Você está na página 1de 25

REFRESHING

Anatomi, Fisiologi, Mikrobiologi dan Status Dermatologicus

PEMBIMBING :
Dr. H. Dindin Budhi Rahayu, SpKK

Oleh :
Nama : Yaumul Robbi Fakhri
NIM : 2012730109

SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


KEPANITERAAN KLINIK RSUD SAYANG CIANJUR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2017
A. Anatomi Kulit

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:1
1. Lapisan epidermis atau kutikel
2. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin)
3. Lapisan subkutis (hypodermis)

Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan
adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel serta jaringan lemak. 1

Gambar 2.1 Struktur Kulit

1. Lapisan Epidermis

Epidermis didefinisikan sebagain sel skuamosa bertingkat dengan


ketebalan sekitar 0,1 mm, meskipun ketebalan lebih besar (0,8-1,4 mm) di telapak
tangan dan kaki. Epidermis terdirir dari 4 lapisan, yaitu stratum korneum, stratum
lusidum, stratum spinosum, dan stratum basale. 1,3
a. Stratum Korneum
Stratum korneum (lapisan tanduk) adalah lapisan kulit yang paling luar
dan terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang telah mati, tidak berinti,
dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk)
b. Stratum Lusidum
Stratum lusidum terdapat langsung dibawah stratum korneum, merupakan
lapisan sel-sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah
menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan tersebut tampak lebih jelas
di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum
Stratum granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2 atau 3 lapis sel-sel
gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya.
Butir-butir kasar ini terdiri atas keratohialin. Stratum granulosum juga
tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum Spinosum
Stratum spinosum (stratum Malpighi) atau disebut pula prickle cell layer
(lapisan akanta) terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk polygonal
yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, dan inti
terletak di tengah-tengah. Diantara sel-sel stratum spinosum terdapat
jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri atas protoplasma dan
tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan-jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Diantara sel
spinosum terdapat pula sel Langerhans. Sel stratum spinosum banyak
mengandung glikogen.

e. Stratum Basale
Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang tersusun vertical
pada perbatasan dermo-epidermal bergaris seperti pagar (palisade). Sel-sel
basal ini mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif. Lapisan ini terdiri
atas dua jenis sel yaitu:
a) Sel-sel yang berbentuk kolumnar dengan protoplasma basofilik inti
lonjong dan besar, dihubungkan satu dengan yang lain oleh jembatan
antar sel
b) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell merupakan sel
berwarna muda dengan sitoplasma basofilik dan inti gelap dan
mengandung butir pigmen (melanosomes).

Gambar 2.2 Lapisan Epidermis

2. Lapisan Dermis

Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal
daripada epidermis. Lapisan ini terdiri atas lapisan elastic dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen seluler dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi
menjadi dua bagian yaitu:1
a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis , berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah
b. Pars retikulare, yaitu bagian dibawahnya yang menonjol ke arah subkutan.
Bagian ini terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen,
elastin dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental
asam hialuronat dan kondrotin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblast.
Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblast, membentuk ikatan (bundle)
yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifta
lentur dengan bertambahnya usia menjadi kurang larut sehingga makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, membetuk amorf dan mudah mengembang serta lebih
elastic.

Gambar 2.3 Gambaran Histologi dari Dermis

3. Lapisan Subkutis (hypodermis)

Lapisan subkutis adalah kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat


longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel ini membentuk kelompok yang
dipisahkan satu dengan yang lain oleh trabekula fibrosa. Lapisan sel-sel lemak
disebut panikulus adipose, berfungsi sebagai cadangan makanan. Dilapisan ini
terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Tebal
tipisnya jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokalisasinya. Di abdomen
dapat mencapai ketebalan 3 cm, di daerah kelopak mata dan penis sangat sedikit.
Lapisan lemak ini juga merupakan bantalan.1
4. Vaskularisasi Kulit

Vaskularisasi kulit diatur oleh 2 pleksus, yaitu pleksus superfisial atau


upper horizontal plexuses yang terdapat di dermis dan pleksus profunda atau
lower horizontal plexuses yang terdapat di subkutis. Pleksus superficial mensuplai
kapiler, end arteriol dan venula ke papilla dermis. Sedangkan pleksus profunda
terdiri atas pembuluh darah yang lebih besar dibandingkan pleksus superficial. 4

5. Kelenjar Getah Bening

Saluran getah bening dari kulit yang penting dalam mengatur tekanan dari
cairan interstisial oleh resorpsi cairan dilepaskan dari pembuluh dan dalam
membersihkan jaringan sel, protein, lipid, bakteri dan zat terdegradasi. Kelenjar
getah bening mengalir ke pleksus horizontal pembuluh getah bening yang lebih
besar terletak jauh ke pleksus venous subpapillary. sistem vertikal limfatik
kemudian membawa cairan dan debris melalui dermis reticular lain yang lebih
dalam pleksus mengumpulkan sebagai perbatasan reticular dermis-hipodermis.
Aliran getah bening di dalam kulit tergantung pada pergerakan dari jaringan yang
disebabkan oleh denyutan arteri dan kontraksi otot skala besar dan gerakan tubuh,
dengan arus balik dicegah dengan katup bikuspid-seperti dalam pembuluh.

