Você está na página 1de 32

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PRIMIGRAVIDA

TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SERUA

Oleh :
DESI HARYATI
11151040000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini, dengan judul Hubungan Tingkat
Pengetahuan Primigravida Terhadap Pemberian Asi Eksklusif di Desa Serua.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak
mengalami kesulitan dan tantangan, namun berkat pertolongan Allah SWT serta
bantuan dari berbagai pihak sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Depok, 21 Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................2

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................7

A. Latar Belakang..............................................................................................7

B. Rumusan Masalah.........................................................................................8

C. Tujuan............................................................................................................8

1. Tujuan Umum......................................................................................................8

2. Tujuan Khusus.....................................................................................................8

BAB II : TINJAUAN TEORI..................................................................................9

A. ASI Eksklusif................................................................................................9

1. Definisi.................................................................................................................9

2. Manfaat ASI Eksklusif.......................................................................................9

3. Kandungan ASI.................................................................................................11

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI........................................12

5. Tahapan Perkembangan ASI............................................................................12

6. Fisiologi Pengeluaran ASI...............................................................................14

7. Faktor-Faktor Ketidakberhasilan ASI Eksklusif............................................15

B. Pegetahuan..................................................................................................18

1. Definisi...............................................................................................................18

2. Tingkat Pengetahuan........................................................................................19

3. Kriteria Tingkat Pengetahuan..........................................................................20

4. Pengukuran Pengetahuan.................................................................................20

5. Cara Memperoleh Pengetahuan......................................................................20

6. Faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan........................................................22

3
C. Penelitian Terkait.........................................................................................23

D. Kerangka Teori............................................................................................24

BAB III..................................................................................................................25

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPRASIONAL.............25

A. Kerangka Konsep........................................................................................25

B. Definisi Operasional...................................................................................26

C. Hipotesis......................................................................................................27

BAB IV : METODE PENELITIAN......................................................................28

A. Desain Penelitian.........................................................................................28

B. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................................28

C. Populasi dan Sampel...................................................................................28

D. Metode Pengumpulan Data.........................................................................28

1. Instrument..........................................................................................................28

2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas.....................................................................29

3. Prosedur Pengumpulan Data...........................................................................29

E. Pengolahan Data.........................................................................................30

1. Teknik pengolahan data....................................................................................30

2. Analisa data.......................................................................................................30

F. Etika dalam penelitian.................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................32

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan
perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang dibutuhkan
bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat
kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak
seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan kelahiran (Linkages, 2009).
Edmond K, dkk (2006) bahwa 16% kematian bayi baru lahir dapat dicegah
apabila bayi segera diberi ASI eksklusif sejak hari pertama kelahirannya dan 22%
kematian bayi baru lahir dapat dicegah apabila bayi diberi kesempatan menyusu
dalam 1 jam pertama setelah kelahirannya. Menyusui dalam 1 jam pertama dapat
menyelamatkan 22% bayi, dan menyusui pada hari pertama menyelamatkan 16%
bayi (Roesli, 2008).
ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah
memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain
kepada bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun
bukan berarti setelah pemberian ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif
pemberian ASI dihentikan, akan tetapi tetap diberikan kepada bayi sampai bayi
berusia 2 tahun.
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin baik pengetahuan ibu
post partum tentang manfaat ASI Eksklusif untuk pertumbuhan dan perkembangan
anak akan membantu ibu dalam memberikan ASI sedini mungkin (Dianartiana,
2011). Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku
seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi
masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan juga dapat mengubah
perilaku masyarakat dari yang negatif menjadi positif, selain itu pengetahuan juga
membentuk kepercayaan (Wawan, 2010). Pengetahuan adalah hasil penginderaan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang
dimilikinya (Notoatmodjo, 2012).
Primigravida adalah keadaan di mana seorang wanita mengalami masa
kehamilan untuk pertama kalinya (Manuaba, 2007). Biasanya ibu hamil yang baru
pertama kali hamil belum mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya

5
dan manfaat kolostrom karena mereka belum pernah mengalami. Sehingga
pengetahuan ibu primigravida itu lebih rendah dan tidak bisa mengembangkan
manfaat kolostrum secara maksimal (Roesli, 2000). Kolostrum hanya sebagai
makanan pertama buah hati yang baru lahir sangat penting bagi proteksi buah hati
yang baru lahir dari pengaruh buruk lingkungan luar (kuman dan virus).
Kolostrum mampu berperan melindungi tubuhnya dari serangan bakteri dan
infeksi karena dalam kolostrum terkadung zat-zat penting,seperti: zat antibody,
terutama immunoglobulin A, G dan M serta lactobacillus bifidus yang berfungsi
melindungi ususnya dari kuman pathogen (Saptawati, 2011).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, karena banyak Primigravida yang masih
bingung akan pemberian ASI eksklusif, maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Primigravida terhadap pemberian ASI
Ekslusif di Desa Serua.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Hubungan Tingkat Pengetahuan Primigravida terhadap pemberian ASI
Ekslusif di Desa Serua.

2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi tingkat pengetahuan dan sikap Primigravida terhadap
pemberian ASI Eksklusif di Desa Serua.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. ASI Eksklusif

1. Definisi
Menurut Peratutan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 pada Ayat 1
diterangkan Air Susu Ibu Eksklusif yang selanjutnya disebut ASI
Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama
6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan
atau minuman lain. Semula Pemerintah Indonesia menganjurkan para ibu
menyusui bayinya hingga usia empat bulan. Namun, sejalan dengan kajian
WHO mengenai ASI eksklusif, Menkes 11 lewat Kepmen No 450/2004
menganjurkan perpanjangan pemberian ASI eksklusif hingga enam bulan.
Pemberian ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan
tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan
air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat
(Prasetyono, 2009).

