Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1
LAPORAN KASUS
GANGREN PEDIS
A. Ilustrasi kasus
I. Identitas pasien
Nama : Nn. R Tgl Pemeriksaan : 26 Juni 2017
Umur : 34 tahun Oleh Coass : Azhar Fauzan
Jenis Kelamin: Perempuan No. CM : 28 47 99
Pendidikan : SMA Masuk RS, Tgl : 24 Maret 2017
Pekerjaan : WiraswastaRS : TK.II Pelamonia
Alamat : Panampu
II. Anamnesis
Keluhan Utama : Luka di mata kaki kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasein masuk rumah sakit dengan keluhan luka di daerah mata kaki
kanan, sejak 15 hari sebelum masuk rumah sakit, awalnya muncul
seperti bisul dan gatal, nyeri (+) kemudian pasien mulai menggaruk luka
tersebut dan terjadi luka yang tidak sembuh sampai sekarang, demam sejak
2 hari yang lalu, mual (+), Muntah (+), sebanyak 1x
Riwayat penyakit dahulu :
DM (+)
Riw HT di sangkal
Riwayat habituasi :-
Riwayat operasi :
Pasien belum pernah operasi
Riwayat pengobatan :
Pasien sering tidak rutin meminum obat-obatan DM
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
Riwayat alergi :
Tidak ada alergi makanan dan obat.
2
III. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Compos mentis
Vital sign :
TD : 190 /100 mmHg
P : 20 x/menit
N : 84 x/menit
S : 39 0c
Status Generalis
a. Pemeriksaan kepala
Rambut : warna hitam, uban (+), mudah dicabut
Mata : Pupil isokor, RCL (+/+)
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada deviasi.
Bibir : mukosa bibir basah, sianosis (-)
Gigi : caries (+)
b. Pemeriksaan leher:
Tidak ada pembesaran KGB, thyroid dan tidak ada peningkatan JVP
c. Pemeriksaan thoraks
a. Paru-paru :
Depan:
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertingaalan nafas,
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak ada krepitasi.
Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+. Rh -, wh
Belakang :
Inspeksi : simetris +/+, tidak ada ketertinggalan nafas.
Palpasi : vokal fremitus normal +/+, tidak teraba massa.
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : vesikuler +/+, suara tambahan -/-
b. Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, massa -
3
Perkusi : batas jantung : normal, tidak ada pembesaran
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternal
dextra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavikularis
sinistra
Batas jantung atas : ICS II linea parasternal
sinistra
Pinggang jantung : ICS III parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I dan II murni reguler
d. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : nyeri tekan (-)
e. Pemeriksaan ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555
5555
Sensibilitas : dextra dan sinistra tidak ada kelainan
Refleks fisiologis : (+/+)
Refleks patologis : (-/-)
Edema : (-/-)
Status Lokalis :
Pemeriksaan Pedis Dextra :
Inspeksi : Tampak luka di daerah os malleolus D.
Palpasi : hangat pada perabaan
RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 34 tahun datang ke Instalasi
Gawat Darurat RS. TK II Pelamonia diantar oleh keluarganya dengan
keluhan luka di daerah mata kaki kanan, Sejak 15 hari sebelum masuk
rumah sakit, awalnya muncul seperti bisul dan gatal, nyeri (-), kemudian
pasien mulai menggaruk luka tersebut dan terjadi luka yang tidak sembuh
sampai sekarang, demam sejak 2 hari yang lalu, mual (+), Muntah (+),
sebanyak 1x
4
STATUS LOKALIS :
Pemeriksaan Pedis Dextra :
Inspeksi : Tampak luka di daerah os malleolus D.
