Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5-A
1
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pertolonganNya, makalah ini dapat
diselesaikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Tak lupa kelompok
mengucapkan terima kasih kepada bapak dosen Jagentar Pane S.kep., NS., M.kep dalam asuhan
keperawatan pada klien PTCA yang telah memberikan bimbingan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah Sistem
Kardiovaskuler.
Penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari
berbagai pihak sangat dibutuhkan.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagaimana yang
diharapkan oleh Penulis.
Kelompok 5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. mahasiswa mampu mengetahui apa pengertian PTCA
2. mahasiswa mampu mengetahui indikasi dan kontraindikasi PTCA
3. mahasiswa mampu mengetahui prosedur tindakan PTCA
4. mahasiswa mampu mengetahui komplikasi tindakan PTCA
5. mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien PTCA
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Banyak pengertian tentang angioplasti koroner transluminal perkutan atau biasa disingkat
dengan PTCA ( Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) diungkapkan oleh berbagai
sumber antara lain :
a) Menurut Suzanne dan Brenda (2002) angioplasty koroner transluminal perkutan adalah
usaha untuk memperbaiki aliran darah arteri coroner dengan memecah plak atau ateroma
yang telah tertimbun dan mengganggu aliran darah ke jantung. Kateter dengan ujung
berbentuk balon dimasukkan ke arteri koroner yang mengalami gangguan dan diletakkan
diantara daerah aterosklerotik. Balon kemudian dikembangkan dan dikempiskan dengan
cepat untuk memecah plak.
b) Percutaneous Transluminal CoronaryAngioplasty (PTCA), atau Angioplasti Koroner,
adalah prosedur non-bedah dengan invasi minimal yang digunakan untuk membuka
pembuluh darah yang menyempit. Prosedur ini menggunakan kateter yang lentur dengan
balon di ujungnya yang dikembungkan pada tekanan tinggi didalam dinding arteri yang
menyempit. Tindakan ini akan merontokkan plak arteri dari pembuluh darah dan
memperbaiki aliran darah ke otot jantung. Prosedur ini bisa memperbaiki beberapa gejala
yang menyebabkan penyumbatan arteri, seperti nyeri dada atau sesak napas.
c) Tindakan "peniupan" atau "balonisasi" atau "Angioplasti" bertujuan untuk melebarkan
penyempitan pembuluh koroner dengan menggunakan kateter khusus yang ujungnya
mempunyai balon. Balon dimasukkan dan dikembangkan tepat ditempat penyempitan
pembuluh darah jantung. Untuk menyempurnakan hasil peniupan ini, kadang - kadang
diperlukan tindakan lain yang dilakukan dalam waktu yang sama, seperti pemasangan
ring atau cincin penyanggah (Stent), pengeboran kerak di dalam pembuluh darah
(Rotablation) atau pengerokan kerak pembuluh darah (DirectionalAtherectomy).
d) PTCA yaitu prosedur memasukkan kateter kedalam pembuluh darah melalui tusukan
kecil di kulit. Transluminal yaitu prosedur yang dilakukan di dalam pembuluh
darah.Coronary yaitu pembuluh darah arteri di jantung. Angioplasti yaitu teknik
membuka lumen pembuluh darah dengan menggunakan balon.
e) PTCA adalah suatu prosedur terapi untuk memperbaiki aliran darah ke miokard dengan
menempatkan balon kateter pada daerah penyempitan koroner dan mengembangkannya.
Diharapkan lumen tersebut akan lebih lebar dari semula sehingga terjadi perbaikan aliran
darah. Stent adalah alat yang ditanamkan pada pembuluh darah koroner secara mekanis.
PTCA dan stent adalah prosedur perkembangan lanjut dari PTCA dengan menambahkan
suatu alat di daerah stenosis pada koroner untuk mempertahankan pembukaan pembuluh
darah koroner secara mekanis. PCI adalah Percutaneus Coronary Intervention yaitu
istilah lain dari PTCA dengan pemasangan stent.
2.3 Kontraindikasi
Angioplasti koroner trasluminal perkutan jarang dilakukan pada :
1) Pasien dengan oklusi arteri koroner kiri utama yang tidak menunjukkan aliran
kolateral ke arteri sirkumflexa dan desendens anterior.
2) Yang mengalami stenosis di daerah arteria koroner kanan dan aorta.
3) Yang arteri koronernya menunjukkan aneurisma proksimal atau distal stenosis..
4) Fungsi ventrikel kirinya sudah tidak jelas.
3.1 Pengkajian
Pengkajian prabedah
a. Pengkajian fisik
- Sistem pernafasan
Gerakan dada, suara nafas, frekuensi nafas
- Sistem kardiovaskular
Frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah, denyut nadi perifer.
- Sistem pencernaan.
Status nutrisi dan cairan, berat dan tinggi badan.
- Sistem perkemihan
Haluaran urine, berat jenis urine, dan osmolaritas, edema perifer.
- Sistem muskoloskeletal
Tingkat aktivitas klien, kekuatan otot.
- Sistem integumen
Warna kulit, turgor, suhu, keutuhan.
- Ketidaknyamannan
Sifat, jenis, lokasi, durasi,
b. Pengkajian psikologis
Observasi emosi klien, tingkat kecemasan klien.
c. Pemeriksaan penunjang
- EKG : untuk mengetahui disaritmia.
- Sinar X dada
- Hasil laboratorium: darah lengkap, koagulasi, elektrolit, ureum, kreatinin, BUN.
- Kateterisasi.
- ECHO.
