Você está na página 1de 22

PENDAHULUAN

A. Data Epidemiologi
Pada tahun 1993 kanker lambung merupakan kanker yang paling umum
kedua yang dapat menyebabkkan kematian setelah kanker paru di AS dan
Eropa. Sekitar 600.000 kasus baru terdiagnosa setiap tahunnya, dan hampir
dua pertiga dari pasien meninggal, hal ini disebabkan karena angka harapan
hidup 5 tahun yang mengecewakan yaitu tetap dibawah 20 %. Pada dekade
terakhir kanker gaster bagian distal dan proksimal mengalami penurunan yang
cukup drastis, berdasarkan data dari Surveillance Epidemiology and End
Results (SEER) terlihat adanya penurunan insiden dari 11.7 per 100.000
penduduk pada tahun 1975 menjadi 8.8 per 100.000 penduduk pada tahun
2002 di Amerika Serikat (Clark, R et al. 2006).
Untuk jenis adenokarsinoma pada 30 tahun mengalami peningkatan lima
sampai enam kali lipat. Jepang dan Korea memiliki tingkat kanker lambung
tertinggi di dunia. Daerah insiden tinggi untuk noncardia adenokarsinoma
lambung meliputi Asia Timur, Eropa Timur, dan America selatan. Tingkat
insiden rendah ditemukan di Asia Selatan, Afrika Utara dan Timur, Amerika
Utara, Australia, dan Selandia Baru (Clark, R et al. 2006).
Faktor lingkungan berperan dalam pembentukan dari kanker gaster, dan
paparan lingkungan pada awal kehidupan merupakan hal yang esensial dalam
pembentukan kanker gaster. Kanker lambung banyak terjadi pada laki- laki
dari pada perempuan, di Jepang 69,2 per 100 000 terjadi pada laki-laki dan
28,6 per 100 000 pada perempuan. Selain jenis kelamin ras juga dapat
mempengaruhi yaitu untuk ras yang berkulit putih memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan dengan orang yang berkulit hitam (Clark, R et al. 2006).

1
B.
C.
D.
E.

Tabel 1. Insiden kanker gaster per 100.000 Populasi ( Rasyid, 2005)

Insiden Kanker lambung di Indonesia berdasarkan penelitian dengan


melakukan pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas (SCBA ) dan
diperkuat dengan pemeriksaan histopatologi, sejak Januari 2000 Desember
2004 di Rumah Sakit Pendidikan Akademis Jaury Jusuf Putra dan Rumah
Sakit Pendidikan Wahidin Sudirohusodo Makassar dicatat 30 orang terkena
kanker lambung. Kejadian karsinoma lambung pada laki- laki lebih banyak
dibandingkan perempuan. Angka kejadian teringgi pada umur 50-59 tahun.
Keluhan yang terbanyak adalah nyeri epigastrium, pemeriksaan histopatologi
umumnya jenis adenokarsinoma, gambaran endoskopi sesuai klasifikasi
Borrmann III dengan lokasi terbanyak pada daerah antrum ( Rasyid, 2005).

2
B. Bahaya atau komplikasi Bila Tidak Ditangani
Kelangsungan hidup penderita kanker lambung tegantung pada sejauh
mana kanker pada saat diagnosis awal satu pertiga pasien pada tahap awal
dapat disembuhkan dengan pembedahan saja, jika tidak dilakukan
penanganan maka kelangsungan hidup bisa bervariasi dari bulan sampai
tahun tergantung sejauh mana kanker dan kondisi keseluruhan pasien.
Penyakit ini bisa sembuh jika sejak awal dapat dideteksi (Clark, R et al.
2006).