B. Adneksa Kulit

Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku

1. Kelenjar Kulit

Terdapat di lapisan dermis, terdiri atas:


a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Ada dua macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar erekrin yang kecil-kecil,
terletak dangkal di dermis dengan secret yang encer, dan kelenjar apokrin
yang lebih besar, terletak lebih dalam dan sekretnya lebih kental. Keringat
mengandung air, elektrolit, asam laktat dan glukosa. Biasanya pH keringat
berkisar antara 4-6,8.
Kelenjar erekrin telah dibentuk sempurna pada 28 minggu
kehamilan dan baru berfungsi 40 mnggu setelah kelahiran. Saluran
kelenjar ini berbentuk spiral dan bermuara langsung di permukaan
kulit. Terdapat di seluruh permukaan kulit dan terbanyak di telapak
kaki, tangan, dahi dan aksila. Sekresi bergantung pada beberapa
faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik, faktor panas, dan
stress emosional.
Kelenjar apokrin dipengaruhi oleh saraf adrenergic, terdapat di
aksila, areola mammae, pubis, labia minora dan slauran telinga
luar. Fungsi apokrin pada manusia belum jelas, pada waktu lahir
kecil namun pada pubertas mulai esar dan mengeluarkan secret.

b. Kelenjar palit (glandula sebasea)


Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali di telapak tangan dan
kaki. Kelenjar palit disebut juga kelenjar holokrin karena tidak berlumen
dan sejret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar
palit bisanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada
lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam
lemak bebas, skualen, wax ester dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh
hormone androgen.

2. Kuku

Kuku adalah bagian terminal dari lapisan tanduk (stratum korneum) yang
menebal. Bagian kuku yang terbenam dalam jari disebut akar kuku (nail root),
bagian yang terbuka di atas dasar jaringan lunak kulit pada ujung jari disebut
badan kuku (nail plate), dan yang paling ujung adalah bagian kuku yang bebas.
Kuku tumbuh dari akar kuku keluar dengan kecepatan tumbuh kira-kira 1mm per
minggu.
Sisi kuku agak mencekung dan membentuk alur kuku (nail groove). Kulit
tipis yang menutupi kuku dibagian proksimal disebut eponikium sedang kulit
kuku yang bebas disebut hiponikium.

Gambar 2.4 Anatomi Kuku

3. Rambut

Terdiri aras bagian yang terbenam dalam kulit (akar rambut) dan bagian
yang berada di luar kulit (batang rambut). Ada dua macam tipe rambut yaitu
rambut halus, tidak mengandung pigmen dan terdapat pada bayi, dan rambut
terminal yaitu rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, memiliki medulla
dan terdapat pada orang dewasa.
Pada manusia dewasa selain rambut di kepala, juga terdapat di bulu mata,
rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis dan janggut yang pertumbuhannya
dipengaruhi oleh hormone seks (androgen).
Rambut tumbuh secara siklik, fase anagen (pertumbuhan) berlangsung 2-6
tahun dengan kecepatan tumbuh kira-kira 0,35 mm per hari. Fase telogen
(istirahat) berlangsung beberapa bulan. Di antara kedua fase tersebut terdapat fase
katagen (involusi temporer).
Rambut normal dan sehat berkilat, elastic dan tidak mudah patah.
Komposisi rambut terdiri atas karbon 5-,6-%, hydrogen 6,36%, nitrogen 17,14%,
sulfur 5,0% dan oksigen 20,80%.
Gambar 2.5 Fase Pertumbuhan Rambut

C. Anatomi Alat Kelamin

ALAT KELAMIN LAKI-LAKI

Uretra

Uretra adalah organ berbentuk pipa yang terdapat antara ostium uretra
internum dan ostium uretra eksternum. Panjangnya 20 cm dan menyerupai
hurup S terbalik horizintal, dari vesika urinaria ke simfisis pubis melengkung
dengan cekungan ke depan atas, sedangkan bagian selanjutnya melengkung
dengan cekungan menghadap ke bawah belakang. Pada uretra terdapat dapat
dibedakan :

