Você está na página 1de 30

CARA PENYUSUNAN KISI-KISI DAN

BUTIR SOAL
April 8, 2012 pada 3:57 pm (pendidikan)
Tags: kisi-kisi, konstruksi tes, pilihan ganda, soal, uraian

A. Jenis Perilaku yang Dapat Diukur

Dalam menentukan perilaku yang akan diukur, penulis soal dapat mengambil atau memperhatikan

jenis perilaku yang telah dikembangkan oleh para ahli pendidikan, di antaranya seperti Benjamin S.

Bloom, Quellmalz, R.J. Mazano dkk, Robert M. Gagne, David Krathwohl, Norman E. Gronlund dan R.W.
de Maclay, Linn dan Gronlund.

1. Ranah kognitif yang dikembangkan Benjamin S. Bloom adalah: (1) Ingatan di antaranya seperti:

menyebutkan, menentukan, menunjukkan, mengingat kembali, mendefinisikan; (2) Pemahaman di

antaranya seperti: membedakan, mengubah, memberi contoh, memperkirakan, mengambil

kesimpulan; (3) Penerapan di antaranya seperti: menggunakan, menerapkan; (4) Analisis di antaranya

seperti: membandingkan, mengklasifikasikan, mengkategorikan, menganalisis; (5) Sintesis antaranya

seperti: menghubungkan, mengembangkan, mengorganisasikan, menyusun; (6) Evaluasi di antaranya


seperti: menafsirkan, menilai, memutuskan.

2. Jenis perilaku yang dikembangkan Quellmalz adalah: (1) ingatan, (2) analisis, (3) perbandingan, (4)
penyimpulan, (5) evaluasi.

3. Jenis perilaku yang dikembangkan R. J. Mazano dkk. adalah: (1) keterampilan memusat (focusing

skills), seperti: mendefinisikan, merumuskan tujuan, (2) keterampilan mengumpulkan informasi,

seperti: mengamati, merumuskan pertanyaan, (3) keterampilan mengingat, seperti: merekam,

mengingat, (4) keterampilan mengorganisasi, seperti: membandingkan, mengelompokkan,

menata/mengurutkan, menyajikan; (5) keterampilan menganalisis, seperti mengenali: sifat dari

komponen, hubungan dan pola, ide pokok, kesalahan; (6) keterampilan menghasilkan keterampilan

baru, seperti: menyimpulkan, memprediksi, mengupas atau mengurai; (7) keterampilan memadu

(integreting skills), seperti: meringkas, menyusun kembali; (8) keterampilan menilai, seperti:
menetapkan kriteria, membenarkan pembuktian.

4. Jenis perilaku yang dikembangkan Robert M. Gagne adalah: (1) kemampuan intelektual:

diskriminasi, identifikasi/konsep yang nyata, klasifikasi, demonstrasi, generalisasi/menghasilkan

sesuatu; (2) strategi kognitif: menghasilkan suatu pemecahan; (3) informasi verbal: menyatakan

sesuatu secara oral; (4) keterampilan motorist melaksanakan/menjalankan sesuatu; (5) sikap:
kemampuan untuk memilih sesuatu. Domain afektif yang dikembangkan David Krathwohl adalah: (1)
menerima, (2) menjawab, (3) menilai.
6. Domain psikomotor yang dikembangkan Norman E. Gronlund dan R.W. de Maclay adalah: (1)

persepsi, (2) kesiapan, (3) respon terpimpin, (4) mekanisme; (5) respon yang kompleks, (6) organisasi,
(7) karakterisasi dari nilai.

7. Keterampilan berpikir yang dikembangkan Linn dan Gronlund adalah seperti berikut.

a. Membandingkan

Apa persamaan dan perbedaan antara dan

Bandingkan dua cara berikut tentang .

b. Hubungan sebab-akibat

Apa penyebab utama

Apa akibat

c. Memberi alasan (justifying)

Manakah pilihan berikut yang kamu pilih, mengapa?

Jelaskan mengapa kamu setuju/tidak setuju dengan pernyataan tentang .

d. Meringkas

Tuliskan pernyataan penting yang termasuk

Ringkaslah dengan tepat isi

e. Menyimpulkan

Susunlah beberapa kesimpulan yang berasal dari data .

Tulislah sebuah pernyataan yang dapat menjelaskan peristiwa berikut .

f. Berpendapat (inferring)

Berdasarkan , apa yang akan terjadi bila

Apa reaksi A terhadap


g. Mengelompokkan

Kelompokkan hal berikut berdasarkan .

Apakah hal berikut memiliki

h. Menciptakan

Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang .

Lengkapilah cerita tentang apa yang akan terjadi bila .

i. Menerapkan

Selesaikan hal berikut dengan menggunakan kaidah .

Tuliskan dengan menggunakan pedoman.

j. Analisis

Manakah penulisan yang salah pada paragraf .

Daftar dan beri alasan singkat tentang ciri utama .

k. Sintesis

Tuliskan satu rencana untuk pembuktian

Tuliskan sebuah laporan

l. Evaluasi

Apakah kelebihan dan kelemahan .

Berdasarkan kriteria , tuliskanlah evaluasi tentang

B. Penentuan Perilaku yang Akan Diukur

Setelah kegiatan penentuan materi yang akan ditanyakan selesai dikerjakan, maka kegiatan berikutnya

adalah menentukan secara tepat perilaku yang akan diukur. Perilaku yang akan diukur, pada

Kurikulum Berbasis Kompetensi tergantung pada tuntutan kompetensi, baik standar kompetensi
maupun kompetensi dasarnya. Setiap kompetensi di dalam kurikulum memiliki tingkat keluasan dan
kedalaman kemampuan yang berbeda. Semakin tinggi kemampuan/perilaku yang diukur sesuai

dengan target kompetensi, maka semakin sulit soal dan semakin sulit pula menyusunnya. Dalam

Standar Isi, perilaku yang akan diukur dapat dilihat pada perilaku yang terdapat pada rumusan

kompetensi dasar atau pada standar kompetensi. Bila ingin mengukur perilaku yang lebih tinggi, guru

dapat mendaftar terlebih dahulu semua perilaku yang dapat diukur, mulai dari perilaku yang sangat

sederhana/mudah sampai dengan perilaku yang paling sulit/tinggi, berdasarkan rumusan

kompetensinya (baik standar kompetensi maupun kompetensi dasar). Dari susunan perilaku itu, dipilih

satu perilaku yang tepat diujikan kepada peserta didik, yaitu perilaku yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik di kelas.

