Você está na página 1de 18

MAKALAH GANGGUAN KOGNITIF

Tugas Mata Kuliah Komunitas II

Oleh Kelompok :
1. Denok Klara K. 1411B0085
2. Eryna Pardika 1411B0086
3. Fathurrahman 1611P0010
4. Iwanri Taopan 1411B0048
5. Mokh. Arif Hidayat 1411B0063
6. Silvia Alen 1411B0077
7. Vika Maulita S. 1411B0080

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017

A. DEFINISI

Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk memberikan alasan, megingat, persepsi,


orientasi, memperhatikan, serta memberikan keputusan (Stuart dan Laraia, 1998).
Sehingga gangguan kognitif merupakan respon maladaptive yang ditandai dengan
adanya gangguan daya ingat, disorientasi, inkoheren, salah persepsi, penurunan
perhatian serta sukar berpikir logis. Gangguan ini membuat individu berada dalam
kebingungan, tidak mampu menghubungkan kejadian saat ini dengan kejadian yang
lampau.
Gangguan kognitif (cognitive impairment disorders) disebabkan oleh kerusakan
neuron temporer atau permanent, mengakibatkan tidak berfungsinya proses kognitif
(misalnya fungsi otak yang lebih tinggi) yang meliputi memori, penalaran, orientasi,
persepsi dan perhatian (Isaacs Ann, 2005).
Sindrom otak organic adalah gangguan jiwa yang psikotik atau non psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini
disebabkan oleh penyakit seperti meningo-ensefalitis, gangguan pembuluh darah
otak, tumor otak, dan lain sebagainya. Gangguan mental organic adalah suatu
gangguan patologi yang jelas, misalnya tumor otak, penyakit serebrovaskuler, atau
intoksikasi obat (Mansjoer Arif, 2001).

B. RENTANG RESPON

Fungsi kognitif dapat berfluktuktuasi sepanjang rentang respon adaptif dan


maladaptive. Fluktuasli ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kecemasan klien.
Gangguan kognitif ini kebanyakan dialami oleh klien dengan gangguan mental
organic dan gangguan ini dapat terjadi secara episodic atau terus menerus.

Respon adaptif Respon maladaptive

Berpikir logis Pelupa Ketidakmampuan


Koheren Kadang lupa mengambil keputusan
Rasional Kadang tidak dapat Inkoheren
Dapat mengambil berpikir jenrih Disorientasi
keputusan Kadang salah persepsi Kehilangan daya ingat
Kadang tidak dapat Tidak mampu
mengambil keputusan memfokuskan perhatian
Salah persepsi

C. KLASIFIKASI

1. Demensia
Demensia adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh
penurunan fungsi intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat ;
pemikiran abstrak dan daya nilai ; emosi dan kepribadian (Stuart dan Laraia,
1998).
Demensia adalah gangguan progresif kronik yang dicirilkan dengan
kerusakan berat pada proses kognitif dan disfunsi kepribadian serta perilaku
(Isaacs Ann, 2005). Demensia merupakan suatu sindron yang ditandai oleh
berbagai gangguanm fungsi kogniitf tanpa gangguan kesadaran.
Ganggua fungsi kognitif antara lain pada intelegansi, belajar dan daya
ingat, bahasa, pemecahan masalah, orientasi, persepsi, perhatian dan
konsentrasi, penyesuaian, dan kemampuan bersosialisasi.

2. Delirium
Delirium adalah fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan
kekacauan kesadaran yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses pikir
(Stuart dan Laraia, 1998). Umumnya gangguan ini terjadi dalam waktu
singkat (biasanya satu minggu, jarang terjadi lebih dari satu bulan). Delirium
adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya gangguan kesadaran yang
biasanya tampak dalam bentuk hanbatan pada fungsi kognitif .

3. Amnestik
Gangguan amnestik adalah gangguan kognitif yang dicirikan dengan
kerusakan memori yang parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari
materi baru, dapat terjadi konfabulasi dan apatisme. Yang akan dibahas
selanjutnya adalah kedua gangguan kognitif yang lasim terjadi yaitu demensia
dan delirium.

