Você está na página 1de 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang
tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama pada
anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di
esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula
menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi (Yunizaf, 2007). Penyebabnya adalah
kebiasaan makan dan minum terburu-buru serta cara penyediaan makanan yang kurang
tepat (Asroel, 2001).
Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat dibagi dalam
golongan anak dan dewasa. Faktor predisposisi pada anak antara lain belum tumbuhnya
gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring
yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan 1 tahun, retardasi mental, gangguan
pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologic yang mendasarinya. Pada orang dewasa
tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah
kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa.
Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging),
disfagia muntah (Yunizaf, 2007).
Berbagai jenis benda asing yang ditemukan pada esofagus berupa gigi palsu, uang
logam, jarum, tulang ikan, potongan biji durian, cincin, plastik, kacang-kacangan, mata
kalung dan benda kecil lainnya (Nastia, 2012).
Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah servikal,
dibawah sfingter kriko faring, 12% didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esofagus
torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster
menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal (Yunizaf, 2007).
Terdapat varian rasio perbandingan pria dan wanita pada kasus benda asing esofagus.
Dari Departemen THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010 didapati kasus
benda asing esofagus sejumlah 24 kasus dengan pria sebanyak 13 orang dan wanita
sebanyak 11 orang (Nastia, 2012). Sedangkan dari Departemen/SMF THT-KL RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado dari Januari 2010-Desember 2014 didapati kasus benda asing
esofagus sejumlah 52 kasus. Didapati pria dengan 25 kasus dan wanita dengan 27 kasus
(Marasabessy, 2015).

Corpus Alienum | 1
Berdasarkan Marasabessy (2015) berpendapat bahwa kejadian benda asing esofagus
paling sering terjadi pada kelompok umur 0-10 tahun sebanyak 17 kasus. Kemudian
golongan umur >51 tahun dengan 12 kasus, setelah itu golongan umur 41-50 tahun dengan
11 kasus, golongan umur 11-20 tahun dengan 6 kasus, golongan umur 21-30 tahun dengan
4 kasus, dan golongan umur 31-40 tahun dengan 2 kasus (Marasabessy, 2015).
Di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari 1994-1998 mendapatkan 121 kasus benda asing
esofagus dengan 52 kasus dijumpai pada anak berumur dibawah 5 tahun dan 29 kasus pada
anak berumur 6-14 tahun. Dari 81 kasus tersebut, benda asing terbanyak berupa uang logam
sebanyak 78 kasus (Pramono, 2001).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis akan membahas tentang Asuhan
Keperawatan Corpus Alienum Esofagus.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi Corpus Alienum ?


b. Bagaimana cara mencegahan obstruksi Corpus Alienum ?
c. Bagaimana pengenalan obstruksi akibat Corpus Alienum ?
d. Bagaimana Penanganan obstruksi akibat Corpus Alienum ?
e. Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan Corpus Alienum ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mahasiswa mengetahui definisi Corpus Alienum.
2. Mahasiswa mengetahui cara mencegahan obstruksi Corpus Alienum.
3. Mahasiswa mengetahui obstruksi akibat Corpus Alienum.
4. Mahasiswa mengetahui penanganan obstruksi akibat Corpus Alienum.
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan
Corpus Alienum.

Corpus Alienum | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Corpus Alienum (benda asing) merupakan istilah yang sering digunakan di dunia
medis. Benda asing yang terdapat dalam organ berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada pada organ tersebut. (Handayani, 2000).

2.2 Klasifikasi
Benda asing yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen sedangkan
yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. Benda asing eksogen
biasanya masuk melalui hidung atau mulut.
a. Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen
padat dapat berupa zat organik seperti kacang-kacangan dan tulang, ataupun zat
anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain sebagainya. Benda asing
eksogen cair dapat berupa benda cair yang bersifat iritatif, yaitu cairan dengan pH
7,4.
b. Benda asing endogen dapat berupa secret kental, darah atau bekuan darah, nanah,
krusta, cairan amnion, atau mekonium yang dapat masuk ke dalam saluran nafas
bayi pada saat persalinan (Brunner&Suddarth, 2001).

2.3 Etiologi
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing ke dalam saluran
napas, antara lain:
1. Faktor individual : Umur, jenis kelamin, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal.
2. Kegagalan mekanisme proteksi yang normal : Keadaan tidur, kesadaran menurun,
alkoholisme dan epilepsi.
3. Faktor fisik : Kelainan dan penyakit neurologik.
4. Proses menelan yang belum sempurna pada anak.
5. Faktor dental, medical dan surgical : tindakan bedah, ekstrasi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia kurang dari 4 tahun.
6. Faktor kejiwaan : emosi dan gangguan psikis.
7. Ukuran, bentuk dan sifat benda asing.
8. Faktor kecerobohan : meletakkan benda asing di mulut, persiapan makanan yang
kurang baik, makan atau minum tergesa-gesa, makan sambil bermain, memberikan

Corpus Alienum | 3
kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum tumbuh (Smeltzer,
Suzzanne C, 2001).