- Pars prostatika

- Pars membranasea

- Pars spongiosa

Uretra pars prostatika

Bagian ini terletak dalam glandula prostatika antara ostium uretra internum
dan fasia diagfragma urogenitale superior, panjangnya 3 cm dan merupakan
bagian uretra melebar dengan daya dilatasi terbesar. Uretra dilapisi oleh epitel
transisional. Pada dinsing dorsal dapat dilihat :
- Verumontanum : rigi memanjang di garis tengah

- Sinus prostatikus : muara saluran glandula prostata

- Kolikulus seminalis dan duktus eyakulatorius

Uretra pars membranasea

Merupakan bagian uretra terpendek ( 1,2 cm), mulai dari ujung


prostat sampai umbi zakar dan juga dilapisi epitel transisional. Kecuali di ostium
uretra eksternum, bagian ini merupakan bagian uretra tersempit. Disebelah kanan
dan kiri, terletak glandula bulbouretralis cowper. Pars membranasea ini dilingkari
otot lingkar m. Sfingter uretra eksternum.

Uretra pars spongiosa

Merupakan bagian uretra terpanjang ( 15 cm) dari fasia dari fasia


diagfragma urogenitale inferior sampai ostium uretra eksternum. Dilapisi epitel
torak, kecuali 12 mm terakhir (fosa navikularis) yang dilapisi epitel goreng
berlapis. Potongan melintangnya 0,5 cm melebar fosa navikularis, kemudian
menyempit kembali di orifisium uretra eksternum. Di dinding atas dan sisi
terdapat muara kelenjar-kelenjar uretra (littre) yang mengarah ke ventral.

Penis

Di dalam zakar (penis) terdapat badan pengembung (erektil), yaitu :

1. korpus spongiosum penis yang meliputi uretra

2. korpus kavernosum penis, di sebelah dorsoateral kanan dan kiri korpus


spongiosum penis

1. korpus spongiosum penis

Badan pengembung ini melebar di kedua ujungnya dengan membentuk


umbi zakar (bolbus penis) di akar dan di ujung proksimalnya, yakni kepala zakar
(glans penis). Glans penis diliputi oleh kulup (preputium) yang disebelah ventral
berhubungan dengan glans melalui frenulum prepusium. Di kedua sisi glans
melalui frenulum ini bermuara saluran kelenjar sebasea, yaitu tyson yang
menghasilkan smegma.

Duktus parauretralis berupa pipa buntu uang teratur sejajar dengan bagian
terakhir uretra dn bermuara di sekitar bibir orifisium uretra eksternum. Glans
penis dan permukaan dalam preputium dilapisi epitel gepeng.

2. korpus kavernosum penis

Kedua korpus kavernosum penis di akar penis berpancar masing-masing


membentuk krus penis yang memperoleh fiksasi pada ramus inferior os pubis dan
ramus superior os iskii.

Prostat

Berukuran 4x4 cm, terletak di bawah kandung kemih, di atas


digfrahma urogenitale dan meliputi bagian pertama uretra. Terdiri atas 2 lobus
lateral dan 1 lobus medial, salurannya di lapisi oleh epitel torak dan bermuara
pada uretra pars prostatika.

Vesikula seminalis

Kedua vesikula seminalis merupakan alat yang gepeng, lonjong dan


panjang 5 cm. Struktur dalamnya berupa tabung yang berkelok-kelok. Saluran
kedua vesikula seminalis. Masing-masing bersatu dengan bagian terakhir duktus
deferens yang homolateral untuk membentuk duktus eyakulatorius.

Testis dan epididimis

Kedua alat terbeungkus dalam kantung buah zakar (skrotum). Anak buah
zakar (epididimis) melekat pada permukaan posterolateral buah zakar penis. Dari
rete testis dilepaskan 20 pipa, yaitu duktus eferentis yang membentuk kutub atas
epididimis, lalu bersatu menjadi satu saluran yang berliku-liku dan membentuk
kaput kauda epididimis.
ALAT KELAMIN PEREMPUAN

Alat kelamin perempuan dan laki-laki mempunyai asal yang sama, namun
pada perkembangan selanjutnya terjadi beberapa perbedaan.

