Você está na página 1de 45

SKENARIO 3

HASIL RISKESDAS 2010

Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai
berikut: Prevalence Rate anak pendek secara nasional pada kelompok umur 6-12 tahun adalah
35,6% yang terdiri dari 15,1% sangat pendek dan 20% pendek. Prevalence Rate kekurusan pada
anak pada umur 6-12 tahun adalah 12,2% terdiri dari 4,6% sangat kurus dan 7,6% kurus. Secara
Nasional masalah kegemukan pada anak umur 6-12 tahun masih sangat tinggi yaitu 9,2% atau
masih diatas 5,0%.
RISKESDAS 2010 juga meneliti pola konsumsi energi dan protein penduduk. Hasilnya adalah
masalah kekurangan konsumsi energi dan protein terjadi pada semua kelompok umur anak,
terutama pada anak usia sekolah (6-12tahun), usia pra remaja (13-15tahun), usia remaja (16-
18tahun) dan kelompok ibu hamil, khususnya ibu hamil di pedesaan.
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena
perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah membiarkan
anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan makanan junk
food yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat. Rekomendasi hasil RISKESDAS yang
berhubungan dengan status gizi anak usia sekolah adalah anak-anak perlu diberi makanan
tambahan. Program pemberian makanan tambahan di daerah miskin dapat dilaksanakan oleh
Puskesmas dengan menjalin kerjasama pihak sekolah dan masyarakat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat dapat mandiri adalah wajib.

1
KATA SULIT
1. RISKESDAS : Riset yang dilakukan oleh Kemenkes RI untuk mengetahui kesehatan
dasar masyarakat
2. PHBS : sekumpulan perilaku yang dipraktekan secara sadar yang menjadikan
seseorang mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan.
3. Prevalens Rate : mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang menderita suatu
penyakit pada waktu tertentu.
PERTANYAAN
1. Apa saja contoh makanan tambahan untuk anak?
2. Prpgram apa yang dilakukan puskesmas untuk perbaikan gizi?
3. Apa saja contoh PHBS di lingkungan masyarakat?
4. Bagaimana pola makan dan pola asuh yang semestinya diperlukan anak dalam keluarga?
5. Apa akibat dari status gizi anak yang tidak baik?
6. Mengapa masalah kekurangan energi dan protein banyak terjadi di usia sekolah dan ibu
hamil di daerah pedesaan?
7. Apa yang menyebabkan kekurangan atau kelebihan gizi pada anak?
8. Factor apa saja yang mempengaruhi kekurangan atau kelebihan gizi pada anak?
9. Apa manfaat dilakukan RISKESDAS?
10. Bagaiman pola hidup bersih dan sehat menurut islam?
JAWABAN
1. Buah buahan ,kue , snack, sayur sayuran ,susu, agar agar
2. Anak : Fe , zink,kalsium . ibu hamil : Fe , vit. B 12, asam folat
3. Memberantas jentik nyamuk,mengajarkan cuci tangan yang baik,pembuatan
jamban,penggunaan air bersih, pembuangan limbah pabrik
4. Pola makan : disesuaikan dengan energy yang dibutuhkan dan memenuhi angka standar gizi
(AKG).
5. Pertumbuhan anak terhambat, penurunan kecerdasan,gangguan konsentrasi.
6. Ibu hamil : Karena tingkat ekonomi rendah, kurang pengetahuan ,kebutuhan gizi meningkat
asupan kurang.Anak usia sekolah : pilih pilih makanan,asupan kurang aktivitas
tinggi,keberagaman makanan kurang hanya karbohidrat yang tinggi,orang tua
pengetahuannya kurang,factor ekonomi
7. Kelebihan gizi (berat badan >>) : Obesitas ,Kurang aktivitas,Asupan makanan terlalu
banyak dan tinggi lemak,Rendah serat.Kekurangan gizi : Status ekonomi rendah,Pola makan
tidak seimbang
8. Factor yang mempengaruhi kelebihan gizi : pola makan yang berlebih, kurang aktivitas.
Faktor yang mempengaruhi kekurangan gizi : kurang pengetahuan, diet berlebih, makanan
yang tidak seimbang
9. Untuk mengetahui angka kesejahteraan masyarakat.
10. Cuci tangan sebelum makan, makan tidak berlebihan,tidak buru buru saat makan, makan
makanan