Palpasi : hangat pada perabaan
5
V. Diagnosa Kerja
Gangren Pedis ec DM
Hipertensi
VI. Penatalaksanaan
Konservatif
Umum
o Diet DM
o Edukasi penderita mengenai penyakitnya dan hal-hal yang dapat
dilakukan penderita
o Rawat luka 2hari/x
o Konsul TS. Interna
Khusus
IVFD RL 20tpm
Ceftriaxone 1gr/12jam/iv
Metronidazole flc/8jam/iv
Ketorolac amp/12jam/iv
Ranitidin amp/12jam/iv
Neurobion amp/12jam/drips
VII. PLANNING
- Konsul TS Interna
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanationem : dubia
6
C. Tinjauan Pustaka
7
Resiko amputasi pada penderita ulkus diabetikum 15 kali lebih tinggi dibanding
non DM. Rata-rata 85 % dari semua amputasi pada pasien DM oleh karena
infeksi. 8
Oleh karena tingginya morbiditas dan mortalitas serta dampak ekonomi
daripada ulkus / gangren diabetikum maka diperlukan pengetahuan akan faktor
resiko, aspek klinik gangren diabetikum serta penanganan yang tepat dengan
pendekatan team multidisiplin. Diperkirakan dengan cara demikian dapat
menurunkan angka amputasi sampai 85%.4
II. Epidemiologi
Menurut data statistik dari WHO tahun 1995 terdapat 135 juta penderita
DM di seluruh dunia, tahun 2005 jumlah penderita DM meningkat mencapai
sekitar 230 juta. Di Indonesia sendiri, pada tahun 2006 jumlah penyandang
diabetes (diabetasi) mencapai 14 juta orang. Dari jumlah itu, baru 50% penderita
yang sadar mengidap, dan sekitar 30% di antaranya melakukan pengobatan secara
teratur. Menurut beberapa penelitian epidemiologi, prevalensi diabetes di
Indonesia berkisar 1,5% sampai 2,3%, kecuali di Manado yang cenderung lebih
tinggi, yaitu 6,1 %. Faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, seperti
makan berlebihan, berlemak, kurang aktivitas fisik, dan stres berperan besar
sebagai pemicu diabetes. Tapi, diabetes juga bisa muncul karena faktor
keturunan.2,3
III. Beberapa etiopatogenesis infeksi kaki pada penderita DM
a. Neuropati perifir.
- Neuropati Sensorik :
8
Adapun sumber cedera diantaranya pemakaian sepatu yang ketat, benda
asing didalam sepatu, luka bakar dikaki.9
- Neuropati Motorik :
9
c. Defek imun
Terjadi proses yang saling terkait antara infeksi dan kontrol gula darah. Gula
darah yang tidak terkontrol akan memperburuk infeksinya, sedangkan infeksi
akan mempersulit usaha-usaha mengontrol kadar gula darah karena adanya
produk-produk pro inflamasi yang merangsang keluarnya hormon-hormon anti
regulasi. Tanda dan gejala sepsis terjadi lambat dan sering tak ada, sehingga
pasien tidak menyadari ada infeksi yang berat yang mengancam kaki dan jiwanya.
Terbukti bahwa kurang dari sepertiga pasien menunjukan peningkatan angka
leukosit, dan hanya 8% terjadi peningkatan suhu tubuh. Tetapi pasien pada suatu
waktu ada dalam kondisi buruk yang dapat mengancam jiwa maupun kakinya.
Satu-satunya tanda yang ada hanyalah hiperglikemia yang tidak bisa diterangkan
10
dan tidak terkontrol.
10
kumannya polimikroba, juga lebih banyak patogen, sehingga cendrung overuse
antimicroba yang akan bisa mencetuskan problem baru. 10
Faktor Aterogen
Termasuk kolesterol frigliserida, hipertensi, aktivitas tubuh atau
olah raga dan kebiasaan merokok semaunya berperan dalam proses
terbentuknya trombus.
Faktor DM
Antara lain lama menderita DM, kadar gula darah dan faktor
pengendalian atau kontrol DM, keadaan ini berpengaruh terhadap proses
terjadinya angiopati.7
11
b. Aspek Klinis Gangren Diabetik
a. Neuropati
12
memungkinkan adanya tekanan berulang pada kaki tanpa disadari penderita,
sampai akhirnya menimbulkan ulkus. Deformitas struktural dan mobilitas sendi
yang terbatas, meningkatkan tekanan pada plantar dan sering kali menghasilkan
pembentukan callus. Jika callus menetap atau tekanan tidak dihilangkan oleh
karena neuropati, ulkus mungkin akan terjadi sehingga menetapkan titik mana
4
yang kehilangan sensasi merupakan hal yang penting. Dengan menggunakan
Semmes Weinstein Monofilament Wire atau biothesiometer neuropati dapat
dideteksi. Bagian-bagian kaki yang dites adalah : 7
b. Iskemia
13
Kedua kondisi tersebut dapat meniadakan keluhan-keluhan
klaudikasio dan nyeri istirahat.
2. A-V Shunting ;
Dapat membatasi timbulnya pucat dan dingin, kaki bisa saja terasa
hangat dan berwarna merah dengan capillary refill normal
walaupun sebenarnya sudah terjadi insufisiensi aliran darah.
c. Anamnesis
1. Claudicatio Intermittens
Adalah rasa sakit yang khas yaitu dirasakan sakit waktu berjalan dan
hilang selama istirahat, namun bila berjalan lagi pada jarak tertentu
yang umumnya tetap maka sakit mulai timbul lagi dan keluhan ini
berkurang atau hilang beberapa menit setelah istirahat. Letak keluhan
ini dapat memperkirakan kemungkinan letak kelainan arteri.
