Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai
berikut: Prevalence Rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah
35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada
anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara
Nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih sangat tinggi yaitu 9,2% atau
masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah
masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak,
terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (16-
18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena
perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan
anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan makanan junk
food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang
berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan
tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh
Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
1
KATA SULIT
1. RISKESDAS : Riset yang dilakukan oleh Kemenkes RI untuk mengetahui kesehatan
dasar masyarakat
2. PHBS : sekumpulan perilaku yang dipraktekan secara sadar yang menjadikan
seseorang mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan.
3. Prevalens Rate : mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang menderita suatu
penyakit pada waktu tertentu.
PERTANYAAN
1. Apa saja contoh makanan tambahan untuk anak?
2. Prpgram apa yang dilakukan puskesmas untuk perbaikan gizi?
3. Apa saja contoh PHBS di lingkungan masyarakat?
4. Bagaimana pola makan dan pola asuh yang semestinya diperlukan anak dalam keluarga?
5. Apa akibat dari status gizi anak yang tidak baik?
6. Mengapa masalah kekurangan energi dan protein banyak terjadi di usia sekolah dan ibu
hamil di daerah pedesaan?
7. Apa yang menyebabkan kekurangan atau kelebihan gizi pada anak?
8. Factor apa saja yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan gizi pada anak?
9. Apa manfaat dilakukan RISKESDAS?
10. Bagaiman pola hidup bersih dan sehat menurut islam?
JAWABAN
1. Buah buahan ,kue , snack, sayur sayuran ,susu, agar agar
2. Anak : Fe , zink,kalsium . ibu hamil : Fe , vit. B 12, asam folat
3. Memberantas jentik nyamuk,mengajarkan cuci tangan yang baik,pembuatan
jamban,penggunaan air bersih, pembuangan limbah pabrik
4. Pola makan : disesuaikan dengan energy yang dibutuhkan dan memenuhi angka standar gizi
(AKG).
5. Pertumbuhan anak terhambat, penurunan kecerdasan,gangguan konsentrasi.
6. Ibu hamil : Karena tingkat ekonomi rendah, kurang pengetahuan ,kebutuhan gizi meningkat
asupan kurang.Anak usia sekolah : pilih pilih makanan,asupan kurang aktivitas
tinggi,keberagaman makanan kurang hanya karbohidrat yang tinggi,orang tua
pengetahuannya kurang,factor ekonomi
7. Kelebihan gizi (berat badan >>) : Obesitas ,Kurang aktivitas,Asupan makanan terlalu
banyak dan tinggi lemak,Rendah serat.Kekurangan gizi : Status ekonomi rendah,Pola makan
tidak seimbang
8. Factor yang mempengaruhi kelebihan gizi : pola makan yang berlebih, kurang aktivitas.
Faktor yang mempengaruhi kekurangan gizi : kurang pengetahuan, diet berlebih, makanan
yang tidak seimbang
9. Untuk mengetahui angka kesejahteraan masyarakat.
10. Cuci tangan sebelum makan, makan tidak berlebihan,tidak buru buru saat makan, makan
makanan
2
HIPOTESIS
Pola hidup memiliki dua kategori pola hidup sehat dan tidak sehat. Pola hidup tidak
sehat diakibatkan oleh dua faktor makan dengan jumlah berlebih atau makan dengan porsi
sedikit(kurang). Makan dengan jumlah berlebih dapat berakibat pada kesehatan yaitu obesitas.
Obesitas terjadi karena jumlah asupan makanan tinggi dan kurangnya aktivitas. Obesitas harus
segera ditanggulangi dengan cara mengatur pola makan, dan meningkatkan aktivitas. Makan
dalam jumlah sedikit pun dapat mempengaruhi kesehatan karena dapat berakibat kekurangan
gizi. Kekurangan gizi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kondisi ekonomi dan
pola asuh orang tua yang memiliki pengetahuan rendah terhadap gizi seimbang. Beberapa faktor
tersebut dapat berakibat pada pertumbuhan anak yang terhambat dan kecerdasan menurun.
Pemerintah memiliki program untuk menanggulangi kekurangan gizi untuk mengurangi angka
kurang gizi di Indonesia. Dengan demikian, untuk terhindar dari masalah kesehatan diharapkan
melakukan pola hidup sehat dengan makan makanan yang memiliki nilai gizi seimbang,olahraga
secara teratur serta menjaga kebersihan sesuai pedoman islam.
3
SASARAN BELAJAR
Li 1. Memahami dan Menjelaskan tentang PHBS
a. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
b. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
c. Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS
yaitu:
4
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan
masyarakat umum.
Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
5
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.
Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?
6
sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan
suami siap Antar jaga, dan sebagainya.
Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter
selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari minggu
pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6
bulan (ASI Eklusif).