2.4 Patofisiologi
Pada saat menelan yang terjadi adalah jalan napas akan tertutup oleh epiglotis
sehingga makanan tidak akan salah jalan masuk ke jalan napas. Akan tetapi jika anak
atau orang dewasa tersebut menarik napas yang kuat secara tiba-tiba, misalnya teriak,
tertawa, terkejut, atau menangis maka laring akan terbuka dan benda yang berada di
dalam mulut akan ikut terhirup masuk.
Jika benda asing tersebut terjepit pada pita suara atau subglotik, akan terjadi suara
parau, batuk, dan sesak napas serta sianosis. Jika benda asing telah masuk ke dalam
trakea-bronkus, juga akan terjadi batuk-batuk hebat yang mendadak dan bertubi-tubi
yang sering kali diikut dengan sianosis. Selama periode ini, benda asing bergerak dari
satu bagian ke bagian lain dari trakeo-bronkial dan akhirnya sering kali berhenti pada
bronkus kanan.
Pada dewasa benda asing cenderung tersangkut pada bronkus utama kanan karena
lebih segaris lurus dengan trakea dan posisi karina yang lebih kekiri serta ukuran
bronkus kanan yang lebih besar. Sampai umur 15 tahun sudut yang dibentuk bronkus
dengan trakea antara kiri dan kanan hampir sama, sehingga pada anak, frekuensi lokasi
tersangkutnya benda asing hampir sama kejadian antara bronkus utama kiri dan kanan.
Lokasi tersangkutnya benda asing juga di pengaruhi posisi saat terjadi aspirasi.
Obstruksi dapat terjadi obstruksi parsial atau total. Obstruksi total jalan napas
biasanya terjadi di jalan napas atas dan dapat mengancam hidup. Atelektasis dapat
terjadi di bagian distal dari tempat obstruksi sehingga udara tidak dapat masuk lagi.
Udara yang terperangkap atau hiperinflasi terjadi bila udara dihirup masuk tetapi hanya
sebagian yang dikeluarkan. Bila aspirasi benda asing cepat didiagnosis dan objek atau
subtansi itu dikeluarkan dengan cepat, keadaan itu akan kembali berjalan biasa.
Jika benda asing berhenti, batuk menjadi jarang dan saat ini disebut fase tenang
(latent period), penderita relative tanpa gejala. Keadaan ini membuat keluarga atau
dokter mengira benda asing terlah keluar, tetapi jika dilakukan pemeriksaan fisik yang
teliti akan terdengar mengi yang ekspiratoir dan tanda-tanda lain dari obstruksi bronkus.
Jenis benda asing juga menentukan berat-ringan gejala yang akan timbul. Benda asing
organic seperti kacang, atau kecik mempunyai sifat higroskopis, mudah menjadi lunak
dan mengambang dan menimbulkan iritasi pada mukosa traktus respiratorius. Dalam

Corpus Alienum | 4
waktu kurang lebih 24 jam setelah fase tenang akan terjadi batuk disertai sekret purulen,
sedangkan benda asing berupa logam atau plastik yang dapat menyebabkan obstruksi
pasrsial, biasanya dapat ditoleransi untuk waktu yang cukup lama. Benda asing
anorganik akan menimbulkan iritasi lebih ringan dan lebih mudah didiagnosis dengan
pemeriksaan radio-opak.
Semakin lama benda asing itu tersangkut, semakin banyak kompikasi yang akan
muncul, berkaitan dengan peningkatan edema, peradangan, dan ancaman infeksi, selain
itu dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan antara lain
bronkiektasis, pnemonitis yang berulang, abses paru dan emfisema (Betz, Cecily Lynn
dan Linda, 2009).