C. Penentuan dan Penyebaran Soal

Sebelum menyusun kisi-kisi dan butir soal perlu ditentukan jumlah soal setiap kompetensi dasar dan
penyebaran soalnya. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh penilaian akhir semester berikut ini.

Contoh penyebaran butir soal untuk penilaian akhir semester ganjil

No Kompetensi Materi Jumlah soal tes tulis Jumlah soal

Dasar Praktik
PG Uraian

1.1
1 .. 6

1.2
2 .. 3 1

1.3
3 .. 4 1

2.1
4 .. 5 1

2.2
5 .. 8 1

3.1
6 .. 6 1
3.2 ..
7 .. 2

3.3 .
8 .. 8

Jumlah soal 40 5 2

D. Penyusunan Kisi-kisi

Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) merupakan deskripsi kompetensi dan materi yang

akan diujikan. Tujuan penyusunan kisi-kisi adalah untuk menentukan ruang lingkup dan sebagai
petunjuk dalam menulis soal. Kisi-kisi dapat berbentuk format atau matriks seperti contoh berikut ini.

FORMAT KISI-KISI PENULISAN SOAL

Jenis sekolah : Jumlah soal :

Mata pelajaran : Bentuk soal/tes :

Kurikulum : Penyusun : 1.

Alokasi waktu : 2.

Kls/ Materi Nomor


Standar Kompetensi
no Indikator soal
Kompetensi Dasar
smt pokok soal
Keterangan:

Isi pada kolom 2, 3. 4, dan 5 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri, kecuali pada kolom 6.

Kisi-kisi yang baik harus memenuhi persyaratan berikut ini.

1. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi silabus/kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat
dan proporsional.

2. Komponen-komponennya diuraikan secara jelas dan mudah dipahami.

3. Materi yang hendak ditanyakan dapat dibuatkan soalnya.

E. Perumusan Indikator Soal

Indikator dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang dikehendaki. Kegiatan

perumusan indikator soal merupakan bagian dari kegiatan penyusunan kisi-kisi. Untuk merumuskan

indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran,

kompetensi dasar, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas.
Syarat indikator yang baik:

1. menggunakan kata kerja operasional (perilaku khusus) yang tepat,

2. menggunakan satu kata kerja operasional untuk soal objektif, dan satu atau lebih kata kerja
operasional untuk soal uraian/tes perbuatan,

3. dapat dibuatkan soal atau pengecohnya (untuk soal pilihan ganda).

Penulisan indikator yang lengkap mencakup A = audience (peserta didik) , B = behaviour (perilaku

yang harus ditampilkan), C = condition (kondisi yang diberikan), dan D = degree (tingkatan yang

diharapkan). Ada dua model penulisan indikator. Model pertama adalah menempatkan kondisinya di

awal kalimat. Model pertama ini digunakan untuk soal yang disertai dengan dasar pernyataan

(stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragraf, gambar, denah, grafik, kasus, atau lainnya,

sedangkan model yang kedua adalah menempatkan peserta didik dan perilaku yang harus ditampilkan

di awal kalimat. Model yang kedua ini digunakan untuk soal yang tidak disertai dengan dasar
pertanyaan (stimulus).

(1) Contoh model pertama untuk soal menyimak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Indikator: Diperdengarkan sebuah pernyataan pendek dengan topik belajar
mandiri, peserta didik dapat menentukan dengan tepat pernyataan yang sama
artinya.

Soal : (Soal dibacakan atau diperdengarkan hanya satu kali, kemudian peserta
didik memilih dengan tepat satu pernyataan yang sama artinya. Soalnya adalah:
Hari harus masuk kelas pukul 7.00., tetapi dia datang pukul 8.00 pagi hari.)

Lembar tes hanya berisi pilihan seperti berikut:

a. Hari masuk kelas tepat waktu pagi ini.

b. Hari masuk kelas terlambat dua jam pagi ini

c. Hari masuk Kelas terlambat siang hari ini,

d. Hari masuk Kelas terlambat satu jam hari ini

Kunci: d

(2) Contoh model kedua

Indikator: Peserta didik dapat menentukan dengan tepat penulisan tanda baca pada
nilai uang.

Soal : Penulisan nilai uang yang benar adalah .

a. Rp 125,-

b. RP 125,00

c. Rp125

d. Rp125.

Kunci: b

F. Langkah-langkah Penyusunan Butir Soal

Agar soal yang disiapkan oleh setiap guru menghasilkan bahan ulangan/ujian yang sahih dan handal,
maka harus dilakukan langkah-langkah berikut, yaitu: (1) menentukan tujuan tes, (2) menentukan
kompetensi yang akan diujikan, (3) menentukan materi yang diujikan, (4) menetapkan penyebaran

butir soal berdasarkan kompetensi, materi, dan bentuk penilaiannya (tes tertulis: bentuk pilihan

ganda, uraian; dan tes praktik), (5) menyusun kisi-kisinya, (6) menulis butir soal, (7) memvalidasi butir

soal atau menelaah secara kualitatif, (8) merakit soal menjadi perangkat tes, (9) menyusun pedoman

penskorannya (10) uji coba butir soal, (11) analisis butir soal secara kuantitatif dari data empirik hasil
uji coba, dan (12) perbaikan soal berdasarkan hasil analisis.

G. Penyusunan Butir Soal Tes Tertulis

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam penyiapan

bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan indikator soal yang

sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk obyektif dan kaidah
penulisan soal uraian.

Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada perilaku/kompetensi

yang akan diukur. Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes

tertulis dengan bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan

menggunakan tes tertulis dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun
uraian memiliki kelebihan dan kelemahan satu sama lain.

Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan/perilaku

secara objektif, sedangkan untuk soal uraian di antaranya adalah dapat mengukur kemampuan

mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri.

