah uang beredar, permintaan uang, dan keseimbangan moneter

Apa yang menentukan nilai uang? Yang menentukan nilai uang adalah permintaan dan
penawaran terhadap barang dan jasa itu sendiri. Nilai uang yang dimaksud disini juga merupakan
harga. Jadi , langkah kita berikutnya adalah mengembangkan teori jumlah uang. Teori jumlah uang
dengan mempertimbangkan faktor-faktor penentu jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan
uang.

Penawaran dan permintaan uang menentukan tingkat harga keseimbangan

Gambar 3.1
Gambar 3.1: sumbu horizontal menunjukkan jumlah uang. Sumbu vertikal di kiri
menunjukkan nilai uang, dan sumbu vertikal di kanan menunjukkan tingkat
harga. Kurva penawaran uang berbentuk garis lurus karena jumlah uang yang
beredar telah ditetapkan oleh fed. Kurva permintaan uang berbentuk curam
kebawah karena masyarakat ingin menyimpan uang dalam jumlh yang lebih
banyak ketika nilaiuang turyn. Pada titik kesetimbangan a, nilai uang (pada
sumbu kiri) dan tingkat harga (pada sumbu kanan) saling menyesuaikan
sehingga jumlah uang yang beredar dan jumlah permintaan uang seimbang.

Peningkatan jumlah uang yang beredar

Ketika fed meningkatkan jumlah uang yang beredar, kurva penawaran uang bergeser dari
MS1, menuju MS2. Nilai uang (pada sumbu kiri) dan tingkat harga (pada sumbu kanan)
menyesuaikan agar penawaran dan permintaan kembali seimbang. Keseimbangan bergeser dari titik
A ke titik B. Jadi, karena kenaikan jumlah uang yang beredar membuat uang melimpah dari tingkat
harga meningkat, menyebabkan uang menjadi kurang berharga.

Gambar 3.2

Kecepatan dan persamaan jumlah

Velositas uang laju perpindahan uang dari satu tangan ke tangan lain di masyarakat. Velositas
uang mengacu pada laju uang yang bergerak dalam perekonomian dari dompet ke dompet lain. Untuk
menghitung velositas uang, kita membagi nilai nominal produksi (pdb nominal) dengan jumlah uang.
Bila p merupakan tingkat harga (deflator pdb), y merupakan jumlah produksi (pdb riil), dan m
merupakan jumlah uang, maka kecepatannya adalah

V = (P X Y)/M.
Dengan menggunakan aljabar sederhana, persamaan diatas dapat dituliskan kembali menjadi

MXV=PXY

Persamaan jumlah uang, persamaan M X V = P X Y, yang menghubungkan jumlah uang yang

Beredar, velositas uang, dan nilaiuang dari hasil-hasil barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Sekarang kita memiliki semua unsur yang di butuh kan untuk menjelaskan tingkat harga
keseimbangan dan laju inflasi. Berikut adalah unsur-unsur tersebut :

1. Velositas uang relatif stabil sepanjang waktu


2. Karena kecepatan stabil, apabila bank sentral melakukan perubahan pada jumlah uang (m),
maka akan terjadi perubahan-peruban yang sebanding pada nilai produksi nominal (p x y).
3. Produksi barang dan jasa dalam perekonomian (y) sangat di tentukan oleh faktor-faktor
penawaran (tenaga kerja, modal fisik, modal manusia, dan sumber daya alam) dan
ketersediaan teknologi produksi. Khususnya, karena uang bersifat netral, maka uang tidak
memengarihi prouksi.
4. Dengan produki (y) di tentukan oleh faktor- faktor penawaran dan teknologi. Apabila bank
sentral melakukan perubhan pada jumlah uang yang beredar (m) dan memengaruhi
perubahan-perubahan yang sebanding pada nilai produksi nominal (p x y), perubahan-
perubahan ini di cerminkan pada perubahan-perubahan pada tingkat harga (p).
5. Oleh sebab itu, apabila bank sentral meningkatkan jumlah uang yang beredar dengan cepat,
laju inflasi akan naik dengan cepat.

Hubungan jangka pendek antara tingkat pengangguran dan inflasi

Peningkatan pada variabel Y berarti perusahaan mempoduksi lebih banyak output. Untuk
mempoduksi lebih banyak output, lebih banyak tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi.
Oleh sebab itu, dengan meningkatnya variabel Y akan menyebabkan peningkatan lapangan kerja.
Peningkatan lapangan kerja berarti lebih banyak orang bekerja (lebih sedikit orang menganggur),
artinya tingkat pengangguran yang lebih rendah. Peningkatan Y berhubungan dengan penurunan U.
Jadi, variabel U dan Y terkait secara negatif.

