Você está na página 1de 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap wanita hamil mengahadapi resiko komplikasi yang bisa mengancam

jiwanya.

Angka kematian ibu (AKI)masih tinggi di Indonesia. Angka kematian ibu (AKI)

adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang

disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dll disetiap 100.000 kelahiran

hidup.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2015 tercatat ada

305 ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini jauh dibawah target global

MDGs (Millenium Development Goals) terhadap kejadian AKI di Indonesia yang

menargetkan penurunan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun

2015.Ada tiga faktor utama penyebab kematian ibu saat melahirkan yakni perdarahan,

eklamsia, dan infeksi, sedangkan penyebab lainnya adalah abortus, partus lama, dll

(umur ibu yang terlalu muda/tua, ibu terlalu kurus/gemuk, tenaga penolong persalinan

ibu yang tidak kompeten, dan peran rumah sakit dalam menangani kehamilan dan

persalinan ibu). Selain berbagai faktor tersebut diatas, tingginya angka kematian ibu

(AKI) di Indonesia juga disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang kesehatan

kehamilan yang kurang memadai, disamping itu faktor ekonomi juga turut memberikan

dampak yang signifikan. Ibu hami l dari latar belakang keluarga ekonomi rendah

umunnya memiliki asupan nutrisi yang kurang dan berdampak buruk pada kehamilan

1
2

yang dijalani, kondisi lingkungan dengan kepadatan penduduk yang berlebihan,

rendahnya kualitas air bersih dan sanitasi yang buruk, sampai sarana prasarana yang

kurang memadai dan jangkauan tempat kesehatan yang teralalu jauh turut berperan

pada tingginya AKI di Indonesia.

Melihatnya tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia serta faktor resiko

penyebabnya maka upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah,

swasta, maupun masyarakat terutama suami sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan

yang memadai terhadap ibu hamil dimulai dari perencanaan kehamilan, hamil,

melahirkan, hingga menyusui (Ante Natal Care/ANC).

Menurut WHOpemeriksaan Ante Natal Care yangdilakukan adalah untuk

mendeteksi dan mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul

selama masa kehamilan dan saat persalinan sehingga dapat segera ditangani.

Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) ini merupakan serangkaian pelayanan

kesehatan terhadap ibu hamil baik secara fisik maupun mental dalam mehadapi

kehamilannya, ANC diperlukanuntuk memantau dan mendeteksi ada tidaknya ganguan

saat kehamilan sampai masa nifas dan menyusui.

1.2 Ruang Lingkup Penulisan

Penulisan ini akan mencakup pengertian dari pemeriksaan Ante Natal Care,

kebijakan pemerintah mengenai program pelayanan Ante Natal Care, tahapan-tahapan

pada pemeriksaan Ante Natal Care, dan bagaimana dampaknya terhadap penurunan

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.
3

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pentingnya

pemeriksaan Ante Natal Care pada ibu hamil dan tata cara pemeriksaan Ante Natal

Care.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Memberikan informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan (Ante Natal

Care) terhadap kesehatan ibu hamil.

2. Mengetahui cara melakukan pemeriksan Ante Natal Care


4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemeriksaan Antenatal Care

Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk

mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi

persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi

secara wajar (Manuaba, 2008).

Menurut Henderson (2006), kunjungan antenatal care adalah kontak ibu hamil

dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan

bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberi informasi bagi ibu

dan petugas kesehatan.

Pemeriksaan kehamilan atau ANC merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik

dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa

nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi

juga mental (Wiknjosastro, 2005).

Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini

mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan

antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi obstetri bila

mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani

secara memadai (Saifuddin, dkk., 2002).


5

Kunjungan ibu hamil atau ANC adalah pertemuan antara bidan dengan ibu hamil

dengan kegiatan mempertukarkan informasi ibu dan bidan serta observasi selain

pemeriksaan fisik, pemeriksaan umum dan kontak sosial untuk mengkaji kesehatan dan

kesejahteraan umumnya (Salmah, 2006)4

2.2 Tujuan Pemeriksaan Ante Natal Care (ANC)

Ante Natal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor

risiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),Ante Ntal Care untuk

mendeteksi dini terjadinya risiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat

menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin.

Tujuan umum ANC :

1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh

kembang janin.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan

bayi.

3. Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil,

termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun

bayinya dengan trauma seminimal mungkin.