Kelemahan soal bentuk pilihan ganda di antaranya adalah sulit menyusun pengecohnya, sedangkan
untuk soal uraian di antaranya adalah sulit menyusun pedoman penskorannya.

H. Penulisan Soal Bentuk Uraian

Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskannya. Ketepatan

yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan dengan bentuk uraian, yaitu

menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau

mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Adapun

kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang digunakan untuk

menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling sulit dalam penulisan

soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya. Penulis soal harus dapat merumuskan

setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat
subyektivitas penskorannya.

Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan

uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut
sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan

secara objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar salah atau 1 0).

Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban dengan

pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga penskorannya sukar

untuk dilakukan secara objektif. Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini,

maka dalam menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur

adalah kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan, maka skala yang disusun disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.

Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut.

Kesesuaiann isi dengan tuntutan pertanyaan 03

Skor

Sesuai 3

Cukup/sedang 2

Tidak sesuai 1

Kosong 0

Atau skala seperti berikut:

Kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan 0 5 Skor

Skor

Sangat Sesuai 5

Sesuai 4

Cukup/sedang 3

Tidak sesuai 2

Sangat tidak sesuai 1

Kosong 0
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah penulisannya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal ditulis di dalam

format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam satu format. Contoh
format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut ini.

KARTU SOAL

Jenis Sekolah : Penyusun :


1.

Mata Pelajaran : .. 2.

Bahan Kls/Smt :
3.

Bentuk Soal : Tahun Ajaran :


.

Aspek yang diukur :

KOMPETENSI BUKU SUMBER:


DASAR

RUMUSAN BUTIR SOAL

MATERI NO SOAL:

INDIKATOR
SOAL
KETERANGAN SOAL

PROPORSI
DIGUNAKAN JUMLAH
NO TANGGAL TK DP PEMILIH KET.
UNTUK SISWA
ASPEK

A B C D E OMT

FORMAT PEDOMAN PENSKORAN

NO
KUNCI/KRITERIA JAWABAN SKOR
SOAL

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan, dan (3)
pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.

1. Materi

a. Soal harus sesuai dengan indikator.

b. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.

c. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.

d. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.

2. Konstruksi

a. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.

b. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.

c. Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.

d. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

3. Bahasa

a. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.

b. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).

c. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.

d. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

e. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaan peserta didik.

H. Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda

Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulit

dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang

baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya

relatif sama dengan kunci jawaban. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk
pilihan ganda, maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah ketiga
menuliskan pengecohnya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal ditulis di dalam
format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun formatnya seperti berikut ini.

Untuk lebih lengkap bagaimana cara membuat kisi-kisi dan soal yang baik download disini, klik link
di bawah ini!

http://www.ziddu.com/download/19096829/PanduanPenulisanButirSoal.doc.html

atau dalam format PPT untuk presentasi

http://www.ziddu.com/download/19097094/21.PengembanganBahanUjian-pptcontohsoal.ppt.html

semoga bermanfaat, jangan lupa kasih komentar


CARA PENYUSUNAN RPP KURIKULUM 2013 TERBARU
(Sesuai dengan Perbaikan Kurikulum 2013 Terbaru)

Oleh : Adi Saputra, M.Pd

A. Pendahuluan

Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan


dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Setiap guru di setiap satuan
pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di
SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan
SMK/MAK. Untuk menyusun RPP yang benar Anda dapat mempelajari hakikat, prinsip dan langkah-
langkah penyusunan RPP seperti yang salah satunya tertera pada Permendiknas tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah - Pedoman Pelaksanaan
Pembelajaran nomor 103 Tahun 2014. Namun peraturan ini bisa jadi direvisi sesuai dengan
beberapa perbaikan kurikulum 2013.

Perbaikan seperti disebutkan di atas itu salah satunya adalah 5M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, mengolah data, dan memgkomunikasikan)bukanlah prosedur atau
langkah-langkah atau pendekatan pembelajaran. Namun 5M merupakan kemampuan proses
berpikir yang perlu dilatih secara terus menerus melalui pembelajaran agar peserta didik terbiasa
berpikir secara saintifik. Jadi penekanan pada kegiatan inti pada pembelajaran adalah pembelajaran
yang berupa pembelajaran aktif (active learning).

Perbaikan selanjutnya yang berkaitan dengan RPP adalah rumusan KD pada KI-1 dan KD pada
KI-2. Rumusan ini untuk mata pelajaran selain mata pelajaran pendidikan agama-budi pekerti dan
PPKN tidak disusun secara koheren dan linier. Artinya KD-1 dan KD-2 hanya satu, yang ada nanti di
silabus adalah KD-3 dan KD-4 yang disusun secara koheren dan linier yang selalu berpasangan.

Kemudian juga kurikulum 2013 sebenarnya menekankan pada pencapaian kompetensi yang
terdapat pada KD bukan pada materi pelajaran, sehingga nanti ketuntasannya berupa ketuntasan KD
begitu juga dengan penilaiannya. Guru juga seharusnya berpikir bahwasanya indikator-indikator
berperan dalam menuntaskan KD, KD-KD berperan menuntaskan KI, KI-KI berperan menuntaskan
SKL satuan pendidikan.

Pada tulisan ini dilengkapi uraian tentang komponen RPP serta contoh RPP yang telah
mengalami perbaikan dan kita tetap menggunakan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No
103 Tahun 2014 selama peraturan ini belum direvisi dan Permendikbud No 53 Tahun 2015.

B. Format RPP

Secara lebih jelas komponen-komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk
format berikut ini.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : SMAS Harapan Batam

Mata pelajaran : Kimia

Kelas/Semester : /

Alokasi Waktu : ..

A. Kompetensi Inti (KI)

KI-1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

KI-2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran,
damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

KI-3 :.

KI-4 :

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.1.1..

3.1.2, dst

4.1

Indikator Pencapaian Kompetensi

4.1.1.

