Você está na página 1de 15

A.

Anatomi Fisiologi

Amandel atau tonsil merupakan kumpulan jaringan limfoid yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Tonsil terletak pada kerongkongan di

belakang kedua ujung lipatan belakang mulut. Ia juga bagian dari struktur yang disebut Ring

of Waldeyer ( cincin waldeyer ). Kedua tonsil terdiri juga atas jaringan limfe, letaknya di

antara lengkung langit-langit dan mendapatn persediaan limfosit yang melimpah di dalam

cairan yang ada pada permukaan dalam sel-sel tonsil. Tonsil terdiri atas:

1. Tonsil fariengalis, agak menonjol keluar dari atas faring dan terletak di belakang koana

2. Tonsil palatina, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

3. Tonsil linguais, epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Tonsil berfungsi mencegah

agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman memasuki

tubuh melalui mulut, hidung, dan kerongkongan, oleh karena itu tidak jarang tonsil

mengalami peradangan. Peradangan pada tonsil disebut dengan tonsilitis, penyakit ini

merupakan salah satu gangguan Telinga Hidung & Tenggorokan ( THT ). Kuman yang

dimakan oleh imunitas seluler tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang

disana serta menyebabkan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis).

Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid bekerja terus dengan

memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan adenoid akan

membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal.


B. Pengertian

Tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil atau amandel

( Reeves, Roux, Lockhart, 2001 ). Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang

merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa

yang terdapat di dalam rongga mulut yaitu : tonsil faringeal ( adenoid ), tonsil palatina ( tosil

faucial), tonsil lingual ( tosil pangkal lidah ), tonsil tuba Eustachius ( lateral band dinding

faring / Gerlachs tonsil ). Tonsilitis akut adalah radang akut yang disebabkan oleh kuman

streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan streptococcus pyogenes, dapat

juga disebabkan oleh virus.

C. Macam-macam tonsillitis

1. Tonsilitis Akut

a. Tonsilis viral : Tonsilitis dimana gejalanya lebih menyerupai commond cold

yang disertai rasa nyeri tenggorok. Penyebab yang paling sering

adalah virus Epstein Barr. Hemofilus influenzae merupakan

penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus

coxschakie, maka pada pemeriksaan rongga mulut akan tampak

luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri

dirasakan pasien.

b. Tonsilitis bakterial : Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus,

hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus,

Streptokokus viridan, Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri

pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan reaksi

radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga

terbentuk detritus. Bentuk tonsilitis akut dengan detritus yang


jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus ini

menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis

lakunaris.

2. Tonsilitis Membranosa

a. Tonsilitis difteri : Tonsilitis diferi merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman

Coryne bacterium diphteriae. Tonsilitis difteri sering ditemukan

pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahunan frekuensi

tertinggi pada usia 2-5 tahun.

b. Tonsilitis septik : Tonsilitis yang disebabkan karena Streptokokus hemolitikus yang

terdapat dalam susu sapi.

c. Angina Plaut Vincent : Tonsilitis yang disebabkan karena bakteri spirochaeta


(stomatitis ulsero
atautriponema yang didapatkan pada penderita dengan higiene
membranosa)
mulut yang kurang dan defisiensi vitamin C.

d. Penyakit kelainan darah : Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan

infeksi mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang

tertutup membran semu. Gejala pertama sering berupa

epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah

kulit sehingga kulit tampak bercak kebiruan.

3. Tonsilis Kronik

Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis

makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan

tonsilitis akut yang tidak adekuat.


D. Etiologi

Penyebab tonsilitis adalah infeksi kuman Streptococcus betahemolyticus, Streptococcus

viridans, dan Streptococcus pyogenes. Dapat juga disebabkan oleh infeksi virus.

E. Patofisiologi

Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut. Amandel atau tonsil

berperan sebagai filter, menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut. Hal ini akan

memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi

kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus. Kuman menginfiltrasi

lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi.

Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses ini

secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang disebut detritus.

Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut

dengan detritus disebut tonsillitis falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu

maka terjadi tonsillitis lakunaris. Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan

hingga menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya sehingga

berhenti makan. Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan, panas, bengkak, dan

kelenjar getah bening melemah didalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot,

kedinginan, seluruh tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang

berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan akan terasa

mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya berakhir setelah 72 jam. Bila

bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),

sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa

dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti
jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok melebar

(kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan

akhirnya timbul perlengketan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini

disertai dengan pembesaran kelenjar limfe submandibula.


F. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala Tonsilitis ialah sakit tenggorokan, demam, ngorok, dan kesulitan

menelan, nyeri tenggorok, tidak nafsu makan, nyeri menelan, kadang-kadang disertai otalgia,

demam tinggi, serta pembesaran kelenjar submandibuler dan nyeri tekan.

G. Komplikasi

Komplikasi tonsilitis akut dan kronik yaitu :

1. Abses pertonsil : Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum

mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan

biasanya disebabkan oleh streptococcus group A ( Soepardi,

Effiaty

2. Otitis media akut : Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius

(eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat

mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.

3. Mastoiditis akut : Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke

dalam sel-sel mastoid.

4. Laringitis : Merupakan proses peradangan dari membran mukosa yang

membentuk larynx. Peradangan ini mungkin akut atau kronis yang

disebabkan bisa karena virus, bakter, lingkungan, maupun karena

alergi

5. Sinusitis : Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satua

atau lebih dari sinus paranasal. Sinus adalah merupakan suatu

rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang terdiri dari

membran mukosa.
6. Rhinitis : Merupakan penyakit inflamasi membran mukosa dari cavum nasal

dan nasopharynx.

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada tonsilitis, meliputi :

1. Penatalaksanaan tonsilitis akut

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat

isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk

mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.

c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung

selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.

d. Pemberian antipiretik.

2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik

a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif

tidak berhasil.

Indikasi dilakukannya tonsilektomi menurut The American Academy of Otolaryngology

Head and Neck Surgery Clinical Indikators Compendium tahun 19951), meliputi :

1. Serangan tonsilitis lebih dari tiga kali per tahun walaupun telah mendapatkan terapi

yang adekuat

2. Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan

pertumbuhan orofasial
3. Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas,

sleep apnea, gangguan menelan, dan gangguan bicara.

4. Rinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil, yang tidak berhasil

hilang dengan pengobatan.

5. Napas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan Tonsilitis berulang yang

disebabkan oleh bakteri grup A Sterptococcus hemoliticus

6. Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan


STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : MUHAMMAD IBNU SAHID
Umur : 10 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kayu tinggi RT 03/04 Jak-Tim
Suku bangsa : Jawa

ANAMNESIS
Keluhan utama :
Sakit tenggorokan

Riwayat penyakit sekarang :


Sakit tenggorokan sejak satu minggu yang lalu, hilang timbul.
Demam tidak ada
Bercak-bercak merah di kulit tidak ada
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM tidak ada
Riwayat batuk dan pilek

Riwayat penyakit dahulu :


Riwayat batuk dan pilek sejak kecil.

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluara yang menderita penyakit seperti ini

Riwayat pekerjaan, sosial ekonomi dan pekerjaan:


Pasien sekolah kelas 3SD

PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : sedang
Kesadaran : cmc
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/menit
Suhu Tubuh : afebris
STATUS LOKALIS THT
Telinga

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Radang - -
Daun Telinga
Kel. Metabolik - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan - -
Cukup lapang (N) Cukup lapang Cukup lapang
Sempit - -
Dinding Liang
Hiperemi - -
Telinga
Edema - -
Massa - -
Bau - -
Warna - -
Sekret / Serumen
Jumlah sedikit sedikit
Jenis serumen Serumen

Membran timpani
Warna putih Putih
Refleks cahaya + +
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi - -
Jenis - -
Perforasi
Kwadran - -
Pinggir - -

Gambar

Tanda radang - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -
Rinne + +
Schwabach Sama dengan Sama dengan
Tes Garpu tala pemeriksa pemeriksa
Weber Tidak ada lateralisasi
Kesimpulan Telinga normal kiri kanan
Audiometri
Hidung
Pemeriksaan Kelainan Dextra Sinistra
Deformitas - -
Kelainan congenital - -
Hidung luar Trauma - -
Radang - -
Massa - -