2.5 Manifestasi Klinis


Gejala dari masuknya benda asing ke dalam saluran pernafasan ditunjukkan dengan
penderita batuk-batuk hebat secara tiba-tiba, rasa tersumbat di tenggorok, bicara gagap,
dan obstruksi jalan napas segera. Jika ada benda asing di laring dapat menimbulkan
kematian akibat penderita tak bisa bernapas. (Iran J, 2008)
Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda
asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing.
Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring,
trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring,
hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak
masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa
gejala hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total. (Iran J,
2008)
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan mengalami 3
stadium, yaitu:
1. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu batuk-batuk hebat secara
tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa tercekik (choking), rasa
tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan napas yang terjadi dengan
segera.
2. Stadium kedua, gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimtomatis. Hal
ini karena benda asing tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan
gejala rangsangan akut menghilang. Stadium ini berbahaya, sering

Corpus Alienum | 5
menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda yang tidak jelas.
3. Stadium ketiga, telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau
infeksi sebagai akibat reaksi terhadap benda asing, sehingga timbul batuk-
batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses paru. (Iran J, 2008)
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita suara atau
berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar, bentuk dan letak
(posisi) benda asing. Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat
biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia. dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia sampai
afonia, apnea dan sianosis. (Iran J, 2008)
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia, batuk
yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis, dan rasa
subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai dengan letak
benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas
bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga benda asing sudah turun ke
trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh karena adanya edema. (Iran J, 2008).

2.6 Pemeriksaan Diagnostik


Pada kasus benda asing di saluran napas dapat dilakukan pemeriksaan radiologis
dan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat
radioopak dapat dibuat rongent foto segera setelah kejadian, benda asing radiolusen
dibuatkan rongent foto setelah 24 jam kejadian, karena sebelum 24 jam kejadian belum
menunjukkan gambaran radiologis yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak
tanda-tanda atelektasis atau emfisema. (Iran J, 2008)
Video fluoroskopi: merupakan cara terbaik untuk melihat saluran napas secara
keseluruhan, dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan adanya obstruksi
parsial. Pemeriksaan laboratorium darah diperlukan untuk mengetahui adanya
gangguan keseimbangan asam basa, serta tanda-tanda infeksi saluran napas. (Iran J,
2008).

Corpus Alienum | 6
2.7 Penatalaksanaan
- Bronkoskopi
Prinsip penanganan benda asing di saluran napas adalah mengeluarkan benda asing
tersebut dengan segera dalam kondisi paling maksimal dan trauma paling minimal.
Penentuan cara pengambilan benda asing dipengaruhi oleh faktor misalnya umur
penderita, keadaan umum, lokasi dan jenis benda asing, tajam atau tidaknya benda
asing dan lamanya benda asing berada di saluran napas. Sebenarnya tidak ada
kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi, selama hal itu merupakan
tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving). Pada keadaan tertentu dimana
telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut, tindakan dapat ditunda
sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk mengatasi infeksi.Pada
aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat dapat menyebabkan
sumbatan total, maka harus segera dilakukan bronkoskopi, bahkan jika perlu tanpa
anestesi umum. Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi
kaku maupun bronkoskopi serat optik.Pada bayi dan anak-anak sebaiknya
digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian
oksigen yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak
sempit.Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik,
tergantung kasus yang dihadapi.Ukuran alat yang dipakai juga menentukan
keberhasilan tindakan.Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga
berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar variasi
cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda asing
tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain keuntungan
di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu tidak bisa
untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi geligi,
edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan.Pada
pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk
pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus
dibatasi sesingkat mungkin.Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang
dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi
mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan

Corpus Alienum | 7
bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan
para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil
terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena
lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah
terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi
dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk
pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi
jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses
respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit
berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih
dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan
pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya
pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat
tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding
dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama
berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang
menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah
terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi
susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada
anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam
laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka
sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung
atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.

Corpus Alienum | 8
3 Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat,
perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut. Secara
prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan segera
secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya penderita dengan aspirasi
benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase akut, sehingga pengangkatan
secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin, baik dari segi alat
maupun personal yang telah terlatih. Penderita dengan benda asing di laring harus
mendapat pertolongan segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya
beberapa menit.
Persiapan ekstraksi benda asing harus dilakukan sebaik-baiknya dengan tenaga
medis/operator, kesiapan alat yang lengkap. Besar dan bentuk benda asing harus
diketahui dan mengusahakan duplikat benda asing serta cunam yang sesuai benda
asing yang akan dikeluarkan. Benda asing yang tajam harus dilindungi dengan
memasukkan benda tersebut ke dalam lumen bronkoskop. Bila benda asing tidak
dapat masuk ke lumen alat maka benda asing kita tarik secara bersamaan dengan
bronkoskop.
Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk pemberian oksigen,
monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat dilakukan.
Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian steroid dan
antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema saluran napas
dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum luas yang cukup
mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus dapat
dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.
Riwayat, pemeriksaan fisik dan radiologi sering menunjukkan dugaan benda
asing saluran napas tanpa diagnosis pasti. Pada keadaan ini harus dibuktikan adanya
benda asing secara endoskopi untuk menyingkirkan dari diagnosis diferensial.
Keterlambatan mengeluarkan benda asing akan menambah tingkat kesulitan
terutama pada anak, tetapi ahli endoskopi menyatakan walaupun bronkoskopi harus
dilakukan pada waktu yang tepat dan cepat untuk mengurangi risiko komplikasi
terapi tidak harus dilakukan terburu-buru tanpa persiapan yang baik dan hati-hati.
Penatalaksanaan dan teknik ekstraksi benda asing harus dinilai kasus per kasus
sebelum tindakan ekstraksi.

