Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PEMBIMBING :
Dr. H. Dindin Budhi Rahayu, SpKK
Oleh :
Nama : Yaumul Robbi Fakhri
NIM : 2012730109
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:1
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hypodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel serta jaringan lemak. 1
1. Lapisan Epidermis
e. Stratum Basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical
pada perbatasan dermo-epidermal bergaris seperti pagar (palisade). Sel-sel
basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri
atas dua jenis sel yaitu:
a) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan
antar sel
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel
berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan
mengandung butir pigmen (melanosomes).
2. Lapisan Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu:1
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis , berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen,
elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental
asam hialuronat dan kondrotin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblast.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan (bundle)
yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifta
lentur dengan bertambahnya usia menjadi kurang larut sehingga makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, membetuk amorf dan mudah mengembang serta lebih
elastic.
Saluran getah bening dari kulit yang penting dalam mengatur tekanan dari
cairan interstisial oleh resorpsi cairan dilepaskan dari pembuluh dan dalam
membersihkan jaringan sel, protein, lipid, bakteri dan zat terdegradasi. Kelenjar
getah bening mengalir ke pleksus horizontal pembuluh getah bening yang lebih
besar terletak jauh ke pleksus venous subpapillary. sistem vertikal limfatik
kemudian membawa cairan dan debris melalui dermis reticular lain yang lebih
dalam pleksus mengumpulkan sebagai perbatasan reticular dermis-hipodermis.
Aliran getah bening di dalam kulit tergantung pada pergerakan dari jaringan yang
disebabkan oleh denyutan arteri dan kontraksi otot skala besar dan gerakan tubuh,
dengan arus balik dicegah dengan katup bikuspid-seperti dalam pembuluh.
B. Adneksa Kulit
1. Kelenjar Kulit
2. Kuku
Kuku adalah bagian terminal dari lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam jari disebut akar kuku (nail root),
bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut
badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas.
Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1mm per
minggu.
Sisi kuku agak mencekung dan membentuk alur kuku (nail groove). Kulit
tipis yang menutupi kuku dibagian proksimal disebut eponikium sedang kulit
kuku yang bebas disebut hiponikium.
3. Rambut
Terdiri aras bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian
yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada dua macam tipe rambut yaitu
rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut
terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, memiliki medulla
dan terdapat pada orang dewasa.
Pada manusia dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat di bulu mata,
rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis dan janggut yang pertumbuhannya
dipengaruhi oleh hormone seks (androgen).
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6
tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0,35 mm per hari. Fase telogen
(istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase
katagen (involusi temporer).
Rambut normal dan sehat berkilat, elastic dan tidak mudah patah.
Komposisi rambut terdiri atas karbon 5-,6-%, hydrogen 6,36%, nitrogen 17,14%,
sulfur 5,0% dan oksigen 20,80%.
Gambar 2.5 Fase Pertumbuhan Rambut
Uretra
Uretra adalah organ berbentuk pipa yang terdapat antara ostium uretra
internum dan ostium uretra eksternum. Panjangnya 20 cm dan menyerupai
hurup S terbalik horizintal, dari vesika urinaria ke simfisis pubis melengkung
dengan cekungan ke depan atas, sedangkan bagian selanjutnya melengkung
dengan cekungan menghadap ke bawah belakang. Pada uretra terdapat dapat
dibedakan :
- Pars prostatika
- Pars membranasea
- Pars spongiosa
Bagian ini terletak dalam glandula prostatika antara ostium uretra internum
dan fasia diagfragma urogenitale superior, panjangnya 3 cm dan merupakan
bagian uretra melebar dengan daya dilatasi terbesar. Uretra dilapisi oleh epitel
transisional. Pada dinsing dorsal dapat dilihat :
- Verumontanum : rigi memanjang di garis tengah
Penis
Duktus parauretralis berupa pipa buntu uang teratur sejajar dengan bagian
terakhir uretra dn bermuara di sekitar bibir orifisium uretra eksternum. Glans
penis dan permukaan dalam preputium dilapisi epitel gepeng.
Prostat
Vesikula seminalis
Kedua alat terbeungkus dalam kantung buah zakar (skrotum). Anak buah
zakar (epididimis) melekat pada permukaan posterolateral buah zakar penis. Dari
rete testis dilepaskan 20 pipa, yaitu duktus eferentis yang membentuk kutub atas
epididimis, lalu bersatu menjadi satu saluran yang berliku-liku dan membentuk
kaput kauda epididimis.
ALAT KELAMIN PEREMPUAN
Alat kelamin perempuan dan laki-laki mempunyai asal yang sama, namun
pada perkembangan selanjutnya terjadi beberapa perbedaan.
Klitoris (kelentit)
Uretra
Vagina
Uterus (rahim)
Terdiri atas leher (serviks) dan badan (korpus) uteri. Korpus uteri terdiri
dari 3 lapisan :
- Endometrium
- Miometrium
- Perimetrium
1. pada laki-laki
Penis
Skrotum
Uretra
Getah bening dari uretra pars spongiosa ditampung oleh kelenjar-kelenjar
inguinal superfisial media, kelenjar-kelenjar inguinal dalam, dan kadang-
kadang oleh kelenjar iliaka eksterna. Sedangkan getah bening dari uretra pars
prostatika dan membranasea disalurkan ke kelenjar-kelenjar vesikel dan
selanjutnya ke kelenjar-kelenjar iliaka interna.