Mons veneris dan labium pudendi

Kedua bibir kemaluan besar (labium mayus pudendi) masing-masing


berasal dari benjolan genital kanan dan kiri, yang pada laki-laki menghasilkan
kantung buah zakar. Persatuan kedua benjolan genital di sebelah ventrokranial
kemudian diubah menjadi bukit kemaluan (mons pubis atau mons veneris). kedua
bibir kemaluan kecil (labium munus pudendi) berasal dari lipat-lipat urogenital
kanan dan kiri yang pada perempuan tidak bersatu di garis tengah. Dalam mons
veneris terdapat jaringan lemak subkutis. Kedua labium mayus berupa lipat yang
tebal mulai dari mins veneris ke belakang bawah untuk bersatu pada komisura
posterior 2,5 cm, ventral terhadap anus. Dalam labium mayus terdapat jaringan
lemak berbentuk kumparan. Kedua labium minus ini di ventral bertemu
membentuk kutup preputium klitorides dan di dorsal bersatu dalam komisura
poserior (fourchette).

Klitoris (kelentit)

Merupakan homolog bagian dorsal penis dan berasal dari tuberkulum


genitale yang tidak berkembang seperti hanya pada laki-laki. Alat ini berisi 2
badan pengembang yang bersatu pada glans klitorides.

Vestibulum pudendi (serambi kemaluan)

Vestibulum pudendi adalah ruangan yang dibatasi oleh kedua bibir


kemaluan kecil (labia minora). pada ruangan ini bermuara orifisium uretra
eksternum, saluran kelenjar bartholin (glandula vestibularis mayor). Dan ostium
vagine. Di kedua ssi vestibulum terdapat dapat pengembung yang dikenal sebagai
bulbus vestibuli. Di ujung inferior bulbus vestibuli sebelah kanan dan kiri terdapat
glandula vestibularis mayor (bartholin) yang dianggap homolog glandula
bulbouretralis (cowper) pada laki-laki. Saluran kelenjar bartholin bermuara di
permukaan dalam labium minus pada perbatasan antara 2/3 bagian deepan dan 1/3
bagian belakang.

Himen (selaput dara)

Merupakan lipatan mukosa membatasi ostium vagina pada gadis.

Uretra

Panjang uretra perempuan hanya 3 cm, dengan epitel transisional di bagian


proksimal dan epitel berlapis di bagian distal. Kelenjar skene terletak di sebelah
kanan dan kiri, lateral dari orifisium uretra eksternum. Saluran dilapisi epitel torak
dan bermuara di vestibulum vagina atau orifisium uretra eksternum

Vagina

Vagina adalah saluran penghubung antara vestibulum pudendi dan serviks


uteri. Panjang dinding depan 9 cm dan dinding belakang 14 cm, terdiri atas epitel
gepeng berlapis yang mengandung banyak glikogen.

Uterus (rahim)

Terdiri atas leher (serviks) dan badan (korpus) uteri. Korpus uteri terdiri
dari 3 lapisan :

- Endometrium

- Miometrium

- Perimetrium

Di dalam korpus uteri terdapat sebuah rongga berukuran 5x8 cm disebut


rongga rahim (kavum uteri). Bagian atas korpus uteri disebut fundus uteri dan di
sudut lateral fundus uteri bermuara saluran telur (tuba uterina) ke dalam kavum
uteri.

Tuba uterina dan ovarium


Tuba uterina terlentang melintang di sisi kanan dan kiri rahim, ukuran
panjang 12 cm, terdiri atas pars uteri, ismus, ampula dan fimbrie. Tuba uterina
dilapisi epitel torak berambut getar. Ovarium berbentuk oval dan melekat pada
permukaan dorsal ligamentum latum uteri.

SISTEM PEMBULUH GETAH BENING DAN KELENJAR GETAH BENING


ALAT KELAMIN2

Kelenajar getah bening alat kelamin dapat dibedakan menjadi dua


kelompok besar.

1. traktus horizontalis kelenjar-kelenjar inguinal superfisialis dan kelenjar-


kelenjar inguinal dalam (profundus)

2. kelenjar getah bening dalam panggul da sepanjang aorta abdominalis,


terutama merupakan kelenjar-kelenjar regional bagi alat-alat reproduksi.
Nama kelenjar-kelenjar tersebut disesuaikan dengan nama pembuluh darah
yang diiringinta atau sesuai dengan nama alat yang terdapat berdekatan
dengan kelenjar-kelenjar bersangkutan.

1. pada laki-laki

Penis

Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-kelenjar


inguinal superfisial medial, kadang-kadang ditampung oleh kelenjar-kelenjar
iliaka eksterna. Anyaman pembuluh getah bening dalam ditampung oleh
kelenjar-kelenjar inguinal dalam medial.

Skrotum

Pembuluh getah bening skrotum ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal


superfisial medial.