Corpus Alienum | 9
Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku maupun
bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan
bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen yang
adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada orang
dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung kasus
yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan tindakan.
Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam penentuan
pelaksanaan tindakan bronkoskopi.
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar
variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda
asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain
keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu
tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya gigi
geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan. Pada
pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk
pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini harus
dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk orang
dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan ventilasi
mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang.
Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan kegagalan
bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu melakukan
bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga medis dan
para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak kecil
terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena
lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah
terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat terjadi
dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme, termasuk
pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan perfusi
jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan mengganggu proses
respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera dikeluarkan.
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring dan
bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan sakit
berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki terlebih
dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam basa, dan

Corpus Alienum | 10
pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat kurangnya
pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai riwayat
tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan.
Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding
dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama
berada di dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang
menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah
terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi
susah terlihat.
Cara lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total
ialah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan pada
anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke dalam
laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan udara,
diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu, maka
sumbatnya akan terlempar keluar.
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur lambung
atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara menolongnya
tidak dengan menggunakan kepalan tangan tetapi cukup dengan dua buah jari kiri
dan kanan. Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat yang
memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop.
1. Pukulan Dan Hentakan Untuk Sumbatan Benda Asing.
Pada penderita sadar yang mengalami aspirasi sehingga menyebabkan sumbatan
partial sebaiknya penderita disuruh batuk dan meludahkannya. Pada penderita yang
mengalami sumbatan total baik penderitanya sadar ataupun tidak apalagi sianosis,
maka segera lakukan tindakan yang mungkin masih efektif dan dibenarkan.
Langkah-langkah untuk pukulan dan hentakan yang dianjurkan:
Pada penderita sadar:
a. Penderita disuruh membatukkan keluar benda asing tersebut. Bila dalam
beberapa detik tindakan tersebut gagal, suruh penderita membuka mulut, dan
bila penderita tidak sadar, buka mulutnya secara paksa, dan segera bersihkan
mulut dan faringnya dengan jari. Kalau keadaan memungkinkan kita
menggunakan laringoskop dan forsep Magill untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.

Corpus Alienum | 11
b. Bila cara no.1 gagal, maka pada penderita sadar: Lakukan tiga sampai empat
kali pukulan punggung diikuti tiga sampai lima kali hentakan abdomen atau
dada dan ulangi usaha-usaha pembersihan.

Pada penderita tidak sadar:


a. Penderita diletakkan pada posisi horizontal dan usahakan ventilasi paru. Jika
tindakan ini gagal, maka lakukan pukulan punggung sebanyak 3-5 kali, diikuti
3-5 kali hentakan abdomen atau hentakan dada. Ulangi usaha pembersihan dan
ventilasi. Jika tindakan tersebut juga mengalami kegagalan, maka ulangi urutan
ventilasi, pukulan punggung, hentakan dada, penyapuan dengan jari sampai
penolong berhasil memberi ventilasi atau sampai perlengkapan untuk
mengeluarkan benda asing dari jalan nafas secara langsung tiba. Selama
melakukan tindakan-tindakan tersebut diatas periksa denyut nadi pembuluh
darah besar, bila tidak teraba, segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
b. Tindakan terakhir yang masih dapat kita lakukan adalah, krikotirotomi, dan ini
hanya dapat dilakukan oleh tenaga terlatih.
2. Cara-Cara Melakukan Pemukulan Punggung Dan Hentakan Abdomen.
Untuk pukulan punggung lakukan 3 sampai 5 kali pukulan dengan pangkal telapak
tangan diatas tulang belakang korban diantara kedua tulang belikatnya. Jika
mungkin rendahkan kepala dibawah dadanya untuk memanfaatkan gravitasi. Untuk
hentakan abdomen berdirilah di belakang penderita, lingkarkan kedua lengan
penolong mengitari pinggang penderita, pergelangan atau kepalan tangan penolong
berpegangan satu sama lain, letakkan kedua tangan penolong pada abdomen antara
pusat dan prosesus sifoideus penderita dan kepalan tangan penolong menekan ke
arah abdomen dengan hentakan cepat. Ulangi 3 sampai 5 kali. Hindari prosesus
sofoideus. Hentakan dada diatas sternum bawah kurang menimbulkan bahaya,
lebih-lebih pada wanita hamil atau gemuk.
3. Cara-Cara Pukulan Punggung dan Hentakan Abdomen Untuk Sumbatan
Benda Asing Pada Korban Berbaring Yang Tidak Sadar.
Untuk pukulan punggung gulirkan penderita pada sisinya sehingga menghadap
penolong, dengan dadanya bertumpu pada lutut penolong, berikan 3 sampai 5 kali
pukulan tajam dengan pangkal telapak tangan penolong diatas tulang belakang
penderita, diantara kedua tulang belikat.