5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Eksklusif.

6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat

tumbuh kembang secara normal.

7. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.


6

Tujuan khusus ANC :

1. Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.

2. Menurunkan angka morbilitas ibu dan anak.

3. Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,

kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

2.3 Pelaksana Pelayanan Ante Natal Care

Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di

desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam

pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).Pelayanan antenatal dapat dilaksanakan di

puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu, Bidan Praktik Swasta, polindes, rumah

sakit bersalin dan rumah sakit umum. (Depkes RI, 1995)

2.4 Jadwal Pemeriksaan Ante Natal Care

WHO dalam Marmi (2011) dan Depkes (2009) menganjurkan dan menetapkan

frekuensi kunjungan antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali selama kehamilan,

dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Trimester pertama (K1) usia kehamilan< 14 minggu, bertujuan untuk :

1) Penapisan dan pengobatan anemia

2) Perencanaan persalinan

3) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya


7

b. Trimester kedua (K2) usia kehamilan antara 14-28 minggu, bertujuan untuk :

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2) Penapisan pre eklamsia, gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan

3) Mengulang perencanaan persalinan

c. Trimester ketiga, dua kali kunjungan (K3 dan K4) usia kehamilan antara 28-36

minggu dan sesudah minggu ke 36, bertujuan untuk :

1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

3) Memantapkan rencana persalinan

4) Mengenali tanda-tanda persalinan

Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dirasakan ada gangguan atau bila

janin tidak bergerak lebih dari 12 jam (Pusdiknakes, 2003).

2.5 Tata Cara Pelayanan Ante Natal Care

Dalam melaksanakan pelayanan Ante Natal Care, hal-hal yang harus dilakukan

sesuai dengan standar pelayanannya dimulai saat kunjungan pertama kali :

1. Catat identitas ibu hamil

2. Catat kehamilan sekarang

3. Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu

4. Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan

5. Pemeriksaan fisik diagnostik dan laboratorium


8

6. Pemeriksaan obstetri

7. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)

8. Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin, dan mineral lainnya

serta obat-obatan khusus atas indikasi.

9. Penyuluhan/konseling.

Pemeriksaan sesuai usia kandungan ibu dilakukan sebagai berikut :

a. Trimester pertama sebelum minggu ke-14

1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan dan ibu hamil.

2) Mendeteksi masalah dan menanganinya.

3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum, anemia

kekurangan zat besi, penggunaan prektek tradisional yang merugikan.

4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk menghadapi

komplikasi.

5) Mendorong perilaku yang sehat (gizi, latihan dan kebersihan, istirahat dan

sebagainya.

b. Trimester kedua sebelum minggu ke-28

Sama seperti di atas, ditambah kewaspadaan khusus mengenai preeklampsia

(tanya ibu tentang gejala gejala preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi

edema, periksa untuk apakah ada kehamilan ganda).

c. Trimester ketiga antara minggu ke 28-36

Sama seperti di atas, ditambah palpasi abdominal untuk mengetahui apakah

ada kehamilan ganda.

d. Trimester ketiga setelah 36 minggu


9

Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak normal, atau

kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah sakit. (Saifuddin, dkk., 2002)

Pelayanan/asuhan standar minimal termasuk 7 T terdiri dari:

1. (Timbang) berat badan

2. Ukur (Tekanan) darah

3. Ukur (Tinggi) fundus uteri

4. Pemberian imunisasi (Tetanus Toxoid)

5. Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

6. Tes terhadap penyakit menular sexual

7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

2.6 Standar Pelayanan Kebidanan

Pertolongan pertama/penanganan kegawatdaruratan obstetric neonatal merupakan

komponen penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dari pelayanan kebidanan di

setiap tingkat pelayanan.Menurut Depkes RI (2005b) standar pelayanan antenatal

terdiri atas 6 standar, yakni :

Standar 1 : Identifikasi Ibu Hamil

Tujuannya adalah mengenali dan memotivasi ibu hamil untuk

memeriksakan kehamilannya.Hasilnya :

a. Ibu memahami tanda dan gejala kehamilan

b. Ibu, suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemerikasaan

kehamilan secara dini dan teratur, serta mengetahui tempat

pemeriksaan hamil
10

c. Meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum

kehamilan 16 minggu

Standar 2 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Tujuannya adalah memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi

dini komplikasi kehamilan. Hasilnya :

a. Ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 x selama

kehamilan

b. Meningkatkan pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat

c. Deteksi dini dan pengananan komplikasi kehamilan

d. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengetahui tanda bahaya

kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan.

e. Mengurus transportasi rujukan jika sewaktu-waktu terjadi kedaruratan.