Uretra
Getah bening dari uretra pars spongiosa ditampung oleh kelenjar-kelenjar
inguinal superfisial media, kelenjar-kelenjar inguinal dalam, dan kadang-
kadang oleh kelenjar iliaka eksterna. Sedangkan getah bening dari uretra pars
prostatika dan membranasea disalurkan ke kelenjar-kelenjar vesikel dan
selanjutnya ke kelenjar-kelenjar iliaka interna.

Prostata, vesikula-seminalis

Getah bening dari prostata dan vesikula seminalis ditampung oleh kelenjar-
kelenjar sakral, iliaka eksterna, iliaka interna, dan anorektal.

Testis dan epididimis

Getah bening dari testis dan epididimis ditampung oleh kelenjar iliaka eksterna.

2. Pada perempuan

Labium mayus

Getah bening dari labium mayus ditampung oleh kelenjar inguinal superfisisal
medial, kadang-kadang oleh kelenjar iliaka eksterna

Labium minus

Ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial medial, inguinal dalam,


dan iliaka eksterna.

Kelenjar bartholin

Ditampung oleh kelenjar-kelenjar vesikel anterior.

Klitoris

Anyaman pembuluh getah bening dangkal ditampung oleh kelenjar-kelenjar


inguinal superfisial medial dan kelenjar-kelenjar inguinal dalam medial.
Anyaman pembuluh getah bening dalam ditampung oleh kelenjar-kelenjar
iliaka eksterna.
Uretra

Getah bening uretra ditampung oleh kelenjar-kelenjar inguinal superfisial


medial, kelenjar-kelenjar inguinal dalam, interiliaka, dan gluteal inferior.

Ovarium

Ditampung oleh kelenjar-kelenjar sepanjang aorta abdominalis.

Uterus

Fundus uteri : sama seperti ovarium. Korpus uteri : ke kelenjar-kelenjar


sepanjang aorta, kelenjar-kelenjar inguinal superfisial. Dan interiliaka. Serviks
uteri : ke kelenjar-kelenjar iliaka dan kelenjar-kelenjar aorta

Vagina

Bagian kranial : beranastomosis dengan serviks uteri lalau ke kelenjar iliaka


eksterna dan interiliaka. Bagian kaudal : ke kelenjar-kelanjar interiliaka gluteal
inferior dan beberapa kelenjar inguinal superfisial. Bagian dorsal : ke kelenjar
anorektal

D. Fisiologi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai peranan penting, selain fungsi utama yang
menjamin kelangsungan hidup juga memiliki arti lain yaitu estetik, ras, indicator
sistemik, dan sarana komunikasi non verbal antara individu satu dengan yang lain.1
Fungsi utama kulit adalah proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu
(termoregulasi), pembentukan pigmen, pembentukan vitamin D dan keratinisasi.1

1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan kimiawi terutama yang bersifat
iritan contohnya lisol, karbol, asam dan alkali kuat lainnya; gangguan yang
bersifat panas misalnya radiasi, sengatan sinar ultraviolet; gangguan infeksi luar
terutama kuman/bakteri maupun jamur. Hal tersebut mungkin karena adanya
bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisik.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit dari pajanan sinar
matahari dengan mengadakan tanning. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi
karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan
air, di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat-zat
kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit ini mungkin terbentuk dari hasill
ekskresi keringat dan sebum, keasaan kulit menyebabkan pH kullit berkisar 5-6,5
sehingga merupakan perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun
jamur. Proses keretinisasi juga berperan sebagai sawar mekanis karena sel-sel
mati melepaskan diri secara teratur.

2. Fungsi absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, Iarutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap Iebih mudah diserap. begitupun yang larut
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antara sel, menembus sel-sel
epidermis atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi Iebih banyak yang melalui
sel sel epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

3. Fungsi ekskresi
Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau
sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Kelenjar lemak pada fetus atas pengaruh hormon androgen dari ibunya
memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion, pada
waktu lahir dijumpai sebagai vernix caseosa. Sebum yang diproduksi melindungi
kulit karena Iapisan sebum ini selain meminyaki kulit juga menahan evaporasi air
yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan
keringat di kulit menyebabkan keasaman kulit pada pH 5-6.5.

4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan - badan Ruffini di dermis dan
subkutis. Terhadap dingin diperankan oleh Badan badan Krause yang terletak di
dermis. Badan taktil Meissner terletak di papila dermis berperen terhadap rabaan,
demikian pula badan Merkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan
terhadap tekanan diperankan oleh bedan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik
tersebut Iebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

5. Pengaturan suhu (termoregulasi)

Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan


mengerutkan (otot berkontrasi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh
darah sehingga memungkinkan kulit mendepet nutrisi yang cukup baik . Tonus
veskular dipengaruhi oleh saraf simpetis (asetilkolin). Pada bayi biasanya dinding
pembuluh darag belum terbentuk sempurna, sehingga terjadi ekstrevasasi cairan.
karena itu kulit bayi tempak lebih edematosa karena lebih banyak mengendung air
dan Na.