C. Teori Baru Penatalaksanaan


Untuk terapi kanker lambung penanganan kuratif yang telah terbukti
adalah pembedahan, pilihan pembedahan tergantung dari sejauh mana invasi
tumor pada dinding gaster dan penyebaran limfatik. Namun meskipun
demikian penyakit ini dapat muncul kembali secara regional dan distant pada
setidaknya 80% pasien. Untuk terapi adjuvant dilakukan chemotherapy yang
ketika digunakan akan memperbaiki tingkat survival, chemotherapy telah
berhasil untuk menangani kanker gastrointestinal, namun keuntungan survival
dari penggunaan chemotherapy pada adenocarcinoma gaster tidak terlalu
signifikan. Meskipun demikian terdapat beberapa strategi sehingga
chemotherapy dapat memberikan keuntungan. Penelitian dimasa yang akan
datang berkembang menjadi beberapa bagian. Bagian pertama meneliti
peranan chemotherapeutics terbaru (terutama oxaliplatin, irinotecan, dan oral
5-FU prodrugs seperti capecitabine dan S-1), dan yang meneliti peranan
targeted therapies (cetuximab dan bevacizumab). Indikator prognostik yang
paling penting pada kanker gaster secara histologis, yaitu keterlibatan
kelenjar limfe dan dalamnya invasi tumor (Clark, R et al. 2006)

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanda dan Gejala Klinis


a. Gambaran klinis
Karsinoma gaster jarang didiagnosis pada stadium dini karena gejala
timbul lambat atau tidak jelas dan tidak pasti. Gejala dini dapat berupa
rasa sedikit tidak enak pada abdomen bagian atas atau rasa penuh setelah
makan. Pada akhirnya pasien mengalami anoreksia dan penurunan berat
badan. Bila tumor terletak dekat kardia, disfagia merupakan gejala utama
yang paling dini. Muntah karena obstruksi pilorus dapat terjadi bila tumor
berada dekat saluran keluar lambung (Price, 2005).
Gejala klinis yang ditemui antara lain (Davey, 2005):
a. Anemia, perdarahan samar saluran pencernaan dan mengakibakan
defisiensi Fe mungkin merupakan keluhan utama karsinoma
gaster yang paling umum.
b. Penurunan berat badan, sering dijumpai dan menggambarkan
penyakit metastasis lanjut.
c. Muntah, merupakan indikasi akan terjadinya (impending)
obstruksi aliran keluar lambung.
d. Disfagia
e. Nausea
f. Kelemahan
g. Hematemesis
h. Regurgitasi
i. Mudah kenyang
j. Asites perut membesar
k. Kram abdomen
l. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
m. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis
makan

4
b. Patofisiologi
Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling
sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat
kanker. Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul
setelah usia 40 tahun (Sjamsuhidajat , 1997).
Penyebab kanker lambung tidak diketahui tetapi dikenal faktor-faktor
predisposisi tertentu. Faktor genetik memegang peranan penting,
dibuktikan karsinoma lambung lebih sering terjadi pada orang dengan
golongan darah A. Selain itu faktor ulkus gaster adalah salah satu faktor
pencetus terjadinya karsinoma gaster (Sjamsuhidajat , 1997).
Pada stadium awal, karsinoma gaster sering tanpa gejala karena
lambung masih dapat berfungsi normal. Gejala biasanya timbul setelah
massa tumor cukup membesar sehingga bisa menimbulkan gangguan
anoreksia, dan gangguan penyerapan nutrisi di usus sehingga berpengaruh
pada penurunan berat badan yang akhirnya menyebabkan kelemahan dan
gangguan nutrisi. Bila kerja usus dalam menyerap nutrisi makanan
terganggu maka akan berpengaruh pada zat besi yang akan mengalami
penurunan yang akhirnya menimbulkan anemia dan hal inilah yang
menyebabkan gangguan pada perfusi jaringan penurunan pemenuhan
kebutuhan oksigen di otak sehingga efek pusing sering terjadi
(Sjamsuhidajat , 1997).
Pada stadium lanjut bila sudah metastase ke hepar bisa mengakibatkan
hepatomegali. Tumor yang sudah membesar akan menghimpit atau
menekan saraf sekitar gaster sehingga impuls saraf akan terganggu, hal ini
lah yang menyebabkan nyeri tekan epigastrik (Sjamsuhidajat , 1997).
Adanya nyeri perut, hepatomegali, asites, teraba massa pada rektum,
dan kelenjar limfe supraklavikuler kiri (Limfonodi Virchow) yang
membesar menunjukkan penyakit yang lanjut dan sudah menyebar. Bila
terdapat ikterus obstruktiva harus dicurigai adanya penyebaran di porta
hepatik (Sjamsuhidajat , 1997).
Kasus stadium awal yang masih dapat dibedah untk tujuan kuratif
memberikan angka ketahanan hidup 5 tahun sampai 50 %. Bila telah ada