D. ETIOLOGI

Demensia Delirium
Penyakit vaskuler seperti hipertensi, Penyakit akut atau kronis seperti jantung
arterosklerosis. congestive, pneumonia, penyakti ginjal dan
Penyakit Parkinson hati, kanker dab stoke.
Gangguan genetika ; korea Huntington Faktor hormonal dan nutrisi seperti
atau penyakit pick diabetes, ketidakseimbangan adrenal atau
Infeksi virus HIV yang menyerang tiroid, malnutrisi dan dehidrasi.
system saraf pusat Kehilangan penglihatan dan pendengaran
Gangguan struktur jaringan otak seperti Obat-obatan antipsikotik, antihistamin,
tekanan normal hidrosefalus dan trauma. antidepresan, dan antiparkinson.
E. MANIFESTASI KLINIS

Demensia Delirium
Afasia ; kehilangan kemampuan Agitasi, gerakan yang tidak terarah,
berbahasa. tremor, ketakutan, kecemasan, depresi,
Apraksia ; rusaknya kemampuan euphoria, apatis dan gangguan pola tidur.
melakukan aktivitas motorik sekalipun Terdapat pula kemungkinan gangguan
fungsi sensorinya tidak mengalami bicara, inkoherensi, disorientasi, gangguan
kerusakan. memori, dan persepsi yang salah seperti
Agnosia ; kegagalan mengenali atau ilusi dan haslusinasi.
mengidentifikasi obyek atau benda umum Gangguan kesadaran dan pemahaman;
walaupun fungsi sensorinya tidak berkurangnya kemampuan untuk
mengalami kerusakan. mempertahankan perhatian terhadap
Konfabulasi ; mengisi celah-celah seautu hal.
ingatannya dengan fantasi yang diyakini Pikiran yang kacau dan percakapan yang
individu yang terkena melantur
Sundown syndrome ; membruknya Gangguan siklus tidur-bangun
disorientasi di malam hari Perubahan psikomotor (misalnya
Reaksi katastrofik ; respon takut atau hiperaktif, hipoaktif, agitasi, mengantuk)
panic dengan potensi kuat menyakiti diri
sendiri atau orang lain.
Perseveration phenomenon ; perilaku
mengulang, meliputi mengulangi kata-
kata orang lain.
Hiperoralitas ; kebutuhan untuk mecicipi
dan mengunyah benda-benda yang cukup
kecil untuk dimasukan ke mulut
Kehilangan memori ; awalnya hanya hal-
hal yang baru terjadi, dan akhirnya
gangguan ingatan masa lalu
Disorientasi waktu, tempat, dan orang
Berkurangnya kemampuan
berkonsentrasi atau mempelajari materi
baru
Sulit mengambil keputusan
Penilaian buruk ; individu ini tidak
mempunyai kewaspadaan lingkungan
tentang keamanan dan keselamatan

F. AWITAN DAN PERJALANAN PENYAKIT

1. Delirium adalah gangguan akut dengan awitan cepat, yang biasanya bias
disembuhkan bila segera dibati.
2. Demensia adalah gangguan kronis dengan awitan lambat dan biasanya
berprognosis buruk

G. PENATALAKSANAAN

1. Delirium
Pengobatan difokuskan pada identifikasi dan penyembuhan penyebab utama
sambil mendukung proses fisiologik klien dalam menjaga dan meningkatkan
keselamatan. Pengobatan akut berbasis rumah sakit biasanya diindikasikan
untuk gangguan ini.

2. Demensia
Pengobatan diarahkan pada tujuan jangka panjang, yaitu mempertahakan
kualitas hidup pasien gangguan degeneratif dan progresif ini.
v Pendekatan tim multidispliner meliputi upaya kolaboratif dari profesional
Keperawatan, kedokteran, nutrisi, psikiater, psikologi, pekerja social,
farmasi, dan rehabilitasi.
v Fokus keluarga
v Penatalaksanaan berfokus komunitas ; melakukan kunjungan rumah, adult
day care service, memberikan perawatan pribadi bagi klien,
menyediakan kelompok pendukung, penyuluhan masayarakat dan
keluarga, pengumpulan dana dan aktivitas melobi untuk penelitian dan
tindakanlegislatif.
v Intervensi farmakologik
Tujuannya adalah memperlambat laju penurunan kondisdi klien dengan
obat yang meningkatkan kadar asetilkolin dan membantu
mempertahankan fungsi neuronal serta penatalaksanaan perilaku dan
gejala yang menimbulkan stress.