6. Pembentukan pigmen
Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di Iepisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1.
Jumlah melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melenasomes)
menentukan warna kulit ras maupun individu. Pada pulasan H.E. Sel ini jernih
berbentuk bulat dan merupakan sel dendrit, disebut pula sebagai clear cell.
Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengen bentuk enzim tirosinaae, ion Cu dan
O2. Pajanan terhadap sinar metahari mempengeruhi produksi melenosom. Pigmen
diseber ke epidermis melalui tangan-tangan dendril sedangkan ke Iapisan kulit (di
bawahnya dibawa oleh sel melanofag (meienofor). Warna kulit tidak sepenuhnya
dipengeruhi oleh pigmen kulit. melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi
Hb, oksi Hb. dan karoten.

7. Fungsi keratinisasi
Lapisan epidermis dewasa mempunyai 3 jenis sel utama yaitu keratinosit,
sel Langerhans, melanosit. Keratinosit dimulai dari sel basal mangadakan
pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya
manjadi sel spinosum, makin ke atas sel menjadi makin gepeng dan bergranula
menjadi sel granulosum. Makin lama inti manghilang dan keratinosit ini menjadi
sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup, dan
sampai sekarang belum sepenuhnya dimengerti . Matoltsy berpendapat mungkin
keratinosit melalui proses sintesis dan degradasi manjadi lapisan tanduk. Proses
ini berlangsung normal salama kira-kira 14-21 hari, dan memberi perlingdungan
kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.

8. Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dangan hanya
dari hal tersebut, sehingga pemberian vitamin D systemic masih tetap diperlukan.

E. Flora Normal Kulit


PRICE pada tahun 1938 membedakan flora transien dan flora residen. Flora transien
terdiri atas organisme yang sangat beraneka ragam, dapat bersifat patogen dan nonpatogen,
yang tiba di permukaan kulit. Flora tersebut dianggap tidak memperbanyak diri di permukaan
kulit dan cepat menghilang dengan hapusan, jadi tidak dapat mempertahankan dirinya secara
tetap pada kulit normal. Flora transien juga lebih muda dihilangkan dari kulit normal dengan
desinfektan.
Flora residen terdiri atas sejumlah kecil jenis organisme yang memperbanyak diri di
permukaan kulit. Flora residen hampir selalu secara teratur terdapat pada kebanyakan
individu normal, berupa organisme yang nonpatogen dan tidak mudah menghilang dengan
hapusan.
Perbedaan antara flora residen dengan flora transien dicantumkan dibawah ini.
a. Flora Residen
Nonpatogen
Sebagai organisme yang stabil di permukaan kulit. Hampir selalu secara teratur
terdapat pada kebanyakan individu normal
Dapat mempertahankan diri dari tekanan-tekanan kompetisi oleh organisme
lainnya yang secara kontinyu mengkontaminasikan permukaan kulit. Dapat
memperbanyak diri secara teratur
Tidak mudah dihilangkan dengan cara menghapus
Jenis organismenya sangat kecil. Kebanyakan organismenya termasuk salah satu
dari dua famili, yaitu famili Micrococcaceae atau famili Corynebacteriaceae.
Flora residen yang tersering ialah :
a) Micrococcaceae
b) Corynebacterium acnes
c) Aerobic diphteroids
Famili Micrococcaceae terdiri atas 3 genera :
a) Micrococcus
b) Staphylococcus
c) Sarcina
Sifat-sifat famili Micrococcaceae ialah kokus Gram-positif dan katalase positif.

Klasifikasi sistem Baird Parker (1963) :


Berdasarkan kemampuan membentuk asam dari glukosa dalam kondisi anaerobik,
maka Micrococcaceae dibagi dalam genus Staphylococcus yang memberi reaksi
positif, dan genus Micrococcus yang memberi reaksi negatif. Kemudian masing-
masing genus dibagi lagi dalam subdivisi, contoh : Staphylococcus mempunyai 7
tipe. Pembagian subdivisi tersebut berdasarkan kemampuan organisme memproduksi
asam dari gula, memproduksi fosfatase, dan membentuk aseton dari glukosa.
S I ialah Staphylococcus aureus, dapat dibedakan dari subdivisi lainnya
berdasarkan sifat koagulase positif dan fermentasi anaerobik manitol positif.
Organisme-organisme yang termasuk dalam subdivisi-subdivisi S II dan S V disebut
Staphylococcus epidermidis. S VI ialah galur yang dapat memproduksi asam dari
manitol secara aerobik, tetapi tidak secara anaerobik. S I jarang ditemukan dalam
jumlah besar pada kulit normal dewasa. Galur S II dari grup ini dapat diisolasikan
dari hampir setiap sampel kulit normal. S VI dapat meragi manitol secara aerobik.