Corpus Alienum | 12
Untuk hentakan abdomen letakkan penderita telentang (muka menghadap ke atas),
penolong berlutut disamping abdomen penderita atau mengangkanginya. Penolong
meletakkan tangan diatas tangan lainnya, dengan pangkal telapak tangan sebelah
bawah digaris tengah antara pusat dan prosesus sifoideus penderita. Miringkan
sehingga bahu penolong berada diatas abdomen penderita dan tekan ke arah
diafragma dengan hentakan cepat ke dalam dan keatas. Jangan menekan ke arah kiri
atau kanan garis tengah. Jika perlu ulangi 3 sampai 5 kali.
4. Pukulan Punggung Pada Bayi Dan Anak Kecil.
Peganglah anak dengan muka kebawah, topanglah dagu dan leher dengan lutut dan
satu tangan penolong kemudian lakukan pemukulan pada punggung secara lembut
antara kedua tulang belikat bayi. Pada tindakan hentakan dada, letakkan bayi
dengan muka menghadap keatas pada lengan bawah penolong, rendahkan kepala
dan berikan hentakan dada secara lambat dengan dua atau tiga jari seperti kalau kita
melakukan kompresi jantung luar. Jika jalan nafas anak hanya tersumbat partial,
anak masih sadar serta dapat bernafas dalam posisi tegak, maka sebaiknya tindakan
dikerjakan dengan peralatan yang lebih lengkap, bahkan mungkin menggunakan
tindakan anestesi. Tindakan hentakan abdomen jangan dilakukan pada bayi dan
anak kecil.
5. Membersihkan Jalan Nafas
Membersihkan jalan nafas ada dua cara :
a. Dengan manual
- Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)
Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang. Caranya berikan
hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma abdomen).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk
Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang
korban dengan kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan
letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar
dan di bawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan tangan dengan
tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut dengan hentakan yang cepat
ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang jelas.
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak
sadar

Corpus Alienum | 13
Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke
atas. Penolong berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada
perut korban di garis tengah sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung
tulang sternum, tangan kedua diletakkan di atas tangan pertama. Penolong
menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke arah atas.
Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi
terbaring tidak dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) Pertolongan terhadap diri sendiri
jika mengalami obstruksi jalan napas.
Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas
pusar dan di bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat,
beri tekanan ke atas kea rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk
berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja
atau belakang kursi.
- Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil) Bila
penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari
telunjuk atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara
kedua putting susu pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang,
lakukan chest thrust, tarik lidah apakah ada benda asing, beri nafas buatan.
- Back Blow (untuk bayi)
Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak
efektif atau berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada
punggung korban di titik silang garis antar belikat dengan tulang
punggung/vertebrae)
b. Dengan penghisapan
Penghisapan benda asing dari jalan anfas ada dua cara:
1. Penghisapan benda asing dari daerah faring, hendaknya menggunakan
penghisapan dengan tekanan negatif yang besar.
2. Penghisapan benda asing dari daerah trakheobronkus, hendaknya
menggunakan penghisap dengan tekanan negatif yang lebih kecil, karena
kalau terlalu besar dapat menyebabkan paru kolaps, sehingga paru dapat
cedera dan penderita dapat mengalami asfiksi.

Corpus Alienum | 14
Untuk penghisapan di daerah trakheobronkus dan nasofaring sebaiknya
menggunakan kateter dengan ujung lengkung dan lunak yang diberi jelly
mulai dari ujung kateter sampai hampir seluruh kateter. Ujung yang
lengkung tersebut memungkinkan kateter dapat dimasukkan ke dalam salah
satu bronkus utama, sedangkan kalau kita menggunakan kateter yang lurus
biasanya masuk ke bronkus kanan. Kalau kita ingin memasukkan kateter
kedalam bronkus utama kiri sebaiknya kepala penderita dimiringkan ke
kanan. Diameter kateter seharusnya kurang dari setengah diameter pipa
trakea.