Obat untuk gejala demensia

Klasifikasi Nama Dosis Rasional Penggunaan


Generik/Nama Harian Biasa
Dagang
Obat Takrin (cognex) 40 mg/hari (10 mg Mempengaruhi enzim
antikolinesterase 4x/hari) asetilkilinesterase, yang
memecah asetilkolin. Obat-
obatan ini memungkinkan
asetilkolin tinggal lebih
lama di sinaps

Donepezil 5 mg/hari (sekali


(Aricept) sehari)
Antioksidan Vitamin E 400-800 IU/hari Diberikan berdasarkan
aktivitas melawan proses
oksidasi, yang mensintesis
radikal sitotoksik sintesis.
Ansietas dan agitasi Lorazepam 0,25 mg/hari,
Benzodiazepine (Ativan) dapat ditingkatkan
(BZA) menjadi 2x/hari
Antiansietas non- Buspiron (BuSpar) 15-160 mg/hari
BZA
Antikonvulsan Karbamazepin 200 mg/dua kali
(tegretol) sehari
Divalproleks 250 mg/dua kali
(Depakote) sehari
Halusinasi dan
perilaku menyerang
Antipsikotik
Topikal Haloperidol 0,25 mg/hari atau
(haldol) 2 x sehari
Atipikal 0,5 mg/hari atau 2
Risperidon x sehari
(risperdal)
Depresi
Antidepresan Nefazodon 50 mg/hari, dapat
(serzone) ditambah menjadi
400 mg/hari denga
jadwal 2 x sehari
H. PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Faktor Predisposisi
Biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi biologis, dan system saraf
pusat. Factor-faktor yang mempenagruhinya antara lain :
Faktor usia, neurobiologis (gangguan suplai oksigen, glukosa, dan zat-zat
makanan yang penting untuk fungsi otak, penumpukan racun pada jaringan
otak, penyakit lever kronis, penyakit ginjal kronis, kekurangan vitamin B1,
malnutrisi, factor genetic dan gangguan genetic. Gangguan jiwa seperti
skizophrenia, gangguan bipolar, dan depresi juag dapat mempenagruhi fungsi
kognitif.

2. Faktor presipitasi
Hipoksia, gangguan metabolisme, racun pada otak, adanya perubahan
struktur otak karena tumor atau trauma, stimulus lingkungan yang kurang atau
berlebihan, respon perlawanan terhadap pengobatan.

3. Mekanisme koping
Meknsime pertahanan yang sering digunakan adalah regersi, denial
dan kopensasi.

4. Perilaku
Rasa curiga, bermusuhan, depresi, mencela/memaki dan menarik diri.
Pada klien delirium perilaku yang muncul adalah gelisah, hipersomnolen,
insomnis, hiperaktf, tremor, depresi dan perilaku merusak diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas
Koping individu tidak efektif
Gangguan proses berpikir
Ketakutan
Isolasi social
Risiko cedera
Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh
Konfusi akut/kronik
Perubahan sensori/persepsi
Kurang perawatan diri
Gangguan pola tidur
Risiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri/orang lain
Kerusakan komunikasi
Perubahan fungsi peran
Risiko kerusakan integritas kulit
Koping keluarga tidak efektif
3. Intervensi Keperawatan

1. Tujuan

Pada umumnya tujuan tindakan Keperawatan pada pasien dengan


gangguan kognitif adalah untuk memperbaiki fungsi kognitif. Perawat
berusaha memfungsikan klien seoptimal mungkin sesuai kemampuan klien.
Tujuan umum sering kali sukar ditetapkan karena kagak sulit
mengetahui kedalaman kerusakan yang terjadi, sehingga tindakan
Keperawatan kemudian lebih diarahkan kepada tujuan jangka pendek yaitu
pemenuhan kebutuhan dasar klien antara lain ; kebutuhan tidur, nutrisi,
perawatan diri, peningkatan orientasi realitas, pemeliharaan pola eliminasi
yang optimal, dan pemenuhan kebutuhan spiritual.