5
metastasis ke kelenjar limfe angka tersebut menurun menjadi 10 %.
Kemoterapi diberikan untuk kasus yang tidak dapat direseksi atau
dioperasi tidak radikal. Kombinai sitostatik memberikan perbaikan 30-
40% untuk 2-4 bulan (Sjamsuhidajat , 1997).
Pembedahan dilakukan dengan maksud kuratif dan paliatif. Untuk
tujuan kuratif dilakukan operasi radikal yaitu gastrektomi (subtotal atau
total) dengan mengangkat kelejar limfe regional dan organ lain yang
terkena. Sedangkan untuk tujuan paliatif hanya dilakukan pengangkatan
tumor yang perforasi atau berdarah (Sjamsuhidajat , 1997).

Gambar 1. Bagan Patofisiologi Ca Gaster (Sjamsuhidajat , 1997)

6
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi yang sering digunakan jenis penyakit ini adalah
endoskopi, endoskopi merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan
spesifik untuk mendiagnosa karsinoma gaster. Endoskopi dengan resolusi
tinggi dapat mendeteksi perubahan ringan pada warna, relief arsitektur dan
permukaan mukosa gaster yang mengarah pada karsinoma dini gaster
(Lumongga, 2008).
Pemeriksaan radiologi dengan menggunakan barium enema masih
digunakan di Jepang sebagai protokol untuk skrinning, bila kemudian
dijumpai kelainan selanjutnya dilakukan pemeriksaan dengan endoskopi
(Lumongga, 2008).

2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi pada gaster dilakukan melalui sitologi brushing.
Pada keadaan normal, tampak kelompok sel-sel epitel superfisial yang
reguler memben tuk gambaran seperti honey comb. Sel-sel ini
mempunyai inti yang bulat dengan kromatin inti yang tersebar merata
(Lumongga, 2008).
Pada keadaan gastritis, sel tampak lebih kuboidal dengan sitoplasma
yang sedikit dan inti sedikit membesar. Pada karsinoma, sel-sel menjadi
tersebar ataupun sedikit berkelompok yang irreguler, inti sel membesarn
hiperkromatin dan mempunyai anak inti yang multipel atau pun giant
nukleus (Lumongga, 2008).
Pemeriksaan sitologi brushing ini jika dilakukan dengan benar,
mempunyai nilai keakuratan sampai 85% tetapi bila pemeriksaan ini
dilanjutkan dengan biopsi lambung maka nilai keakuratannya dapat
mencapai 96% (Lumongga, 2008).

7
3. Pemeriksaan makroskopis
Secara makroskopis ukuran karsinoma dini pada lambung ini terbagi
atas dua golongan, yaitu tumor dengan ukuran < 5 mm, disebut dengan
minute dan tumor dengan ukuran 6 10 mm disebut dengan small
(Lumongga, 2008).
Lokasi tumor pada karsinoma lambung ini adalah pylorus dan antrum
(50-60%), curvatura minor (40%), cardia (25%), curvatura mayor (12%).
Paling banyak terjadi karsinoma lambung pada daerah daerah curvatura
minor bagian antropyloric (Lumongga, 2008).

C. Penegakkan Diagnosis
I. Anamnesis (Hamsafir, 2010) :
a. Nyeri
b. Penurunan Berat badan.
c. Muntah
d. Anoreksia
e. Disfagia
f. Nausea
g. Kelemahan
h. Hematemasis
i. Regurgitasi
j. Mudah kenyang
k. Asites ( perut membesar)
l. Keram abdomen
m. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
n. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis
makan.