2.8 Komplikasi
Komplikasi akibat aspirasi benda asing adalah infeksi paru, dimana perjalanan
penyakitnya berhubungan dengan adanya obstruksi baik parsial atau total pada saluran
nafas yang mengakibatkan peningkatan sekresi lendir dan pertumbuhan bakteri. Telah
banyak kasus dilaporkan bahwa anak-anak yang dirawat karena pneumonia berulang
atau abses paru kronik dengan penyebab awal adalah aspirasi benda asing. Sehingga
perlu dipikirkan aspirasi benda asing sebagai etiologi pada infeksi paru kronik,
bronkiektasis dan asma. (Chik et al, 2009)

Corpus Alienum | 15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN CORPUS ALIENUM

Kasus :
Pada tanggal 02 April 2016 pukul 15.30 WIB An. A berusia 12 tahun dibawa ke UGD
RSUD Jombang oleh kedua orang tuanya karena mengeluh nyeri telan pada tenggorokan.
Setelah tertelan duri ikan 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Dari alloanamesa diketahui pada
hari pertama tertelan duri ikan pasien muntah, makan dan minum susah, terasa nyeri saat dibuat
menelan sedikit dan klien hanya diberikan minuman hangat. Saat pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran pasien komposmentis. TD : 110/80 mmHg, Suhu : 36,9 0 C, N: 90 x/menit, RR : 24
x/menit. Berat badan 30 kg, tinggi badan 130 cm. Pasien tampak pucat dan gelisah. Pasien
kesulitan berbicara, terdapat reflek batuk & muntah, serta berkeringat dingin dan sulit bernafas.

3.1 Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : An.A
Umur : 12 th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jombang
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SD
Tgl. MRS : 02 April 2016
Jam : 15.30 WIB
Diangnosa : Corpus Alienum Esofagus

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny.L
Umur : 35 th
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jombang
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA

Corpus Alienum | 16
3.2 Riwayat Keperawatan :
1. Keluhan utama : Nyeri telan pada tenggorokan
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
An. A berusia 12 tahun dibawa ke UGD RSUD Jombang oleh kedua orang tuanya
karena mengeluh nyeri telan pada tenggorokan setelah tertelan duri ikan 2 jam sebelum
masuk rumah sakit. Dari alloanamesa diketahui pada hari pertama tertelan duri ikan
pasien muntah, nyeri saat menelan sedikit dan kliem hanya diberikan minuman hangat.
Pasien tampak pucat dan gelisah. Pasien kesulitan berbicara, terjadi reflek batuk &
muntah, serta berkeringat dingin dan sulit bernafas
3. Riwayat Penyakit Masa Lalu : Gangguan saluran pencernaan (dyspepsia).
4. Riwayat Kesehatan Keluarga: Keluarga tidak ada yang menderita HT, DM, TBC atau
Hepatitis atau penyakit menular lainya.
5. Riwayat Alergi : Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat & makanan.
6. Kesadaran : AVPU (Alert) : Sadar penuh, respon bagus.

3.3 Primary Survey


Airway
1. Bunyi suara nafas tambahan (-)
2. Obstruksi (+)
Breathing
1. Dipnea (-)
2. Retraksi Dinding Dada (-)
3. Pengembangan paru (-)
4. Suara napas : Vesikuler
5. Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung (-)
6. Sianosis sentral (-)
7. Aritmia (-)
8. Reflek batuk (+)
9. Dispnea nokturnal paroksismal (-)
Circulation
1. CRT < 2 detik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Nadi teratur

Corpus Alienum | 17
4. Keringat dingin
5. Penuranan curah jantung : gelisah, lemah, pucat.
6. Hipotensi (-)
Disability
1. Kesadaran : Compos mentis
2. GCS : 4X6
3. Pupil : Bulat, Isokor, ukuran 3 mm.
4. Akral dingin

3.4 Pengkajian Sekunder


Keadaan Umum : Pasien tampak gelisah, berkeringat dingin, sulit bernafas dan,
kesulitan bicara
Kesadaran : Composmentis GCS (4X6)
TTV :
1. Suhu : 36,9 0 C
2. N : 90 x/menit
3. TD : 110/80 mmHg
4. RR : 24 x/menit
5. Skala : 6

3.5 Pemeriksaan fisik Head to toe


a) Kepala
Inspeksi : Bentuk simetris, penyebaran rambut merata, tidak ada jejas pada
kepala.
Palpasi : Nyeri tekan (-) , massa (-).
b) Mata
Inspeksi : Simestris Ka-Ki, Konjungtiva anemis, skelera mata ikteris, pupil
bulat isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya (+).
Palpasi : Nyeri tekan (-).