4.1.2., dst

C. Materi Pembelajaran

(disajikan materi pokok saja dan bisa dibagi berdasarkan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif. Rincian materi setiap pertemuan dinyatakan dalam Lampiran)
D. Kegiatan Pembelajaran

Indikator:

(indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan pertama)

1. Pertemuan Pertama: (...JP)

a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti

c. Kegiatan Penutup

2. Pertemuan Kedua: (...JP)

Indikator:

(indikator yang dirujuk untuk pembelajaran pertemuan kedua)

a. Kegiatan Pendahuluan

b. Kegiatan Inti

c. Kegiatan Penutup

3. Pertemuan seterusnya.

E. Teknik penilaian

1. Penilaian Pengetahuan

a. Aspek yang di nilai

b. Teknik penilaian

c. Instrumen (terlampir)

d. Rubrik Penilaian (terlampir)

2. Penilaian Keterampilan

a. Aspek yang di nilai

b. Teknik penilaian
c. Instrumen (terlampir)

d. Rubrik Penilaian (terlampir)

(disajikan nama Teknik Penilaian, instrumen lengkap Penilaian setiap pertemuan dimuat dalam
Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 1, Lampiran Instrumen Penilaian Pertemuan 2, dan
seterusnya tergantung pada banyak pertemuan)

F. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar

1. Media/alat

2. Bahan

3. Sumber Belajar

Lampiran-lampiran:

1. Materi Pembelajaran Pertemuan 1

2. Instrumen Penilaian Pertemuan 1

3. Materi Pembelajaran Pertemuan 2

4. Instrumen Penilaian Pertemuan 2

dan seterusnya tergantung banyak pertemuan.

Catatan : Format RPP di atas tidak baku, guru dapat mengembangkan format RPP sesuai dengan
kebutuhan dengan tidak mengurangi esensi dari RPP.

C. Langkah Penyusunan RPP

1. Pengkajian silabus.

Silabus yang baru hanya memuat KI dan KD, materi pembelajaran, dan kegiatanpembelajaran. Hal
ini dimaksudkan agar guru lebih kreatif dan bisa menyesuaikan dengan kondisi di masing-masing
satuan pendidikan. Silabus diharapkan sebgai sumber inspirasi bagi guru. Maka untuk itu guru perlu
mengkaji :

a. Penilaian pembelajaran, alokasi waktu, dan sumber belajar yang akan digunakan.

b. Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-3, dan KI-4.

Indikator pencapaian kompetensi yang ditentukan terutama untuk KD 3 dan KD 4. Indikator untuk
KD diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai
dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Kedua
kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran,
serta kebutuhan dan kondisi peserta didik. Namun untuk indikator/karakter yang akan
dikembangkan sebaiknya disepakati secara bersama oleh satuan pendidikan dan bisa jadi setiap
semester akan berbeda. Misalnya yang akan dikembangkan untuk spiritual (1) berdoa sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan; (2) menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya; dan (3) bersyukur
atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan untuk indikator sikap sosial: (1) jujur; (2)
disiplin; dan (3) tanggung jawab.

Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik
yang dapat diamati dan terukur. Dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yakni :

1) Kata kerja operasional hanya satu dan sebaiknya di mulai dari kompetensi yang rendah sampai
mencapai kata kerja operasional kompetensi dasar terutama untuk materi yang baru dipelajari. (bisa
dilihat dari Taksonomi Bloom yang direvisi)

2) Indikator pencapaian kompetensi untuk materi yang tidak sejenis atau sejalan sebaiknya dipisah
menjadi beberapa indikator.

3) Indikator pencapaian kompetensi tujuannya adalah untuk mencapai KD.

4) Penentuan indikator pencapaian kompetensi memperhatikan kemampuan siswa dan kondisi sekolah

5) Kompetensi dasar 1 dan 2 tidak menggunakan kata kerja operasional.

6) Indikator pencapaian kompetensi yang baik mempunyai 3 syarat, yaitu mempunyai KKO, materi, dan
tergambar metode/cara untuk mencapainya.

Contoh indikator pencapaian kompetensi :

1. Menuliskan konfigurasi elektron melalui membaca literatur.

2. Menjelaskan reaksi redoks pada sel elektrolisis larutan dengan elektroda tidak inert berdasarkan
data percobaan.

c. Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar
lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar, materi
pembelajaran yang dapat diaktualisasikan ke dalam kegiatan kepramukaan, dan materi pembelajaran
yang mendorong peserta didik memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skiils/HOTS) dikelompokkan menjadi materi pembelajaran reguler, pengayaan, dan remidial.

Materi pembelajaran dapat juga dibagi sebagai berikut:

1) Faktual

Pengetahuan tentang istilah, nama orang, nama benda, angka, tahun, dan hal
hal yang terkait secara khusus dengan suatu mata pelajaran.

2) Konseptual

Pengetahuan tentang kategori, klasifikasi, keterakitan antara satu kategori dengan lainnya, hukum
kausalita, definisi, teori.
3) Prosedural

Pengetahuan tentang prosedur dan proses khusus dari suatu mata pelajaran
seperti algoritma, teknik, metoda, dan kriteria untuk menentukan ketepatan penggunaan suatu
prosedur.

4) Metakognitif

Pengetahuan tentang cara mempelajari pengetahuan, menentukan pengetahuan


yang penting dan tidak penting (strategic knowledge), pengetahuan yang sesuai dengan konteks
tertentu, dan pengetahuan diri (self-knowledge).

d. Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional
sehingga peserta didik terbiasa menggunakan alur berpikir
saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan
media, alat, bahan, dan sumber belajar.

Menentukan model atau metode pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan peserta didik
mampu menganalisis pengetahuan prosedural, misalnya menggunakan discovery learing, inquiry,
problem based learing, project based learning, eksperimen, atau model/metode pembelajaran lain
yang mengarah keactive learning, kemudian menulis langkah/tahapan/sintaks dari model/metode
pembelajaran yang digunakan.

e. Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus,
selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.

f. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen
penilaian, serta membuat pedoman penskoran. Instrumen penilaian untuk kurikulum 2013 yang
terbaru terdiri dari dari 12 instrumen. Kalau kita menggunakan semua instrumen tersebut untuk satu
kali pertemuan akan merepotkan. Maka kita harus memilih sesuai dengan KD/IPK yang kita
laksanakan dalam pembelajaran. Misalnya penilaian diri minimal satu kali dalam satu semester,
penilaian tertulis pada keterampilan tidak kita laksanakan seandainya dalam penilaian proyek sudah
ada menilai hasil laporan. Namun untuk penilaian sikap yang terbaru untuk mata pelajaran selain
mata pelajaran pendidikan agama-budi pekerti dan PPKN penilaian utamanya melalui observasi
dalam bentuk jurnal.