Ketika Y naik tingkat pengangguran akan menurun, dan sebaliknya ketika Y turun tingkat
pengangguran naik. Hubungan antara Y dan tingkat harga (P). Hubungan ini adalah hubungan positif
: ketika P naik, Y naik, dan ketika P turun, Y turun. Kurva AS dengan kapasitas penuh peningkatan
permintaan akan mendorong tingkat, tapi output akan terbatas oleh kapasitas dan tidak akan banyak
meningkat.
Ada hubungan negatif antara tingkat pengsngguran dan tingkat harga. Tingkat penurunan
sebagai tanggapan atas prekonomian yang bergerak makindekat ke output kapasitas. Sedangkan
tingkat harga keseluruhan naik terus.

Tingkat inflasi adalah perubahan persentase dalam sekat harga, bukan tingkat harga itu
seendiri. Kurva philips, gravik yang memperlihatkan hubungan antara tingkat inflasi dn tingkat
pengangguran.

Kurva philips:

Gambar 3.3

Kurva ini memperlihatkan hubungan negatif antara tingkat harga dan tingkat pengangguran.
Sewaktu tingkat pengangguran turun sebagai tanggapan atas perekonomian yang bergerak makin
dekat dengan output kapasitas, tingkat harga terus menerus naik.

Ekspektasi dan kurva phillips

Hasil lain kurva phillips tidak stabil berhubungan dengan ekspektasi. Inflasi upab disebabkn
oleh ekspektasi inflasi harg masa depan. Upah merupakan biaya input, harga meningkat saat
perusahaan meresponsterhadap upah yang lebih tinggi. Ekspektasi harga yang mempengaruhi kontrak
upah pada harga mempengaruhi harga itu sendiri.

Jika tingkat inflasi bergantung pada harga ekspektasi, maka kurva phillips akan bergeser
maka ekpektasi berubah. Sebagai contoh, jika ekspektasi inflasi naik, hasilnya adalah peningkatan
tingkat inflasi meskipun tingkat pengangguran mungkin tidak berubah. Kurva phillips akan bergeser
ke kanan. Jika ekspektasi inflasi turun , kurva philips akan bergeser ke kiri- akan ada inflasi yang
lebih sedikit pada tingkat pengangguran.

Ada dilema jangka pendek antara inflasi dan pengangguran, tapi faktor-faktorlain selain
pengangguran juga mempengaruhi inflasi. Kebijakan melibatkan jauh lebih banyak hal daripada
sekedar memilih satu titik di sepanjang kurva yang bagusdan mulus.

Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang, Gdp, Potensial, Dan Tingkat


Pengangguran Alami

Asumsikan ekuilibrium awal berada pada perpotongan AD0 dan kurva penawaran agregat
jangka panjang. Sekarang perhatikan pergeseran kurva permintaan agregat dari AD0 ke AD1. Jika
harga input tidak bisa bergeser perubahan tingkat harga keseluruhan, output agregat akan naik dari Y0
ke Y1. Kisah ini langsung terkait dengan kurva philips. Orang yang yakin kurva as bergerak vertikal
dalam jangka panjangpada gdp potensial berpendapat kurva philiips bergerak vertikal dalam jangka
panjang pada suatutingkatpengangguran alami.

Kurva Philiips Jangka Panjang: Tingkat Pengangguran Alami

Jika kurva AS berbentuk vertikal dalam jangka panjang, begitu pula halnya dengan kurva philiips.
Dalam jagka panjang kurva philiips berhubungan dengan tingkat pengguran alami- yaitu, yingkt
pengangguran yang konsisten dengan paham output jangka panjang tetap pada gdp potensial. U*
adalah tingkat pengangguran alami.

3.2. Inflasi Di Indonesia Tahun 2005-2015

Fenonomena inflasi di indonesia seperti penyakit dalam ekonomi makro yang terus saja
mewabah dan sulit untuk disembuhkan. Bahkan dari tahun ke tahu malah semakin parah. Contohnya
dari tahun 2005-2014 tingkat inflasi di Indonesia mencapai angka 17%.