Kriteria hasil yang diinginkan klien, pemberi asuhan dan keluarga adalah ;

a. Klien tetap aman dan bebas dari cedera


b. Kurang menunjukkan berkurangnya tingkat ansietas
c. Klien tetap berorientasi sesuai kemampuan
d. Klien tetap mempertahankan aktivitas ehari-hari
e. Klien mempertahankan cairan dan nutrisi yang adekuat
f. Klien tidak menyakiti diri sendiri atau orang lain
g. Klien mengikuti aktivitas dan istirahat rutin yang telah dijadwalkan
h. Klien mengalami reaksi katastropik minimum

2. Tindakan Keperawatan

1. Jaga Keselamatan
a. Lakukan tindakan kedaruratan sesuai kebutuhan, misalnya aspirasi,
cedera, kejang.
b. Antisipasi lingkungan dapat membahayakan pasien
c. Minimalkan risiko masalahkardiovaskuler (misalnya anemia, hipertensi,
angina) dengan diet yang tepat, medikasi, latihan fisik, dan istirahat.
d. Pantau obat-oabatan dan interaksi obat, pastikan dosis yang aman untuk
klien lansia. Beri perhatian khusus terhadap obat-obat antikolinergik.

2. Respon terhadap deficit neurology

a. Panggil klien dengan namanya dan perkenalkan diri anda


Bantu memori klien dengan kalender, papan orientasi, pengingat
musiman, tanda-tanda dan label sesuai kebutuhan
b. Hindai tuntutan yang menimbulkan stres, dan batasi tugas klien dalam
mengambil keputusan
c. Tawari aktivitas sesuai kemampuan klien
d. Hindari atau batasi situasi yang memalukan secara social ; dukung dan
jaga martabat klien
e. Jaga memnyetujui, memperkuat halusinasi, ilusi dan waham
f. Gunakan teknik mengingat untuk mendorong klien menggunakan
ingatan yang lebih utuh. Misalnya gunakan album foto keluarga untuk
menstimulasi ingatan

3. Hindari dan minimalkan reaksi katastropik


a. Pertahankan konsistensi rutinitas
b. Kurangi stimulus lingkungan bila klien cemas
c. Jangan menyentuh klien atau mengadakan pendekatan terlalu cepat bila
klien mengalami iritabilitas, agitasi atau curiga
d. Pertahankan sikap tenang dan mendukung bila klien beragitasi

4. Pertahankan tingkat fungsional klien untuk melakukan aktivitas hidup


sehari-hari
a. Tingkatkan keseimbangan antara isitirahat dan aktivitas
b. Bantu klien dalam beraktivitas
c. Bantu klien toileting sesuai jadwal
d. Pertahankan diet yang seimbang dan pastikan asupan cairan yang
adekuat

3. Evaluasi Hasil
a. Klien menunjukkan berkurangnya ansietas dan bertambahnya
rasa aman dalam lingkungan yang terstruktur.
b. Klien mempertahankan tingkat orientasi yang maksimal sesuai
kemampuannya.
c. Klien mempertahankan kemampuan dalam melakukan aktivitas
sehari-hari
d. Klien menahan diri dari ekspresi perilaku yang tidak disadari

e. Anggota keluarga menggunakan semua pelayanan bantuan dan


sumber daya masyarakat yang tersedia
BAB II
LAPORAN KASUS

Pada bab ini dibahas mengenai pengkajian pasien yang dirawat (identitas
pasien, riwayat keperawatan, observasi dan pemeriksaan fisik, diagnostik test, data
analisis), diagnosis keperawatan, asuhan keperawatan (prioritas masalah, tujuan dan
hasil yang diharapkan, perencanaan), implementasi, dan evaluasi.