Bagi bayi:
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus
air dan perlengkapannya.
7
Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar
upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.
8
4. Menggunakan air bersih
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar sakit.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)
9
Apa peran kader Dalam membina perilaku cuci tangan
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok
diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan
rumah.
Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian
masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun
kemerdekaan.
10
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Penerangan dan ventilasi yang cukup.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
Apa peran kader dalam membina masyarakat Untuk memiliki dan menggunakan
jamban sehat?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta
menggunakan jamban dirumahnnya.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah tangga
yang belum memiliki jamban sehat.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.
Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan jamban
sehat.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan
tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui
penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan,
pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lain-lain.
Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis
tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi daerah
setempat.
11
Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada
anggota rumah tangga
Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan
di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
Apa peran kader dalam membina rumah tangga Agar menciptakan Rumah Bebas
Jentik?
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu,
pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran, spanduk).
Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat
angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah
kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak
lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.
Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang
dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih
terdapat jentik nyamuk.
12
Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan
malem
Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
makan sayur dan buah.
13
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh
anggota keluarga.
Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.
Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain
dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan
siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alas an
kesehatan.
Cegah penyakit dengan Berhenti Merokok?
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.
14
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif
15
Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap
sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-
sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/
karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja.
Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta
menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.
16
bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada
disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang
dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit
lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan
perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20
untuk perempuan.
17
berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau
tidak normal.
18
bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining
kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor dengan
memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya
dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah
kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah
seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan
parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru,
perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengajaran
kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-
cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga peran
perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling,
pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan
program sekolah.
Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah.
Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case
finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan
permasalahan baik yang aktual maupun potensial.
19
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Menutup makanan dan minuman
20
Li 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Gizi kurang dan lebih pada Anak
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otot-
otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga
dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis
a. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor
21
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi
a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena sebab
lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi
1. Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
3. Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
4. Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
5. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab
22
. Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
. Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup
mendapatkan ASI
. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan
23
Tenaga kerja wanita
Wanita usia subur
DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita
Penyebab
Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP
dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
24
Tanda dan gejala
Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Upaya pemerintah
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU),
hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia
6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan
sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai
usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan
yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Merupakna masalah dunia
Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara
perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
Pembesaran kelenjar gondok
Hipotiroid
Kretinisme
Kegagalan reproduksi
Kematian
Defisiensi pada janin
Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
Terjadi kretinisme endemis
Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL
Penting untuk perkembangan otak yang normal
25
Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka
yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
Puncak kejadian pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui
dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak 5 meter
Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
Ibu hamil
WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
Bayi < 1tahun : 100 mg
Balita 1-5 tahun : 200 mg
Wanita 6-35 tahun : 400 mg
Ibu hamil (bumil) : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu
tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan
psikomotor
Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),
gangguan perkembangan
Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar,
rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
Pencegahan/penanggulangan
Fortifikasi : garam
26
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium
2. Posyandu
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan
PMT Penyuluhan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
27
Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan pada
ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran
gizi dan kesehatan yang telah diberikan.
4. Puskesmas
Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-
NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat
badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG.
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi
mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit
untuk mencari penyebab lain.
Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan
segera dirujuk ke rumah sakit umum
Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu sekali.
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan
asupan makanan
Gizi lebih
OBESITAS
adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak
selalu identik dengan obesitas
28
Penyebab
Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
29
Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan
mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke
rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)
Li 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Penilaian status gizi anak dan ibu hamil
Status Gizi Anak :
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Penilaian
30
keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat
(food record).
Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan
status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua
parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter
yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran
Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan LILA/U
yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Ketiga
parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status gizi.
31
atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila
terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan
berat badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi saat ini (dekat dengan waktu
pengukuran). Keadaan kurang gizi yang diukur dengan berat badan bersifat akut.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur, juga
menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar
Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-
80 % standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari
standar Harvard.
Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari
80% standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara
70,1-80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70%
standar Harvard.
Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari
standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90
% dari standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari
standar Harvard.
32
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering
dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal
Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah
Normal Normal Normal Normal
Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi
Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal
Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
33
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan
langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
34
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
35
b. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila status gizi
ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan
lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata
lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007)
Macam Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
1. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
2. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah
pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
3. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.
Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian
tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).
36
kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir (
Lubis,2007)
Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin,
plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin (Amiruddin, 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan
berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki
berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik <
10 kg (Kasdu, 2007).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body
Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT mempakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh
manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh
manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan :
Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa lebih
cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat,
yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang independent
terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).
2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama
hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya
dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya
kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
37
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA
lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan
merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu
serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu
selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu
hamil daripada berat badan.
Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai
berikut :
1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemana-
mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada
posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika
ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan
karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada
lengan kanan.
b. Haemoglobin (Hb)
38
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-
16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb.
Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi
anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada
ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi
dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya
plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution).
Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
pada kehamilan 28 minggu
Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan
dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya
mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.
Prinsip Riskesdas:
1. Riset berskala nasional, dilaksanakan serentak dalam waktu yang sama, dengan sebagian
besar informasi dapat mewakili tingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang
membutuhkan sampel besar (misalnya angka kematian bayi) yang diharapkan dapat
40
mewakili kabupaten/kota, diharapkan dapat memberi estimasi tingkat Propinsi atau
nasional.
2. Pengembangan indikator Riskesdas didasarkan atas kebutuhan untuk memonitor
pencapaian indikator pembangunan kesehatan, seperti Millenium Development
Goals (MDGs), Rencana Strategis (Renstra) Depkes, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN).
3. Besar sampel yang terintegrasi dengan Susenas (sampel Kor), bila diperlukan, daerah
dapat menambah sampel untuk mewakili kecamatan dengan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki oleh daerah.
4. Pengumpulan data dilakukan secara aterintegrasi antara petugas kesehatan dan petugas
statistik setempat yang terlatih, dengan pendampingan teknis dari tim Riskesda.
5. Data kesehatan berbasis masyarakat dikumpulkan melalui metode wawancara,
pengukuran, dan pemeriksaan spesimen biomedis.
6. Informasi hasil pengolahan dan analisis data, dapat dimanfaatkan di tingkat nasional,
Propinsi dan kabupaten/kota.
TUJUANPENELITIAN
a.TujuanUmum
Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat
kabupaten/kota,provinsidannasional.
b.Tujuan khusus:
a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan
termasuk data biomedisnya
b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular
c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan
d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian
a. Status kesehatan:
- Tingkat Morbiditas (prevalensi penyakit menular dan tidak menular, tingkat
kabupaten/kota untuk penyakit dengan prevalensi tinggi, atau tingkat provinsi bagi
penyakit dengan prevalensi rendah)
- Trauma dan kecelakaan di tingkat provinsi
- Tingkat Mortalitas (angka kematian ibu, angka kematian bayi) di tingkat nasional,
- Tingkat Disabilitas (angka disabilitas/cacat, jenisnya dan alat bantu yang diperlukan)
41
- Kesehatan gigi dan mulut di tingkat kabupaten/kota
- Kesehatan mata (visus) di tingkat kabupaten/kota
b. Status gizi (di tingkat kabupaten/ kota)
c. Pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (flu burung, HIV/AIDS, perilaku higienis,
penggunaan tembakau, minum alkohol, pola konsumsi, dan aktivitas fisik) di tingkat
kabupaten/kota.
d. Ketanggapan sistem kesehatan di tingkat kabupaten/kota
e. Pembiayaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
f. Akses dan manajemen pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
g. Sanitasi lingkungan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
h. Konsumsi makanan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
i. Kadar Yodium (semi kuantitatif) pada garam rumah tangga di tingkat kabupaten/kota)
j. Kadar Yodium (kuantitatif) pada garam rumah tangga dan dalam urine di tingkat nasional
k. Biomedis (penyakit menular, PD3I, penyakit tidak menular, penyakit kronik degeneratif,
gizi, dan penyakit kelainan bawaan) di daerah perkotaan dan pedesaan tingkat nasional
MANFAAT PENELITIAN
Li 5. Memahami dan Menjelaskan tentang Gaya hidup yang tak mencerminkan PHBS
Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:
1. Stress Berlebihan
Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang
dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman. Stres yang berlebihan
juga memacu penuaan dini. Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis merupakan
orang-orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling ekstrim.
Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebut
dengan pernafasan difragmatik. Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan hal-
hal yang dapat mengurangi stres Anda.
42
2. Minum Alkohol
Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres. Para
wanita sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol. Berbagai gangguan kesehatan
juga bisa timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan. Termasuk serangan jantung,
kangker hati, kanker tenggorokan, dan kanker payudara.
3. Kurang Bergerak
Dengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi
kelebihan berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertama
yang perlu dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif.
Parkirlah mobil dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift,
melakukan olahraga/senam, jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau
lebih dalam satu minggu.
Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.
5. Merokok
Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen
karet rasa nikotin. Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan
hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si
perokok untuk berhenti merokok.
8. Kurang Tidur
Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan.
Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari
kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman
dengan lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.
43
Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan
kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan
dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.
Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang
yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqarah:222 ).
44
Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih. (Al-Hadis)
DAFTAR PUSTAKA
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei
2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-
Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf
Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf
Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang
(Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 23 Mei 2015 dari:
www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat
http://www.muhammadiyah.or.id/news-91-detail-pola-hidup-bersih-dan-sehat.html
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/pedoman.htm
45