8
II. Pemeriksaan Fisik (Hamsafir, 2010) :
a. Status hemodinamik : tekanan darah, nadi, akral dan pernafasan
b. Berat badan kurang, kaheksia, konjungtiva kadangkadang anemis
c. Pemeriksaan Abdomen daerah epigastrium dapat teraba massa,
nyeri epigastrium. Pada keganasan dapat ditemukan hepatomegali,
asites.
d. Bila ada keluhan melena, lakukan pemeriksaan colok dubur.
e. Keganasan cari pembesaran kelenjar supraklavikula (Virchows
node), kelenjar aksila kiri (Irishs node), ke umbilikus (Sister Mary
Josephs node), teraba tumor daerah pelvis cul-de-sac pada
pemeriksaan colok dobur (Blumers shelf), pembesaran ovarium
(Krukenbergs tumor).

III. Pemeriksaan laboratorium (Hamsafir, 2010)


Anemia (30%) dan tes darah positif pada feses dapat ditemukan
akibat perlukaan pada dinding lambung. LED meningkat. Fractional
test meal ada aklorhidria pada 2/3 kasus kanker lambung. Elektrolit
darah dan tes fungsi hati kemungkinan metastase ke hati.

IV. Radiologi (Hamsafir, 2010) :


a. Foto thorax : dipakai untuk melihat metastase Paru.
b. Barium Meal Double-contrastadditional defect, iregularitas
mukosa tumor primer atau penyebaran tumor ke esofagus/
duodenum.
c. Ultrasonografi abdomen untuk mendeteksi metastase hati.
d. CT scan atau MRI pada thorax, abdomen, dan pelvis lihat
ekstensi tumor transmural, invasi keorgan dan jaringan sekitar,
metastasis kelenjar, asites. Untuk menilai proses penyebaran tumor
seperti : menilai keterlibatan serosa, pembesaran KGB dan
metastase ke hati dan ovarium.

9
V. CT Staging pada karsinoma lambung (Hamsafir, 2010) :
1) Stage I : Massa intra luminal tanpa penebalan dinding.
2) Stage II : Penebalan dinding lebih dari 1 cm.
3) Stage III : Invasi langsung ke struktur sekitarnya.
4) Stage IV : Penyakit telah bermetastase.

VI. Endoskopi dan Biopsi (Hamsafir, 2010) :


a. Sebagai Gold Standar pemeriksaan malignitas gaster.
b. Ultrasound Endoskopi kedalaman infiltrasi tumor & melihat
pembesaran limf.selika dan perigastrik (> 5mm).

Gambar 1. Endoskopi lambung (Zadeh, 2011).

10
Gambar 2. Infiltrasi Karsinoma gaster (Alejandro).

Gambar 3. Karsinoma gaster pada fundus gaster (Alejandro).

Gambar 4. Karsinoma gaster pada antrum gaster (Alejandro).

Gambar 5. Karsinoma gaster yang menyebabkan obstruksi antrum gaster


(Alejandro).

11
D. Rencana Terapi
a. Non Medikamentosa (Julius, 2009)
1) Terapi non medis bisa dilakukan dengan menjauhi semua
faktor resiko, diantaranya adalah mengubah gaya hidup,
misalnya menghentikan diet nitrat, alcohol, makanan yang
diasapkan atau diasinkan, dan juga merokok.
2) Makan lebih banyak buah dan sayuran. Memilih berbagai jenis
buah-buahan dan sayuran berwarna, mengurangi jumlah
makanan diasap dan asin, mengganti penyedap makanan
dengan tidak menambahkan natrium.
3) Berhenti merokok. Jika memang pasien seorang perokok.
Merokok meningkatkan risiko kanker perut, dan juga banyak
jenis kanker lainnya.
4) Selain itu perlu diberitahukan kepada pasien tentang beberapa
kondisi medis yang meningkatkan risiko kanker perut, seperti
anemia, maag dan perut polip.

b. Medikamentosa (Julius, 2009)