2.1 Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan meliputi pengkajian identitas pasien,
riwayat keperawatan pemeriksaan fisik dan diagnostik test yang mendukung
pengumpulan data

2.1.1 Identitas pasien


a. Nama : Ny. U
b. Tempat dan tanggal lahir : Bandung, 1941
c. Usia : 82 Tahun
d. Pendidikan terakhir : SD
e. Agama : Islam
f. Suku, Bangsa : Jawa,Indonesia
g. Status perkawinan : Janda
h. Tinggi badan / Berat badan : 142 cm / 34 kg
i. Penampilan secara umum : Sehat dan bersih
j. Ciri-ciri fisik : Berambut pendek beruban, kulit sawo
matang
k. Alamat : Panti Werdha Budi Pertiwi
l. Orang yang dapat dihubungi : Tidak ada
m. Hubungan dengan klien :-
n. Perawat yang bertugas : Freestly Janry Sanger
o. Tanggal perawatan : 04-15 February 2013

Genogram :

klien 90+ thn (sehat)


(Klien tidak tidak ingat keluarga klien, klien dibawa oleh tukang bejak ke
panti dan tidak membawa Kartu Identitas)

Riwayat Lingkungan Hidup Klien :

Klien menyatakan berasal dari cicalengka (informasi didapatkan dari pertugas


panti werdha) dan sudah lupa mengenai lingkuangan tempat hidupnya dulu
Sistem Pendukung Yang Digunakan Klien :

Sistem pendukung yang digunakan klien hanyalah pegawai dan teman-teman


panti werdha yang selalu membantunya dalam kegiatan sehari-hari.

Deskripsi Kekhususan atau Kebiasaan Ritual :

Sholat 5 waktu dan mengikuti pengajian di panti setiap hari Jumat bersama
dengan teman-teman panti wedha dibantu oleh petugas panti werdha.

ADL (Activity Daily Living) :

Pasien masih bisa melakukan tindakan dengan mandiri misalnya: mandi,


kontinen, kekamar kecil, berpakaian dan mobilisasi. Sedangkan makan
kadang-kadang klien harus di bantu orang lain.

2.1.2 Riwayat Keperawatan

Riwayat keperawatan klien meliputi status kesehatan klien saat ini dan
status kesehatan masa lalu.

Status Kesehatan Klien Saat Ini :


Klien tidak mampu mengungkapkan status kesehatannya secara verbal, dari segi
fisik mengalami kyphosis dan saat ini klien mengalami kepikunan atau demensia.

Status Kesehatan Masa Lalu Klien :


Saat ditanyakan, klien menyatakan sudah lupa atau tidak tahu.

2.1.3 Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Hasil observasi dan pemeriksaan yang dilakukan pada Ny. U adalah:


a. Keadaan umum : Baik
b. Tingkat kesadaran : Compos Mentis
c. Skala koma Glasgow : 15 (E=6, M=4, V=5)
d. Tanda-tanda vital : T: 37c, P: 80 x/m, R: 17x/m, BP: 120/80
mmHg
e. TB dan BB : 142 cm dan 34 kg
f. Kulit : Sawo matang, turgor, hiperpigmentasi
g. Kepala : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
tidak ada memar dan tidak ada lesi
h. Rambut dan kuku : rambut berminyak dan beruban, kuku bersih
i. Mata : Simetris, ada katarak dan konjunktiva normal.
j. Telinga : Simetris, tak tampak kotoran
k. Hidung : Simetris, tampak bersih
l. Mulut dan gigi : Jumlah gigi 2 buah, ada karies.
m. Leher : Tak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar
getah bening, dan tidak ada peningkatan tekanan
vena jugularis, simetris.
n. Sistem Kardiovaskuler : BP= 120/80 mmHg, P= 79 x/m, tidak nyeri tekan.
o. Sistem Pernafasan : Pernafasan normal, R= 18 x/m, bronkovesikular,
dan resonance.
p. Sistem Gastrointestinal : Tampak tumpukan lemak yang berlipat-lipat, tak
ada nyeri tekan, lambung= tympani, hati= dulness
q. Anus dan genitalia : Ada sedikit kotoran dan sedikit bau
r. Sistem Perkemihan : Tidak nyeri saat berkemih, frekuensi berkemih 5-7
x/hari
s. Sistem Muskuloskeletal : Bentuk tulang belakang khiposis.
t. Sistem Endokrin : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan
kelenjar getah bening.
u. Sistem Imun : Menurun seiring dengan pertambahan usia.