2. Manfaat ASI Eksklusif


a. Bagi Bayi
Beberapa manfaat ASI eksklusif antara lain : (Kristiansari, 2009)
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
2) Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat
badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode
perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas.
3) Mengandung antibody.
4) ASI mengandung komposisi yang tepat.
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya
ikatan antara ibu dan bayi.
6) Terhindar dari alergi
7) ASI baik bagi pertumbuhan otak yang optimal dan ASI dapat
meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang
pertumbuhan gigi karena gerakan penghisap mulut bayi pada
payudara.
Manfaat lain menurut (Khasanah, 2011)
1) Bayi dapat memperoleh nutrisi terbaik.

7
2) ASI meringankan pencernaan bayi.
3) ASI memiliki unsur yang istimewa karena ASI merupakan
makanan yang paling mudah dicerna bayi..
4) ASI steril dan tidak mudah tercemar karena ASI langsung
dikeluarkan oleh mulut bayi ketika menyusu dan tidak ada ruang
untuk bakteri masuk ke dalam ASI.
5) Pemberian ASI memiliki peran awal dalam mengurangi
obesitas pada anak. Anak-anak yang diberi ASI memiliki resiko
berat badan berlebih lebih rendah daripada anak yang diberi susu
formula

b. Bagi Ibu dan Keluarga


Manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu menurut (Kristiansari, 2009)
antara lain :
1) Sebagai alat kontrasepsi alamiah
Hisapan mulut bayi pada puting susu merangsang ujung syaraf
sensorik sehingga post anterior hipofise mengeluarkan prolaktin.
Prolaktin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen akibatnya
tidak ada ovulasi. Menjarangkan kehamilan, pemberian ASI memberikan
98% metode kontrasepsi yang efesien selama enam bulan pertama
sesudah kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (eksklusif) dan belum
terjadi menstruasi kembali.
2) Untuk menghentikan perdarahan pasca persalinan
Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin
oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan
mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
3) Untuk penurunan berat badan
Ibu menyusui ASI eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali berat badan semula seperti sebelum hamil.
4) Aspek psikologi
Keunungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi
juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang
dibutuhkan oleh semua manusia
Sedangkan manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu menurut
Khasanah, 2011 :
1) Dapat menguntungkan secara ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 atau 6 bulan. Dengan
demikian, menyusui akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk
membeli susu formula.
2) Praktis dan tidak merepotkan

8
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat-alat
dan membuat minum bayi dan ibu tidak perlu pergi ke toko untuk
membeli susu.
3) Mengurangi resiko kanker payudara
Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa
memberikan perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa
terhindar dari ancaman kanker payudara.
4) Mengurangi stres dan kegelisahan ibu
Hormon oksitosin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon ini
berguna untuk mengurangi stres yang alami sehingga ibu yang menyusui
akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih banyak
hal-hal positif lainnya.
5) Mengurangi resiko osteoporosis
Osteoporosis banyak terjadi pada wanita lanjut usia. Untuk mengurangi
resiko osteoporosis pada masa lanjut usia, perlu memiliki tulang yang
padat. Menyusui ternyata akan meningkatkan kepadatan tulang sehingga
mengurangi resiko osteoporosis dan patah tulang pada usia lanjut.

Manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu menurut Suryoprajogo


(2009) adalah Dapat merasakan hubungan antara suami-istri. Dengan
menyusui rahim akan lebih cepat kembali ke posisi semula. Hal ini
menandakan pemulihan fisik ibu. Jika fisik ibu sudah pulih, hubungan
seksual bisa cepat kembali seperti sebelum hamil.

3. Kandungan ASI
Kandungan yang terdapat di dalam ASI antara lain:
a. ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi
selama pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi.
Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama (kolostrum/
cairan kental kekuningan) tidak memerlukan tambahan cairan karena
bayi dilahirkan dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan
kandungan air lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau
keempat.
b. ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut
terdiri dari 3,8% lemak, 0,9% protein, &% laktosa, dan 0,2% bahan-
bahan lain. Salah satu fungsi utama air adalah untuk menguras
kelebihan bahan-bahan larut melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut
(misalnya, Sodium, potasium, nitrogen dan klorida) disebut sebagai
bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang pertumbuhannya belum sempurna
hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan kelebihan bahan larut
melalui air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di dalam
tubuhnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi tidak

9
membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang
dewasa.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI (Lawrence, 2004) antara
lain :
a. Faktor bayi
Kurangnya usia gestasi bayi pada saat bayi dilahirkan akan
mempengaruhi refleks hisap bayi. Kondisi kesehatan bayi seperti kurangnya
kemampuan bayi untuk bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat
struktur mulut dan rahang yang kurang baik, bibir sumbing, metabolisme
atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI, juga
mempengaruhi produksi ASI, selain itu semakin sering bayi menyusui dapat
memperlancar produksi ASI.
b. Faktor ibu
1). Faktor fisik
Faktor fisik ibu yang mempengaruhi produksi ASI adalah adanya
kelainan endokrin ibu, dan jaringan payudara hipoplastik. Faktor lain yang
mempengaruhi produksi ASI adalah usia ibu, ibu-ibu yang usianya lebih
muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua. Produksi ASI juga
dipengaruhi oleh nutrisi ibu dan asupan cairan ibu. Ibu yang menyusui
membutuhkan 300 500 kalori tambahan selama masa menyusui.
2). Faktor psikologis
Ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih,
kurangnya dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu
dapat mempengaruhi kurangnya produksi ASI. Selain itu ibu juga khawatir
bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya
perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama
kali mempunyai bayi atau primipara.
3). Faktor sosial budaya
Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang
memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi
hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta
kesibukan sosial juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI.

