Você está na página 1de 8

ARTIKEL

KODE ETIK PROFESI KEGURUAN DALAM PEMBENTUKAN GURU


YANG BERKARAKTER PANCASILA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan Dosen Mata
Kuliah Filsafat Etika dan Nilai yang diampu oleh Bapak Tetep, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Resti Fitriana

(13611011)

3A PPKn

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP GARUT )

2016
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN DALAM PEMBENTUKAN GURU
YANG BERKARAKTER PANCASILA

Guru merupakan komponen pendidikan yang sangat berperan penting


dalam kegiatan belajar mengajar. Kedudukan guru merupakan posisi yang penting
dalam dunia pendidikan khususnya di lembaga pendidikan formal. Tidak bisa
dibayangkan jika pada sebuah bangsa tidak memiliki guru. Mungkin semua orang
bisa belajar secara otodidak tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa peran guru itu
sangat penting dan diperlukan.

Guru paling pertama, karena semua pekerjaan, semua cita-cita, semua


profesi tentunya tidak lepas dari peran seorang guru. Tidak bisa dipungkiri
seorang pilot, dokter, polisi, astronot sekalipun tidak akan mungkin bisa menjadi
seorang yang berhasil seperti itu tanpa peran seorang guru, bahkan seorang guru
pun juga tidak lepas dari peran penting dari guru pula.

Tugas guru bukan hanya mengajar tetapi guru juga bertugas untuk
mendidik. Guru adalah pendidik, dimana pendidik adalah orang yang memikul
tanggungjawab untuk membimbing. Pendidik tidak sama dengan pengajar karena
mengajar adalah bagian dari tugas pendidik, seorang pelajar hanya melakukan
proses pemberian materi pelajaran atau dengan transfer ilmu kepada murid-
muridnya dan indikator keberhasilan tertinggi seorang pengajar adalah ketika
orang yang diajari (murid) paham betul dengan materi yang telah diajarkannya.
Sedangkan pendidik bukan hanya bertanggungjawab menyampaikan materi
pelajaran kepada murid saja, tetapi juga membentuk kepribadian seseorang anak
didik itu bernilai tinggi.

Guru dalam bahasa jawa diartikan digugu dan ditiru. Sebutan ini
mempunyai arti yang dalam. Digugu artinya apapun tutur kata yang diucapkan
oleh seorang guru itu sesuatu yang baik, sesuatu yang mengandung nasihat dan
arahan yang baik.
Guru dalam istilah Jawa digugu mempunyai tanggungjawab yang berat
dalam tiap bertutur kata yang jika disalahgunakan akan memberikan dampak yang
tidak baik, baik untuk murid maupun guru itu sendiri. Kepercayaan masyarakat
akan seorang guru menjadikan guru sebagai seorang yang menjadi penentu dalam
tiap perkembangan dalam kebaikan.

Istilah guru ditiru mengandung arti yang dalam yaitu berkaitan dengan
tingkah laku etika yang dimilikinya. Setiap tingkah laku yang dikerjakan menjadi
panutan yang membawa kebaikan. Pola perilaku seorang guru menjadi sorotan
masyarakat mulai dari cara berpakaian, kebiasaan, etika atau adab yang dimiliki
dan digunakan seorang guru. Guru menjadi contoh kebaikan yang nyata dengan
didasari ilmu-ilmu pengetahuan yang dimiliki kemudian dituangkan dalam
kegiatan sehari-hari.

Guru merupakan tenaga kependidikan yang memiliki tugas utama untuk


mendidik, mengajar, melatih, serta mengarahkan peserta didik agar memiliki
kesiapan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat dengan bangsa
lain. Oleh karena itu kedudukan guru sebagai tenaga professional sangatlah
penting dalam terwujudnya visi dan misi penyelenggaraan pembelajaran pada
satuan pendidikan dimana ia melaksanakan tugasnya.

Guru merupakan ujung tombak maju mundurnya dunia pendidikan, secara


langsung menggeluti dunia pendidikan secara praktis dilapangan. Terutama
berkaitan dengan pembelajaran sekaligus berinteraksi dengan kemajuan
pembelajaran para siswa dalam menyampaikan materi pelajaran, untuk mencapai
tujuan pembelajaran.

Jabatan guru merupakan jabatan profesi dimana setiap profesi perlu


memiliki suatu kode etik yang dapat djadikan sebagai pedoman atau dasar-dasar
dalam menjalankan profesinya. Kode etik ini yaitu untuk mengatur dan menjaga
dari pelanggaran etik yang dapat merugikan profesinya itu, maka di perlukan
peraturan sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
dijalaninya. Hal ini kemudian di sebut dengan kode etik profesi. Kode etik
profesipun sebetulnya bukan merupakan hal yang baru, sudah lama dibuat untuk
mengatur tingkah laku moral, suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan-ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh kelompok
itu keberadaan kode etik profesi ini akan dapat memberikan pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang telah digariskan, juga mampu
mencegah adanya campur tangan pihak luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi, sehingga kode etik profesi ini sangat penting
dibutuhkan suatu tujuan profesi dalam menjalankan aktivitasnya.

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi
para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan
larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh
diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah
laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulannya sehari-hari di dalam
masyarakat. Adapun tujuan mengadakan kode etik dalam suatu profesi secara
umum yaitu sebagai berikut :

1. Untuk menjungjung tinggi martabat profesi


2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Penyandang profesi guru adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik. Dalam
melaksankan tugas, mereka harus berpegang teguh pada prinsip ing ngarso sung
tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani. Untuk itu, pihak-pihak
yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya,
agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara

Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi, M.Sc., Profesi Keguruan (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
hlm. 30-32.
maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Dalam
melaksanakan tugas profesinya, Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan
sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan
baik dan sistemik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru
Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam
maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan
demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting
untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Bagi guru,
Kode Etik tidak boleh dilanggar, baik sengaja maupun tidak.