Penilaian pembelajaran dapat dikelompokkan berdasarkan berikut ini:

1) Penilaian Sikap

Penilaian sikap sesuai dengan Permendikbud No 53 Tahun 2015 tentang penilaian yang terbaru
menyebutkan bahwa untuk penilaian sikap terutama akan menggunakan observasi dalam bentuk
jurnal dalam penilaiannya sedangkan teknik penilaian yang lain bersifat sebagai penunjang. Catatan
jurnal selama pembelajaran akan dicatat oleh guru sedangkan diluar pembelajaran akan dicatat oleh
wali kelas dan/atau guru BK. Tetapi guru perlu ingat bahwa penilaian sikap ini bukan hanya sekedar
mencatat, namun harus ditindaklanjuti segera. Lebih penting prosesnya dari pada sekedar
pencatatan saja. Sedangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan PPKN akan
tetap seperti biasanya yang lebih lengkap penilaiannya.

a) Penilaian kompetensi sikap melalui observasi


Observasi dalam penilaian sikap siswa merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan
melalui pengamatan perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang berkaitan
dengan indikator sikap spiritual dan sikap sosial.

Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butir-butir sikap
(perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung
sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya yang
ditanamkan dalam semester itu jika butir-butir sikap tersebut muncul atau ditunjukkan oleh siswa
melalui perilakunya.

Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal. Hasil observasi
dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali
kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku siswa yang sangat baik atau kurang baik, dilengkapi
dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap. Berdasarkan catatan tersebut guru
membuat deskripsi penilaian sikap siswa selama satu semester.

b) Penilaian Kompetensi Sikap melalui Penilaian Diri

Penilaian diri dalam penilaian sikap merupakan penilaian dengan cara meminta siswa untuk
mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat
digunakan sebagaidata konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian siswa, antara lain:

dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa, karena mereka diberi kepercayaan untuk
menilai dirinya sendiri;
siswa menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan
penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki;
pat mendorong, membiasakan, dan melatih siswauntuk berbuat jujur, karena mereka
dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara
sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat
dipahami siswa, danmenggunakan format sederhana yang mudah diisi siswa. Lembar penilaian diri
dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap siswa dalam situasi yang
nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkansiswa mengidentifikasi kekuatan atau
kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan siswa menilai
dirinyasecara subjektif.Penilaian diri oleh siswa perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai
berikut.
Menjelaskan kepada siswa tujuan penilaian diri.
Menentukan indikator yang akan dinilai.Menentukan kriteria penilaian yang akan
digunakan.
rumuskan format penilaian, dapat berupa daftar cek(checklist) atau skala
penilaian (rating scale).
c) Penilaian teman sebaya (peer assessment)
Penilaian antarsiswa/antarteman merupakan penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling
menilai perilaku temannya.Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan
sebagai datakonfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman.
Kriteria instrumen penilaian antarteman:

sesuai dengan indikator yang akan diukur


indikator dapat diukur melalui pengamatan siswa
kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi
munculnya penafsiran makna ganda/berbeda
menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami siswa
menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh siswa
indikator menunjukkan sikap/perilaku siswa dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan
dapat diukur
Penilaian antarteman paling cocok dilakukan pada saat siswa mengerjakan kegiatan kelompok.
Misalnya setiap siswa diminta melakukan pengamatan/penilaian terhadap dua orang temannya, dan
dia juga akan dinilai oleh dua orang teman dalam kelompoknya.
2) Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Berbagai teknik penilaian pada kompetensi pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan
karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan
penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya
portofolio dan observasi.

a) Tes Tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau
memperoleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut adanya respons dari
peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimilikinya.

Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah,
menjodohkan, dan uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang
menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal
uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau mengekspresikan gagasannya dalam bentuk
uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat,
berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada pembelajaran yangmenggunakan alur
berpikir scientific, instrumen penilaian
harus dapatmenilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS,
Higher Orderthinking Skill) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkansampai kreatif. Untuk
menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai
hasil belajar dirancang sedemikian rupa sehinggapeserta didik menjawab soal melalui proses berpikir
yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untukmenguji ranah
analisis peserta didik pada pembelajaran IPA,
guru dapat membuatsoal dengan menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis
seperti menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan menominasikan.Ranah evaluasi contohnya
membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.

Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah-langkah berikut:

Menetapkan tujuan tes, apakah tujuan tes untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif,
atau sumatif.
Menyusun kisi-kisi. Kisi-kisi merupakan spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis
soal. Di dalam kisi-kisi tertuang rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD
yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomorsoal. Dengan adanya kisi-
kisi, penulisan soal lebih terarahkarena sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau
materi yang hendak diukur lebih tepat.
Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal.
Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan. Untuk soal
pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban karena
jawabannya sudah pasti dan dapat diskor dengan objektif.Untuk soal uraian disediakan pedoman
penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang skornya.
Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan.
Bentuk soal yang sering digunakan di SMA adalah pilihan ganda (PG)dan uraian.
b) Tes Lisan

Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut siswamenjawabnya secara lisan,
dan dapat diberikan secara klasikal pada waktu pembelajaran. Jawaban siswa dapat berupa kata,
frase, kalimat maupun paragraf.Tes lisan menumbuhkan sikap siswa untuk berani berpendapat.

