Você está na página 1de 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit inflamasi pada system pencernaan sangat banyak, diantaranya


appendisitis dan divertikular disease. Appendisitis adalah suatu penyakit inflamasi
pada apendiks diakibanya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease
merupakan penyakit inflamasi pada saluran cerna terutama kolon. Keduanya
merupakan penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda. Appendisitis
disebabkan terbuntunya lumen apendiks. dengan fecalit, benda asing atau karena
terjepitnya apendiks, sedang diverticular disebabkan karena massa feces yang
terlalu keras dan membuat tekanan dalam lumen usus besar sehingga membentuk
tonjolan-tonjolan divertikula dan divertikula ini yang kemudian bila sampai
terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan diverticulitis

Insiden apendisitis akut lebih tinggi pada negara maju daripada Negara
berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara
bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi mejadi 52 tiap 100.000 populasi.
Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu Negara
berkembang berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi
apendisitis akut jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai
puncaknya pada saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada
menjelang dewasa. Sedangkan insiden diverticulitis lebih umum terjadi pada
sebagian besar Negara barat dengan diet rendah serat. Lazimnya di Amerika
Serikat sekitar 10%. Dan lebih dari 50% pada pemeriksaan fisik orang dewasa
pada umur lebih dari 60 tahun menderita penyakit ini

Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dapat dicegah


apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Seorang perawat
memiliki peran tidak hanya sebagai care giver yang nantinya hanya akan bisa
memberikan perawatan pada pasien yang sedang sakit saja. Tetapi, perawat harus
mampu menjadi promotor, promosi kesehatan yang tepat akan menurunkan
tingkat kejadian penyakit ini.

Sehingga makalah ini di susun agar memberi pengetahuan tentang


penyakit apendisitis dan diverticulitis sehingga mahasiswa calon perawat dapat
lebih mudah memahami tentang pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan
gejala, asuhan keperawatan, penatalaksanaan medis pada pasien dengan
apendisitis dan diverticulitis.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep apendisitis ?


2. Bagaimanakah proses asuhan keperawatan pada apendisitis ?

1.3 Tujuan

a. Tujuan umum

Menjelaskan konsep dan proses asuhan keperawatan pada apendisitis.

b. Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi definisi dari apendisitis


2. Mengidentifikasi anatomi dan fisiologi apendisitis
3. Mengidentifikasi etiologi dari apendisitis
4. Mengidentifikasi patofisiologi dari apendisitis
5. Mengidentifikasi manifestasi klinis dari apendisitis
6. Mengidentifikasi proses keperawatan dari apendisitis

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui dasar konsep dasar apendisitis


2. Mahasiswa mampu melakukan proses asuhan keperawatan pada
apendisitis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI APENDIKS


a. Anatomi apendiks

Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu


saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui
bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang
saluran pencernaan pada mayat; panjangnya pada manusia hidup sekitar
separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran). Saluran
pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung;
usus halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari
sekum, apendiks, kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm
(kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian
proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks
berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya.
Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu.
Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan
apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks
penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di
belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens.
Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti


a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal
dari n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di
sekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri in tersumbat, misalnya karena
trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren(Wim De Jong,2004).
Gambar 2.2. Posisi anatomi apendiks
b. Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya


dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran
lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis(Wim
De Jong,2004).

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut


associatedlymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk
apendiks ,ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendik tidak memengaruhi system imun
tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan
jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh(Wim De Jong,2004).

2.2 DEFINISI APENDISITIS

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang
ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan
bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis
merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam


kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum
inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling
umum untuk bedah abdomen darurat.

2.3. KLASIFIKASI

Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :

1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu
sudah bertumpuk nanah.

2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah
sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu
appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).

2.4. ETIOLOGI

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan


sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang
diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit,
tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab
yang lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis ialah erosi mukosa
apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Namun menurut E. Oswari, kuman
yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli
danStreptococcus(E.Oswari,2000).
Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya hidup
seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan badaniah yang
bekerja keras. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan
meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah
timbulnya apendisitis akut.

2.5. PATOFISIOLOGI

Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia


Lnn.submucosa, fecolith, benda asing, strieture, tumor). Kemudian disusul dengan proses
infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual,
muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus.
Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan
sebagainya.

Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe


submucosal. Pada orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor.
Tumor pada orang muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith
diduga terbentuk bila ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga
keluar mucous berlebihan.

Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras
dan dapat menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return
dana aliran lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan
gambaran ulcus mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks
dan usus halus mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan
thrombosis sehingga terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding
apendiks. Phase ini disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan
dengan peritoneum parictalis
Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang
meradang, dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam bentuk nyeri yang
terlokalisir di kwadrant kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal
sistim arterial apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami
gangrene dan terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik
serta peningkatan intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul
perforated apendisitis.

Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang
usus, peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa
tersebut tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada
dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti
buli-buli, uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila
proses melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun
proses melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam
cavum abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.

Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena


adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abscess
multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa
obstruksi maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.
PATHWAY
Appendisitis

Obstruksi Lumen perubahan status kesehatan

Mukosa lambung kurang pengetahuan

peningkatan tekanan Appendiks terinflamasi koping tdk efektif


intalumenal
Tekanan intra lumenal ansietas/cemas
Mual dan muntah
Nyeri aliran darah terganggu
Kekurangan vol. Cairan

Nyeri peningkatan tekanan ulserasi dan invansi


Intra abdomen bakteri pd dinding apendiks
Ketidak nyamanan
Tekanan pada area appendisitis
Ggn pola tidur lambung
Peritonium
Mual dan muntah
Peritonitis
Anoreksia
Resiko tinggi
Ggn pola nutrisi infeksi
2.6.MANIFESTASI KLINIS

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah
dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai
diperut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam,
rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa
bertambah tajam.

Demam bisa mencapai 37,8-38,8 Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat
menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu
berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan
demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

2.7. DIAGNOSIS APENDISITIS


a. Gejala-gejala

1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di


kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar,
ringan samapai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam biasaya rasa
nyeri itu sedikit demi sedikit menghilangkemudian beralih ke kuadran bawah kanan dan
disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif bertambah hebat, dan semakin hebat
apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.
4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.
5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang lebih muda.

b. Tanda-tanda
1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah.
Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks
terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan didaerah
rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain,
maka rasa nyeri mungkin terlatak di tempat lain.
2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38C), kekuan otot, nyeri tekan dan nyeri
lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.
3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yangsudah lanjut
usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat menimbulkan salah duga yang
menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen
dibandingkan dengan biasanya.
c. Tes laboratorium

Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm dengan pergeseran ke kiri
(lebih dari 75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya
leukositosis atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan
apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil
eritrosit atau leukosit.

d. Foto sinar-X

Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema mungkin
dapat untuk diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang
meragukan(Theodore R. Schorock, MD).

2.6.5. Appendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang
diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan
kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram
diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.
Gambar 2.2. Gambaran apendiks normal pada apendikogram *Tanda panah
menunjukkan gambar apendiks normal

2.8. KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu dapat
mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau peritonitis
difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah
keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum, semakin lama waktu tunda
antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam
setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu,
operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.

Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus. Penyumbatan


terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus untuk berhenti
bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di atas mulai mengisi
dengan cairan dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin
perlu untuk mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke
dalam perut dan usus.

Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana bakteri
menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya. Kebanyakan komplikasi
setelah apendektomi adalah (Hugh A.F. Dudley, 1992):
1. Infeksi luka
2. Abses residual
3. Sumbatan usus akut
4. Ileus paralitik
5. Fistula tinja eksternal

2.9. PENATALAKSANAAN

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya
pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa komplikasi biasanya tidak
diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis
perforate. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses
atau perforasi (Wim De Jong, 2004).
Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparskopi. Bila
apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita
yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan.
Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera
menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Wim De Jong, 2004).
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

STUDY KASUS

Tn. R berusia 28th datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri pada perutnya, nyeri
terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kanan bawah. Nyeri dirasakan Tn.R
terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus
sehingga klien sulit untuk tidur. Selain nyeri Tn.R juga mengeluh rasa mual dan muntah,
5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas aqua sekali muntah dan disertai
tidak ada nafsu untuk makan. setelah dilakukan pemeriksaan vital sign hasilnya : TD : 130/90
mmHg, Nadi : 128x/ menit RR: 20 x/, Suhu : 38,6 C.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

Nama : Tn R
Usia : 28 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku : jawa
Pendidikan : Sma
Alamat : Jalan Sidoarjo komp bunga No . 72
Tanggal : 17 April 2015
Medreg : 101.8680
Diagnosa : Appendisitis

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Ny V
Usia : 26 Tahun
J.kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jln Sidoarjo komp . Bunga No 72
Hub dengan klien : Istri

3. Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri perut kanan bawah.