2
HIPOTESIS
Pola hidup memiliki dua kategori pola hidup sehat dan tidak sehat. Pola hidup tidak
sehat diakibatkan oleh dua faktor makan dengan jumlah berlebih atau makan dengan porsi
sedikit(kurang). Makan dengan jumlah berlebih dapat berakibat pada kesehatan yaitu obesitas.
Obesitas terjadi karena jumlah asupan makanan tinggi dan kurangnya aktivitas. Obesitas harus
segera ditanggulangi dengan cara mengatur pola makan, dan meningkatkan aktivitas. Makan
dalam jumlah sedikit pun dapat mempengaruhi kesehatan karena dapat berakibat kekurangan
gizi. Kekurangan gizi memiliki beberapa faktor yang mempengaruhi seperti kondisi ekonomi dan
pola asuh orang tua yang memiliki pengetahuan rendah terhadap gizi seimbang. Beberapa faktor
tersebut dapat berakibat pada pertumbuhan anak yang terhambat dan kecerdasan menurun.
Pemerintah memiliki program untuk menanggulangi kekurangan gizi untuk mengurangi angka
kurang gizi di Indonesia. Dengan demikian, untuk terhindar dari masalah kesehatan diharapkan
melakukan pola hidup sehat dengan makan makanan yang memiliki nilai gizi seimbang,olahraga
secara teratur serta menjaga kebersihan sesuai pedoman islam.

3
SASARAN BELAJAR
Li 1. Memahami dan Menjelaskan tentang PHBS
a. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

b. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

c. Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS
yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan


mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat.
Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala
oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini
pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan
yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk
mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan

4
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan
masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)


Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa
brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat
informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung
tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Tatanan PHBS
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum,
tempat kerja, dan institusi kesehatan.
I. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di
lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah
rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS


Bagi Rumah Tangga :
Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
Anak tumbuh sehat dan cerdas.
Anggota keluarga giat bekerja.
Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.

5
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

Peran kader dalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?

Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan


Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.
Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk
memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di
desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.
Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan
perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.
Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga
Ber-PHBS.
Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap
tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
puskesmas atau rumah sakit.
Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan
lainnya.

Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?

Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan


memberi tanda seperti menempelkan stiker.
Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan
kunjungan rumah.
Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana

6
sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan
suami siap Antar jaga, dan sebagainya.
Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter
selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari minggu
pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6
bulan (ASI Eklusif).

2. Memberi bayi ASI Eklusif


Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain.
Apa saja keunggulan ASI?
Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik serta kecerdasan.
Mengandung zat kekebalan.
Melindungi bayi dari alergi.
Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja
dan di mana saja.
Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Apa manfaat memberikan ASI?


Bagi ibu:
Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
Menunda kehamilan berikutnya.
Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
Bayi tidak sering sakit.

Bagi keluarga:
praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus
air dan perlengkapannya.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI?


Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI
Eklusif?

7
Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar
upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.

Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?


Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di
wilayah kerjanya.
Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu. Tentang
pentingnya memberikan ASI Eklusif.
Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan
menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri
untuk memberikan ASI Eklusif.

3. Menimbang balita setiap bulan


Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan? Penimbangan balita di maksudkan
untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan? Penimbangan balita di lakukan
setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu.
Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita? Setelah balita
ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik
(lihat perkembangannya)
Apa tanda-tanda balita gizi kurang?
Apa tanda-tanda balita gizi buruk?
Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu?
Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).
Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM
(Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke
puskesmas.
Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.
Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Apa peran kader agar masyarakat Mau menimbang balita setiap bulan
Diposyandu?
Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.
Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.
Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan
kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa
(pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)
Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu membawa
balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di poyandu.
Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong
masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat,
kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya.

8
4. Menggunakan air bersih
Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar sakit.

Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)

Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?


Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit
10 meter.
Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.
Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak
rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur
sebaiknya diberi penutup.
Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut
pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan
diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).
Apa peran kader dalam menggerakan masyarakat untuk menggunakan air bersih?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air
bersih dirumahnya.
Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang
sulit untuk mendapatkan air bersih.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan
tempat tinggalnya.
Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara
bergilir.
Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber
air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air
bersih.
Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan penyuluhan
tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan kelompok
diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan lain-lain.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun
kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

9
Apa peran kader Dalam membina perilaku cuci tangan
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok
diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan
rumah.
Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian
masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun
kemerdekaan.

6. Menggunakan jamban sehat


Apa itu jamban? Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkanya.
Apa saja jenis jamban yang digunakan?
Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar
lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.
Bagaimana memilih jenis jamban?
Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:
a. Daerah yang cukup air
b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan multiple latrine yaitu
satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan


kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban? Setiap anggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)
Tidak berbau.
Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
Tidak mencemari tanah sekitarnya.
mudah dibersihkan dan aman digunakan.

10
Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
Penerangan dan ventilasi yang cukup.
Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
Apa peran kader dalam membina masyarakat Untuk memiliki dan menggunakan
jamban sehat?
Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta
menggunakan jamban dirumahnnya.
Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah tangga
yang belum memiliki jamban sehat.
Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.
Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.
Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan jamban
sehat.
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan
tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui
penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan,
pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lain-lain.
Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis
tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi daerah
setempat.

7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu


Mengapa harus memberantas jentik di rumah?
Apa itu rumah bebas jentik? Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)? Adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah
seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air,
alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara
teratur sekali dalam seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?
Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa tempat
yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan air di
dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada anggota
rumah tangga.
Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.

11
Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada
anggota rumah tangga
Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan
di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
Apa peran kader dalam membina rumah tangga Agar menciptakan Rumah Bebas
Jentik?
Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu,
pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran, spanduk).
Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat
angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di wilayah
kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk mendapat tindak
lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.
Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang
dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih
terdapat jentik nyamuk.

8. Makan sayur dan buah setiap hari


Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah? Setiap anggota rumah tangga
mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah? Makan sayur dan buah setiap hari
sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan tubuh, Mengandung serat yang tinggi.
Apa manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah?
Apa manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah?
Manfaat makanan berserat, yaitu:
Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?
Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu
mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran
dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan
mineral.
Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah
mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau pisang.
Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang
terkandung dalam buah.
Sayur dan buah seperti apa yang bagus kita makan?
Bagaimana mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi
kandungan gizinya?
Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan buah?
Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.

12
Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan
malem
Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
makan sayur dan buah.

9. melakukan aktifitas fisik setiap hari


Siapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik? Adalah anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.
Apa itu aktivitas fisik? Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan?
Berapa lama seseorang perlu melakukan aktivitas fisik setiap hari?
Bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar ?
Apa keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur ?
Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan
aktivitas fisik setiap hari ?
Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
melakukan akytivitas fisik.
Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya
kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.
Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di
rumah.
Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan
tempat bermain untuk anak.
Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Siapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah ? Setiap anggota keluarga
tidak boleh merokok di dalam rumah.
Mengapa harus tidak merokok ?
Apa itu dengan perokok aktif dan perokok pasif?
Apa bahaya perokok aktif dan perokok pasif?
Bagaimana cara berhenti merokok? Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu Berhenti
Seketika, Menunda, dan Mengurang. Hal yang paling utama adalah niat dan tekad yang
bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin
perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok
mengandung zat Adiktif.
Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari
sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.
Mengurangi : Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.
Apa peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok?

13
Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh
anggota keluarga.
Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.
Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain
dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan
siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alas an
kesehatan.
Cegah penyakit dengan Berhenti Merokok?

II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)


Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan
aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif
dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).

Tujuan PHBS di Sekolah


Tujuan Umum: Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:


a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua

14
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah:


a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan
Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)

Indikator PHBS di Sekolah


A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang
bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa
kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih
dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan disetrika.
Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader kesehatan/guru
UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya sehingga
tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya ditalikan
bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap kali
sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur

15
Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap
sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara bersama-
sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja bagi guru/
karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari kesibukan kerja.
Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga bersama serta
menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.

F. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok
berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam
satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya
diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh
darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati).
Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah
dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan
membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat
sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan
sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap
rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika
Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun
psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak
ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong
air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah
pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air yang
ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan
nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah.
Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu
minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa
dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat
buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air
kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi

16
bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada
disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang
dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit
lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan
perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20
untuk perempuan.

J. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang
bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air
hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur,
mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau
limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan
tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun


Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah
buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan
kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir
akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun
selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan.
Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit
kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang
tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-
organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang
juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada
tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat
sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung
sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung
sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan
proses belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat
pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar

17
berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau
tidak normal.

Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha
Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga
akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
(Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia indonesia
seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan hidup
sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup: a) menurunkan
angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik fisik, mental,
maupun sosial, c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap, dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha
peningkatan kesehatan di sekolah, d) meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan
terhadap anak sekolah, e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap pengaruh
buruk narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik,
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal
dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health
Education in School), pelayanan kesehatan (School Health Service), dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah.

Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di tatanan
pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun
masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah
mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu,
kelompok, dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah
satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan
kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang
sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan
sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan
untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat
dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di

18
bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining
kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor dengan
memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya
dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah
kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah
seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan
parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru,
perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengajaran
kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-
cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga peran
perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan, konseling,
pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan
program sekolah.
Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah.
Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case
finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan
permasalahan baik yang aktual maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai prosedur. Selain
itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain.
Beberapa item yang menjadi perhatian dalam peran ini antara lain: kesehatan fisik,
kesehatan emosional, kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah,
kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah
Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang
khusus
Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal

III. PHBS di tempat-tempat umum


Adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di
tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan
penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
Menggunakan air bersih

19
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk
Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
Menutup makanan dan minuman

IV. PHBS di tempat kerja


Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja
menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja
menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat tempat umum yang sehat yaitu :
Mengkonsumsi makanan bergizi
Melakukan aktivitas fisik setiap hari
Tidak merokok di tempat kerja
Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Menggunakan air bersih
Memberantas jentik di tempat kerja
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya

V. PHBS di institusi kesehatan


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.
PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan
hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi
kesehatan ber-PHBS.
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan
yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
Menggunakan air bersih
Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
Menggunakan jamban
Membuang sampah pada tempatnya
Tidak merokok di Institusi Kesehatan
Tidak meludah sembarangan
Memberantas jentik nyamuk

20
Li 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Gizi kurang dan lebih pada Anak
Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :

1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otot-
otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga
dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis

a. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor

21
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi
a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena sebab
lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi

Kurang Energi Protein (KEP)/Protein Energi Malnutrition (PEM)/Protein Calori


Malnutrition (PCM)

1. Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
3. Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
4. Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
5. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas

Penyebab

. Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah


. Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
. Pengetahuan yang kurang tentang gizi

22
. Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
. Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup
mendapatkan ASI
. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan

. Pertumbuhan mengurang atau berhenti


. BB berkurang, terhenti bahkan turun
. Ukuran lingkar lengan menurun
. Maturasi tulang terlambat
. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
. Tebal lipat kulit normal atau menurun
. Aktivitas dan perhatian kurang
. Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian

a. Marasmus dengan tanda-tanda :


Anak sangat kurus
Wajah seperti orang tua.
Perut cekung
Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit
b. Kwashiorkor
Edema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut kusam,
mudah dicabut.
c. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS ada
juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita
berada dibawah garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi
kalau status gizi buruk balita pasti BGM. (Abdur, 2008)

Kelompok kekurangan vitamin/mineral


Anemia Defisiensi Zat Besi
Kelompok sasaran prioritas
Ibu hamil dan menyusui
Balita
Anak usia sekolah

23
Tenaga kerja wanita
Wanita usia subur

Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin.


Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh.
Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi
dalam belajar menurun.Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data
laboratorik yang ditunjang oleh data konsumsi pangan.
- Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia : Muka penderita terlihat pucat, juga
selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan merasa bandannya
lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas.
- Data laboratorik memperlihatkan : kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan
pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau
lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%.
- Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau
bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
Penanganan
Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu
hamil maupun menyusui
Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk
multivitamin kepada balita
Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan anak
usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada
tenaga kerja wanita
Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)

DEFISIENSI VITAMIN A
Prevalensi tertinggi terjadi pada balita
Penyebab
Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP
dll)
Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)

24
Tanda dan gejala
Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Upaya pemerintah
Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU),
hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia
6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan
sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai
usia
Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)
Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan
yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Merupakna masalah dunia
Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara
perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
Pembesaran kelenjar gondok
Hipotiroid
Kretinisme
Kegagalan reproduksi
Kematian
Defisiensi pada janin
Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
Terjadi kretinisme endemis
Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL
Penting untuk perkembangan otak yang normal

25
Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka
yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
Puncak kejadian pada masa remaja
Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui
dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak 5 meter
Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
Ibu hamil
WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
Bayi < 1tahun : 100 mg
Balita 1-5 tahun : 200 mg
Wanita 6-35 tahun : 400 mg
Ibu hamil (bumil) : 200 mg
Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
Pria 6-20 tahun : 400 mg
GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis
Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu
tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan
psikomotor
Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),
gangguan perkembangan
Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar,
rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
Pencegahan/penanggulangan
Fortifikasi : garam

26
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

Penatalaksanaan Gizi Buruk


1. Rumah Tangga
Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya.
Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun.
Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran
pemberian makanan.
Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit
atau

2. Posyandu
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan
PMT Penyuluhan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(3T) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)


PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat
dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan
tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua
balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT Pemulihan anak
balita. Layanan yang dapat diberikan adalah:
Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani
di PPG.
Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.
Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau perubahan
berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM)
pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan.
Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari.
Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian
PMT pemulihan sampai 90 hari.
Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS
kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.

27
Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan pada
ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan anjuran
gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

4. Puskesmas
Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-
NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat
badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG.
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi
mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit
untuk mencari penyebab lain.
Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan
segera dirujuk ke rumah sakit umum
Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu sekali.
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan
asupan makanan

Gizi lebih

OBESITAS

adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak
selalu identik dengan obesitas

BB >>> tidak selalu obesitas

28
Penyebab

Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan


Aktifitas fisik yang rendah
Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
Laju pertumbuhan yang sangat cepat
Genetik atau faktor keturunan
Gangguan hormon
Gejala

Terlihat sangat gemuk


Lebih tinggi dari anak normal seumur
Dagu ganda
Buah dada seolah-olah berkembang
Perut menggantung
Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas

Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas

Gangguan respon imunitas seluler


Penurunan aktivitas bakterisida
Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan

Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas


sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang,
sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi
dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi
pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.

29
Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan
mengubah perilaku makan
Mengatasi gangguan psikologis
Meningkatkan aktivitas fisik
Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke
rumah sakit
Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)

Li 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Penilaian status gizi anak dan ibu hamil
Status Gizi Anak :
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

Penilaian

a. Status Gizi Anak


Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat dilakukan
dengan:
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan
melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam
menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi
makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The
Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi,

30
keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat
(food record).

Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.

Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Jadi untuk indeks BB/U adalah


= Z Score = ( 60 kg 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan
status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua
parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter
yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Lingkaran
Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan LILA/U
yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Ketiga
parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status gizi.

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan memiliki
sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkunan akan terlihat
langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak mekan lebih dari biasanya dalam 2

31
atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila
terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan
berat badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi saat ini (dekat dengan waktu
pengukuran). Keadaan kurang gizi yang diukur dengan berat badan bersifat akut.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur, juga
menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar
Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-
80 % standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang dari
standar Harvard.

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner (tulang
rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah berubah, dan seburuk keadaan
ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi masa lalu. Gangguan
pertumbuhan linier bersifat kronis.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut
:

Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari
80% standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara
70,1-80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70%
standar Harvard.

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena tidak dipengaruhi
oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan yaitu :
sangat kurus, kurus, normal dan gemuk (Depkes, 2000). Sifat masalah gizi dengan indeks
BB/TB adalah akut dan kronis.
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan
berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah
sebagai berikut :

Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90% dari
standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90
% dari standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari
standar Harvard.

32
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering
dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :

Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal
Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah
Normal Normal Normal Normal
Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi
Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal
Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.

33
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan
kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat
tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan
langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

34
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.