Riwayat Psikososial

Klien tidak dapat menceritakan dengan jelas riwayat psikososialnya. Dari


informasi yang didapatkan oma Utik hanya di bawa oleh seorang wanita yang
menemukannya di jalan dan membawanya ke panti werdha, pada saat itu
keadaan oma Utik sudah mengalami demensia.
Keterangan :
Klien terlihat bingung saat dilakukan pengkajian, dan jawaban yang diberikan
klien tidak cocok dengan pertanyaan yang diberikan karena klien sudah pikun
(demensia).
2.1.4 Diagnostik Test

Depresi Beck
Nama : Ny. U
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : -
Tanggal tes : 11 February 2013
NORMAL BECK DEPRESSION INVENTORY
Nilai Total
Tingkatan Depresi :1 10
Naik turunnya perasaan ini tergolong wajar : 11 16
Gangguan mood atau perasaan murung yang ringan :17 20
Garis batas murung yang ringan : 21 30
Depresi sedang : 31 40
Depresi parah : 40 Ke atas
Depresi ekstrim

SPMSQ (Short Poertable Mental Status Queastionaire)


1. Tanggal berapa hari ini? = Salah ( tgl 20, )
2. Apa hari minggu itu? = Tidak tahu
3. Apa nama tempat ini? = Tidak tahu
4. Apakah nomor telepon anda? = Tidak ada
5. Apa nama alamat jalan anda? = Tidak ingat
6. Berapa umur anda? = Tidak ingat
7. Kapan anda lahir? = Tidak ingat
8. Siapa Presiden Indonesia sekarang? = Tidak tahu
9. Siapa nama gadis ibu anda? = Tidak tahu
10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap mengurangi dari setiap nomor baru, semua jalan
ke bawah. = Tidak tahu
Jumlah Kesalahan = 10 Scoring : 0

INDEKS KATZ
1. Bathing :Mandiri
2. Dressing :Mandiri
3. Toileting : Mandiri
4. Transferring : Mandiri
5. Continence : Mandiri
6. Feeding : Tergantung

Indeks Katz = B ( mandiri untuk 5 aktivitas


2.1.5 Analisa Data

Analisa data yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian pada Ny. U


seperti yang tertulis pada tabel dibawah ini.

12-02-2013
Ds : siapa freestly (dalam bahasa sunda) ?
Do : : Klien tidak mampu mengingat nama perawat dengan terus menanyakan
nama perawat tiap kali bertemu, klien mampu menjawab pertanyaan pada saat
pengkajian dan menjawab secara berubah-ubah setiap harinya, tidak mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan
Ds : -
Do : Klien tidak bisa mendengar, klien tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah
mengingat orang, hanya mengetahui bahasa sunda dan kurang tahu bahasa
Indonesia

Masalah Keperawatan :

1.Perubahan proses pikir


2.Hambatan komunikasi verbal

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang didapatkan setelah dilakukan pengkajian adalah :

1. Perubahan proses pikir s/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron


ireversibel)
2. Hambatan komunikasi verbal s/d perubahan persepsi.
2.3 Asuhan Keperawatan

1.Perubahan proses pikir b/d perubahan fisiologis (degenerasi neuron ireversibel).


11 February 2013

Ds : siapa freestly (dalam bahasa sunda) ?


Do : Klien tidak mampu mengingat nama perawat dengan terus menanyakan
nama perawat tiap kali bertemu, klien mampu menjawab pertanyaan pada saat
pengkajian dan menjawab secara berubah-ubah setiap harinya, tidak mampu
menjawab pertanyaan yang diberikan

Klien mampu mengingat nama perawat dengan kriteria tidak menanyakan nama
perawat setelah tindakan keperawatan.
- Lakukan pendekatan kepada klien secara verbal dan tindakan
- Panggil klien dengan namanya.
- Tatap wajah klien ketika berbicara
- Tuliskan nama perawat di sebuah kertas dan di tempelkan pada salah satu
tempat yang mudah dilihat klien.
- Sebutkan nama perawat tiap bertemu dan menanyakan kembali ketika akan
berpisah
- Untuk membina hubungan terapeutik antara klien dan perawat
- Menghargai klien sesuai dengan keadaan yang ada.
- Menghormati klien sebagai pasangan bicara.
- Mengasah daya ingat klien tanpa memaksakan klien.
-Melatih kemampuan klien untuk mengingat

11-13 February 2013


At 11.00
- Melakukan pendekatan pada nenek utik.
- Memanggil nama klien pada saat berbincang.
- Menatap wajah klien saat berbicara.
- Menuliskan nama perawat di kertas dan menempelkannya di meja samping
tempat tidur klien.
- Menyebutkan nama perawat dan menanyakan kembali ketika akan berpisah.
13 February 2013
At 13.50
S : siapa yang namanya freestly.
O : klien belum mampu menyebutkan nama perawat tanpa mengingatkan nya
lagi.
A : masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
2. Hambatan komunikasi verbal b/d perubahan persepsi.