Micrococcus
Tipe M1 & M2 : sering ditemukan di daerah intertriginosa
Tipe M3 : dominan pada kulit kepala dewasa
Tipe M7 : sering disebut Sarcina lutea, lebih sering ditemukan pada kulit normal
daripada dermatitis.
Corynebacteria
Aerobic diphtheroids merupakan anggota genus Corynebacterium nonpatogen.
Organisme ini berbentuk batang Gram-positif.

Anaerobic diphtheroid
Contohnya antara lain ialah Corynebacterium acnes, merupakan flora residen di
kulit, terutama di folikel, yakni di tempat-tempat yang banyak sekresi sebum.
Jumlahnya akan bertambah banyak setelah akil balik. Organisme ini bertanggung
jawab pada sebagian besar sebum lipolisis di dalam kanal folikel.

Organisme negatif-Gram
Flora residen lainnya ialah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan
organisme grup Mima-Herella.

b. Flora Transien
Patogen atau nonpatogen
Bukan merupakan organisme yang secara teratur terdapat di permukaan kulit
Tidak dapat mempertahankan dirinya secara tetap pada kulit normal. Tidak dapat
memperbanyak diri
Mudah dihilangkan dari kulit normal dnegan cara menghapus atau dengan
desinfektan. Tetapi lebih sukar dihilangkan dari kulit yang sakit
Jenis organismenya sangat banyak (beraneka ragam).
Flora transien terdiri atas :
Organisme aerobik yang membentuk spora (Bacillus spp)
Streptococcus
Neisseria
Basil negatif-Gram yang berasal dari daerah intertriginosa dapat menjadi flora
transien di tempat lain.
c. Faktor Modifikasi
Pantang mandi tidak meningkatkan jumlah organisme
Musim rupanya hanya berpengaruh sedikit pada jumlah organisme. Jumlah
organisme meningkat jika suhu luar dan kelembaban meningkat
Penambahan hidrasi akan meningkatkan flora total. Mula-mula Staphylococcus
dan micrococci yang predominan, tetapi kemudian diphtheroid dan bentuk
negatif-Gram yang lebih banyak.
F. Lokalisasi Flora Bakteri
Mayoritas organisme aerobik terdapat di permukaan lapisan terluar statum korneum. Juga
banyak ditemukan organisme pada infundibulum folikel rambut. Organisme anaerobik
terdapat dalam jumlah besar pada sebum yang disekresikan dan mungkin pada bagian dalam
folikel pilosebaseus. Kelenjar keringat, baik ekrin maupun apokrin dan saluran keluarnya
mungkin bebas dari bakteri.

G. Peranan Flora Normal


Yang terpenting ialah sebagai pertahanan terhadap infeksi bakteri, dengan jalan
interferensi bakteri
Memproduksi asam lemak bebas. Terdapat banyak bukti Corynebacterium acnes
dan kokus negatif-Gram mampu menghidrolisiskan lemak dari sebum dan
menghasilkan asam lemak bebas.