Standar 3 : Palpasi Abdominal

Tujuannya adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan

pertumbuhan janin, penentu letak, posisi dan bagian bawah janin. Hasilnya :

a. Perkiraan usia kehamilan yang lebih baik

b. Diagnosis dini kelainan letak, dan merujuknya sesuai dengan

kebutuhan

c. Diagnosis dini kehamilan ganda dan kelainan lain serta merujuknya

sesuai dengan kebutuhan.

Standar 4 : Pengelolaan anemia pada kehamilan


11

Tujuannya adalah menemukan anemia pada kehamilan secara dini, dan

melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum

persalinan berlangsung. Hasilnya:

a. Ibu hamil dengan anemia berat segera dirujuk

b. Penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia

c. Penurunan jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR

Standar 5 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Tujuannya adalah mengenali dan menemukan secara dini hepertensi pada

kehamilan dan memerlukan tindakan yang diperlukan. Hasilnya :

a. Ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang

memadai dan tepat waktu

b. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

Standar 6 : Persiapan Persalinan

Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam

lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil.

Hasilnya :

a. Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan

yang bersih dan aman

b. Persalinan direncanakan ditempat yang aman dan memadai dengan

pertolongan bidan terampil.

c. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin, jika

perlu

d. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila perlu.


12

2.7 Intervensi dalam Pelayanan Antenatal

Intervensi dalam pelayanan antenatal adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu

hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal

adalah :

1) Intervensi Dasar

Pemberian Tetanus Toxoid

a. Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum,

pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-

kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya

ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa

calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga

efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian

yang tepat.

b. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas.

Pemberian Vitamin Zat Besi

a. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu

hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat.

b. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual

hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam

Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di

minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan.


13

2. Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai

dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, meliputi:

1) Faktor resiko, meliputi:

a. Umur : Terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun

Terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun

b. Paritas : Paritas 0 (primi gravidarum, belum pernah melahirkan)

Paritas > 3

c. Interval : Jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang

kurangnya 2 tahun.

d. Tinggi badan kurang dari 145 cm

e. Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm

2) Komplikasi Kehamilan

Komplikasi obstetri langsung :

a. Perdarahan

b. Preeklamasi/eklamsia

c. Kelainan letak lintang, sungsang primi gravid

d. Anak besar, hidramnion, kelainan kembar

e. Ketuban pecah dini dalam kehamilan.

3) Komplikasi obstetri tidak langsung

a. Penyakit jantung

b. Hepatitis
14

c. TBC (Tuberkolosis)

d. Anemia

e. Malaria

f. Diabetes militus

Komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan

(kendaraan, keracunan, kebakaran). (Mochtar R, 1998)

2.8 Peran Ibu Dalam Pelayanan Ante Natal Care

Pelayanan ANC tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak adanya respon dan

kerja sama dari ibu hamil sendiri. Adanya kesadaran dan pengetahuan tentang

pentingnya pelayanan kesehatan antenatal selama kehamilan menghasilkan sikap positif

yang mempengaruhi niat untuk ikut serta dalam pemeriksaan ANC. Sikap untuk

mengambil bagian dalam kegiatan pelayanan ANC inilah yang disebut dengan perilaku

(Skiner, dalam Notoatmodjo, 2003). Faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain :

a. Faktor yang mempermudah (Predisposing factor)

Mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, moral social, dan unsur lain yang

terdapat dalam diri individu (masyarakat).

b. Faktor pendukung (enabling factor)

Keterjangkauan fasilitas dan jarak ke pelayanan ANC yang dapat ditempuh ibu

hamil dilingkungannya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Perilaku dan partisipasi masyarakat dalam berinteraksi secara aktif untuk

mendukung program pelayanan kesehatan.


15

2.9 Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)

1. Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan mahluk hidup

dalam akitvitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) untuk berusaha. Bila

pemeriksaan kehamilan dirasakan sebagai suatu kebutuhan, maka dengan

sendirinya ibu hamil akan memiliki kesadaran dan niat untuk melakukan

pemeriksaan kehamilan (ANC) secara teratur. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa faktor kebutuhan ini merupakan dasar dan stimulus langsung terhadap ibu

hamil untuk mengunakan sarana kesehatan dalam menjaga kesehatannya selama

kehamilan.