1) Pembedahan, jika penyakit belum menunjukan tanda
penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan. Walaupun
telah terdapat daerah sebar, pembedahan masih bisa dilakukan
sebagai tindakan paliatif. Reseksi kuratif akan berhasil bila
tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada sisa kanker
pada irisan lambung, reseksi jaringan sekitar yang terkena, dari
pengambilan kelenjar limpa secukupnya.
2) Kemoterapi, pada tumor ganas gaster dapat dilakukan
pemberian obat tunggal atau kombinasi kemoterapi. Diantara
obat yang digunakan adalah 5 FU, trimetroxote, mitomisin C,
hidrourea, epirubisin, dan karmisetin dengan hasil 18% 30 %.
Kombinasi terapi telah memberikan hasil lebih baik sebesar 53
%. Regimen FAM (5 FU, doksorubisin, mitomisin C ), adalah

12
kombinasi yang sering digunakan. Kombinasi lain yangf
digunakan adalah EAP (etoposid, deksorubisin, sisplatin ).
3) Radiasi, pengobatan dengan radial kurang berhasil. 1.
Resektabel dapat diberikan 40-50 gy. 2. Kasus lanjut radiasi
sebagai paliatif, perbaikan obstruksi, nyeri local dan
perdarahan, dengan dosis kurang dari 40 gy.

E. Prognosis
Dengan dapat dibuatnya diagnosa kanker lambung dini, maka
prognosa pada umumnya lebih baik, karena dapat dengan cepat diambil
tindakan pertolongan. Menurut WALTER 1942 berdasarkan catatan
Oxford, ternyata bahwa dari penderita yang setelah mengalami
operasi dapat hidup lebih dari 5 tahun, dimana pada waktu itu belum
ditemukan kanker lambung dini (Hadi, 2002).

F. Komplikasi
1. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
a. Perforasi akut
AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut
yang terbuka dari karsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi
perfirasi yaitu: tipe ulserasi dari kanker yang letaknya di kurvatura
minor, diantrium dekat pylorus. Biasanya mempunyai gejala-gejala
yang mirip demean perforasi dari ulkus peptikum. Perforasi ini
sering dijumpai pada pria (Hadi, 2002).
b. Perforasi kronika
Perforasi yang terjadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya,
misalnya oleh omentum atau bersifat penetrasi. Biasanya lebih
jarang dijumpai jika dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus
benigna. Penetrasi mungkin dijumpai antara lapisan omentun
gastrohepatik atau dilapisan bawah dari hati. Yang sering terjadi
yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas. Dengan terjadinya

13
penetrasi maka akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrohepatik,
gastroenterik dan gastrokolik fistula (Hadi, 2002).
2. Hematemesis
Hematemesis yang masif dan melena terjadi 5 % dari
karsinoma ventrikuli yang gejala-gejalanya mirip seperti pada
perdarahan massif maka banyak darah yang hilang sehingga
timbullah anemia hipokromik (Hadi, 2002).
3. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah
pilorus yang disertai keluhan muntah-muntah (Hadi, 2002).
4. Adhesi
Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi
perlengketan dan infiltrasi dengan organ sekitarnya dan
menimbulkan keluhan nyeri perut (Hadi, 2002).

14
PEMBAHASAN

A. Teori Baru
Kanker gaster merupakan suatu penyakit tumor ganas terbanyak yang
menempati urutan ketiga di Amerika Serikat setelah tumor kolon dan
pankreas. Angka kematian ada penyakit ini di beberapa negara cukup
tinggi oleh karena itu maka penatalaksanaan pada penyakit ini terus
dikembangkan dan terus diadakan penilitian untuk penatalaksanaan
penyakit ini (IPD FKUI, 2009).
Pada teori lama terdapat beberapa penatalaksanaan seperti tindakan
pembedahan, kemoterapi, dan radiasi sebagai tindakan kuratif pada
penyakit kanker gaster. Kali ini beberapa penelitiaan mengenai
penatalaksanaan terus di kembangkan dengan tujuan penatalaksanaan yang
lebih baik sehingga memunculkan beberapa teori baru dalam
penatalaksanaan.
Adapun teori-teori terbaru dalam penatalaksanaan tersebut adalah:
1. Endocopic Submucosal Dissection(ESD)
Endoscopic Submucosal Dissection(ESD) merupakan
perkembangan dari teori sebelumnya yaitu Endoscopic mucosal
resection.(EMR) Endoscopi Mucosa Resection (EMR)
merupakan suatu terapi untuk kanker gaster pada stadium awal
atau dini. EMR digunakan pada sel kanker bagian mukosa yang
berukuran kecil dan yang tidak memiliki metastasis pada
limfonodi. Ukuran sel yang dapat diterapi menggunakan EMR
berukuran kurang dari 2 cm. tapi kali ini ditemukan yang lebih
baru yaitu ESD. ( Kato et al, 2010)
ESD dapat digunakan sebagai terapi pada tumor yang
ukurannya lebih besar dari 2 cm. Pada dasarnya EMR dan ESD
memilki kemiripan dalam teknik pelaksanaanya yaitu terdiri atas
3 fase yaitu marking,lifting dan cutting. Pada ESD terdapat
beberap prosedur, adapun prosedurnya yaitu
marking(penandaan), submukosa injeksi, inisisi inisial,