35
b. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila status gizi
ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat badan
lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata
lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007)
Macam Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
1. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
2. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan adalah
pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
3. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.
Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian
tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil


a. Berat Badan
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan
berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat
badan lahir rendah bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil atau
kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup
banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan
janin dalam kandungan. Pada ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil maka

36
kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir (
Lubis,2007)
Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin,
plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin (Amiruddin, 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan
berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki
berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik <
10 kg (Kasdu, 2007).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body
Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT mempakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh
manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh
manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan :
Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa lebih
cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat,
yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang independent
terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).

1. Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)


Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan
(Supariasa, 2001).
Klasifikasi Kategori IMT menurut CDC

2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama
hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya
dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya
kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.

37
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA
lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan
merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu
serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu
selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu
hamil daripada berat badan.

Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai
berikut :

1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemana-
mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada
posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri, jika
ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan
karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada
lengan kanan.

b. Haemoglobin (Hb)

38
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-
16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb.
Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi
anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada
ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi
dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya
plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution).
Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
pada kehamilan 28 minggu

1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Penyebab langsung
Yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi
kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.Anak yang
mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita
kurang gizi.Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
akan melemah dan mudah terserang penyakit.Kenyataannya baik makanan maupun penyakit
secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung


Yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan.Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya.Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
39
baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga.

Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).

Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

Li 4. Memahami dan Menjelaskan tentang RISKESDAS


PENGERTIAN

Riset Kesehatan Dasar adalah riset berbasis masyarakat untuk mendapatkan gambaran kesehatan
dasar masyarakat, termasuk biomedis yang menggunakan sampel Susenas Kor dan informasinya
mewakili tingkat kabupaten/kota, Propinsi dan nasional.

Prinsip Riskesdas:
1. Riset berskala nasional, dilaksanakan serentak dalam waktu yang sama, dengan sebagian
besar informasi dapat mewakili tingkat kabupaten/kota. Beberapa data yang
membutuhkan sampel besar (misalnya angka kematian bayi) yang diharapkan dapat

40
mewakili kabupaten/kota, diharapkan dapat memberi estimasi tingkat Propinsi atau
nasional.
2. Pengembangan indikator Riskesdas didasarkan atas kebutuhan untuk memonitor
pencapaian indikator pembangunan kesehatan, seperti Millenium Development
Goals (MDGs), Rencana Strategis (Renstra) Depkes, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN).
3. Besar sampel yang terintegrasi dengan Susenas (sampel Kor), bila diperlukan, daerah
dapat menambah sampel untuk mewakili kecamatan dengan memanfaatkan sumber daya
yang dimiliki oleh daerah.
4. Pengumpulan data dilakukan secara aterintegrasi antara petugas kesehatan dan petugas
statistik setempat yang terlatih, dengan pendampingan teknis dari tim Riskesda.
5. Data kesehatan berbasis masyarakat dikumpulkan melalui metode wawancara,
pengukuran, dan pemeriksaan spesimen biomedis.
6. Informasi hasil pengolahan dan analisis data, dapat dimanfaatkan di tingkat nasional,
Propinsi dan kabupaten/kota.

TUJUANPENELITIAN

a.TujuanUmum
Mengetahui data dasar kesehatan untuk keperluan perencanaan di tingkat
kabupaten/kota,provinsidannasional.

b.Tujuan khusus:

a. Mengukur prevalensi penyakit menular dan tidak menular, riwayat penyakit keturunan
termasuk data biomedisnya
b. Mengetahui faktor risiko penyakit menular dan tidak menular
c. Mengetahui ketanggapan sistem kesehatan di unit pelayanan kesehatan
d. Mengukur angka kematian dan menelusuri sebab kematian

c. Output yang Diharapkan


Tersedianya data dasar kesehatan meliputi:

a. Status kesehatan:
- Tingkat Morbiditas (prevalensi penyakit menular dan tidak menular, tingkat
kabupaten/kota untuk penyakit dengan prevalensi tinggi, atau tingkat provinsi bagi
penyakit dengan prevalensi rendah)
- Trauma dan kecelakaan di tingkat provinsi
- Tingkat Mortalitas (angka kematian ibu, angka kematian bayi) di tingkat nasional,
- Tingkat Disabilitas (angka disabilitas/cacat, jenisnya dan alat bantu yang diperlukan)