Rambu-rambu pelaksanaan tes lisan:

Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai (assessment of learning) dan dapat juga
digunakan sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap kompetensi dan
materi pembelajaran (assessment for learning).
Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi pada kompetensi
dasar yang dinilai
Pertanyaan diharapkan dapat mendorong siswa dalam mengonstruksi jawabannya sendiri.
Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih komplek.
c) Penugasan
Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur dan/atau meningkatkan
pengetahuan. Penugasan yang digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan (assessment of
learning)dapat dilakukan setelah proses pembelajaran sedangkan penugasan yang digunakan untuk
meningkatkan pengetahuan (assessment for learning)diberikan sebelum dan/atau selama proses
pembelajaran.Penugasan dapat berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara
individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.Penugasan lebih ditekankan pada
pemecahan masalah dan tugas produktif lainnya.

Rambu-rambu penugasan:

Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.


Tugas dapat dikerjakan oleh siswa, selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari
pembelajaran mandiri.
Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan siswa.
Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa menunjukkan
kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara kelompok.
Untuk tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.
Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.
d) Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan.
Penilaian observasi bukan hanya untuk penilaian sikap, namun terhadap pengetahuan peserta didik
dapat juga dilakukan melalui observasimisalnya pada waktu diskusi, tanya jawab, dan percakapan.
Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik.

Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi
pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal,
kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu
mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Seorang peserta didik yang
selalu menggunakan kalimat yang baik dan benar menurut kaedah bahasa menunjukkan bahwa yang
bersangkutan memiliki pengetahuan tata bahasa yang baik dan mampu menggunakan pengetahuan
tersebut dalam kalimat-kalimat.

3) Penilaian Kompetensi Keterampilan

Kompetensi keterampilan terdiri atas keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Penilaian
kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan: Unjuk kerja/kinerja/praktik,
Projek, Produk dan portofolio. Teknik penilaian untuk keterampilan dapat digunakan secara
bersamaan untuk satu kegiatan. Misalnya mengadakan penilaian proyek, maka kalau kita
memperhatikan proses pelaksanaannya bisa termasuk penilaian praktik. Namun kalau kita menilai
hasilnya maka termasuk penilaian produk, tapi kalau kita menilai laporannya bisa termasuk
portofolio atau tertulis sedangkan kalau secara keseluruhan termasuk teknik penilaian proyek.

Di samping itu juga kita bisa merencanakan teknik penilaian proyek lintas mata pelajaran. Misalnya
suatu proyek bisa dilakukan bersama antara mata pelajaran kimia, biologi, fisika, bahasa indonesia,
dan ekonomi. Sehingga tidak terlalu memberatkan peserta didik dan tidak akan muncul istilah
"kurikulum 2013, kurikulum banyak tugas".

a) Kinerja/Unjuk Kerja/Praktik dan Produk

Penilaian kinerja digunakan untuk mengukur capaian pembelajaran yang berupa keterampilan
proses dan/atau hasil (produk). Penilaian kinerja yang menekankan pada hasil (produk) biasa disebut
penilaian produk, sedangkan penilaian kinerja yang menekankan pada proses dan
produkdapat disebut penilaian praktik. Aspek yang dinilai dalam penilaian kinerja adalah proses
pengerjaannya atau kualitas produknya atau kedua-duanya. Sebagai contoh: (1) keterampilan
menggunakan alat dan atau bahan serta prosedur kerja dalam menghasilkan suatu produk; (2)
kualitas produk yang dihasilkan berdasarkan kriteria teknis dan estetik.

Contoh penilaian kinerja yang menekankan pada proses adalahberpidato, membaca karya sastra,
memanipulasi peralatan laboratorium sesuai keperluan, dan memainkan alat musik. Contoh
penilaian proses yang melibatkan aktivitas fisik adalah melempar/menendang bola, bermain tenis,
berenang, koreografi, dan menari. Contoh penilaian kinerja yang menekankan pada produk
misalnya menyusun karangan,melukis, dan menyulam. Contoh penilaian kinerja yang menekankan
pada proses dan produk misalnya pembuatan makanan tradisional.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam penilaian kinerjaadalah:

mengidentifikasi semua langkah-langkah penting yang akan mempengaruhi hasil akhir


(output).
menuliskan dan mengurutkan semua aspek kemampuan spesifik yang penting dan
diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik.
mendefinisikan dengan jelas semua aspek kemampuan yang akan diukur. Kemampuan atau
produk yang akan dihasilkantersebut tidak perlu terlalu banyak atau rinci, yang pentingharus dapat
diamati (observable).
memeriksa dan membandingkan kembali semua aspek kemampuan yang sudah dibuat
sebelumnya oleh orang lain di lapangan (jika ada pembandingnya).
Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan rubrik penilaian untuk
mengamati perilaku siswa dalam melakukan praktik atau produk yang dihasilkan.
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian
produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari
kayu, keramik, plastik, dan logam atau alat-alat teknologi tepat guna yang sederhana.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:

Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam merencanakan,


menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik
sesuai kriteria yang ditetapkan.
Teknik penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada
tahap appraisal.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua
kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.
b) Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yangharus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, inovasi dan kreativitas, kemampuan
penyelidikan dan kemampuan siswa menginformasikan mata pelajaran tertentu secara jelas.

Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu atau lebih KD, satu mata pelajaran, beberapa mata
pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran yang bukan serumpun.

Penilaian proyek umumnya menggunakan metode belajar pemecahan masalah sebagai langkah awal
dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.Dalam penilaian proyek setidaknya ada 4(empat) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu pengelolaan, relevansi, keaslian, serta inovasi dan kreativitas.

Pengelolaan yaitu kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola
waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi yaitu kesesuaian topik, data, dan hasilnyadengan KD atau mata pelajaran.
Keaslian. Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya sendiri dengan
mempertimbangkan kontribusi guru dan pihak lain berupa bimbingan dan dukungan terhadap
proyek yang dilakukan siswa.
Inovasi dan kreativitas. Proyek yang dilakukan siswaterdapat unsur-unsur baru
(kekinian) dan sesuatu yangunik, berbeda dari biasanya.
c) Penilaian Portofolio
Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang
bersifat reflektif-integratif yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode
tertentu.Ada beberapa tipe portofolio yaitu portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan
portofolio pameran. Guru dapat memilih tipe portofolio yang sesuai dengan karakteristik
kompetensi dasar dan/atau konteks mata pelajaran.