4. Riwayat penyakit sekarang

3 Hari sebelum ke rumah sakit, nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin
kuat tidak tertahankan, Disertai demam tinggi ketika nyeri dirasakan. Selain nyeri Tn.R juga
mengeluh rasa mual dan muntah, 5x/hari, berisi air bercampur makanan, sebanyak gelas
aqua sekali muntah dan Pasien tidak BAB sejak 3 hari yang lalu

5. Riwayat penyakit dahulu

Klien ada riwayat penyakit gastritis.

6. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga tidak mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

7. Riwayat psikologis

Klien merasa stress, cemas/tidaknyamandenganpenyakitnya yang dideritanya.

8. Riwayat sosial

Klien mempunyai hubungan baik dengan keluarganya serta sering mengikuti kegiatan
dalam masyarakat dilingkunganya

9. Riwayat Spiritual

Klien beragama islam dan dalam keseharianya klien rajin beribadah tetapi saat masuk
RS klien hanya berdoa.
B. POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI

NO Aktivitas Sebelum MRS Saat MRS


1 Pola nutrisi
a. Frekuensi makan 3X Sehari 1x sehari
Jenis Nasi putih + lauk + Bubur + lauk+
sayur + roti sayur
Jumlah/porsi 1 porsi 1/2 Porsi
Nafsu makan Baik Baik
Masalah Tidak ada Tidak ada nafsu
makan

b. Minum
Jenis
Jumlah Air putih Air putih
Masalah 6-7 gelas/ hari 4-5 gelas/ Hari
Tidak ada Ada Masalah
2 Pola eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1-2 x /hari 3-4 x/hari
Konsisten Lembek Keras
Warna Kuning Hitam
Masalah Tidak ada Susah BAB

b. BAK
Frekuensi 1000-1500 1000-1500 ml/hr
ml/ har
Warna Kuning jernih Kuning jernih
Masalah Tidak ada Tidak ada
3 Pola istirahat dan tidur
Kebiasaan tidur Malam dan siang Malam
Lama tidur 7-8 jam sehari 5- 6 jam sehari
Tidur siang 1 jam Tidak
Masalah Tidak ada Susah Tidur
4 Personal hygiene
Frekuensi mandi 2-3x sehari 2x sehari
Ganti pakaian 2x sehari 2x sehari
Rambut Bersih Bersih
Kuku Bersih Bersih
Masalah Tidak ada Tidak ada
5 Pola aktivitas dan latihan
Makan/minum Mandiri Mandiri
Toileting Mandiri Mandiri
Mandi Mandiri Mandiri
ROM Mandiri Mandiri
Berpindah Mandiri Mandiri
Berpakaian Mandiri Mandiri
Mobilisasi tempat tidur Mandiri Mandiri
Masalah Tidak ada Tidak ada

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kesadaran : composmentis

Tanda tanda vital :

TD : 130/90 mmHg
Pols : 128x/menit
RR : 20x/menit
Temp : 38,6 oC

2. Keadaan khusus

a. Kepala
Bentuk kepala : Mesochepal
Rambut : Tidak ada kelainan
Warna rambut : Hitam
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

b. Mata
Letak : Simestris
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Oedema : tidak ada
Jarak pandang : Normal
Masalah : tidak ada

c. Hidung
Bentuk : Simestris
Secret : Tidak ada
Penciuman : Normal
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

d. Telinga
Letak : Simestris
Pendengaran : Normal
Kebersihan : bersih
Masalah : Tidak ada

e. Mulut dan gigi


Mukosa : Lembab
Bibir : Normal
Caries : Tidak ada
Lidah : Bersih
Masalah : Tidak ada

f. Leher
Refleks telan : Normal
Tiroid : tidak ada pembekakan
Masalah : Tidak ada

g. Dada
Bentuk : Simestris
RR : 20x/ menit
Palpasi : Normal
Perkusi : Normal
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler
Masalah : Tidak ada

h. Abdomen
Bentuk : Simestris
Palpasi : Ada nyeri tekan dan nyeri bawah pada kuadran kanan bawah
Auskultasi : Tidak ada
Masalah : Nyeri tekan dan lepas pada kuadran kanan bawah

i. Genital
Jenis kelamin : Normal, tidak ada kelainan
Kateter : tidak ada
Masalah : tidak ada

j. Kulit
Warna : Normal
Turgor : Baik
Kebersihan : Bersih
Masalah : Tidak ada

k. Ekstremitas
Atas : Normal
Bawah : Normal
Masalah : Tidak ada
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

No Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 Hemoglobin 10,8 gr/dl 12 14 gram/dl
2 Leukosit 11.400/ul 5.000 10.000/ul
3 Hemetokrit 39% 37 43 %
4 Laju endap darah 25 mm/jam 0 15 mm/jam
5 Blooding time (BT) 2 menit 1 3 menit
6 Clothing time (CT) 4 menit 2 6 menit
7 Golongan darah A
8 Foto sinar X
9 Appendikogram

E. TERAPI

JENIS DOSIS FREKUENSI CARA PEMBERIAN


RL 500 ml/8jam 20 tetes/menit IV
Cefotaxime 1 gr + 5 cc aquabides 2x1 gr IV
Metronidazole 500 ml 2x1 IV
Ranitidine 2 cc/50 mg 2x1 IV
Ketorolac 30 mg 2x1 Perdrip

F. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subjektif : Obstruksi Lumen Nyeri

Pasien mengeluh nyeri pada perut


kuadran kanan bawah
Mukosa bendung
Data Objektif :

Ekspresi wajah pasien
Appendiks terinflamasi
tampak kesakitan terutama
saat bergerak.

Klien memegangi perut
bagian kanan bawah. Tekanan intraluminal
TD : 130/90 mmHg,

Pols : 128x/ menit
Temp : 38,6oC Nyeri

2. Data Subjektif : Nyeri Resiko tinggi


infeksi
Klien mengeluh nyeri terus-
menerus. Aliran darah terganggu

Data Objektif :
Klien terlihat menringis Ulserasi dan invansi bakteri
kesakitan pada dinding appendiks
Klien merasa tidak nyaman
dan gelisah
Appendicitis

Ke peritoneum

Periotonitis

Resiko tinggi infeksi


3. Data subjektif : Appendiks terinflamasi Kekurangan
Klien mengeluh mual dan volume cairan
muntah
Peningkatan tekanan
Klien mengatakan tidak
intraluminal
ada selera untuk makan

Data objektif : Mual dan muntah

klien muntah air berisi


makanan sebanyak gelas
Kekurangan volume cairan
aqua sekali muntah.
4. Data Subjektif: Nyeri Gangguan pola
klien mengeluh tidak ada nutrisi

nafsu makan
klien mengeluh merasa Peningkatan tekanan intra
mual dan muntah abdomen

Data Obyektif:
Tekanan pada area
klien tidak menghabiskan
lambung
porsi makanan yang

disediakan
klien tamapak pucat dan Mual dan muntah

lemas .

Anoreksia

Gangguan pola nutrisi

5. Data subyektif: Appendiks terinflamasi Gangguan pola


Klien mengeluh tidak bisa istirahat tidur
tidur karena nyeri
Tekanan intraluminal
diperutnya.

Data Objektif: Nyeri


Klien tidur hanya 5 jam
sehari
Ketidaknyamanan
Klien sering bangun pada

malam hari akibat nyeri.
Gangguan pola tidur

6. Data subjectif : Appendisitis terinflamasi Ansietas/ cemas


Klien mengatakan bahwa

tidak tahu tentang
pengobatan terhadap Perubahan status kesehatan
penyakitnya

Klien mengatakan bahwa ia
ingin cepat sembuh Kurang pengetahuan
Data objektif :

Klien merasa gelisah
dengan keadanya sekarang. Koping tidak efektif

Klien selalu bertanya


tentang tindakan apa saja
Ansietas/ cemas
yang dilakukan.