41
- Kesehatan gigi dan mulut di tingkat kabupaten/kota
- Kesehatan mata (visus) di tingkat kabupaten/kota
b. Status gizi (di tingkat kabupaten/ kota)
c. Pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (flu burung, HIV/AIDS, perilaku higienis,
penggunaan tembakau, minum alkohol, pola konsumsi, dan aktivitas fisik) di tingkat
kabupaten/kota.
d. Ketanggapan sistem kesehatan di tingkat kabupaten/kota
e. Pembiayaan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
f. Akses dan manajemen pelayanan kesehatan di tingkat kabupaten/kota
g. Sanitasi lingkungan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
h. Konsumsi makanan rumah-tangga di tingkat kabupaten/kota
i. Kadar Yodium (semi kuantitatif) pada garam rumah tangga di tingkat kabupaten/kota)
j. Kadar Yodium (kuantitatif) pada garam rumah tangga dan dalam urine di tingkat nasional
k. Biomedis (penyakit menular, PD3I, penyakit tidak menular, penyakit kronik degeneratif,
gizi, dan penyakit kelainan bawaan) di daerah perkotaan dan pedesaan tingkat nasional

MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota:


- Mampu merencanakan, melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.
- Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat, sesuai situasi dan kondisi tiap
kabupaten/kota.
- Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti.
2. Untuk Provinsi dan Pusat
- Mampu memetakan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan
kesehatan antar wilayah.

Li 5. Memahami dan Menjelaskan tentang Gaya hidup yang tak mencerminkan PHBS
Berikut ini 10 perilaku tidak sehat yang sering kita lakukan, serta cara mengatasinya:
1. Stress Berlebihan
Sejak dulu, kita tahu bahwa stres yang berlebihan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang
dan memacu resiko penyakit jantung, serta membuat kita tidak nyaman. Stres yang berlebihan
juga memacu penuaan dini. Ibu-ibu yang memiliki anak-anak dengan penyakit kronis merupakan
orang-orang yang mengalami stres, dan mengalami penuaan dini yang paling ekstrim.
Cara cepat untuk mengurangi stres adalah dengan menarik nafas dalam-dalam yang disebut
dengan pernafasan difragmatik. Untuk jangka panjangnya, luangkan waktu untuk melakukan hal-
hal yang dapat mengurangi stres Anda.

42
2. Minum Alkohol
Bukan merupakan suatu kebetulan bila alkohol merupakan kabar buruk mengenai stres. Para
wanita sebaiknya membatasi diri meminum minuman beralkohol. Berbagai gangguan kesehatan
juga bisa timbul dari kebiasaan minum alkohol yang berlebihan. Termasuk serangan jantung,
kangker hati, kanker tenggorokan, dan kanker payudara.

3. Kurang Bergerak
Dengan sedikit menggerakkan tubuh, kita dapat memperpanjang hidup serta mengurangi
kelebihan berat, mengurangi stres, dan bahkan mencegah penyakit Alzheimer. Langkah pertama
yang perlu dilakukan yaitu hanya dengan berjanji pada diri sendiri bahwa kita akan lebih aktif.
Parkirlah mobil dari jauh pintu masuk, menggunakan tangga dan tidak menggunakan lift,
melakukan olahraga/senam, jalan kaki selama 30 menit atau lebih banyak selama lima kali atau
lebih dalam satu minggu.

4. Mengkonsumsi Makanan Berlemak


Lemak yang dikonsumsi secara berlebihan dapat memacu kolesterol tinggi dan merangsang
penyakit jantung. Biasakan diri Anda untuk mengkonsumsi makanan yang non-kolesterol dan
berkadar lemak rendah.

Tips: Takar asupan lemak, jangan lebih dari 10 persen (atau kurang) dari seluruh kalori.

5. Merokok
Untuk mengurangi bahaya kanker dan kerutan dini, Anda dapat mengganti rokok dengan permen
karet rasa nikotin. Berdasarkan penelitian di tahun 2004, permen karet rasa nikotin memberikan
hasil dua kali lipat dimana perokok berhenti merokok dibandingkan dengan keinginan/janji si
perokok untuk berhenti merokok.