Prostata, vesikula-seminalis
Getah bening dari prostata dan vesikula seminalis ditampung oleh kelenjar-
kelenjar sakral, iliaka eksterna, iliaka interna, dan anorektal.
Getah bening dari testis dan epididimis ditampung oleh kelenjar iliaka eksterna.
2. Pada perempuan
Labium mayus
Getah bening dari labium mayus ditampung oleh kelenjar inguinal superfisisal
medial, kadang-kadang oleh kelenjar iliaka eksterna
Labium minus
Kelenjar bartholin
Klitoris
Ovarium
Uterus
Vagina
D. Fisiologi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai peranan penting, selain fungsi utama yang
menjamin kelangsungan hidup juga memiliki arti lain yaitu estetik, ras, indicator
sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.1
Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu
(termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi.1
1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi terutama yang bersifat
iritan contohnya lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya; gangguan yang
bersifat panas misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet; gangguan infeksi luar
terutama kuman/bakteri maupun jamur. Hal tersebut mungkin karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisik.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit dari pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan
air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat
kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasill
ekskresi keringat dan sebum, keasaan kulit menyebabkan pH kullit berkisar 5-6,5
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses keretinisasi juga berperan sebagai sawar mekanis karena sel-sel
mati melepaskan diri secara teratur.
2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, Iarutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap Iebih mudah diserap. begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi Iebih banyak yang melalui
sel sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.
3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada
waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang diproduksi melindungi
kulit karena Iapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan
keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6.5.
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan - badan Ruffini di dermis dan
subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh Badan badan Krause yang terletak di
dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperen terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh bedan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut Iebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
6. Pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di Iepisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melenasomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. Sel ini jernih
berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengen bentuk enzim tirosinaae, ion Cu dan
O2. Pajanan terhadap sinar metahari mempengeruhi produksi melenosom. Pigmen
diseber ke epidermis melalui tangan-tangan dendril sedangkan ke Iapisan kulit (di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (meienofor). Warna kulit tidak sepenuhnya
dipengeruhi oleh pigmen kulit. melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi
Hb, oksi Hb. dan karoten.
7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,
sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mangadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
manjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti manghilang dan keratinosit ini menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup, dan
sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti . Matoltsy berpendapat mungkin
keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi manjadi lapisan tanduk. Proses
ini berlangsung normal salama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlingdungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8. Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dangan hanya
dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D systemic masih tetap diperlukan.
Micrococcus
Tipe M1 & M2 : sering ditemukan di daerah intertriginosa
Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa
Tipe M7 : sering disebut Sarcina lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal
daripada dermatitis.
Corynebacteria
Aerobic diphtheroids merupakan anggota genus Corynebacterium nonpatogen.
Organisme ini berbentuk batang Gram-positif.
Anaerobic diphtheroid
Contohnya antara lain ialah Corynebacterium acnes, merupakan flora residen di
kulit, terutama di folikel, yakni di tempat-tempat yang banyak sekresi sebum.
Jumlahnya akan bertambah banyak setelah akil balik. Organisme ini bertanggung
jawab pada sebagian besar sebum lipolisis di dalam kanal folikel.
Organisme negatif-Gram
Flora residen lainnya ialah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
organisme grup Mima-Herella.
b. Flora Transien
Patogen atau nonpatogen
Bukan merupakan organisme yang secara teratur terdapat di permukaan kulit
Tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat
memperbanyak diri
Mudah dihilangkan dari kulit normal dnegan cara menghapus atau dengan
desinfektan. Tetapi lebih sukar dihilangkan dari kulit yang sakit
Jenis organismenya sangat banyak (beraneka ragam).
Flora transien terdiri atas :
Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp)
Streptococcus
Neisseria
Basil negatif-Gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora
transien di tempat lain.
c. Faktor Modifikasi
Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organisme
Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organisme. Jumlah
organisme meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat
Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula-mula Staphylococcus
dan micrococci yang predominan, tetapi kemudian diphtheroid dan bentuk
negatif-Gram yang lebih banyak.
F. Lokalisasi Flora Bakteri
Mayoritas organisme aerobik terdapat di permukaan lapisan terluar statum korneum. Juga
banyak ditemukan organisme pada infundibulum folikel rambut. Organisme anaerobik
terdapat dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam
folikel pilosebaseus. Kelenjar keringat, baik ekrin maupun apokrin dan saluran keluarnya
mungkin bebas dari bakteri.
1. Wasitaatmadja, Syarif M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedoteran Indonesia, pp:3-8
2. Wasitaatmadja, Syarif M. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedoteran Indonesia, pp:3-8
3. Gawkrodger, David J. 2003. Dermatology: An Illustrated Colour Text. Edisi Ketiga.
United Kingdom: Churchill Livingstone, pp: 2-7
4. James W, Berger T, Elston D. 2006. Andrews Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology. Edisi Keduabelas. Philadelphia: Elsevier, pp: 2-10