2. Harapan

Harapan adalah motifasi seseorang dalam melakukan sesuatu untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Menjalani masa kehamilan yang sehat sampaiproses

kelahiran yang berjalan lancar adalah harapan semua ibu hamil dan menjadi salah

satu faktor pengaruh terhadap kunjungan ibu hamil ke pelayanan kesehatan,

sehingga memeriksakan kehamilan ke pelayan kesehatan dilakukan dengan teratur.

3. Minat

Minat adalah rasa suka dan ketertarikan dalam diri seseorang terhadap suatu objek

tanpa ada yang menyuruh. Minat untuk mengetahui kondisi kehamilannya akan

membuat ibu hamil dengan sendirinya memeriksakan diri ke tenaga kesehatan

(dokter, bidan, perawat) pada sarana kesehatan tanpa ada pengaruh dari orang lain.
16

4. Dukungan Suami dan Keluarga

Wanita hamil tidak hidup sendiri tetapi dalam lingkungan keluarga dan budaya

yang kompleks atau bermacam-macam. Dukungan keluarga dan suami mempunyai

pengaruh besar terhadap perilaku dan tindakan ibu hami dalam memanfaatkan

pelayanan kesehatan. Lingkungan yang baik dan menjunjung tinggi aspek

kesehatan membuat individu yang berada didalamnya akan lebih antusias dalam

menjaga kesehatan, dan sebaliknya lingkungan yang tidak memperhatikan

kesehatan serta pola hidup yang tidak sehat akan mendorong individu cenderung

tidak perduli dengan pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan secara

teratur.

5. Imbalan

Imbalan merupakan suatu motivasi tersendiri bagi sesorang dalam melakukan

sesuatu. Pemberian makanan tambahan, susu, vitamin, dan imunisasi secara gratis

disarana kesehatan semakin memotivasi ibu hamil dalam memeriksakan

kehamilannya ke tenaga kesehatan.

6. Pengalaman

pengalaman adalah guru terbaik. Ibu hamil yang memiliki pengalaman buruk pada

kehamilan sebelumnya baik dalam masa kehamilan, persalinan, dan pelayanan

kesehatan mempunyai efek sangat besar terhadap pengetahuan, sikap, dan

penggunaan pelayanan kesehatan ibu.

7. Sikap
17

Menurut Sarwono (2005) sikap merupakan potensi tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu keinginan yang dilakukan. Maka dapat dikatakan seorang ibu hamil yang

bersikap positif terhadap perawatan kehamilan cenderung akan mempunyai

motivasi tinggi untuk melakukan ANC. Hal ini dikarenakan informasi,

pengetahuan dan pemahaman ibu hamil yang baik mengenai pentingnya

pemeriksaan kehamilan selama kehamilan dapat mencegah bahaya dan risiko yang

mungkin terjadi selama hamil.

8. Pengetahuan

Ada enam tingkatan domain kognitif menurut Notoatmodjo (2003) yaitu tahu,

memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pengetahuan tentang

kehamilan harus dimiliki ibu hamil untuk dapat menyiapkan fisik atau mental agar

sampai akhir kehamilannya sama sehatnya, bilamana ada kelainan fisik atau

psikologis bisa ditemukan secara dini dan diobati, serta melahirkan tanpa kesulitan

dengan bayi yang sehat.

9. Ekonomi / Penghasilan

Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan

berbagai masalah kesehatan yang dihadapi, hal ini disebabkan karena

ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi berbagai masalah tersebut

(Effendy N. 1998). Hal ini juga memberikan dampak terhadap ibu hamil dalam

memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan perawat).


18

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Effendy N.(1998). Dasar-dasar Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

2. Henderson. 2006.The Concept Of Nursing

3. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil Kesehatan Indonesia

4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Pusat Data dan Informasi

5. Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB, Jakarta : EGC

6. Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetric, Jakarta : ECG

7. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Jakarta : Rineka

Cipta.

8. Saifuddin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatus Ed.1, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

9. Salmah. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta : EGC


19

10. Sarwono. 2005.Ilmu kebidanan,Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

11. Wiknjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan,Yogyakarta :Yayasan Bina Pustaka

18

Você também pode gostar