6. Menghirup Udara Polusi


Polusi udara dapat menyebabkan batuk dan sakit mata/mata perih dan hal ini berhubungan
dengan serangan pada penyakit asma dan saluran pernafasan. Usahakan untuk berada di dalam
ruangan sebanyak yang Anda bisa bila kadar udara sedang tinggi.

7. Terlalu Sering Kena Sinar Matahari


Batasi diri Anda dari sengatan sinar matahari dan gunakan tabir matahari, paling tidak yang
mengandung SPF 15 untuk mencegah resiko kanker kulit dan juga kerutan.

8. Kurang Tidur
Kurang tidur berhubungan dengan obesitas, diabetes, tekanan darah tinggi dan masalah ingatan.
Singkirkan segera televisi dan benda-benda elektronik lain yang mengganggu ketenangan dari
kamar tidur Anda. Tata ulang kamar tidur Anda dan ciptakan suasana kamar tidur yang nyaman
dengan lampu yang temaram yang membuat Anda tidur dengan nyenyak.

9. Kelebihan Berat Badan

43
Kelebihan berat badan dapat memicu kemungkinan penyakit serangan jantung, diabetes, bahkan
kanker. Penelitian mutakhir menyatakan jenis diet yang dilakukan kurang penting dibandingkan
dengan komitmen Anda untuk melakukan diet tersebut dengan disiplin.

10. Mengonsumsi Gula Berlebih


Gula yang berlebihan dapat menaikkan berat badan dan kemungkinan terserang penyakit jantung.
Ahli nutrisi menyarankan untuk menjaga tambahan gula pada makanan kecil/cemilan dan kue-
kue kering sampai 12 sendok teh per hari pada diet berkalori 2200. Selain itu ganti makanan yang
manis-manis dengan buah-buahan dan sayuran segar

Li 5. Memahami dan Menjelaskan tentang PHBS menurut Pedoman Islam


Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan
merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah
makan , dan Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu dimana
tangannya berada di saat tidur.
Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW
sersabda: Tutuplah bejana air dan tempat minummu
Rumah: Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu sebagaimana dianjurkan untuk
menjaga kebersihan dan keamanan jalan: Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.
Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya
buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.
Dalam kitab suci Al-quran banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah berfirman:



Dan pakaianmu bersikanlah (QS.Al Muddatsir ayat: 4)



Sesungguhnya Allah mencintai orang orang yang bertaubat dan orang orang
yang mermbersikan diri. ( QS. Al baqarah:222 ).

Rasulullah saw bersabda:

44
Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih. (Al-Hadis)

Sesungguhnya Allah itu bersih, Ia cinta kebersihan ( HR Turmudzi )


Agama itu di bangun diatas kebersihan ( HR. Al-Ghazali )

DAFTAR PUSTAKA
Draft Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi Menuju Manusia Indonesia Prima diunduh 28 Mei
2013 dari: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/02/Draft-Pedoman-Gerakan-
Nasional-Sadar-Gizi-Februari-2012.pdf

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/29777/4/Chapter%20II.pdf

Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang
(Bantuan Oprasional Kesehatan) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Panduan-PMT-BOK-2011.pdf

Pedoman Pengembangan Kabupaten/Kota Percontohan Program Perilaku Hidup Bersih dan


Sehat (PHBS) diunduh 27 Mei 2013 dari: http://dinkes-
sulsel.go.id/pdf/Perilaku_hidup_bersih_&_sehat.pdf

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dan Penyakit Berbasis Lingkungan diunduh 23 Mei 2015 dari:
www.pamsimas.org/index.php?option=com...penyakit

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) diunduh 23 Mei 2015 dari:
http://dinkes.malangkota.go.id/index.php/artikel-kesehatan/119-perilaku-hidup-bersih-dan-sehat

10 Langakh Tatalaksana Gizi Buruk diunduh 23 Mei 2015 dari: http://pkm-banjarsari-


lebak.blogspot.com/2011/02/10-langkah-tatalaksana-gizi-buruk.html

http://www.muhammadiyah.or.id/news-91-detail-pola-hidup-bersih-dan-sehat.html

http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/pedoman.htm

45

Você também pode gostar