Pada akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai
oleh guru bersama siswa.Berdasarkan informasi perkembangan tersebut,guru dan siswa dapat
menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan.Dengan demikian,
portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karyanya.

Portofolio siswa disimpan dalam suatu folder dan diberi tanggal pembuatan sehingga dapat dilihat
perkembangan kualitasnya dari waktu ke waktu.

Dalam kurikulum 2013, portofolio digunakan sebagai salah satu bahan penilaian. Hasil penilaian
portofolio bersama dengan penilaian yang lain dipertimbangkan untuk pengisian rapor/laporan
penilaian kompetensi siswa. Portofolio merupakan bagian dari penilaian autentik, yang langsung
dapat menyentuh sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa.

Penilaian portofolio dilakukan untuk menilai karya-karya siswasecara bertahap dan pada akhir suatu
periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dipilih bersama oleh guru dan siswa. Karya-karya
terpilih yang menurut guru dan siswaadalah karya-karya terbaik disimpan dalam buku
besar/album/stofmap sebagai dokumen portofolio. Guru dan siswa harus sama-sama memahami
alasan mengapa karya-karya tersebut disimpan di dalam koleksi portofolio. Setiap karya pada
dokumen portofolio harus memiliki makna atau kegunaan bagi siswa, guru, dan orang lain yang
mengamati. Selain itu, diperlukan komentar dan refleksi dari guru,orangtua siswa, atau pengamat
pendidikan yang memiliki keterkaitan dengan karya-karya yang dikoleksi.

Karya siswa yang dapat disimpan sebagi dokumen portofolio antara lain: karangan, puisi,
gambar/lukisan, surat penghargaan/piagam, foto-foto prestasi, dsb.

Dokumen portofolio dapat menumbuhkan rasa bangga yang mendorong siswa mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Guru dapat memanfaatkan portofolio untuk mendorong siswamencapai
sukses dan membangun kebanggaan diri. Secara tidak langsung, hal ini berdampak pada peningkatan
upaya siswauntuk mencapai tujuan individualnya. Di samping ituguru pun akan merasa lebih mantap
dalam mengambil keputusan penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang telah dicapai
dan dikumpulkan siswanya.

Agar penilaian portofolio menjadi efektif, guru dan siswa perlu menentukan hal-hal yang harus
dilakukan dalam menggunakan portofolio sebagai berikut:
setiap siswa memiliki dokumen portofolio sendiri yang di dalamnya memuat hasil
belajar pada setiap mata pelajaran atau setiap kompetensi.
menentukan hasil kerja/karya apa yang perlu dikumpulkan/disimpan.
guru memberi catatan berisi komentar dan masukan untuk ditindaklanjuti siswa.
siswa harus membaca catatan guru dan dengan kesadaran sendiri dan menindaklanjuti
masukan yang diberikanguru dalam rangka memperbaiki hasil karyanya.
catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan siswa perlu diberi tanggal, sehingga
dapat dilihat perkembangan kemajuan belajar siswa.
Rambu-rambu penyusunan dokumen portofolio.
Dokumen portofolio berupa karya/tugas siswa dalam periode tertentu dikumpulkan dan
digunakan oleh guru untuk mendeskripsikan capaian kompetensi keterampilan.
Dokumen portofolio disertakan pada waktu penerimaan rapor kepada orangtua/wali siswa,
sehingga orangtua/wali mengetahui perkembangan belajar putera/puterinya. Orangtua/wali siswa
diharapkan dapat memberi komentar/catatan pada dokumen portofolio sebelum dikembalikan ke
sekolah.
Guru pada kelas berikutnya menggunakan portofolio sebagai informasi awal siswa yang
bersangkutan.
d) Tertulis
Penilaian tertulis digunakan untuk menilai kompetensi pengetahuan, penilaian tertulis juga
digunakan untuk menilai kompetensi keterampilan, seperti menulis laporan karangan, menulis
laporan, dan menulis surat. Penilaian tertulis ini lebih banyak digunakan untuk mata pelajaran
bahasa. Sedangkan untuk pembelajaran mata pelajaran MIPA ini dapat digunakan untuk penilaian
hasil laporan praktikum, jika seandainya pada penilaian praktik/proyek belum ada penilaian untuk
laporan praktikum tersebut.

g. Mentukan strategi pembelajaran remedial dan pengayaan segera setelah dilakukan penilaian.

Pembelajaran remidial ini kadang-kadang agak terlupa bagi pendidik, biasanya langsung saja
mengadakan tes remidial. Sedangkan soal yang akan diujikan lagi adalah soal-soal yang berasal dari
indikator-indikator yang tidak tuntas saja. Strategi yang dapat digunakan antara lain pembelajaran
ulang, tutor sebaya, atau penugasan. Strategi ini dipilih sesuai dengan banyaknya peserta didik yang
tidak tuntas atau kedalaman/kerumitan materi yang akan diremidial.

Seharusnya pembelajaran remidial dimulai dari diagnostik kesulitan belajar yang dialami oleh
peserta didik. Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes
prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnosis, wawancara, pengamatan,
dan sebagainya. Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi siswa, langkah berikutnya adalah
memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran
remedial antara lain:

1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat
disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian, penyederhanaan
tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua siswa belum
mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan
penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.

2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran
klasikal siswa mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan
secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai
tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa siswa yang belum berhasil
mencapai ketuntasan.

3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan,
tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar siswa tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes
akhir. Siswa perlu diberi pelatihan intensif untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

4) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar
lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami
kesulitan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
lebih terbuka dan akrab.

Sedangkan bagi peserta didik yang sudah tuntas dilakukan pembelajaran pengayaan. Bentuk-bentuk
pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan antara lain melalui:

1) Belajar kelompok, yaitu sekelompok siswa yang memiliki minat tertentu diberikan pembelajaran
bersama pada jam-jam pelajaran sekolah biasa, sambil menunggu teman-temannya yang mengikuti
pembelajaran remedial karena belum mencapai ketuntasan.

2) Belajar mandiri, yaitu secara mandiri siswa belajar mengenai sesuatu yang diminati.