11 February 2013
Ds : -
Do : Klien tidak bisa mendengar, klien tidak tahu hari dan tanggal saat ini, susah
mengingat orang, hanya mengetahui bahasa sunda dan kurang tahu bahasa
Indonesia.

Klien dapat berkomunikasi dengan baik setelah tindakan keperawatan


- Kaji kemampuan klien untuk berkomunikasi.
- Gunakan komunikasi non-verbal.
- Gunakan bahasa tubuh untuk menyampaikan sesuatu.
- Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku (mudah dimengerti)
- Untuk melihat tingkat pengetahuan, dan bahasa yang sering digunakan klien
saat berkomunikasi
- Memperlancar komunikasi agar tidak kaku.
- Membuat klien lebih mengerti dalam berkomunikasi selain membaca.
- Klien dapat memahami dengan baik maksud dari kata-kata yang ditanyakan

11-13 Februay 2013


At 11.00
- Mengkaji kemampuan berkomuniakasi klien.
- Menggunakan komunikasi non verbal dengan menuliskan di buku hal-hal yang
ingin diperbincangkan agar dapat dibaca klien.
- Menggunakan bahasa tubuh seperti pergerakan bibir, dan tangan.
- Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku

13 February 2013
At 12.00
S : __.
O : klien masih belum dapat berkomunikasi dengan baik, klien tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab.
A: Masalah belum teratasi.
P: Lanjutkan intervensi
BAB III
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan

Menurut Hutapea, 2005, Usia lanjut adalah sesuatu yang harus


diterima sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan
diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian. Dan Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara
alamiah dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup
(Nugroho Wahyudi, 2000). Demensia adalah penurunan kemampuan mental
yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana terjadi gangguan ingatan,
fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian. Dengan adanya perubahan dalam proses
berpikir ini, maka asuhan keperawatan sangat dibutuhkan dalam menangani
masalah pada usia lanjut ini.

4.2 Saran

Kurangnya informasi kepada klien tentang demensia, perawatan dan


tentang cara untuk pencegahan, maka penulis memberi saran kepada Panti
Werdha Budi Pertiwi Bandung untuk menyediakan sarana pendidikan
kesehatan yang berhubungan dengan demensia dengan materi yang sederhana
yang dapat di cerna oleh klien dengan mudahnya sehingga klien dapat
mengerti tentang demensia mulai dari definisi, penyebab, tanda dan gejala dan
cara pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA

1.Hutapea, Ronald. 2005. Sehat dan Ceria Diusia Senja. PT Rhineka Cipta:
Jakarta.
2.Tjokronegroho, Arjatmo. Hendra, Utama .2003. Kecerdasan pada Usia Lanjut
dan demensia . FKUI: Jakarta.
3.Nugroho, W.2009. Keperawatan Gerontik & Geriatric. Edisi 3. EGC. Jakarta.
4.Constantinides, P, 2004. General Pathobiology. Appleton & lange.
5.Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan Klien Lanjut Usia Dengan Demensia
Pada Pasien Home Care.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewArticle/389.
diakses tanggal 12 maret 20013.
6.Asosiasi Alzheimer Indonesia.2003 Konsesus Nasional. Pengenalan dan
Penatalaksanaan Demensia Alzheimer danDemensialainya.Edisi 1 Jakarta.
7.Stanley,Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2. EGC: Jakarta.
8.Nugroho,Wahjudi. 2004. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran.
EGC.Jakarta
9.Boedhi-Darmojo, (2009), Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4.
Jakarta : FKUI.
10.Setiati, Siti. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV, FKUI, Jakarta.
11.Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Salemba medika : Jakarta.

Você também pode gostar