5. Tahapan Perkembangan ASI


Kandungan ASI di setiap tahapannya berguna untuk bayi baru lahir,
terutama karena bayi perlu melakukan adaptasi fisiologis terhadap kehidupan
barunya di luar kandungan. Semakin matang ASI, konsentrasi
antibodi/immunoglobulin serta total protein dan vitamin yang larut dalam air

10
meningkat. ASI berkembang secara bertahap, mulai dari ASI hari-hari
pertama (kolostrum), ASI transisi, hingga ASI matang/matur.
a. Kolostrum
Kolostrum atau ASI hari-hari pertama adalah cairan berwarna kuning
keemasan/jingga yang mengandung nutrisi dengan konsentrasi tinggi.
Kolostrum selain memberikan perlindungan pada bayi terhadap berbagai
penyakit infeksi, juga memiliki efek laksatif (pencahar) yang dapat
membantu bayi mengeluarkan feses pertama (mekonium) dari sitem
pencernaannya sehingga bayi terlindungi dari penyakit kuning (joundice).
Banyak ibu megira kolostrum berwarna putih seperti susu. Oleh karena
itu, ketika kolostrum keluar dalam keadaan berwarna kuning
keemasan/jingga, kental, lenget dan terkadang bening, banyak ibu
menganggap ASI tersebut tidak bagus dan kemudian dibuang. Padahal
tidak demikian, warna kuning keemasan/jingga ini merupakan tanda
kandungan beta karoten yang tinggi, yang merupakan salah satu
antioksidan.
Jumlah kolostrum relatif sedikit namun sangat mencukupi lambung
bayi. Meski sedikit, kolostrum sangat padat nutrisi, kaya karbohidrat dan
protein, serta tinggi kandungan antibodi.
Kolostrum mengandung sejumlah besar antibodi yang disebut
immunoglobulin (kelompok protein yang memberikan kekebalan tubuh
terhadap penyakit), immunoglobulin dalam kolostrum ada tiga macam,
yaitu IgA (immunoglobulin A), IgG (immunoglobulin G), dan IgM
(immunoglobulin M). Diantara ketiga immunoglobulin, IgA memiliki
konsentrasi yang tertinggi. IgA yang melindungi bayi dari serangan kuman
di daerah membran mukus tenggorokan, paru-paru juga melindungi sistem
pencernaan bayi, termasuk usus. Selain antibodi, kolostrum juga kaya akan
leukosit (Sel darah putih yang bertugas menghancurkan bakteri jahat dan
virus), yaitu sekitar 70%. (Manoa, 2014)
b. ASI Transisi
Kolostrum berubah menjadi ASI Transisi sekitar 4-6 hari setelah
kelahiran bayi, selama proses transisi ini, kandungan antibodi dalam ASI
menurun dan volume ASI meningkat drastis. Berbeda dengan kolostrum
yang di produksinya dipengaruhi oleh hormon, produksi ASI transisi
dipengaruhi oleh proses persediaan versus permintaan. Oleh karena itu,
menyusui dengan lebih sering, sekitar 8-12 kali per hari pada awal-awal
kelahiran bayi sangat penting. Selain mengandung 10% leukosit, ASI
transisi juga mengandung lemak yang tinggi yang berguna untuk
pertumbuhan, perkembangan otak, mengatur kadar gula darah, dan
memenuhi kebutuhi nutrisi bayi. (Manoka, 2014)
c. ASI Matang/Matur

11
ASI Transisi kemudian berubah menjadi ASI matang sekitar 10 hari
sampai 2 minggu setelah kelahiran bayi. ASI matang (Seperti halnya ASI
transisi) mengandung 10% leukosit. Dibandingan dengan kolostrum, ASI
matang memiliki kandungan natrium, potasiym, protein, vitamin larut
lemak, dan mineral yang lebih rendah. Sedangkan, kandungan lemak dan
laktosanya lebih tinggi daripada kolostrum. (Manoka, 2014).

6. Fisiologi Pengeluaran ASI


Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Kemampuan ibu
dalam menyusui/laktasipun berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan
yang lebih besar dibandingkan yang lain. Laktasi mempunyai dua pengertian
yaitu pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dan pengeluaran ASI (Refleks
Let Down/Pelepasan ASI) (Maryunani, 2009).
Pembentukan ASI (Refleks Prolaktin) dimulai sejak kehamilan. Selama
kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya
payudara, yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus
dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada
payudara. Proses proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang
dihasilkan plasenta, yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen,
dan progesteron. Pada akhir kehamilan, sekitar kehamilan 5 bulan atau lebih,
kadang dari ujung puting susu keluar cairan kolostrum. Cairan kolostrum
tersebut keluar karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon
prolaktin dari hipofise. Namun, jumlah kolostrum tersebut terbatas dan
normal, dimana cairan yang dihasilkan tidak berlebihan karena kadar
prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu dihambat oleh hormon estrogen
(Maryunani, 2009).
Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi
hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu ibu
(Maryunani, 2009).
Penurunan kadar estrogen memungkinan naiknya kadar prolaktin dan
produksi ASI pun mulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan
disebabkan oleh bayi menyusui pada payudara ibu. Pada ibu yang menyusui,
prolaktin akan meningkat pada keadaan : stress atau pengaruh psikis,anestesi,
operasi, rangsangan puting susu, hubungan kelamin, pengaruh obat-obatan.
Sedangkan yang menyebabkan prolaktin terhambat pengeluarannya pada
keadaan: ibu gizi buruk, dan pengaruh obat-obatan (Badriul, 2008).
Pengeluaran ASI (Refleks Letdown/pelepasan ASI) merupakan proses
pelepasan ASI yang berada dibawah kendali neuroendokrin, dimana bayi
yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang

12
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel ini akan
memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut
bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi (Maryunani, 2009). Faktor-faktor yang
memicu peningkatan reflexletdown/pelepasan ASI ini yaitu pada saat ibu :
melihat bayinya, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan
untuk meyusui bayi. Sementara itu, faktor-faktor yang menghambat
reflexletdown/pelepasan ASI yaitu stress seperti : keadaan bingung/psikis
kacau, takut, cemas, lelah, malu, merasa tidak pasti/merasakan nyeri.
Oksitosin juga mempengaruhi jaringan otot polos uterus berkontraksi
sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding uterus dan membantu
mengurangi terjadinya perdarahan. Oleh karena itu, setelah bayi lahir maka
bayi harus segera disusukan pada ibunya (Inisiasi Menyusui Dini ). Dengan
seringnya menyusui, penciutan uterus akan terjadi makin cepat dan makin
baik. Tidak jarang perut ibu akan terus terasa mulas yang sangat pada hari-
hari pertama menyusui, hal ini merupakan mekanisme alamiah yang baik
untuk kembalinya uterus ke bentuk semula (Maryunani, 2009).