G. PRIORITAS MASALAH

Nyeri berhubungan dengan appendiks terinflamasi


Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Ulserasi dan invansi bakteri pada dinding
appendiks
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan anoreksia
Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
Ansietas/cemas berhubungan dengan kurangnya informasi
H. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tgl / jam Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan
1 Jumat, Nyeri Tujuan umum : Kajinyeri, Bergunadalam
17 April berhubungan Setelah dilakukan catatlokasi, pengawasanke
2015/08. dengan appendiks tindakan karakteristik, efektifanobat,
00 terinflamasi keperawata 2x24 beratnya (skala kemajuanpeny
jam diharapkan 0-10) embuhan.
Data Subjektif :
Rasa nyeri Perubahanpada
teratasi. karakteristikny
Pasien
eri,
mengeluh
Kriteria hasil : menunjukkant
nyeri pada
erjadinyaabses
perut kuadran
Pasien
/peritonitis.
kanan bawah
mengatakan
Menghilangka
nyeri
Data Objektif : ntegangan
berkurang Pertahankanistir
abdomen yang
ahatdenganposis
Ekspresi atau tidak
bertambahden
merasa nyeri i semi fowler
wajah pasien
ganposisiterlen
tampak Ekspresi
tang
kesakitan wajah pasien
Menghilangka
terutama saat tidak nampak Berikan kantong
n dan
bergerak. kesakitan dan es pada
mengurangi
gelisah. abdomen
nyeri melalui
Klien TD : 120/80
penghilangan
memegangi perut mmHg
rasa ujung
bagian kanan Pols : saraf.
bawah. 80x/menit
Merangsangpe
Dorongambulasi
Temp : ristaltikdankel
TD : 130/90 dini
36,6oC ancaran flatus,
mmHg,
menurunkanke
Pols : 128x/
tidaknyamanan
menit
Temp :38,6oC abdomen
Meningkatkanr
Berikanaktifitas
elaksasidandap
tt hiburan
atmeningkatka
nkemampuank
t oping
Menghilangka
ndanmenguran
Kolaborasipemb
ginyeri
eriananalgetik

2 Jumat, Resiko tinggi Tujuan umum : Awasi TTV. Dugaanadanya


17 April infeksi Setelah dilakukan Perhatikandema infeksi/
2015/09. berhubungan Tindakan mmenggigil, terjadinya
00 dengan Ulserasi keperawatan 1x24 berkeringat, perforasi dan
dan invansi jam diharapka perubahan peritonitis.
bakteri pada tidakterjadiinfeksi mental.
dinding appendiks . Lakukanpencuci
antangan yang Menurunkanris
Data Subjektif : Kriteria Hasil : baikdanperawat ikopenyebaran
Klien mengeluh Meningkatkan anluka aseptic bakteri
nyeri terus- penyembuhan Berikaninformas
menerus. luka dengan i yang
benar tepatpadapasien/ Pengetahuante
Data Objektif keluargapasien ntangkemajuan
Klien terlihat Bebas tanda situasimemberi
meringis infeksi atau kandukungane
kesakitan inflamasi mosi,
Klien merasa membantumen
tidak nyaman urunkanansieta
dan gelisah Berikanantibioti s
ksesuaiindikasi Mungkindiberi
kansecaraprofi
laktikataumen
urunkanjumlah
organisme
(padainfeksi
yang
adasebelumny
a)
untukmenurun
kanpenyebaran
danpertumbuh
annya.
3 Jumat, Kekurangan Tujuan umum : Observasi TTV Tanda yang
17 April volume cairan setelah dilakukan membantumen
2015/10. berhubungan tindakan gidentifikasiflu
00 dengan mual dan keperawatan 2x24 ktuasi volume
muntah jam diharapkan intravaskuler
klien dapat Mencegah
Data subjektif :
mempertahankan Observasimemb terjadinya
Klien keseimbangan ranmukosa, kaji kehilangan
mengeluh cairan turgor cairan yang
mual dan
kulitdanpengisia makin buruk
muntah Kriteria hasil : nkapiler
Klien Tidakadatand Awasi intake Penurunanpen
mengatakan a- dan output, geluaran urine
tidak ada tandadehidrasi catatwarna pekatdenganpe
selera untuk
turgor kulit urine/konsentras ningkatanberat
makan
baik, i, beratjenis jenisdidugadeh
tanda-tanda idrasi/kebutuh
Data objektif :
vital stabil ancairanmenin
klien tidak gkat
Klien muntah
muntah lagi Menurunkaniri
air berisi
tasigaster/munt
makanan
Berikansejumla ahuntukmemin
sebanyak
gelas aqua hkecilminumanj imalkankehila
sekali muntah. ernihbilapemasu ngancairan
kanperoraldimul
ai, Dekompresi
danlanjutkanden usus,
gan diet meningkatnya
sesuaitoleransi istirahat usus,
Pertahankan mencegah
penghisapan muntah
gaster/usus
4. Jumat, Gangguan pola Tujuan umum : Timbang berat Mengevaluasi
17 April nutrisi Setelah dilakukan badan sesuai keefektifan
2015/11. berhubungan tindakan indikasi atau kebutuhan
00 dengan anoreksia keperawatan 2x24 mengubah
jam diharapkan pemberian
Data Subjektif:
Nutrisi klien nutrisi
Klien terpenuhi. Aukultasi bising Membantu
mengeluh
usus dalam
tidak ada Kriteria hasil : menentukan
nafsu makan
Klien nafsu respon untuk
Klien makan baik makan
mengeluh
Klien tidak atau berkemba
merasa mual
mual dan ngnya
dan muntah
muntah. komplikasi
Berikan Meningkatkan
Data Obyektif:
makanan proses
Klien tidak
dalam jumlah pencernaan
menghabiskan
kecil dan dalam dan toleransi
porsi
waktu yang pasien
makanan yang
sering dan terhadap
disediakan
teratur nutrisi yang
Klien diberikan dan
tamapak pucat dapat
dan lemas . meningkatkan
kerjasama
pasien saat
makan
Berikan Mencegah
perawatan oral ketidaknyaman
teratur, sering an karena
dan teratur mulut kering
termasuk minya dan
k untuk bibir bibir pecah
yang
disebabkan
oleh pembatas
an cairan
Kolaborasi Memberikan
dengan ahli gizi asupan diet
yang tepat
5 Jumat, Gangguan pola Tujuan umum : Bantu klien Agar posisi
17 April istirahat tidur Setelah dilakukan dalam memilih tidur klien
2015/12. berhubungan tindakan posisi yang nyaman dan
00 dengan rasa nyeri keperawatan 2x24 nyaman untuk tidak
jam diharapkan istirahat dan merasakan
Data subyektif: Pola istirahat tidur. namanya sakit.
Klien tidur klien
mengeluh menjadi teratur. Kaji pola tidur Untuk
tidak bisa klien mengetahui
tidur karena Kriteria hasil: pola tidur
nyeri Nyeri bisa pasien
diperutnya. diatasi
Klien bisa Mininalkan Lngkungan
Data Objektif: tidur secara suasana yang tenang
Klien tidur teratur. lingkungan dapat
hanya 5 jam membantu
sehari klien untuk
Klien sering beristirahat
bangun pada
malam hari Anjurkan klien Minum air
akibat nyeri. untuk minum air hangat dapat
hangat sebelum membantu
tidur klien lebih
relaksasi dan
lebih nyaman