2. Rest Pain
d. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
14
e. Pertumbuhan kuku terganggu.
f. Bila kaki di elevasi lebih cepat pucat, bila di rendahkan pengisian
vena lebih lambat.
g. Ulkus terutama didaerah tumit, kaput metatarsal I dan V, maleolus
lateralis.
2. Palpasi
1. Ankle Pressure
Merupakan tekanan sisbolik pada a. dorsalis pedis atau a. tibialis
posterior. Caranya mudah dengan memakai manset, tetapi kurang
peka. Critical Limb Ischemia adalah bila rest pain yang menetap
selama lebih dari dua minggu dan atau ulkus atau gangren pada kaki
atau jari disertai tekanan sistolik kaki kurang dari 50 mm Hg. 1,5
f. Arteriografi
15
pemeriksaan vaskular karena akan memberikan informasi mengenai ada
tidaknya sumbatan, luas sumbatan, serta kolateral. Arteriografi dengan teknik
pilihan Intra Arterial Digital Subtraction Anteriografi (IADSA). Dengan
teknik ini mampu memvisualisasikan runoff distal lebih akurat dibandingkan
teknik standar. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal dapat terjadi komplikasi
Transient Contrast Medium Induced Renal Failure resiko ini dapat dikurangi
dengan hidrasi adeknat pre arteriografi dan penberian osmotik diuretik. 2,5
1. Rest Pain.
2. Hasil pemeriksaan non invasif abnormal.
3. Ulkus dan infeksi yang sukar sembuh.
4. Gangren disebelah distal.
5. Terabanya pulsasi a. dorsalis pedis tergantung dari keadaan a.
poplitae, adanya kolateral, dan tingginya tekanan arteriola kaki,
maka arteriografi diajukan secara rutin pada gangren diabetikum
ada atau tidak pulsasi a. darsalis pedis.
6. Ada rencana melakukan revaskularisasi.
Menilai beratnya iskemia menjadi sulit pada kaki dibetes dengan ulkus dan
infeksi. Kesulitannya adalah : 2
16
VI. INFEKSI
Infeksi kaki DM umumnya lebih berat dan lebih sulit diobati daripada non
DM karena : 5
2, 10
Infeksi digolongkan dalam :
17
VII. Ulkus / Gangren
Oleh karena itu setiap ulkus hendaknya digambar, diukur atau difoto serta dicatat
4
mengenai :
1. Lokasi Ulkus
18
VIII. Penatalaksanaan
1. Debridement
2. Off loading / pressure redduction
3. Pembrantasan infeksi / antibiotika
4. Perawatan luka
5. Revaskularisasi
1. Debridement.
Merupakan faktor kunci dalam penanganan gangren dibetikum, bertujuan
menjaga dan mempertahankan lingkungan lokal yang dapat merangsang
proses penyembuhan luka. Debridemen yang baik adalah mengangkat semua
benda asing dan jaringan nekrotik yang terinfeksi maupun yang avaskuler
sampai kejaringan yang sehat. Hal ini sangat esensial untuk penyembuhan
yang optimal. Debridemen akan mengurangi kolonisasi bakteri didaerah luka,
hal ini penting oleh karena protease yang berasal dari bakteri dapat
mengurangi dan menghambat faktor pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
Debridement juga memungkinkan visualisasi area ulkus lebih baik, sehingga
staging ulkus lebih akurat.3
2. Off - Loading
19
3. Pemberantasan Infeksi
20
Teknik perawatan luka yang dianjurkan : 2, 4, 10
2. Whirlpool bath
Menyemprot luka dengan keras,dapat merusak jaringan dan
mempermudah penyebaran kuman.
3. Retentive Dressing.
Penggunaan film, hydrokoloid sebagai pembalut tertutup
akan memungkinkan bakteri berdiam dibwah balutan dan
beresiko infeksi serius.
21
4.Koreksi Iskemia ( Revaskularisasi ).
22
IX. Kesimpulan
Morbiditas dan risiko penderita DM seperti kejadian ulkus /
gangren yang tidak sembuh sembuh, peningkatan biaya soio-ekonomi
yang sangat besar yang ditanggung penderita dan masyarakat, serta resiko
amputasi, merupakan masalah kesehatan serius yang sering dihadapi.
Strategi untuk menurunkan risiko adalah mengurangi fakto-faktor risiko,
melakukan analisis mikrobiologi serta penggunaan antibiotika yang cepat
dan tepat, evaluasi adanya osteomielitis, revaskularisasi dan perawatan
luka lebih agresif, diperlukan tenaga perawatan yang profesional.
Sehingga diperlukan langkah langkah pencegahan seperti.2
23
KEPUSTAKAAN
24