7. Faktor-Faktor Ketidakberhasilan ASI Eksklusif


a. Faktor Internal
1). Ketersedaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah 1) tidak
melakukan inisiasi menyusui dini 2) menjadwal pemberian ASI 3)
memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI
keluar), apalagi memberikannya denganbotol/dot 4) kesalahan pada
posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
Inisiasi menyusui dini adalah meletakkan bayi diatas dada atau perut
ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu
kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah melahirkan. Cara
bayi melakukan inisiasi menyusui dini disebut baby crawl. Karena
sentuhan atau emutan dan jilatan pada puting ibu akan merangsang
pengeluaran ASI dari payudara. Dan apabila tidak melakukan inisiasi
menyusui dini akan dapat mempengaruhi produksi ASI (Maryunani,
2009).
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling
baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada
malam hari, minimal 8 kali sehari. Produksi ASI sangat dipengaruhi
oleh seringnya bayi menyusui. Semakin jarang bayi disusui biasanya
produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapatm berkurang bila
menyusui terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran sering kali
bayi mudah tertidur saat menyusui. Ibu sebaiknya merangsang bayi

13
supaya tetap menyusui dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi
agar bayi tetap menghisap (Badriul, 2008).
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air
gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Seharusnya hal ini tidak
boleh dilakukan karena selain menyebabkan bayi malas menyusui,
bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Apabila bayi malas menyusui maka produksi ASI dapat berkurang,
karena semakin sering menyusui produksi ASI semakin bertambah
(Danuatmaja, 2003).
Meskipun menyusui adalah suatu proses yang alami, juga merupakan
keterampilan yang perlu dipelajari. Ibu seharusnya memahami tata
laksana laktasi yang benar terutama bagaimana posisi menyusui dan
perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan
ASI dapat keluar dengan optimal. Banyak sedikitnya ASI berhubungan
dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong
keluarnya ASI dan dapat mencegah timbulnya berbagai masalah
dikemudian hari (Cox, 2006).
2). Pekerjaan/Aktivitas
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Wanita
yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria dalam hal
pelayanan kesehatan terutuma karena wanita hamil, melahirkan, dan
menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber daya manusia harus
sudah sejak janin dalam kandungan sampai dewasa. Karena itulah
wanita yang bekerja mendapat perhatian agar tetap memberikan ASI
eksklusif sampai 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun (pusat
kesehatan kerja Depkes RI,2005).
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang berkaitan
dengan pekerjaan adalah tempat kerja yang terlalu jauh, tidak ada
penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat karena cuti
melahirkan singkat (Mardiati, 2006).
3). Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari
tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan akan
memberikan pengalaman kepada ibu tentang cara pemberian ASI
eksklusif yang baik dan benar yang juga terkait dengan masa lalunya.
Dalam hal ini perlu ditumbuhkan motivasi dalam dirinya secara
sukarela ddan penuh rasa percaya diri untuk mampu menyusui bayinya.
Pengalaman ini akan memberikan pengetahuan, pandangan dan nilai
yang akan menberi sikap positif terhadap masalah menyusui (Erlina,
2008).

14
Akibat kurang pengetahuan atau informasi, banyak ibu menganggap
susu formula sama baiknya, bahkan lebih baik dari ASI . Hal ini
menyebabkan ibu lebih cepat memberikan susu formula jika merasa
ASI kurang atau terbentur kendala menyusui. Masih banyak pula
petugas kesehatan tidak memberikan informasi pada ibu saat
pemeriksaan kehamilan atau sesudah bersalin (Prasetyono, 2005).
4). Kelainan Pada Payudara
Tiga hari pasca persalinan payudara sering terasa penuh, tegang, dan
nyeri. Kondisi ini terjadi akibat adanya bendungan pada pembuluh
darah di payudara sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Tetapi,
apabila payudara merasa sakit pada saat menyusui ibu pasti akan
berhenti memberikan ASI padahal itu menyebabkan payudara
mengkilat dan bertambah parah bahkan ibu bisa menjadi demam
(Roesli, 2000). Jika terdapat lecet pada puting itu terjadi karena
beberapa faktor yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat
bayi hanya menghisap pada putting. Padahal seharusnya sebagian besar
areola masuk kedalam mulut bayi. Puting lecet juga dapat terjadi pada
akhir menyusui, karena bayi tidak pernah melepaskan isapan.
Disamping itu, pada saat ibu membersihkan puting menggunakan
alkohol dan sabun dapat menyebabkan puting lecet sehingga ibu merasa
tersiksa saat menyusui karena sakit (Maulana, 2007)
5). Kondisi Kesehatan Ibu
Kondisi kesehatan ibu juga dapat mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif. Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama
sekali, misalnya dokter melarang ibu untuk menyusui karena sedang
menderita penyakit yang dapat membahayakan ibu atau bayinya, seperti
penyakit Hepatitis B, HIV/AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang
menderita infeksi virus berat, ibu sedang dirawat di Rumah Sakit atau
ibu meninggal dunia (Pudjiadi, 2001)

b. Faktor Eksternal
1). Faktor Petugas Kesehatan
Perilaku tenaga kesehatan biasanya ditiru oleh masyarakat dalam
hal perilaku sehat. Promosi ASI eksklusif yang optimal dalam setiap
tumbuh kembangnya sangatlah penting untuk mendukung keberhasilan
ibu dalam menyusui bayinya (Elza, 2008). Selain itu adanya sikap ibu
dari petugas kesehatan baik yang berada di klinis maupun di masyarakat
dalam hal menganjurkan masyarakat agar menyusui bayi secara
eksklusif pada usia 0-6 bulan dan dilanjutkan sampai 2 tahun dan juga
meningkatkan kemampuan petugas kesehatan dalam hal memberikan
penyuluhan kepada masyarakat yang luas (Erlina, 2008).
2) Kondisi Kesehatan Bayi