15
circumferential cutting, sub mucosal dissection dan resection
(terlihat pada gambar 1). Pada dasarnya mirip dengan EMR
namun pada ESD yang di potong adalah bagian lapisan
submucosa.( Kato et al, 2010)

Gambar 1. Prosedur Endoscopic Submucossal Dissection (ESD).

2. Pembedahan
Pembedahan ini dilakukan apabila belum ada penyebaran
yang luas dari sel kanker. Reseksi kuratif yang ditambahkan
dengan pemberian obat seperti cisplatin dapat meningkatkan
hasil yang jauh lebih baik pada pasien kanker gaster.
Pembedahan ditambah dengan endoscopic submucossal
dissection(ESD) akan lebih memberikan hasil yang lebih baik
pada kasus atau pasien kanker gaster (Sasako et al, 2010).
3. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan pada kanker yang sudah metastase.
Pada kanker gaster ini bisa digunakan obat tunggal atau
kombinasi. Obat- obat yangdigunakan adalah 5 FU, S-1(oral
fluoropyrimidines), ciplatin, docetaxel, lifatinib, dan

16
trastuzumab. Kombinasi obat obat tersebut terus mengalami
perubahan dikarenakan dilakukannya penelitian-penilitian
kombinasi obat kemoterapi. Kombinasinya antara lain S-1 plus
cisplatin ditambah docetaxel, lifatinib ditambah trastuzumab
atau FU ditambah dengan doksorubisin dan mtomisin C. Pada
penilitian di Jepang regimen obat yang terdiri atas docetaxel 40
mg/m2 pada hari 1 dan 15 plus S-1 80 mg/m2(1-21 hari)
ditambah cisplatin 60 mg/m2 setiap 5 minggu memilki hasil
yang baik dalam pterapi tumor gaster yang sudah ganas
(Hironaka et al, 2010).
Kombinasi obat trastuzumab dengan lifatinib merupakan
kombinasi obat yang baik dalam menghambat proliferasi dari sel
kanker. Kombinasi obat ini dapat induksi peningkatan pada
AKT dn ERK activation, induksi G1 dan G0 arrest dan
menginduksi peningkatan apoptosis pada sel. Kombinasi ini
memiliki efek anti tumor yang jauh lebih baik daripada
pemakaian obat tunggal (Wainberg et al, 2010).
4. Heparanase shRNA spesifik
Pada sebuah penelitian heparanse(HPA) berkorelasi dengan
parameter histopatologi dan prognosis yang buruk dari kanker
lambung. Ahirnya ditemukan terapi dengan mengembangkan
antiheparanase ribozyme HpaRz2 (pHpaRz2) sebagai
penghambat dari aktivasi heparanase yang dapat mengahambat
angiogenesis, pertumbuhan dan perluasan sel kanker (Zheng et
al ,2010).