Sebagai tenaga profesional, guru bekerja dipandu oleh Kode Etik. Kode
Etik profesi guru dirumuskan dan disepakati oleh organisasi atau asosiasi profesi
guru. Kode Etik dimaksud merupakan standar etika kerja bagi penyandang profesi
guru. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan
bahwa Guru membentuk organisasi atau asosiasi profesi yang bersifat
independen. Organisasi atau asosiasi profesi guru berfungsi untuk memajukan
profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan
profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Sejalan dengan itu UU
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa guru wajib
menjadi anggota organisasi atau asosiasi profesi. Pembentukan organisasi atau
asosiasi profesi dimaksud dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pada sisi lain UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
mengamanatkan bahwa untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan
martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian, organisasi atau asosiasi
profesi guru membentuk Kode Etik. Kode Etik dimaksud berisi norma dan etika
yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesian.

Dan dengan adanya kode etik, guru indonesia menyadari bahwa


pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa,
dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
Pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggungjawab
atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17
Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan
karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia


indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan
melakukan bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat
sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama
terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

Dengan diaturnya profesi guru dalam kode etik guru, maka akan
terbentuknya guru yang berkarakter pancasila. Dimana dengan adanya kode etik
guru ini akan terbentuknya kepribadian guru yang dapat memberikan bimbingan
dan suri tauladan, secara bersama-sama mengembangkan kreativitas dan
membangkitkan motif belajar serta dorongan untuk maju kepada anak didik
sehingga kepribadian itulah yang akan menentukan ia menjadi pendidik dan
pembina yang baik bagi anak didiknya. Dan dengan adanya kode etik guru ini

Dikutip dari lembaran Kode Etik Guru Indonesia (yang disempurnakan pada Kongres XVI,
Tahun 1989 di Jakarta) terbitan PGRI.
maka nilai-nilai positif dari seorang guru akan dengan mudah disampaikan kepada
para peserta didik.

Adapun kode etik profesi keguruan dalam pembentukan guru yang


berkarakter pancasila yaitu dengan adanya kode etik profesi guru maka sikap,
perkataan, dan perbuatan guru itu harus mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Dimana dimensi kode etik guru dalam pembentukan guru yang berkarakter
pancasila yaitu :

Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Bahwa dengan adanya kode etik
profesi guru maka seorang guru menampilkan dirinya sebagai sosok yang
religius, rajin beribadah, dan menjadi pelopor mengajak peserta didik warga
sekitar untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME.
Sila kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab. Bahwa dengan adanya
kode etik profesi guru maka seorang guru harus memiliki dan mengamalkan
nilai-nilai kemanusiaan. Dimana hakikat dari pendidikan adalah untuk
memanusiakan manusia. Oleh karena itu, guru harus memperlakukan setiap
peserta didiknya secara manusiawi, dan menginternalisasikan nilai-nilai
kemanusiaan kepada mereka agar menjadi manusia-manusia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Sila ketiga : Persatuan Indonesia. Bahwa dengan adanya kode etik profesi
guru maka guru harus menjadi sosok pemersatu bangsa. Guru dapat menjadi
figur yang mampu meredam konflik-konflik di lingkungan peserta didik dan
masyarakat, dapat merekatkan kembali hubungan yang renggang, dapat
meningkatkan tali silaturahmi. Guru juga menjadi pelopor kegiatan gotong
royong di kelas, sekolah, dan masyarakat. Nilai-nilai gotong royong saat ini
sudah semakin terkikis di lingkungan masyarakat digantikan oleh nilai-nilai
individualisme.
Sila keempat : Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Bahwa dengan adanya kode etik profesi guru
maka seorang guru perlu mengedepankan musyawarah mufakat dalam
mengambil keputusan, jangan selalu mengedepankan pemilihan melalui suara
terbanyak (voting).
Sila kelima : Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Bahwa dengan
adanya kode etok profesi guru maka guru dapat mempelopori terwujudnya
keadilan bagi setiap manusia yang implementasinya dimulai dari lingkungan
yang paling kecil seperti bertindak adil kepada diri sendiri, anggota keluarga,
peserta didik, dan masyarakat. Di kelas tidak diskriminatif, memperlakukan
setiap peserta didik sesuai tingkat perkembangan berpikirnya, menghargai
pendapat dan hasil karya peserta didik, melakukan penilaian otentik, dan
memberikan remedial bagi peserta didik yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).

Sehingga dengan adanya kode etik keguruan akan terbentuknya guru yang
berkarakter pancasila dimana guru sebagai jabatan profesi akan lebih berhati-hati
dalam melaksanakan tugas, kewajiban, wewenang, dan haknya sebagai guru,
karena apabila ada guru yang melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesi
guru maka akan diberi sanksi. Dan guru yang berkarakter pancasila juga akan
terbentuk melalui lembaga pendidikan guru yang menjadikan kode etik
keguruannya sebagai norma-norma yang mengatur tentang apa yang boleh
dikerjakan olehnya dan yang tidak boleh dikerjakan olehnya serta menjadikan
pancasila sebagai roh pendidikannya. Dimana dengan adanya kode etik profesi
keguruan, guru akan mengemban tanggungjawab yang tinggi sesuai dengan
sumpah jabatan guru.

Você também pode gostar