Ajarkan klien Membantu


relaksasi dan klien untuk
distraksi mengurangi
sebelum tidur persepsi nyeri
atau
mangalihkan
perhatian klien
dari nyeri yang
menghambat
tidur klien.

Pemberian obat Membantu


analgesik mengurangi
rasa nyeri.
6. Jumat, Ansietas/cemas Tujuan umum : Jelaskan setiap pasien
17 April berhubungan Setelah dilakukan tindakan yang kooperatif
2015/13. dengan kurangnya tindaka akan dilakukan dalam segala
00 informasi keperawatan 2x24 terhadap pasien tindakan dan
jam diharapkan mengurangi
Data seubjectif : Ansietas klien kecemasan
Klien teratasi. pasien
mengatakan Beri kesempatan untuk
bahwa tidak Kriteria hasil : pada pasien mengurangi
tahu tentang untuk kecemasan
pengobatan Klien mengungkapkan
terhadap mengerti perasaan akan
penyakitnya dan tau ketakutannya
Klien cara Evaluasi tingkat Memberikan
mengatakan mencegah pemahaman informasi yang
bahwa ia penyakitn pasien / orang perlu untuk
ingin cepat ya terdekat tentang memilih
sembuh diagnosa medik intervensi yang
Klien tepat
Data objektif : tidak lagi Anjurkanaktivit Sejumlahaktivi
Klien merasa cemas dan aspengalihanper tasbaiksecaras
gelisah gelisah. hatiansesuaikem endirimaupund
dengan ampuanindividu ibantuselamadi
keadanya rawatdapatme
sekarang. mbuatpasienm
Klien selalu erasaberkualita
bertanya sdalamhidupny
tentang a.
Berikan
tindakan apa Pasien dapat
lingkungan yang
saja yang mengekspresik
rileks dan tidak
dilakukan. an rasa takut,
mengancam.
masalah, dan
kemungkinan
rasa marah
akibat
diagnosisi dan
prognosis.
I. IMPLEMENTASI

Tanggal Diagnosa Implementasi Respon


keperawatan
17 April Nyeri berhubungan Mengkajinyeri, Klien megatakan nyeri
2015 dengan appendiks catatlokasi, perut kanan bawah
terinflamasi karakteristik, beratnya
(skala 0-10)

Klien merasa nyaman


Mempertahankanistira
hatdenganposisi semi
fowler

Klien menerima instruksi


Memberikan kantong yang diberikan dan klien
es pada abdomen merasa nyaman.