17
B. Kelebihan dan Kekurangan dari Teori Baru
Penatalaksanaan pada penyakit kanker gaster ini memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan baik pada teori lama maupun teori baru. Pada
penatalaksnaan yang telah dijabarkan sebelumnya memilki kelebihan
kekurangan, adapun kelebihan dan kekurangannya antara lain,yaitu :
1. Endoscopic Submucossal Dissection (ESD)
Kelebihan yang didapat dari terapi ESD adalah ESD dapat dijadikan
terapi pada sel tumor yang berukuran lebih dari 2 cm (lebih baik dari EMR
yang hanya bisa < 2cm), tidak memilki efek samping yang berbahaya dan
sebagai pencegahan dini untuk tumor yang lebih ganas. Kelemahannnya
adalah ESD tidak bisa digunakan pada tumor yang ganas dan bermetastase
(Kato et al, 2010).
2. Pembedahan
Kelebihan dari pembedahan dengan tambahan menggunakan obat
kemoterapi seperti cisplatin dan dengan tambahan tindakan medis ESD
memilki efek yang baik pada pasien kanker gaster. (Sasako et al, 2010)
Kelemahannya adalah efek yang dikeluarkan dari penambahan
cisplatin. Selain itu pembedahan hanya bisa dilakukan pada tumor atau
kanker yang tidak ada tanda metastasis pada organ lain, ada sisa kanker
pada irisan lambung, dan reseksi jaringan sekitar yang terkena.
Pembedahan tidak dapat dilakukan pada kanker yang sudah bermetastase
ke organ lain (IPD FKUI, 2009).
3. Kemoterapi
Kombinasi obat yang baru pada terapi ini memilki efek yang jauh lebih
ampuh pada kanker yang sudah metastase (parah). Tetapi memilki
kelemahan yaitu efek toksik yang berdampak pada pasien melalui obat-
obat kemoterapi yang berbahaya bagi tubuh.
4. Heparanase shRNA spesifik
Heparanase shRNA spesifik merupakan terapi terbaru yang ampuh
dalam mengatasi kanker gaster namun pada kenyataanya terapi ini belum
diketahui efek sampingnya.

18
C. Harapan Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penyakit kanker gaster ini terus dikembangkan dari
tahun ke tahun. Sekarang-sekarang ini terapi penatalaksanaan kanker gaster
terus berkembang antara lain yang telah disebutkan sebelumnya yaitu
pembedahan plus ESD atau cisplatin, ESD (Endoscopic Submucossal
Dissection), kombinasi obat kemoterapi baru dan terapi heparanase shRNA
spesifik.
Terapi - terapi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri
namun dari beberapa terapi memiliki efek toksik bagi tubuh seperti obat-
obatan kemoterapi. Selain itu terapi ESD dan pembedahan memilki batas
dalam cakupannya pada kanker gaster dan terapi heparanase shRNA spesifik
masih tahap penilitian dan uji coba namun belum di temukan efek samping
dari terapi ini.
Kanker gaster merupakan suatu penyakit yang bersifat keganasan. Terapi
penatalaksanaan pun terus di kembangkan dan diperlukan penelitian-
penelitian untuk memperbaiki terapi-terapi yang sudah ada. Terapi-terapi yang
ada sekarang pun memilki banyak kekurangan oleh karena itu diharapkan
adanya terapi penatalaksaan baru yang jauh lebih baik dari terapi-terapi
sebelumnya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker
gaster.

19
KESIMPULAN

Karsinoma gaster merupakan bentuk neoplasma lambung yang paling


sering terjadi dan menyebabkan sekitar 2,6 % dari semua kematian akibat kanker.
Laki-laki lebih sering terserang dan sebagian besar kasus timbul setelah usia 40
tahun.
Karsinoma gaster jarang didiagnosis pada stadium dini karena gejala
timbul lambat atau tidak jelas dan tidak pasti. Gejala dini dapat berupa rasa sedikit
tidak enak pada abdomen bagian atas atau rasa penuh setalah makan. Pada
akhirnya pasien mengalami anoreksia dan penurunan berat badan. Bila tumor
terletak dekat kardia., disfagia merupakan gejala utama yang paling dini. Muntah
karena obstruksi pilorus dapat terjadi bila tumor berada dekat saluran keluar
lambung
Adapun penatalaksanaan berupa medikamentosa dan non medikamentosa.
Beberapa contoh penatalaksanaan medikamentosa dapat dilakukan ESD,
pembedahan, kemoterapi, dan Heparanase shRNA spesifik. Untuk non
medikamentosa, pasien bisa menghindari faktor-faktor resiko dari carsinoma
lambung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alejandro, Julio. Gastric Carsinoma. Gastroenterology