Jika kita mundur ke bebarapa tahun yang silam pada tahun 1998 indonesia pernah
mengalami hiperinflasi hingga mencapai angka 75% bahkan lebih. Di era reformasi ini,
walaupun inflasi sudah bisa dikendalikan, tetapi pemerintah harus tetap waspada terhadap
goncangan-goncangan ekonomi yang bisa saja terjadi sewaktu-waktu yang nantinya akan
mempengaruhi keadaan perekonomian dan mempengaruhi tingkat inflasi. Pemerintah harus
berhati-hati dalam menetapkan kebijakan yang berhubungan dengan inflasi karena jika salah
langkah akan mengakibatkan tingkat inflasi yang tinggi. Hal tersebut tentu akan berbahaya
bagi kondisi perekonomian Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2006 diperkirakan mencapai 5,8 persen yang sudah
direvisi dari proyeksi semula 6,2 persen. Walaupun angka pertumbuhan masih di bawah 6
persen, tapi bisa membuat kita lebih optimis di tahun mendatang. Selain pertumbuhan ekonomi
yang relatif baik, tingkat inflasi terlihat membaik pula, tahun ini diperkirakan 7 persen. Pada
tahun ini, sampai dengan Juli tingkat inflasi sebesar 3,29 persen, dengan tingkat inflasi
tertinggi terjadi pada Januari sebesar 1,36 persen, yang merupakan dampak ikutan (carry
over) dari tahun 2005. Lalu, stabilitas nilai rupiah terjadi di 9.200 per dolar AS, surplus
berjalan mencapai 4,5 milyar dolar AS, cadangan devisa 42,4 milyar serta suku bunga Bank
Indonesia (BI rate) 10,75 persen. Dengan demikian secara umum kinerja ekonomi Indonesia telah
menunjukkan keadaan yang stabil, seperti terlihat melalui berbagai indikator makro di luar laju
pertumbuhan ekonomi.

Pada tahun 2008 Indonesia terkena dampak krisis ekonomi global karena Amerika Serikat mengalami
resesi. Karena Indonesia merupakan negara small open economy sehingga sangat mempengaruhi kondisi
perekonomian dalam negeri. Salah satu dampak dari krisis finansial global adalah perlambatan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada tahun 2008. Pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tumbuh mencapai
6,1% pada tahun 2008 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 6,3%.

Dampak negatif dari krisis global, antara lain sebagai berikut :

Pertama, kinerja neraca pembayaran yang menurun.

Pada saat terjadi krisis global, negara adidaya Amerika Serikat mengalami resesi yang serius,
sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya menggerus daya beli
masyarakat Amerika. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena Amerika Serikat
merupakan pangsa pasar yang besar bagi negara-negara lain termasuk Indonesia. Penurunan daya
beli masyarakat di Amerika menyebabkan penurunan permintaan impor dari Indonesia. Dengan
demikian ekspor Indonesia pun menurun. Inilah yang menyebabkan terjadinya defisit Neraca
Pembayaran Indonesia (NPI). Bank Indonesia memperkirakan secara keseluruhan NPI
mencatatkan defisit sebesar US$ 2,2 miliarpadatahun2008.
Penyebab lain terjadinya defisit NPI adalah derasnya aliran keluar modal asing dari Indonesia
khususunya pada pasar SUN (Surat Utang Negara) dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Derasnya
aliran modal keluar tersebut menyebabkan investasi portofolio mencatat defisit sejak kuartal III-
2008 dan terus meningkat pada kuartal IV-2008. Selain itu, adanya sentimen negatif

Kedua, tekanan pada nilai tukar Rupiah.


Secara umum, nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September 2008.
Namun, sejak perten
Ketiga, dorongan pada laju inflasi.
Dorongan tersebut berasal dari lonjakan harga minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya
kebijakan subsidi harga BBM. Tekanan inflasi makin tinggi akibat harga komoditi global yang
tinggi. Namun inflasi tersebut berangsur menurun di akhir tahun 2008 karena harga komoditi yang
menurun dan penurunan harga subsidi BBM. Pergerakan inflasi di Indonesia dapat dilihat dari
grafik berikut:

diolah dari: www.bi.go.id

Dari grafik tersebut terlihat bahwa terjadi tekanan inflasi yang tinggi hingga triwulan III-2008 yakni hingga
bulan September 2008. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga komoditi dunia terutama minyak dan pangan.
Lonjakan harga tersebut berdampak pada kenaikan harga barang yang ditentukan pemerintah (administered
prices) seiring dengan kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi. Setelah bulan September 2008,
tingkat inflasi mulai turun karena turunnya harga komoditi internasional, pangan dan energi dunia. Penyebab
lain dari terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan Pemerintah menurunkan harga BBM jenis solar dan
premium pada Desember 2008, dan produksi pangan dalam negeri yang relatif bagus. Bahkan awal Desember
2008 terjadi deflasi sebesar 0,04 persen. Deflasi tersebut terjadi karena menurunnya harga pada sektor
transportasi, konsumsi, dan jasa keuangan. Keberhasilan menurunkan inflasi secara berangsur-angsur tak lepas
dari keberhasilan instansi terkait dalam memitigasi akselerasi ekspektasi inflasi yang sempat meningkat tajam
pasca kenaikan harga BBM. Secara keseluruhan, inflasi IHK pada tahun 2008 mencapai 11,06 persen,
sementarainflasiintimencapai8,29persen.
Sedangkan untuk periode tahun 2010 sendiri tingkat inflasi cukup stabil dan masih
bisa dikendalikan dengan baik oleh pemerintah.

Anwar Nasution juga mengatakan bahwa sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan
kenaikan tingkat laju inflasi pada tahun 2013.

1. Kenaikan tingkat harga barang impor karena semakin melemahnya nilai rupiah.

Bila terjadi depresiasi rupiah yang cukup tajam terhadap mata uang asing, maka akan
menyebabkan bertambah beratnya beban biaya yang harus ditanggung oleh produsen,
baik itu untuk pembayaran bahan baku dan barang perantara ataupun beban hutang
luar negeri akibat ekspansi usaha yang telah dilakukan. Hal ini menyebabkan harga
jual output di dalam negeri (khususnya untuk industri subtitusi impor) akan meningkat
tajam, sehingga potensial meningkatkan derajat inflasi di dalam negeri. Tetapi, untuk
industri yang bersifat promosi ekspor, depresiasi tersebut tidak akan membawa
dampak buruk yang signifikan.

2. Adanya kenaikan harga BBM yang dewasa ini sudah mencapai seperlima dari
pengeluaran pemerintah pusat.
3. Adanya kenaikan tingkat upah tenaga kerja yang tidak diimbangi oleh peningkatan
produktifitasnya.

Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan biaya produksi meningkat sehingga memicu
kenaikan harga jual di dalam negeri. Terlebih lagi jika tidak diimbangi oleh
peningkatan produktifitas dengan peningkatan jumlah produksi. Jika kelangkaan
produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi terjadi kenaikan harga
juga tidak bisa dielakkan.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga
Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari
paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa
dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor
perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu
komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama
dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama
atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail mengenai IHPB dapat dilihat pada web
site Badan Pusat Statistik www.bps.go.id]
2. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga
barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri).
Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan
PDB atas dasar harga konstan.

3.3. Pengaruh Inflasi Terhadap Pertumbuhan Perekonomian


Indonesia

Pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, disebabkan tingkat inflasi juga terlihat
membaik.dengan demikian secara umum kinerja ekonomi indonesia telah menunjukkan keadaan
yang stabil, seperti terlihat melalui berbagai indikator makro di luar laju pertumbuhan ekonomi.

Namun sebagaimana diulas dalam pengantar, membaiknya indikator makro ekonomi tidak
otomatis menyelesaikan persoalan ekonomi yang terkait dengan persoalan kemanusiaan yang
mendasar yakni masalah kemiskinan dan pengangguran.

Memang ada penjelasan bahwa meningkatnya angka kemiskinn pengangguran selama setahun
terakhir ini bersifat situasional karena dipicu oleh adanya lonjakan inflasi. Inflasi dipicu oleh
kenaikan harga bbm yang dimaksudkan untuk memperkuat struktur keuangan negara. Ini berarti
bahwa gejolak peningkatan harga komoditas makanan akan berdampak sangat nyata terhadap
peningkatan jumlah penduduk miskin. Penduduk yang berada sedikit di atas garis kemiskinan akan
dengan mudah terpuruk ke bawah garis kemiskinan, sehingga jumlah kemiskinan akan bertambah
dengan cepat.

Pada tahun 2015, kebijakan pemerintah yang membuat harga bahan bakar minyak
(bbm) bersubsidi turun. Turunnya harga bbm ini bisa berdampak cukup baik bagi inflasi
tahun ini. Kebijakan pemerintah mencabut subsidi bbm jenis premium dan pemberlakuan
subsidi tetap pada bbm jenis solar membuat harga bbm tersebut turun. Harga premium turun
dari rp 8.500 per liter menjadi rp 7.600 per liter, sedangkan solar turun dari rp 7.500 menjadi
rp 7.250 per liter. Pemerintah mengumumkan tentang penurunan harga bbm. Ini akan ada
dampak bagus supaya pemerintah bisa mengendaikan inflasi lebih jauh.