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dextra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior
Vestibulum Vibrise + Tidak bisa dinilai
Radang - Tidak bisa dinilai
Kavum nasi Cukup lapang (N) N Tidak bisa dinilai
Sempit - Tidak bisa dinilai
Lapang - Tidak bisa dinilai
Sekret Lokasi - Tidak bisa dinilai
Jenis - Tidak bisa dinilai
Jumlah - Tidak bisa dinilai
Bau - Tidak bisa dinilai
Konka inferior Ukuran Eutrofi Tidak bisa dinilai
Warna Merah muda Tidak bisa dinilai
Permukaan Licin Tidak bisa dinilai
Edema _ Tidak bisa dinilai
Konka media Ukuran Eutrofi Tidak bisa dinilai
Warna Merah muda Tidak bisa dinilai
Permukaan Licin Tidak bisa dinilai
Edema - Tidak bisa dinilai
Septum Cukup lurus/deviasi Cukup lurus
Permukaan licin Tidak bisa dinilai
Warna Merah muda Tidak bisa dinilai
Spina - Tidak bisa dinilai
Krista - Tidak bisa dinilai
Abses - Tidak bisa dinilai
Perforasi - Tidak bisa dinilai
Massa Lokasi - Tidak bisa dinilai
Bentuk - Tidak bisa dinilai
Ukuran - Tidak bisa dinilai
Permukaan - Tidak bisa dinilai
Warna - Tidak bisa dinilai
Konsistensi - Tidak bisa dinilai
Mudah digoyang - Tidak bisa dinilai
Pengaruh - Tidak bisa dinilai
vasokonstriktor

Gambar

Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Cukup lapang (N) N N
Koana Sempit - -
Lapang - -
Warna Merah muda Normal
Mukosa Edema - -
Jaringan granulasi - -
Ukuran Normal Normal
Warna Merah muda Normal
Konkha superior
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Adenoid Ada/tidak - -
Muara tuba Tertutup secret - -
eustachius Edema mukosa - -
Lokasi - -
Ukuran - -
Massa
Bentuk - -
Permukaan - -
Ada/tidak Tidak ada Tidak Ada
Post Nasal Drip
Jenis - -

Gambar
Orofaring dan Mulut
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole + Simetris/tidak Simetris
Arkus faring Warna Merah muda
Edema - -
Bercak/eksudat - -
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan - -
Tonsil Ukuran T2 T2
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Muara kripti Melebar
Detritus Ada Ada
Eksudat - -
Perlengketan - -
dengan pilar
Peritonsil Warna Merah muda
Edema - -
Abses - -
Tumor Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Karies/radiks - -
Gigi
Kesan - -
Warna Merah muda Merah muda
Bentuk Normal Normal
Lidah
Deviasi - -
Massa - -

Gambar
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Bentuk Normal Normal
Warna Merah muda Merah muda
Epiglottis Edema - -
Pinggir rata/tidak rata Rata
Massa - -
Warna Merah muda Merah muda
Edema - -
Aritenoid
Massa - -
Gerakan Normal Normal
Warna Merah muda Merah muda
Ventrikular Band Edema - -
Massa - -
Warna Putih Putih
Gerakan simetris Simetris
Plika Vokalis
Pinggir medial Rata Rata
Massa - -
Massa - -
Subglotis/trachea
Sekret ada/tidak - -
Massa - -
Sinus piriformis
Sekret - -
Massa - -
Valekule
Sekret (jenisnya) - -

Gambar

Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening


Inspeksi : tidak terlihat adanya pembesaran kelenjar getah bening leher
Palpasi : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening leher
RESUME
Anamnesis:

Sakit tenggorokan sejak satu minggu yang lalu.


Riwayat batuk pilek sejak masih kecil.

Diagnosis utama : Tonsilitis Kronik.


Diagnosis banding :

Faringitis

Pemeriksaan anjuran :
Lab. Darah lengkap
Terapi :
- Analgetic
- Antibiotik

Terapi anjuran :
Tonsilektomi
Prognosis
ad vitam : bonam
ad sanationum : bonam
ad fungsionum:
Nasehat :
- Makan yang bergizi
- Hindari minum es
- Istirahat yang cukup

Você também pode gostar