Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibular yang berupa selulitis atau
flegmon yang progresif dengan tanda khas yaitu pembengkakan seluruh ruang
submandibula. Angina Ludwig merupakan salah satu bentuk abses leher dimana abses
tersebut terbentuk di dalam ruang potensial di antara fascia leher sebagai akibat
perjalanan infeksi dari berbagai sumber seperti gigi, mulut, tenggorokan, sinus
paranasal, telinga tengah dan leher. Penyebab paling sering dari abses leher dalam
adalah infeksi gigi (43%) dan penyalahgunaan narkoba suntikan (12%), selain itu
penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, aplastik anemia, dermatomiositis,
glomerulositis dan lupus eritematosus dapat mempengaruhi terjadinya angina Ludwig.
Penderita terbanyak berkisar antara umur 20-60 tahun, dan dominan terjadi pada laki-
laki(6).1,2,3,4,5
Abses leher dalam merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan dibidang THT
yang bila tidak ditatalaksana dengan baik dapat mengancam kehidupan. Abses leher
dalam ini seringkali menimbulkan komplikasi dalam penanganannya, salah satu kasus
abses leher dalam multiple dengan komplikasi berupa kesulitan intubasi akibat
perluasan abses dan fistula faringokutan akibat ruptur dari abses telah dilaporkan pada
laki-laki berusia 50 tahun dan telah dilakukan trakeostomi lokal, insisi dan eksplorasi
abses dalam narkose serta repair fistula faringokutan.2,3
I.2. Tujuan
Untuk memenuhi tugas pembuatan referat pada stase Ilmu THT-KL di RSUD
Waled.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibula berupa selulitis atau flegmon
yang progresif dengan tanda khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula,
tidak membentuk abses dan tidak ada limfadenopati, sehingga keras pada perabaan
submandibula. Peradangan ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada
jaringan dasar mulut dan mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.7
2.2 Anatomi
2.3 Epidemiologi
Kebanyakan kasus angina Ludwig terjadi pada individu yang sehat. Kondisi yang
menjadi faktor risiko yaitu diabetes mellitus, neutropenia, alkoholisme, anemia
aplastik, glomerulonefritis, dermatomiositis, dan lupus eritematosus sistemik.
Umunya, pasien berusia antara 20-60 tahun, tetapi ada yang melaporkan kasus ini
terjadi pada rentang usia 12 hari sampai 84 tahun. Laki-laki lebih sering terkena
dibandingkan dengan perempuan dengan perbandingan 3:1 atau 4:1.4
2.4 Etiologi
Angina Ludwig biasanya disebabkan oleh infeksi odontogenik, khususnya dari
gigi molar kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada di atas otot
milohioid, dan abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang submandibular2. Infeksi
biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus, stafilokokus, atau bakteroides. Namun,
50% kasus disebabkan disebabkan oleh polimikroba, baik oleh gram positif ataupun
gram negatif, aerob ataupun anaerob2,7. Penyebab lain dari angina Ludwig yaitu
sialadenitis, abses peritonsil, fraktur mandibula terbuka, kista duktus tiroglossal yang
terinfeksi, epiglotitis, injeksi intravena obat ke leher, bronkoskopi yang menyebabkan
trauma, intubasi endotrakea, laserasi oral, tindik lidah, infeksi saluran nafas bagian
atas, dan trauma pada dasar mulut.8,9,10
5
2.5 Patofisiologi
Angina Ludwig merupakan suatu selulitis dari ruang sublingual dan
submandibular akibat infeksi dari polimikroba yang berkembang dengan cepat dan
dapat menyebabkan kematian akibat dari gangguan jalan nafas. Pada pemeriksaan
bakteriologi ditemukan polimikroba dan kebanyakan merupakan flora normal pada
mulut.11