15
Kondisi kesehatan bayi juga dapat mempengaruhi pemberian ASI
secara eksklusif. Bayi diare tiap kali mendapat ASI, misalnya jika ia
menderita penyakit bawaan tidak dapat menerima laktosa, gula yang
terdapat dalam jumlah besar pada ASI (Pudjiadi, 2001)
3). Pengganti ASI (PASI)
Meskipun mendapat predikat The Gold Standard, makanan paling
baik, aman, dan satu dari sedikit bahan pangan yang memenuhi kriteria
pangan berkelanjutan (terjangkau, tersedia lokal dan sepanjang masa,
investasi rendah). Sejarah menunjukkan bahwa menyusui merupakan
hal tersulit yang selalu mendapat tantangan, terutama dari kompetitor
utama produk susu formula yang mendisain susum formula menjadi
pengganti ASI (YLKI, 2005).

B. Pegetahuan

1. Definisi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita dapat
mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain
pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.
Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2008). Pengetahuan
(Knowledge) adalah suatu proses dengan menggunakan pancaindra yang
dilakukan seseorang terhadap objek tertentu dapat menghasilkan pengetahuan
dan keterampilan (Hidayat, 2007).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun
tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007).
Pengetahuan merupakan justified true believe. Seorang individu
membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan
observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia
menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada
kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan
merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara
abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-
fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan
atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem
kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa
tidak disadari (Bambang, 2008).
Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.
Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan
bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas

16
pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang
yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan
seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan
negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin
banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap
makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010)

2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahunyangcukupdidalamdomainkognitifmempunyai6tingkatan
menurutNotoatmodjo,2003dalam(Wawan&Dewi,2010),yaitu:
a. Tahu(Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah pelajari
sebelumnya.Termasukkedalampengetahuantingkatiniadalahmengingat
kembali(recall)sesuatuyangspesifikdariseluruhbahanyangdipelajariatau
rangsanganyangtelahditerima.Olehsebabitutahuinimerupakantingkat
pengetahuanyangpalingrendah.Katakerjauntukmengukurbahwaorang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan,menyatakandansebagainya.
b. Memahami(Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebutsecarabenar.Orangyangtelahpahamterhadapobjekataumateri
harusdapatmenjelaskan,menyebutkancontoh,menyimpulkan,meramalkan,
dansebagainyaterhadapobjekyangdipelajari.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
(membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan
sebagainya.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkanbagianbagiandidalamsuatubentukkeseluruhanyangbaru.
Dengankatalainsintesisadalahsuatukemampuanuntukmenyusunformulasi
barudariformulasiformulasiyangada.

17
f. Evaluasi(Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasiataupenilaianterhadapsuatumateriatauobjek.Penilaianpenilaian
itudidasarkanpadasuatukreteriayangditentukansendiri,ataumenggunakan
kriteriakriteriayangtelahada.

3. Kriteria Tingkat Pengetahuan.


Menurut Arikunto (2006) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan
diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1) Baik: Hasil presentase 76%-100%
2) Cukup: Hasil presentase 56%-75%
3) Kurang: Hasil presentase > 56%

4. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau
diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas. Pengukuran
tingkat pengetahuan dimaksudkan untuk mengetahui status pengetahuan
seseorang dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Notoatmodjo, 2005)

5. Cara Memperoleh Pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokan menjadi dua
menurut Notoatmodjo 2010, yakni :
a. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah
1). Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan oleh
manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara coba coba
atau dengan kata yang lebih dikenal trial and error. Metode ini telah
digunakan oleh orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan
berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering
digunakan, terutama oleh mereka yang belum atau tidak mengetahui suatu
cara tertentu dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Metode ini
telah banyak jasanya, terutama dalam meletakan dasar-dasar mennemukan
teori-teori dalam berbagai cabang iilmu pengetahuan.
2). Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja
oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim
urease oleh Summers pada tahun 1926.
3). Cara Kekuasaan atau Otoritas

18
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-
kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak kebiasaan seperti
ini tidak hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga
terjadi pada masyarakat modern. Para pemegang otoritas, baik pemimpin
pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya
mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan.
4). Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu pengalaman pribadi
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
5). Cara Akal Sehat
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya,atau agar
anak disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak
ini sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa
hukuman adalah merupakan metode (meskipun bukan yang paling baik)
bagi pendidikan anak. Pemberian hadiah dan hukuman (reward and
punishment) merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.
6) Kebenaran Melalui Wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan
dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini
oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah
kebenaran tersebut rasional atau tidak.
7) Kebenaran secara Intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia cepat sekali melalui
proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.
Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena
kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang
sisitematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi
atau suara hati atau bisikan hati saja.
8) Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara
berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan

19
kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
9) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-
pernyataan khusus ke pertanyaan yang bersifat umum. Proses berpikir
induksi berasal dari hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka
dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada
hal-hal yang abstrak.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum yang ke khusus. Aristoteles (384-322SM) mengembangkan cara
berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut silogisme.
Silogisme merupakan suatu bentuk deduksi berlaku bahwa sesuatu yang
dianggap benar secara umumpada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang
termasuk dalam kelas itu.
b. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistimatis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian
ilmiah, atau lebih popular disebut metodologi penelitian (research
methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon 1561-
1626). Ia mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan
dengan mengadakan observasi langsung, dan membuat pencatatan-
pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek yang diamati.
Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok yakni :
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

6. Faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan (Dewi & Wawan, 2010)
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang
menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut
YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan

20
(Nursalam, 2003) pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin
mudah menerima informasi.
2) Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah
kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya
dan kehidupan keluarga.
3) Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003), usia adalah umur
individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Sedangkan menurut Hurlock (1998) semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam dalam
berfikir dan bekerja.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan
merupakan suatu kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang
dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
dari sikap dalam menerima informasi.