H. Flora pada Orifisium Tubuh Meatus


Meatus auditorium eksternum
Di samping Micrococci dan diphtheroid, juga terdapat basil tahan asam yang
nonpatogen.
Vestibulum nasi
Organisme yang tersering diisolasi ialah Micrococci dan diphtheroid. Staphylococcus
dapat ditemukan pada separuh populasi yang diambil samplenya. Streptococcus pyogenes
kadang-kadang juga ditemukan.
Uretra
Micrococci dan diphtheroid biasanya terdapat dalam jumlah kecil. Mycobacterium
smegmatis mungkin ditemukan di sekret preputium pada laki-laki dan wanita.
Vulva
Organisme aerobik, termasuk diphteroid, Micrococci, enterococci dan coliform
banyak ditemukan pada vulva.
Umbilikus
Umbilikus bayi biasanya dikolonisasi oleh Staphylococcus aureus segera lahir. Juga
dikolonisasi oleh Streptococcus pyogenus.
I. Pembuatan Status Dermatovenerologicus
Anamnesis
Diperoleh dari penderita sendiri (autoanamnesis) dan/atau pengantarnya (alo-
anamnesa)
o Keluhan utama
Merupakan keluhan yang menyebabkan penderita datang berobat, keluhan
objektif (ruam) + keluhan subjektif (rasa)+ lokalisasi ruam + lamanya timbul
ruam
Contoh: bintil-bintil disertai rasa gatal di tangan kanan sudah 3 hari
o Keluhan tambahan
Kadang - kadang ada/ diperlukan keluhan tambahan.
Riwayat penyakit sekarang
Merupakan Uraian tentang lama penyakit, bentuk mula-mula, lokalisasi ruam
berturut-turut, perkembangan/perjalanan penyakit, sudah diobati atau belum,
hubungannya dengan iklim, makanan, penyakit sistemik, obat- obatan yang
dimakan atau dipakai.
Aturan-aturan menyusun RPS :
Garis-garis indeks pada RPP menunjukkan kronologisasi waktu.
Tiap garis indeks: satu alinea, disusun singkat dan rinci ^ waktu + keluhan
obyektif & subjektif + tindakan (manipulasi) + akibatnya (perbaikan,
pemburukan, status quo (menetap) secara objektif maupun subjektif))
Misalnya :
Tiga bulan yang lalu timbul bintil-bintil kemerahan disertai rasa
gatal dikedua tungkai bawah oleh o.s diberi Kalpanax beberapa hari,
penyakitnya tidak sembuh malah timbul pembengkakan
3 hari yang lalu bengkak makin besar lalu diberi obat tradisional
tapi ruam malah menjadi basah
o Jarak waktu tidak boleh terlalu lama (< beberapa bulan
o Memakai bahasa yang sederhana, singkat, jelas, tepat, padat
o Riwayat Penyakit Keluarga : Mungkin penyakit keturunan atau keluarga
sebagai sumber penularan.
o Riwayat Penyakit Terdahulu : Penyakit kulit yang mungkin berulang atau
penyakit lain yang ada hubunga
Pemeriksaan
Terdiri dari pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu) dan
status generalisata (head to toe)
Status dermatologicus
o Lokalisasi: Ada beberapa cara untuk mendeskripsikan paling baik :
gabungan sistem regional digilir secara berurutan menurut sistem kranio-
kauda -> Contoh : regio frontalis, regio aksilaris, regio sternalis, regio
umbilikalis, regio inguinalis, regio pubika, dll
o Ruam
Primer : dideskripsikan/dijabarkan menurut: bentuk, jumlah, ukuran,
susunan, letak, gambaran,
Sekunder: sama
Tes yang dilakukan
Tes yang sesuai dengan jenis ruam / penyakit untuk membantu menegakkan
diagnosis
Pemeriksan laboratorik
Rutin : urin, darah, feses
Khusus : kerokan kulit ^ jamur, skabies, lepra; Sekret uretra, Tes serologik, Darah
Ringkasan
Menyebutkan hal- hal positif dan negatif (secara ringkas) yang menyokong untuk
menegakkan diagnosis, diagnosis banding ^ anamnesis, pemeriksaan,
pemeriksaan dermatologikus, tes- tes, laboratorik dst
Diagnosis banding
Diperlukan bila berdasarkan gambaran klinik meragukanuntuk suatu diagnosis.
Diagnosis sementara
dipilih menempati rangking I DD, yaitu kesimpulan dari semua hasil pemeriksaan
yang telah dilakukan. Jika penyebab penyakit sudah diketahui (dari biopsi atau
kultur) diagnosis pastipun telah dapat ditegakkan
Penatalaksanaan
Umum : anjuran / larangan
Khusus : obat-obatan : sistemik, topikal, tindakan
Pemeriksaan anjuran
Untuk mempertegas diagnosis atau untuk menyingkirkan atau memperkecil
kemungkinan DD lain (biopsi, kultur).
Prognosis
Baik, sedang, buruk tergantung : jenis penyakit, cepat/lambatnya penanggulangan,
adekuat/ tidaknya pengobatan dan kepatuhan penderita
Daftar Pustaka

1. Wasitaatmadja, Syarif M. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Keenam.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedoteran Indonesia, pp:3-8
2. Wasitaatmadja, Syarif M. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh. Jakarta:
Balai Penerbit Fakultas Kedoteran Indonesia, pp:3-8
3. Gawkrodger, David J. 2003. Dermatology: An Illustrated Colour Text. Edisi Ketiga.
United Kingdom: Churchill Livingstone, pp: 2-7
4. James W, Berger T, Elston D. 2006. Andrews Diseases of the Skin: Clinical
Dermatology. Edisi Keduabelas. Philadelphia: Elsevier, pp: 2-10

Você também pode gostar