Organisme yang sering diisolasi pada pasien angina Ludwig yaitu Streptokokus
viridians dan Stafilokokus aureus. Bakteri anaerob juga sering terlibat, termasuk
bakteroides, peptostreptokokus, dan peptokokus. Bakteri gram positif lainnya yang
berhasil diisolasi yaitu Fusobacterium nucleatum, Aerobacter aeruginosa, spirochetes,
and Veillonella, Candida, Eubacteria, dan Clostridium species. Bakteri gram negative
yang berhasil diisolasi termasuk Neisseria species, Escherichia coli, Pseudomonas
species, Haemophilus influenzae, dan Klebsiella sp.11
Gambar 6. CT scan menunjukkan adanya pembengkakan supraglotik dan adanya udara dalam
soft-tissue2
2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat sakit gigi, mengorek atau cabut gigi,
dengan gejala dan tanda klinik. Ada lima kriteria yang dikemukakan Grodinsky untuk
membedakan angina Ludwig dengan bentuk lain dari infeksi leher dalam. Infeksi pada
angina Ludwig harus memenuhi kriteria8:
2.9 Penanganan
Setelah diagnosis angina Ludwig ditegakkan, maka penanganan yang utama
adalah menjamin jalan nafas yang stabil melalui trakeostomi yang dilakukan dengan
9
anestesia lokal. Trakeostomi dilakukan tanpa harus menunggu terjadinya dispnea atau
sianosis karena tanda-tanda obstruksi jalan nafas yang sudah lanjut. Jika terjadi
sumbatan jalan nafas maka pasien dalam keadaan gawat darurat.8
Sebagai terapi diberikan dengan antibiotika dengan dosis tinggi, untuk kuman
aerob dan anaerob, dan diberikan secara parenteral. Antibiotik yang digunakan adalah
Penicilin G dosis tinggi, kadang-kadang dapat dikombinasikan dengan obat
antistaphylococcus atau Metronidazole. Jika pasien alergi penicillin, maka
Clindamycin adalah pilihan yang terbaik. Dexamethasone yang disuntikkan secara
intravena, diberikan dalam 48 jam untuk mengurangi edem dan perlindungan jalan
nafas.8
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi ialah8:
2) Penjalaran abses ke ruang leher dalam lain (abses parafaring dan retrofaring) dan
mediastinum
3) Aspirasi pneumonia
4) Sepsis.
2.11 Prognosis
Prognosis angina Ludwig tergantung pada kecepatan proteksi jalan napas untuk
mencegah asfiksia, eradikasi infeksi dengan antibiotik, serta pengurangan radang.
Sekitar 45 - 65% penderita memerlukan insisi dan drainase pada area yang terinfeksi,
disertai dengan pemberian antibiotik untuk memperoleh hasil pengobatan yang
lengkap. Selain itu, 35% dari individu yang terinfeksi memerlukan intubasi dan
trakeostomi.9 Angina Ludwig dapat berakibat fatal karena membahayakan jiwa.
Kematian pada era preantibiotik adalah sekitar 50%. Namun dengan diagnosis dini,
perlindungan jalan nafas yang segera ditangani, pemberian antibiotik intravena yang
adekuatserta penanganan dalam ICU, penyakit ini dapat sembuh tanpa mengakibatkan
komplikasi. Begitu pula angka mortalitas dapat menurun hingga kurang dari 5%
tromboflebitis pada v.jugularis.8
11
BAB III
PENUTUP
III. Kesimpulan
Angina Ludwig ialah infeksi ruang submandibular berupa selulitis atau flegmon
yang progresif, yang membedakan angina ludwig dari infeksi oral lainnya ialah infeksi
ini harus melibatkan dasar mulut serta kedua ruang submandibularis (sublingualis dan
submaksilaris) pada kedua sisi (bilateral). 90% kasus ini disebabkan oleh odontogen
baik melalui infeksi dental primer, postekstraksinya molar kedua atau ketiga rahang
bawah. Manifestasi klinis dari angina ludwig meliputi pembengkakan, nyeri dan
terdorongnya lidah ke atas, pembengkakan leher dan jaringan luar submandibular,
malaise, demam, disfagia. Tanda penting lain seperti tidak mampu menelan air liur dan
adanya stridor inspirasi mengindikasikan adanya osbtruksi jalan nafas.
12
DAFTAR PUSTAKA