Corpus Alienum | 18
c) Telinga
Inspeksi : Telinga Ka-Ki simetris, serumen (-).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada tragus
d) Mulut dan bibir
Inspeksi : Bentuk mulut simetris, sianosis (+), Karies gigi (-), stomatitis (-),
mukosa lembab.
e) Hidung
Inspeksi : Cuping hidung (-), hidung simetris antara kanan dan kiri, tidak ada
sekret pada hidung.
Palpasi : Nyeri tekan paranasal (-).
f) Leher & Tenggorokan
Inspeksi : Bentuk simetris,warna merah, terdapat corpus esophagus, muntah.
Palpasi : Palpasi nyeri.
g) Dada :
Paru
Inpeksi : Retraksi (-), pergerakan dinding dada simestris.
Palpasi : Massa (-), krepitasi (-)
Perkusi : Sonor pada lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis (-).
Auskultasi : S1=S2, reguler, gallop (-), murmur (-)
h) Abdomen
Inspeksi : Simetris, tidak terjadi asites
Palpasi : Nyeri tekan di daerah umbilikus (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus normal
i) Kandung kemih
Inspeksi : Tidak terpasang kateter
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
j) Genital : (tidak terkaji)
k) Ekstremitas bawah dan atas

Corpus Alienum | 19
Inspeksi : Odem (-), akral hangat (+), tidak ada gangguan gerak, clubbing finger
(-)

Tenggorokan

Organ Tanda
Bibir Simetris, kering (+)
Gigi Normal, caries (-)
Lidah Normal, beslag (-)
Tonsil T1/T1, kripta normal, detritus (-/-)
Ovula Ukuran dan bentuk normal, letak lurus
tengah
Faring Merah muda, granul (-)
Leher Normal, simetris, pembesaran KGB (+/+)
Esopagus Terdapat corpus alienum

3.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Darah

Parameter Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 15 g/dL 14-18 g/dL
Hematokrit 44% 42-52%
Leukosit 9,5. 103/L (4,8-10,8). 103/L
Trombosit 279. 103/L (150-400). 103/L
RDW 12,6% 13,6%

Corpus Alienum | 20
3.7 Analisa Data

Diagnosa : Nyeri Akut (00132)


Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamana Fisik

NS. DIAGNOSIS :
Nyeri Akut
(NANDA-I)

Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul


akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam
hal kerusakan sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diprediksi
DEFINITION: dan berlangsung < 6 bulan.

Perubahan selera makan


Perubahan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung
Perubahan frekuensi pernapasan
Laporan isyarat
Diaforesis
Perilaku distraksi(mis.berjalan mondar mandir,mencari orang lain dan
atau aktivitas lain)
Mengekspresikan perilaku(mis.gelisah, merengek, menangis,
DEFINING waspada, iritabilitas, mendesah)
CHARACTERISTICS Masker wajah(mis.mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan
mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis)
Perilaku berjaga-jaga/melindungi area nyeri
Fokus menyempit (mis.gangguan persepsi nyeri, hambatan proses
berpikir, penurunan intereaksi dengan orang dan lingkungan)
Indikasi nyeri yang dapat diamati
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Sikap tubuh melindungi
Dilatasi pupil
Fokus pada diri sendiri
Gangguan tidur
Melaporkan nyeri secara verbal
RELATED FACTORS:
Agens cedera(mis., biologis, zat kimia, fisik, psikologis)

Corpus Alienum | 21
Subjective data entry Objective data entry

An. A mengeluh nyeri telan pada 1. Perubahan frekuensi napas


tenggorokan setelah tertelan duri 2. Sianosis
ikan sejak 2 jam yang lalu TTV
SMRS TD : 110/80 mmHg
Riwayat demam dan batuk, S : 36,6C
Batuk terutama pada malam hari RR : 24 x/menit
sehingga pasien sering N : 90 x/menit
terbangun dan tidak bisa tidur
dengan nyenyak
ASSESSMENT

Ns. Diagnosis (Specify):


Client Nyeri akut
Diagnostic
DIAGNOSIS

Statement: Related to:


Nyeri akut berhubungan Ketidaknyamanan

Corpus Alienum | 22
3.8 Intervensi
KRITERIA INTERVENSION REASON OUTCOME
HASIL
A (airway) 1. Posisi Semi Fowler 1. Posisi semi 1. Posisi setengah duduk
fowler yaitu untuk bisa memberikan efek
membantu Nyeri nyaman kepada pasien.
yang dirasakan
pasien bisa
berkurang 2. Untuk mengurangi
2. Membuka jalan nafas 2. Membuka jalan nyeri
teknik chin lift nafas untuk
memudahkan
pasokan O2

B (Breathing) 1. Pemasangan O2 kanul 1. Mensupport udara 1. Kebutuhan oksigen


2 liter/mnt. yang masuk ke terpenuhi dengan adekuat
dalam paru.