Klien merasa nyaman


Mendorongambulasidi
ni

Klien merasa nyaman dan


merasa nyeri berkurang
Mmeberikanaktifitashi
buran

Klien menerima instruksi


yang diberikan
Berkolaborasipemberi
ananalgetik.
17 April Resiko tinggi infeksi Mengawasi TTV. Klien tidak ada
2015 berhubungan dengan Perhatikandemammen mengalami perubahan
Ulserasi dan invansi ggigil, berkeringat,
bakteri pada dinding perubahan mental.
appendiks
Klien menerima tindakan
Melakukanpencuciant
angan yang
baikdanperawatanluka
aseptic

Klien mendengarkan apa


Memberikaninformasi
yang disampaikan
yang tepatpadapasien/
keluargapasien

Memberikanantibiotik Klien menerima tindakan


sesuaiindikasi yang diberikan.

17 April Kekurangan volume Mengobservasi TTV Klien menerima instruksi


2015 cairan berhubungan
dengan mual dan
Mengobservasimembr
muntah Klien menerima tindakan
anmukosa, kaji turgor
kulitdanpengisiankapil
er

Mengawasi intake dan Klien merasa nyaman.


output, catatwarna
urine/konsentrasi,
beratjenis.

Memberikansejumlah
Klien menerima tindakan
kecilminumanjernihbil
apapun asalkan cepat
apemasukanperoraldi
sehat.
mulai,
danlanjutkandengan
diet sesuaitoleransi Klien menerima instruksi
Mempertahankan
penghisapan
gaster/usus
17 April Gangguan pola nutrisi Menimbang berat Klien menerima tindakan
2015 berhubungan dengan badan sesuai indikasi
anoreksia

Melakukan aukultasi Klien merasa nyaman


bising usus

Memberikan makanan
Klien makan dengan
dalam jumlah kecil
jumlah kecil tapi teratur
dan dalam waktu yang
sering dan teratur

Memberikan
perawatan oral teratur, Klien menerima tindakan
sering dan teratur dan meras nyaman
termasuk minyak
untuk bibir

Berkolaborasi dengan
Klien berharap nutrisi
ahli gizi
nya terpenuhi.
17 April Gangguan pola istirahat Membantu klien Klien mengatakan
2015 tidur berhubungan dalam memilih posisi apabila berbaring merasa
dengan rasa nyeri yang nyaman untuk nyaman dan berani
istirahat dan tidur. bergerak sedikit-sedikit

Mengkaji pola tidur Keluarga klien


klien mengatakan, klien sering
terbangun tidurnya
terutama malam hari
karena nyeri muncul dan
sering menangis

Memininalkan Klien mengatakan


suasana lingkungan apabila suasana tidak
bising bisa tidur nyenyak

Menganjurkan klien Klien tampak minum air


untuk minum air hangat
hangat sebelum tidur

Mengajarkan klien
Klien tampak tidur
relaksasi dan distraksi
nyenyak
sebelum tidur

Memberikan obat Klien nyeri nya


analgesik berkurang
17 April Ansietas/cemas Menjelaskan setiap Klien berantusias
2015 berhubungan dengan tindakan yang akan mendengarkan setiap
kurangnya informasi dilakukan terhadap penjelasan tentang
klien tindakan.
Klien mengungkapan kan
Memberi kesempatan ansietasnya.
pada pasien untuk
mengungkapkan
perasaan akan
ketakutannya

Mengevaluasi tingkat Klien belum mengetahui


pemahaman pasien / tentang penyakitnya.
orang terdekat tentang
diagnosa medik

Menganjurkanaktivita
spengalihanperhatians Keluarga klien siaga 24
esuaikemampuanindiv jam dalam mengurus
idu klien.

Memberikan
lingkungan yang rileks Klien merasa nyaman dan

dan tidak mengancam. rileks.


