Você está na página 1de 3

4. Apa saja tujuan pemeriksaan rontgen ?

Jawab :
Tujuan pemeriksaan rontgen adalah untuk melihat densitas tulang baik setempat
maupun menyeluruh, keadaan korteks dan medula, hubungan antara kedua tulang pada
sendi, kontinuitas, kontur, besar ruang sendi, perubahan jaringan lunak, serta gambaran
khas pada penyakit-penyakit tertentu.
Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC.2012.

5. Apa saja jenis fraktur pada lanjut usia?


Jawab :

Lokasi tersering terjadinya fraktur pada orang tua :


1. Fraktur sendi koksa : fraktur kolum / leher femur
2. Fraktur pergelangan tangan : fraktur Colles
3. Fraktur kolumna vertebralis
1. Fraktur Leher Femur
Insiden pada wanita 3x dibanding pria dan osteoporosis (yang juga lebih
sering pada wanita) merupakan faktor predisposisi utama. Dari jenisnya
dapat dibedakan :
a. Sub-kapital dan Transervikal
Mortalitas segera rendah
Insiden non-union tulang tinggi
Akibat non-union penyembuhan berlangsung lebih lama.
Menurut Garden terdapat 3 derajat :
1. Fraktur inkomplit
2. Fraktur inkomplit non displaced
3. Fraktur komplit displaced

b. Inter-trokhanterik dan Sub-trokhanterik


Angka kematian segera lebih tinggi

2. Fraktur Colles
Fraktur pada distal radius biasa karena terjadi terjatuh dengan posisi
tangan menahan tubuh.

3. Fraktur Kolumna Vertebralis


Fraktur didaerah kolumna vertebralis sebagai akibat osteoporosis bisa
terjadi dalam bentuk crush (pada wanita pasca menopause) atau bentuk
multipel, seperti baji (wanita/pria akibat osteoporosis senilis). Gejala dan
tanda sering tidak khas. Kadang-kadang penderita merasa nyeri dengan
derajat ringan sampai sedang. Nyeri akan bertambah bila bergerak atau
batuk dan berkurang pada waktu istirahat. Khas adalah timbulnya bengkok
akibat fraktur daerah punggung ( Dowagers hump ), yang juga berakibat
tinggi penderita berkurang. Nyeri yang timbul bisa disertai nyeri akibat
penekanan syaraf sesuai dengan dermatom, karena penekanan syaraf
didaerah tersebut. Nyeri biasanya akan membaik dalam waktu 2-4 minggu,
sedangkan fraktur akan sembuh dalam waktu 3-4 bulan.

Sjam Suhidrsajat R. & Loim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Darmojo, Boedi.2011. Buku Ajar : Geriatri Ed. 4. Jakarta : Balai Penerbit
Universitas Indonesia.

17. Apa saja faktor risiko terjadinya ulkus dekubitus?


Jawab:
Menurut Potter & Perry (2005), ada berbagai faktor yang menjadi predisposisi terjadi
luka dekubitus pada pasien yaitu:
a. Gangguan Input Sensorik
Pasien yang mengalami perubahan persepsi sensorik terhadap nyeri dan tekanan
beresiko tinggi menggalami gangguan integritas kulit dari pada pasien yang
sensasinya normal. Pasien yang mempunyai persesi sensorik yang utuh terhadap nyeri
dan tekanan dapat mengetahui jika salah satu bagian tubuhnya merasakan tekanan
atau nyeri yang terlalu besar. Sehingga ketika pasien sadar dan berorientasi, mereka
dapat mengubah atau meminta bantuan untuk mengubah posisi.

b. Gangguan Fungsi Motorik


Pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri beresiko tinggi terhadap
dekubitus. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan tetapi, tidak mampu mengubah
posisi secara mandiri untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hal ini meningkatkan
peluang terjadinya dekubitus. Pada pasien yang mengalami cedera medulla spinalis
terdapat gangguan motorik dan sensorik. Angka kejadian dekubitus pada pasien yang
mengalami cedera medula spinalis diperkirakan sebesar 85%, dan komplikasi luka
ataupun berkaitan dengan luka merupakan penyebab kematian pada 8% populasi ini
(Ruller & Cooney, 1981 dalam Potter & Perry, 2005).
c. Perubahan Tingkat Kesadaran
Pasien bingung, disorientasi, atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak
mampu melindungi dirinya sendiri dari luka dekubitus. Pasien bingung atau
disorientasi mungkin dapat merasakan tekanan, tetapi tidak mampu memahami
bagaimana menghilangkan tekanan itu. Pasien koma tidak dapat merasakan tekanan
dan tidak mampu mengubah ke posisi yang labih baik. Selain itu pada pasien yang
mengalami perubahan tingkat kesadaran lebih mudah menjadi binggung. Beberapa
contoh adalah pada pasien yang berada di ruang operasi dan untuk perawatan intensif
dengan pemberian sedasi.

d. Gips, Traksi, Alat Ortotik dan Peralatan Lain


Gips dan traksi mengurangi mobilisasi pasien dan ekstermitasnya. Pasien yang
menggunakan gips beresiko tinggi terjadi dekubitus karena adanya gaya friksi
eksternal mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik
kedua adalah tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips terlalu ketat
dikeringkan atau ekstremitasnya bengkak.

Sudoyo,dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid 1. Jakarta:


Internal Publishing.

Você também pode gostar