C. Penelitian Terkait
1. Penelitian Gambaran Pemberian ASI Eksklusif Bayi 0-6 Bulan di
Wilayah Puskesmas Samingaluh II Tahun 2013 dengan Desain survei
adalah cross sectional , pengumpulan data dilakukan dengan
metode recall 24 jam dikombinasikan dengan recall sejak lahir.
Cakupan pemberian ASI eksklusif diperoleh dari komposit lima
pertanyaan. Data diperoleh dari seluruh ibu yang mempunyai bayi usia
0-6 bulan di wilayah Puskesmas Samigaluh II, Kulon Progo, DIY (48
responden) yang meliputi tiga desa Pagerharjo, Kebonharjo, dan
Banjarsari. Menghasilkan Cakupan pemberian ASI di wilayah
Puskesmas Samigaluh II tahun 2013 mencapai 68,75%; dimana ASI
eksklusif 6 bulan 6,3%. Mayoritas ibu telah tamat pendidikan SMA
(66,7%). Keseluruhan (100%) persalinan telah ditolong oleh tenaga
kesehatan. Ibu yang gagal memberikan ASI eksklusif sejak lahir
disebabkan pasca melahirkan secara caesarean section dan pemberian
susu formula secara dini.

21
D. Kerangka Teori

Faktor penyebab

Tingkat Pengetahuan
Primigravida

Pemberian ASI Eksklusif

Faktor Produksi ASI Manfaat ASI


Tahapan Perkembangan
ASI

1. Bayi Bagi Bayi


2. Ibu
1. Kolostru
m 1. Mengandung
2. ASI antibody
Transisi 2. Komposisi yang
tepat

22
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPRASIONAL

A. Kerangka Konsep
Menyusun kerangka konsep merupakan salah satu tahapan yang
paling penting dalam suatu penelitian (Nursalam, 2008). Swarjana (2012)
dalam bukunya mengatakan sebuah penelitian mutlak memerlukan sebuah
kerangka konsep,dimana menurut Swarjana kerangka konsep merupakan
model pendahuuan dari sebuah masalah penelitian, dan merupakan refleksi
dari hubungan variabel-variabel yang diteliti. Tujuan dari kerangka konsep
adalah untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta
merupakan panduan untuk analisis dan intervensi.

Bagan 3.1 kerangka konsep

Variable independen : Variable dependen :


Tingkat Pengetahuan Pemberian ASI
Perimigravida Eksklusif

Berdasarkan kerangka konsep diatas, variabel independen yaitu tingkat


pengetahuan primigravida, sedangkan variabel dependennya adalah
pemberian ASI eksklusif. Dari kerangka konsep di atas peneliti ingin
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan primigravida dengan pemberian
ASI eksklusif di Desa Serua.

23
B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan suatu definisi ketika variabel-variabel penelitian menjadi bersifat operasional. Definisi dari
operasional tersebut menjadikan konsep yang awalnya bersifat abstrak menjadi operasional yang memudahkan pengukuran
variabel-variabel yang dimaksud (Wasis, 2008). Definisi operasional menggambarkan bagaimana konsep diukur. Definisi ini juga
mementukan aktivitas yang harus diselesaikan oleh peneliti sebelum memberikan nilai pada konsep (Churchill, 2005).
Table 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Pengukuran

Menghitung skor Kuisioner dengan a. Baik: hasil


1 Pengetahuan segala sesuatu yang ada Ordinal
persentase 76%-
dikepala kita. Kita dapat pertanyaan yang skala guttman.
Nilai jawaban benar:1 100%
mengetahui sesuatu dijawab Nilai jawaban salah: 0 b. Cukup: hasil
berdasarkan pengalaman responden persentase 56%-
yang kita miliki. Selain 75%
pengalaman, kita juga c. Kurang: hasil
menjadi tahu karena kita persentase <56%
(Nursalam, 008)
diberitahu oleh orang
lain. Pengetahuan juga
didapatkan dari tradisi.

2 Pemberian - - - - -
ASI
Eksklusif

24
C. Hipotesis

Swarjana (2016) mengatakan, hipotesis adalah merupakan dugaan sementara


yang masih perlu diuji kebenarannya. Hipotesis menurut Swarjana juga
merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah penelitian yang masih perlu
di uji kebenarannya melalui uji hipotesis maupun uji statistik. Bakry (2016) dalam
bukunya mengatakan hipotesis adalah pernyataan prediktif, yang mampu diuji
dengan metode ilmiah, yang menghubungkan sebuah variabel dependen dengan
beberapa variabel independen.
Hipotesis pada penelitian ini adalah tingat pengetahuan primigravida
mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Desa Serua.