J. EVALUASI

Tanggal Diagnosa Kperawatan Catatan perkembangan

Jumat, 17 April Nyeri berhubungan dengan appendiks S: Klien mengatakan nyeri nya sudah
2015 terinflamasi berkurang.

O: Ekspresi wajah klien tidak terlalu cemas


lagi

A: Masalah belum teratasi

P:Lanjutkan intervensi
Jumat, 17 April Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan S: Klien mengatakan tidak lagi nyeri lagi
2015 Ulserasi dan invansi bakteri pada dinding pada bagian perut kanan bawah
appendiks
O: Klien tidak cemas dan meringis
kesakitan lagi

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
Jumat, 17 April Kekurangan volume cairan berhubungan S: klien mengatakan tidak mual dan
2015 dengan mual dan muntah muntah lagi

O: kebutuhan volume cairan klien


terpenuhi

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
Jumat, 17 April Gangguan pola nutrisi berhubungan dengan S: klien mengatakan tidak mual lagi dan
2015 anoreksia ada selera untuk makan

O: Klien menghabiskan porsi makan yang


disediakan.

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan
Jumat, 17 April Gangguan pola istirahat tidur berhubungan S: klien mengatakan sudah bisa tidur
2015 dengan rasa nyeri karena nyeri nya sudah berkurang

O: Klien tidak pucat lagi dan klien tidur


secara teratur serta nyaman.

A : masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan

Jumat, 17 April Ansietas/cemas berhubungan dengan S: Klien mengatakan tidak cemas lagi
2015 kurangnya informasi
O: klien sudah mendapatkan informasi
tentang penyakitnya

A: Masalah teratasi

P: Intervensi dihentikan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung)
dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut
sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat; panjangnya
pada manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran).
Saluran pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung; usus
halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari sekum, apendiks,
kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).
Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah.
Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar
yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis merupakan peradangan pada usus
buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).
1. Padaumumnyaobstruksiiniterjadikarena :

Hiper plasia dari folikel limfoid, inimerupakan penyebab terbanyak.


Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
Adanya benda asing seperti biji bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2. Infeksi kumandari colon yang paling sering adalah E. Colidan streptococcus

Tanda dan gejalanya adalah nyeri terasapada abdomen kuadran kanan bawah
menembus kebelakang (kepunggung) dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah
dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan.

Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen appendiks. Obs ttersebut


menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa appendiks mengalami bendungan.
Semakinlama mucus tersebut semakin banyak, namun elasitas dinding appendiks mempunyai
keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intra lumen. Tekanan tersebut akan
menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema dan ulaserasi mukosa.
Padasaatituterjadiapendisitisakutfokal yang ditandaidengannyeri epigastrium.

Bila sekresi mucus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri akan menembus dinding
sehingga peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum yang dapat menimbulkan
nyeri pada abdomen kanan bawah yang disebut apendisitis supuratif akut.

Apabila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infrak dinding appendiks yang diikuti
ganggren. Stadium ini disebut apendisitis ganggrenosa. Bila dinding appendiks rapuh maka
akan terjadi prefesional disebut appendikssitis perforasi.

Pada apendisitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi appendiks. Dalam
waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi, istirahat dalam posisi fowler, diberikan
anti biotic dan diberikan makanan yang tidak merangsang peristaltik, jika terjadi perforasi
diberikan drain diperut kanan bawah.

Komplikasinya :

Perforasi dengan pembentukan abses


Peritonitis generalisata
Pieloflebitis dan abseshati (jarangterjadi)

Cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan apendisitis


meliputi pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

3.2. Saran

Kepada seluruh pembaca baik mahasiswa maupun dosen pembimbing untuk melakukan
kebiasaan hidupsehat, karena pola hidup tidak sehat tentu tidak benar dan harus dihindari,
pengetahuan tentang penyakit dan makanan menjadi prioritas utama untuk menanamkan pola
hidup sehat. Salah satu penyakit yang timbul pada system pencernaan adalah apendisitis.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. PATOFISIOLOGI : konsep klinis proses-proses penyakit.


Jakarta : EGC.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : EGC

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35840-Kep%20Pencernaan-
Askep%20Apendisitis.html#popup diakses Pada pukul : 13.00 wib

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21908/4/Chapter%20II.pdf diakses pada


pukul 13.30 wib

Você também pode gostar