Sebagaimana diketahui, kebijakan pemerintah menaikkan harga bbm bersubsidi


sebesar rp 2.000 per liter pada november tahun 2014, membuat laju inflasi akhir tahun cukup
tinggi. Badan pusat statistik menyebut inflasi desember mencapai 2,46 persen, yang lebih
besarnya disumbang oleh kenaikan harga bbm. Tinggi inflasi desember membuat laju inflasi
sepanjang 2014 mencapai 8,36 persen. Lebih tinggi dibandingkan perkiraan bi yang
menyebut inflasi desember sebesar 2,1 persen 2,2 persen dan inflasi tahun 2014 sekitar 8,1
persen 8,2 persen.

Dengan turunnya harga minyak mulai 1 januari 2015, inflasi tahun ini bisa terkendali
di kisaran empat plus minus satu persen. Meski demikian, bi mencermati adanya kebijakan
kenaikan harga gas elpiji dan listrik tahun ini. Kenaikan kedua komoditas tersebut juga akan
mempengaruhi besarnya inflasi di 2015.

Selain itu, BI juga meminta pemerintah dapat mengendalikan harga pangan strategis.
Kondisi cuaca yang sulit diprediksi dapat membuat masa panen, yang biasanya terjadi pada
maret atau april, menjadi mundur. Hal ini akan membuat harga pangan bisa meningkat.
Tingginya inflasi tahun lalu tidak hanya dipengaruhi oleh kenaikan harga bbm, tapi
dipengaruhi juga oleh volatilitas harga makanan strategis.

Untuk pengendalian inflasi ini, pemerintah akan melakukan koordinasi tidak hanya di
tingkat pusat tetapi di daerah untuk mengendalikan ini, terutama pangan-pangan
strategis.harga premium akan ikuti harga pasar. Itu akan lebih memudahkan pemerintah
untuk melakukan kalkulasi dan menghitung apbn. Sehingga menambah optimisme untuk
ekonomi 2015 akan jauh lebih baik
BAB IV

KESIMPULAN

Inflasi adalah peningkatan tingkat harga secara keseluruhan. Inflasi terjadi ketika
banyak harga naik secara serentak. Inflasi dapat diukur dengan melihat jumlah barang dan
jasa yang besar serta menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode
waktu.

Kurva permintaan agregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli
oleh rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah pada setiap tingkat harga. Kurva penawaran
agregat menunjukkan jumlah barang dan jasa yang dipilih perusahaan untuk diproduksi dan
dijual pada setiap tingkat harga. Selain itu, dalam teori kuantitas uang menggambarkan
kerangka yang jelas mengenai hubungan langsung yang sistematis antara pertumbuhan
jumlah uang beredar dan inflasi. Analisis fisher dalam teori ini mengacu pada persamaan
pertukaran (equation of exchange) yang dirumuskan sebagai :

MV = PT

Dan juga dalam kurva philips dijelaskan bahwa tingkat inflasi dan tingkat pengangguran
memiliki hubungan yang negatif. Artinya jika tingkat inflasi tinggi, maka pengangguran akan
menjadi rendah. Atau sebaliknya, penganggguran akan menjadi tinggi jika perekonomian
suatu negara mengalami inflasi yang rendah.

Pertumbuhan ekonomi yang relatif baik, disebabkan tingkat inflasi juga terlihat
membaik.dengan demikian secara umum kinerja ekonomi indonesia telah menunjukkan
keadaan yang stabil, seperti terlihat melalui berbagai indikator makro di luar laju
pertumbuhan ekonomi. Untuk pengendalian inflasi ini, pemerintah akan melakukan
koordinasi tidak hanya di tingkat pusat tetapi di daerah untuk mengendalikan ini, terutama
pangan-pangan strategis.harga premium akan ikuti harga pasar.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Case E. Carl dan Ray C.Fair.2007.Prinsip-prinsip Ekonomi. Jakarta : Erlangga.

Fakih, mansour. 2001. Sesat pikir teori pembangunan dan globalisasi. Yogyakarta: insist press.

www.bps.go.id

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3698

http://katadata.co.id/berita/2015/01/02/harga-bbm-turun-inflasi-2015-bisa-di-kisaran-3-5-persen

https://rullyindrawan.wordpress.com/2008/12/02/evaluasi-ekonomi-tahun-2006/

Você também pode gostar