25
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Desain cross sectional
merupakan rancangan penelitian yang pengukuran dan pengamatannya dilakukan secara
simultan pada satu saat (sekali waktu).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Serua. Penelitian ini dilakukan pada primigravida.
Penelitian ini dilakukan mulai dari Agustus sampai September.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari: obyek atau subyek yang
memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi bukan hanya sekedar
jumlah namun juga meliputi karakteristik/sifat yang ada pada subyek atau obyek. Yang
menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh Primigravida di Desa Serua
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi tersebut (Sugiyono, 2013). Swarjana (2012)
dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kesehatan mengatakan, sampel
adalah kumpulan dari individu atau objek yang dapat diukur yang merupakan
perwakilan dari sebuah populasi.
D. Metode Pengumpulan Data

1. Instrument

Instrumen pada penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan jenis kuesioner


tertutup. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk mendapatkan data
sesuai yang diinginkan oleh peneliti (Wasis, 2008). Kuesioner ini terdiri dari data umum,
pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif.
Tabel 4. 1 Kisi-kisi instrumen

Variabel Parameter Jumlah No pertanyaan


Pertanya
an

26
Data umum Usia 4 1,2,3,4
(Kuesioner A) Pengetahuan
Pengetahuan tentang Definisi 20 1,2,7,24
skabies Manfaat 3,4,5,6
(Kuesioner B) Faktor penyebab 8,9,10,11,25
Kandungan ASI
12,13,14,15,22
Tahapan perkembangan
Faktor yang 16,21
mempengaruhi
Fisiologi pengeluaran ASI 17,18,19,20,23

2. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar dapat
mengukur apa yang akan diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji validitas menunjukkan
sejauh mana tingkat interpretasi dan konsep-konsep yang diperoleh memiliki makna
yang sesuai antara peneliti dan yang diteliti (Lapau, 2012). Instrumen yang akan
diuji validitas diujikan kepada sampel yang berjumlah 30 orang (Sugiyono, 2012).
Uji validitas ini akan dilakukan pada sampel yang memiliki karakteristik yang sama
dengan sampel pada saat pengambilan data nanti. Uji validitas dapat menggunakan
rumus pearson product moment, setelah itu diuji menggunakan uji t dan kemudia
dilihat hasi penafsiran dan korelasi (Hidayat, 2008). Uji validitas dan reliabilitas
pada penelitian ini akan dilakukan di Desa Serua
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini uji
reliabilitas dilakukan dengan internal consistency dimana instrumen dicobakan
sekali saja, data yang diperoleh dianalisa dengan rumus spearmen brown.
3. Prosedur Pengumpulan Data

Jenis pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan data primer. Data primer
didapatkan langsung dari responden penelitian melalui kuisioner. Kuisioner tersebut
berisikan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat pengetahuan responden
mengenai pemberian ASI Eksklusif.
Tahap pengumpulan data sebagai berikut:
1. Peneliti mengajukan surat untuk melakukan penelitian Desa Serua
untuk uji validitas dan realibilitas instrumen
2. Peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas instrumen
3. Primigravida yang bersedia menjadi responden penelitian diberikan
kuisioner pretest untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden tentang
pemberian ASI eksklusif
27
E. Pengolahan Data

1. Teknik pengolahan data

Agar analisis penelitian menghasiljan informasi yang benar, ada beberapa tahapan
dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:
a. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi dari formulir atau
kuisioner apakah jawabannya sudah lengkap terisi, jelas terbaca, relevan dengan
pertanyaan, dan konsisten (Sutanto, 2006).

b. Coding

Coding adalah kegiatan untuk merubah data dalam bentuk angka/bilangan, misalnya
untuk variabel pendidikan dilakukan koding 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMA dan 4 =
perguruan tinggi (Sutanto, 2006).

c. Processing

Langkah ketiga ini dilakukan setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar serta
telah melalui pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah agar data yang sudah di-
entry dapat dilakukan analisis. Pemrosesan data ini dilakukan dengan meng-entry data
dari kuisioner ke paket program komputer, seperti salah satu program yang umum di
guakan untunk meng-entry data adalah paket program SPSS (Sutanto, 2006).

d. Cleaning

Proses cleaning atau pembersihan data adalah kegiatan pemeriksaan kembali data
yang sudah di-entry apakah terjadi kesalahan atau tidak. Kesalah tersebut dapat terjadi
pada saat meng-entry ke komputer (Sutanto, 2006).

2. Analisa data

Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini akan dianalisa dengan analisis univariat
dan bivariat yang selanjutnya akan diinterpretasikan lebih lanjut untuk menguji hipotesa.
Untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:
a. Analisa univariat (analisa deskriptif)

Tujuan dari analisa univariat adalah untuk menjelaskan atau mendeskripsikan


karakteristik pada setiap variabel penelitian. Bentuk dari analisis ini tergantung dari jenis
datanya. Untuk data numerik digunakan nilai mean, median, dan standar deviasi.
Umumnya dalam analisis ini hanya meghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Analisa pada penelitian ini adalah karakteristik
respoden berdasarkan usia, kelas, pernah mendapatkan informasi, sumber informasi yang
didapat, selain itu juga menganalisa juga terkait tingkat pengetahuan dan perilaku

28
sebelum dilakuakn pendidikan kesehatan tentang kabies dan tingkat pengetahuan dan
perubahan perilakusesudah dilakuakn pendidikan kesehatan tentang skabies.

b. Analisa bivariat

Analisis bivariat dilakukan setelah analisis univariat. Analisis bivariat dilakuakn pada
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Penelitian ini di analisa
menggunakan uji beda dua mean independent T-test untuk mengetahui adakah efektifitas
pendidikan kesehatan yang dilakukan pada kelompok perlakuan (Sutanto, 2006).