http://www.murrasaca.com/Gastricarcinoma.htm (diakses pada 16 Juni
2011)
Ari, Ns Elizabeth. 2009. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Gastrointestine.
http://www.scribd.com/doc/39579205/Askep-Gastritis-Ulkus-Peptikum-
Kanker-Gaster. Diakses: 10 Juni 2011
Clark, R et al . 2006 . Current Problems in Surgery: Gastric Cancer. 8, s.l. : Curr
Probl Surg, Vol. 43, pp. 566-670.
D Crew, Katherine. Neugut, Alfred . 2006. Epidemiology of gastric cancer.
Department of Medicine and the Herbert Irving Comprehensive Cancer
Center, College of Physicians and Surgeons, and the Department of
Epidemiology,Mailman School of Public Health, Columbia University,
New York, NY 10032. World J Gastroenterol. Vol : 354-362
Davey, Patrick 2005. At a glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
David M, R. (2002). The Epidemiology of Gastric Cancer. International an
Japanese Gastric Cancer Associations , 5-11.
Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. PT ALUMNI: Bandung.
Hamsafir, Evan. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Karsinoma
Lambung. Info Kedokteran, (28 July),
<http://www.infokedokteran.com/info-obat/diagnosis-dan-
penatalaksanaan-pada-karsinoma-lambung.html> (diakses pada 10
Juni 2011)
Hironaka, Shuichi. et all. 2010. Phase I Study of Docetaxel, Cisplatin and S-1 in
Patients with Advanced Gastric Cancer. Japan: Japanases Journal of
Clinical Oncology.
Julius. 2009. Tumor Gaster.. dalam Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
Publishing. Hal 576 580
Kato, Mototsugu. dan Asaka, Masahiro. 2010. Recent Knowledge of the
Relationship Between Helicobacter pylori and Gastric Cancer and
Recent Progress of Gastroendoscopic Diagnosis and Treatment for

21
Gastric Cancer. Japan: Japanases Journal of Clinical Oncology, 40(9)
828 837.
Lumongga, F. (2008). Karsinoma Dini Lambung. Retrieved June 2011, from
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/2048/1/09E01464.pdf
NN, (2006), Abdominal Chemotherapy Improves Ovarian Cancer Survival. CA:
A Cancer Journal for Clinicians, 56: 131132.
doi: 10.3322/canjclin.56.3.131
Rasyid , haerani. Tahir,Hamid A,et al. 2005. Prevalensi Karsinoma.
med.unhas.ac.id. Vol.26No.2
Sasako, Mitsuru, et all. 2010. Upper GI Surgery Division, Department of Surgery,
Hyogo College of Medicine, 1-1 Mukogawa-cho, Nishinomiya, Hyogo.
Japan, i28-i37.
Sjamsuhidayat, R. dan Wim De Jong. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.
ISSN 1007-9327 CN 14-1219/R World J Gastroenterol 2006 January
14;12(2):192-198
Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Brenda G., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth Vol. 2, Edisi 8, EGC, Jakarta, 2002.
Wainberg, Zev A . Anghel, Adrian; et all. 2010. Cancer Therapy: Preclinical.
Lapatinib, a Dual EGFR and HER2 Kinase Inhibitor, Selectively Inhibits
HER2-Amplified Human Gastric Cancer Cells and is Synergistic with
Trastuzumab In vitro and In vivo. Amerika: American Association for
Cancer Research.
Zadeh, Michael. 2011. The Latest in Diagnosis and Treatment of Stomach Cancer.
Zadeh Surgical.
Zheng, Li-Duan. et all. 2009. Stable Knockdown of Heparanase Expression In
Gastric Cancer Cells In Vitro. China : World Journal of
Gastroenterology.

22

Você também pode gostar