C 1. Pemasangan infuse 1. Untuk 1. Keseimbangan cairan


(Circulation) - Inf. Sol 4A 18 merehidrasi tubuh klien dapat
gtt/menit. cairan tubuh. terpenuhi secara
- Inj.Cwtotaxime adekuat
500mg/12 jam
- Inj.Ranitidine 12,5
mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 10
mg/8jam

2. Pemantauan TTV 2.Untuk memantau 2. Klien dapat


(TD , S , N , RR ) keadaan tanda- menunjukkan keadaan
tanda vital pada volume cairan normal
klien. dengan tanda tekanan
darah,nadi ,pernafasam
dalam batas normal.

Corpus Alienum | 23
Suhu : 36,9 0 C
N : 90 x/menit
TD : 110/80 mmHg
RR : 24 x/menit

D 1. Periksa GCS 1. Untuk mengetahui 1. Klien dapat menunjukkan


(Disability) status kesadaran kondisi kesadaran klien
pasien. compos mentis secara
2. Manajemen Nyeri 2. Pengambilan normal. EVM = 456.
Corpus 2. Klien merasa nyaman dan
(Esofagoskopi mengatakan secara verbal
Dengan Memakai nyeri berkurang/hilang.
Cunam)

3.9 Implementasi

TGL JAM TINDAKAN TANDA


TANGAN
03/04/16 07.30 A (airway)
WIB 1. Memberi posisi semi fowler
2. Membuka jalan nafas teknik chin lift

B (breathing)
1. Memasang O2 Kanul = 2 liter /mnt

C (circulation)
1. Melakukan observasi TTV & kesadaran tiap
jam.
- Inf. Sol 4A 18 gtt/menit
- Inj.Cwtotaxime 500mg/12 jam
- Inj.Ranitidine 12,5 mg/12 jam
- Inj. Ketorolac 10 mg/8jam

D (disability)
1. Memantau status GCS pasien.

Corpus Alienum | 24
3.10 Evaluasi
KRITERIA HASIL EVALUASI RENCANA

A (airway) Pengaturan posisi semi fowler dapat Lanjutkan pemberian posisi semi
meringankan sesak nafas klien. fowler

B (breathing) Pemberian O2 kanul 2 liter/mnt dapat Pemberian support O2 diteruskan


mengurangi sesak nafas pasien.

C (circulation) 1. Pemasangan cairan infuse dapat 1. Terapi diteruskan


membantu memberikan 2. Tindakan pemantauan TTV
keseimbangan cairan tubuh klien. di teruskan
2. Pemantauan pada tanda-tanda
vital klien setiap jam.

D (disability) Setelah di lakukan pemantauan GCS Lanjutkan pemantauan GCS.


tingkat kesadaran klien meningkat .

Corpus Alienum | 25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Benda asing di suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam
tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda
asing merupakan masalah utama anak usia 6 bulan sampai 6 tahun, dan dapat terjadi pada
semua umur. Benda asing jalan napas merupakan masalah klinis yang memiliki tantangan
tersendiri, meskipun belakangan ini telah terjadi kemajuan besar dalam teknik anestesi dan
instrumentasi, ekstraksi benda asing jalan napas bukanlah merupakan suatu prosedur yang
mudah dan tetap memerlukan keterampilan serta pengalaman dari dokter yang
melakukannya.

4.2 Saran
1. Penatalaksanan untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat
dan tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
Secara prinsip benda asing disaluran napas dapat ditangani dengan pengangkatan
segera secara endoskopik dengan traumaminimum.
2. Untuk dapat melakukan penangan yang baik diperlukan pengetahuan dan kemampuan
yang cukup dalam mengenal gejala dan tanda serangan penyakit, memberikan
pengobatan awal, merawat penderita di ruangan, serta pengobatan lepas rawat yang
semuanya itu bertujuan untuk dapat mencegah kematian, mengembalikan keadaan
klinis dan fungsi paru ketingkat yang lebih baik dan mencegah kekambuhan dini
penderita.

Corpus Alienum | 26

Você também pode gostar