F. Etika dalam penelitian

Nursalam (2009) mengatakan pada umumnya prinsip etika penelitian data dapat
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu;
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian haruslah dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada
subjek, terutama apabila menggunakan suatu tindakan khusus
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi dari subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan ang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam
penelitian tidak akan digunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan subjek
c. Risiko
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang
berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia
a. Hak untuk bersedia/tidak bersedia menjadi responden
Subjek memiliki hak untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi
subjek atau tidak tanpa adanya sangsi apapun atau akan berakibat terhadap
kesembuhannya jika subjek adalah seorang pasien
b. Hak untuk mendapatkanjaminan dari perlakuan yang diberikan
Peneliti harus mampu memberikan penjelasan secara rinci serta bertanggung
jawab jikaada sesuatu yang terjadi pada subjek
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap mengenai tujuan dari
penelitian yang akan dilaksanakan, subjek juga memiliki hak kebebasan untuk
berpartisipasi atau tidak dalam penelitian ini.
3. Prinsip keadilan
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, maupun sesudah
keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata
mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian
b. Hak dijaga kerahasiaannya
Subjek memiliki hak untuk meminta bahwa data yang diebrikan harus
dirahasiakan, maka dari itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(Confidentiality)

29
30
DAFTAR PUSTAKA

Badriul, dkk. (2008). Bedah ASI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


Bardosono, Saptawati. 2011. Dampak Kegemukan Tidak Seketika. Jakarta : Kompas Cetak.
BonnyDanuatmaja,MilaMeiliasari,2003.40HariPascaPersalinan.Edisi1.Jakarta:Puspa
Swara.
Cox,S,.2006.BreastFeedingwithConfidence.PanduanUntukBelajarMenyusui dengan
PercayaDiri.Jakarta:PTElexMultimediaComputindo.
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI
Dianartiana, A & Sumini, N. L. 2011. Hubungan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini
denganKeberhasilanPemberianASIEksklusifpadaIbuyangMempunyaiBayiUsia712
BulandiKotaSemarang.JurnalDinamikaKebidanan.
Erlina, 2008.Metodologi Peneltian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi
kedua, Cetakan Pertama. Medan : USU Press.
Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula ya ?. Jogjakarta : FlashBook
Kristiyansari, W., 2009. ASI:Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Medika
Lawrence. R. 2004. Breastfeeding A Guide for Medical Profession 6th ed.St.Louis. MO. CV.
Mosby
Manoka, F. B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta Selatan : Noura Books (PT.
Mizan Publika
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum). Jakarta : TIM\
Maulana, H. 2007. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Mubarak, dkk., 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar
dalam Pendidikan. Yogyakarta : Graha Ilmu
Notoatmodjo, s, 2005, Promosi kesehatan teori dan Aplikasi, Jakarta : PT Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Prasetyo, Bambang, Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif : Teori dan
Aplikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Pudjiadi, Solihin. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Roesli.2000.MengenalASIExklusif.Jakarta:PustakaPengembanganSwadayaNusantara.
Roesli, Utami. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Seri Satu. Jakarta : Trubus Agriwidya.
Suryoprajogo, M. 2009. Keajaiban Menyusui. Yogyakarta: Keyword
Wawan,AdanDewi,M.2010.TeoridanPengukuranPengetahuan,Sikapdan Perilaku
Manusia..Yogyakarta:NuhaMedika.
YLKI. (2005). Jalan Panjang Menyukseskan Program ASI Eksklusif 6 Bulan, Warta
Konsumen.EdisiFebruari2005/No.02/XXXI,hal.1014.
Yuliarti,Nurheti.2010. KeajaibanASIMakananTerbaikuntukKesehatan,Kecerdasan,
danKelincahanSiKecil.Yogyakarta:C.VANDIOFFSET

31
32

Você também pode gostar

  • LP Anemia
    LP Anemia
    Documento14 páginas
    LP Anemia
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Kel 1 LP Psik A
    Kel 1 LP Psik A
    Documento63 páginas
    Kel 1 LP Psik A
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Kl. 5a - Petkon P2
    Kl. 5a - Petkon P2
    Documento3 páginas
    Kl. 5a - Petkon P2
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Kel 1 LP Psik A
    Kel 1 LP Psik A
    Documento63 páginas
    Kel 1 LP Psik A
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Kel 2 LP Psik A
    Kel 2 LP Psik A
    Documento88 páginas
    Kel 2 LP Psik A
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Infodatin Anak
    Infodatin Anak
    Documento12 páginas
    Infodatin Anak
    Ihda Paridah
    Ainda não há avaliações
  • Laporan Pendahuluan Hipertiroid
    Laporan Pendahuluan Hipertiroid
    Documento15 páginas
    Laporan Pendahuluan Hipertiroid
    priska
    Ainda não há avaliações
  • BR 1 Nov - Indoor Jum, 2 Nov
    BR 1 Nov - Indoor Jum, 2 Nov
    Documento1 página
    BR 1 Nov - Indoor Jum, 2 Nov
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • 4519 - Hasil Translate DL 5
    4519 - Hasil Translate DL 5
    Documento12 páginas
    4519 - Hasil Translate DL 5
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • SP Keptusaasan Revisi1 PDF
    SP Keptusaasan Revisi1 PDF
    Documento2 páginas
    SP Keptusaasan Revisi1 PDF
    ZuhdiSyuhadaSejatiy
    Ainda não há avaliações
  • Chapter 18
    Chapter 18
    Documento11 páginas
    Chapter 18
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Fase Denial
    Fase Denial
    Documento1 página
    Fase Denial
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Makalah DK 3 SN, CKD, & HD
    Makalah DK 3 SN, CKD, & HD
    Documento32 páginas
    Makalah DK 3 SN, CKD, & HD
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Asi 1
    Asi 1
    Documento32 páginas
    Asi 1
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Pinjam Panitia
    Pinjam Panitia
    Documento2 páginas
    Pinjam Panitia
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Desi
    Desi
    Documento8 páginas
    Desi
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Juklak Dan Juknis LCT Vi
    Juklak Dan Juknis LCT Vi
    Documento4 páginas
    Juklak Dan Juknis LCT Vi
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Panduan Kritik
    Panduan Kritik
    Documento3 páginas
    Panduan Kritik
    desi haryati
    Ainda não há avaliações
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Documento2 páginas
    Daftar Pustaka
    desi haryati
    Ainda não há avaliações