3) Pembelajaran berbasis tema, yaitu memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga siswa
dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu.

4) Pemadatan kurikulum, yaitu pemberian pembelajaran hanya untuk kompetensi/materi yang belum
diketahui siswa. Dengan demikian tersedia waktu bagi siswa untuk memperoleh kompetensi/materi
baru, atau bekerja dalam proyek secara mandiri sesuai dengan kapasitas maupun kapabilitas masing-
masing.

Hasil penilaian dari remidial dan pengayaan sebaiknya mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1) Nilai remedial yang diperoleh diolah menjadi nilai akhir.

2) Nilai akhir setelah remedial untuk ranah pengetahuan dihitung dengan mengganti nilai indikator
yang belum tuntas dengan nilai indikator hasil remedial, yang selanjutnya diolah berdasarkan rerata
nilai seluruh KD.

3) Nilai akhir setelah remedial untuk ranah keterampilan diambil dari nilai optimal KD

4) Penilaian hasil belajar kegiatan pengayaan tidak sama dengan kegiatan


pembelajaran biasa, tetapi cukup dalam bentuk portofolio, dan harus dihargai sebagai nilai
tambah (lebih) dari siswa yang normal.

h. Menentukan Media, Alat, Bahan dan Sumber Belajar.

Media,alat, bahan, dan sumber belajar disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah
penjabaran proses pembelajaran.
2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini merupakan kegiatan utama dalam pembelajaran. Kalau kita simpulkan tahap
kegiatan pembelajaran ini terdiri dari rumus 5 5 3 3. Lima yang pertama adalah pendahuluan yang
terdiri dari 5 kegiatan, lima yang kedua adalah kegiatan inti yang menekankan 5 tahap pembelajaran
saintifik, dan tiga-tiga terakhir adalah kegiatan penutup yang terdiri dari dua kegiatan dengan 3 pertama
merupakan kegiatan guru bersama peserta didik sedangkan 3 terakhir hanya kegiatan guru saja.

Tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi:

a. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) Mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan.

Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan ini dapat berupa kegiatan melakukan absensi,
mengatur tempat duduk, berdoa, melihat kebersihan kelas, dan juga termasuk kegiatan penumbuhan
karakter seperti menyanyikan lagu indonesia raya dan pembudayaan literasi dengan kegiatan
membaca.

2) Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya yang berkaitan
dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan.

Kegiatan ini diistilahkan juga selama ini dengan apersepsi sehingga peserta didik mempunyai
kompetensi dasar untuk melanjutkan kompetensi yang akan dipelajari.

3) Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan ini sama dengan memberi motivasi kepada peserta didik agar peserta didik merasa bahwa
pembelajaran bermanfaat dalam kehidupannya.

4) Menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan.

Kegiatan ini dimaksudkan agar peserta didik tahu materinya dan kegiatan apa saja yang akan
dilakukan selama pembelajaran.

5) Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

Kegiatan ini supaya peserta didik siap dengan penilaian yang akan dilakukan dan nanti akan ada
umpan baliknya pada akhir pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Kegaitan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi, yang akan dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat,
dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Menentukan model atau metode pembelajaran yang tepat untuk membelajarkan peserta didik
mampu menganalisis pengetahuan prosedural, misalnya menggunakan discovery
learning, inquiry, problem based learning, project based learning, eksperimen, atau model/metode
pembelajaran lain yang mengarah ke active learning, kemudian menulis
langkah/tahapan/sintaks dari model/metode pembelajaran.
Kegiatan inti ini sebaiknya mempunyai lembar kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik yang dapat
berupa LKPD, hand out, modul, dan lain-lainya sebagai bahan ajar. Hal ini diharapkan menghindari
dominasi guru dalam pembelajaran. Karena kalau bahan ajar ini tidak ada, maka guru akan
cenderung dominan dalam pembelajaran dan pembelajaran aktif tidak akan terjadi. Sehingga
nantinya salah satu ciri dari kurikulum 2013 yang student centre susah terwujud.

Kegiatan inti menggunakan alur berpikir saintifik yang disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan
proses mengamati,menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengomunikasikan. Namun alur berpikir saintifik ini bukanlah hal yang kaku bisa disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan masing-masing. Dalam setiap kegiatan inti ini guru juga menumbuhkan
sikap spiritual dan sosial dalam pembelajaran tidak langsung bagi mata pelajaran selain pendidikan
agama-budi pekerti dan PPKN.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup terdiri atas:

1) Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu:

a) Membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

b) Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.

Refleksi ini merupakan kegiatan perenungan selama pembelajaran kira-kira apa yang sudah atau
yang belum tercapai.

c) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

Umpan balik dapat berupa kegiatan pemberian penghargaan bagi kelompok atau peserta didik yang
baik dalam penampilannya atau pembelajarannya.

2) Kegiatan guru yaitu:

a) Melakukan penilaian.

Melakukan penilaian ini bertujuan agar guru tahu sampai dimana kompetensi yang sudah dikuasai
oleh peserta didik. Penilaian ini dapat berupa pemberian kuis dengan hanya beberapa soal sesuai
dengan waktu yang tersedia.

b) Merencanakan kegaitan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidial, program pengayaan,
konseling dan/atau memberikan tugas individual maupun keolompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik. Namun perlu diperhatikan misalnya dalam pemberian tugas perlu mempertimbangkan
tujuan pemberian tugas dan waktu yang diperlukan. Salah satu tugas bertujuan untuk memantapkan
pemahaman peserta didik, seandainya peserta didik sudah menguasai kompetensi tersebut maka
sebaiknya tugas tidak lagi diberikan.
c) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Demikianlah ringkasan panduan cara membuat RPP kerikulum 2013 dengan perbaikan beberapa
komponen. Jadi ini hanya lah suatu panduan untuk membuat RPP dan semuanya tergantung juga
dengan karakteristik satuan pendidikan bapak/ibu guru semua. Namun yang terpenting adalah RPP
yang baik adalah RPP yang bisa kita laksanakan dalam pembelajaran dan memberikan perubahan
kepada anak didik kita.

Você também pode gostar