Pengkajian intrabedah.
a. Sistem pernafasan
Observasi gerakan dada, suara nafas, frekuensi nafas.
b. Sistem kardiovaskuler.
Observasi tekanan darah, nadi perifer, irama jantung.
c. Sistem neurologi
Observasi tingkat kesadaran klien.
d. Sistem pencernaan
Observasi status cairan dan elektrolit.
e. Sistem perkemihan.
Observasi haluaran urine.
f. Sistem muskoloskeletal
Observasi aktivitas klien, posisi intraoperatif.
g. Sistem integumen.
Warna kulit, turgor, suhu dan kelembapan.
Pengkajian pascabedah.
a. Status respirasi
Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan di berikan sedasi sebelum
dipindahkan ke ICU. Ketika tiba di ICU segera di pasang respirator dan dilihat slang dan
ukuran yang di pakai (melalui mulut dan hidung), gerakan dada, suara nafas, penentuan
ventilator (frekuensi, volume tidal, konsentrasi oksigen, tekanan positif akhir ekspirasi,
kecepatan nafas, tekanan ventilator, saturasi oksigen arteri (SaO2), CO2 akhir tidal, pipa
drainase rongga dada, gas darah arteri, volume tidal dan curah semenit, frekuensi nafas,
FIO2, PEEP, dan karakteristik aspirat, jika warna kehijauan, kental atau berbusa
kemerahan sebagai tanda edema paru dan jika perlu di buat kultur.
b. Sistem kardiovaskuler.
Frekuensi dan irama jantung, suara jantung, tekanan darah arteri, tekanan vena sentral
(CVP), tekanan arteri paru, tekanan baji arteri paru, tekanan atrium kiri (LAP), bentuk
gelombang dan pipa tekanan darah invasif, curah jantung dan indeks, tahanan pembuluh
darah sistemik dan paru, saturasi oksigen arteri paru (SVO2) bila ada, drainase rongga
dada, dan status serta fungsi pacemaker.
c. Sistem neurologi.
Kesadaran di pantau sejak klien mulai bangun atau masih diberikan obat sedatif
pelumpuh otot.
d. Sistem pencernaan.
Observasi status cairan, asupan nutrisi.
e. Sistem perkemihan.
Observasi produk urine setiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan
lain-lain..
f. Nyeri.
Kaji sifat, jenis, lokasi, durasi, ketidaknyamanan, respons terhadap analgetika.
g. Pengkajian komplikasi.
Klien terus menerus dikaji mengenai adanya indikasi ancaman komplikasi, meliputi :
- Penurunan curah jantung.
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Gangguan pertukaran gas.
- Gangguan peredaran darah otak.
NIC :
a. Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi,radiasi, durasi, dn faktor pencetus
nyeri).
b. Observasi ttv
c. Catat adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung.
d. Instrusikan klien dan keluarga untuk pembatasan aktifitas
e. Anjurkan klien untuk menggurangi stress
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ditandai dengan perubahan pada
parameter fisiologis
NOC: setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam klien dapat
menggontrol nyeri, dengan criteria hasil :
1. Kontrol nyeri :
a. Mengenali kapan nyeri terjadi
b. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada professional kesehatan
c. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri
d. Melaporkan nyeri yang terkontrol
NIC:
1. manajemen nyeri :
a. Kaji nyeri secera komprehensif
b. Berikan analgetik sesuai instruksi
c. Evaluasi efektifitas tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan
d. Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
NIC :
1. Pendidikan Kesehatan :
a. Tentukan pengetahuan kesehatan dan gaya hidup perilaku saat ini pada individu dan
keluarga
b. Bantu individu dan keluarga untuk memperjelas keyakina dan nilai-nilai kesehatan
c. Tekankan manfaat kesehatan yang positif
d. Libatkan invidu dan keluarga dalam perencanaan gaya hidup sehat
Tindakan Perawat Post PTCA
1) Menjelaskan dan meminta pasien untuk memberitahu akan adanya tanda-tanda/gejala
bengkak dan perdarahan pada daerah puncti.
2) Menjelaskan bahwa kaki tempat tusukan tidak boleh ditekuk selama 12 jam.
3) Cek tanda-tanda vital setiap 15 menit sampai 12 jam berikutnya sampai stabil.
4) Cek area tusukan blooding atau tidak sesudah tusukan dicabut berikan bantal pasir
selama 46 jam.
5) Ada pulsasi atau tidak pada daerah distal.
6) Minum banyak 23 liter selama 6 8 jam I, makan sesuai diet.
Post Tindakan pada Arteri Radialis
1) Pasien bedrest selama 2 2,5 jam
2) Perhatikan tekanan fiksasi
3) Instruksikan pergelangan tangan jangan ditekuk selama } 2 3 jam
4) Cek pulse radial
Post Tindakan pada Arteri Brachialis
1) Pasien bedrest selama 3 4 jam
2) Perhatikan tekanan verban jangan terlalu ketat
3) Instruksikan tangan jangan dibengkokkan selama 3 jam
4) Cek pulse radialis dan ulnaris
Post Tindakan pada Percutan Arteri Femoralis
1) Pasien bedrest selama 6 12 jam
2) Letakkan bantal pasir di atas tempat punchis selama 4 6 jam
3) Instruksikan untuk tidak membengkokkan kaki yang dipuncti selama 12
jam
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reni Yuli. (2014). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular. EGC :
Jakarta
Mutataqin, Arif. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.
Salemba Medika : Jakarta
Kamitsuru, Shigemi & Herdman, T.Heather.(2015). Nanda International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Defenisi & Klasifikasi 2015-2017. EGC : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
EGC : Jakarta