Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Reni Kustiari
ABSTRACT
The objectives of this research are: (1) to calculate the value added of of cassava,
maize, banana, and sweet potatoes processing, dan (2) to analyze margins share of each
input of production. Processing of manihot, maize, banana, and sweet potatoes will give
value added and margins shares which received by labor, processor, and other input as
production factors. Value added received by processor of cassava, maize, banana, and
sweet potatoes are 58.3 percent, 52.9 percent, 56.6 percent, dan 50.3 percent, respectively.
Furthermore, profit margin that received by processor of cassava, maize, banana, and sweet
potatoes are 45 percent, 45.9 percent, 56.3 percent, dan 79 percent, respectively. In
cassava and maize crackers processing, the greater share is received by labor factor.
Whereas in processing of banana and sweet potatoes crackers the greater share is received
by processor. From the factors share analysis, margins share is relative unequally
distributed among the processor and the two others processing factor.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) menghitung nilai tambah pada pengolahan ubi
kayu, jagung, pisang, dan ubi jalar, serta (2) menganalisis imbalan jasa yang diperoleh
masing-masing faktor produksi yang digunakan. Pengolahan ubi kayu, jagung, buah pisang,
dan ubi jalar akan memberikan nilai tambah dan marjin bagi tenaga kerja, pengolah, dan
input lain sebagai faktor produksi. Nilai tambah pengolah ubi kayu, jagung, buah pisang, dan
ubi jalar masing-masing 58.3 persen, 52.9 persen, 56.6 persen, dan 50.3 persen. Lebih
lanjut marjin keuntungan pada pembuatan keripik ubi kayu, emping jagung, keripik pisang,
dan keripik ubi jalar masing-masing 45 persen, 45.9 persen, 56.3 persen, dan 79.0 persen.
Pada pengolahan kripik ubi kayu dan emping jagung, marjin terbesar diterima oleh tenaga
kerja, sedang pada pengolahan keripik pisang dan keripik ubi jalar diterima oleh pengusaha.
Dari analisis kontribusi faktor, marjin kontribusi relatif tidak sama terdistribusi antara
pengolah dan dua faktor pengolahan lainnya.
75
Reni Kustiari
PENDAHULUAN
76
Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian
pengolahan ubi kayu, pisang, jagung, dan ubi jalar; (2) menganalisis dampak
pengolahan terhadap imbalan jasa yang diperoleh masing-masing faktor produksi
yang digunakan.
KERANGKA ANALISIS
Sumber data dalam penulisan ini adalah dari hasil penelitian DIPA PSEKP
2010 yang berjudul Akselerasi Sistem Inovasi Teknologi Pengolahan Hasil dan
Alsintan dalam Rangka Mendukung Ketahanan Pangan. Penelitian telah
melakukan survei pada empat jenis pengolahan skala rumah tangga yaitu pada
usaha pengolahan keripik ubi kayu/slondok, keripik pisang, emping jagung, dan
kripik ubi jalar. Data yang diperoleh diolah kembali serta disajikan dalam bentuk
tabel.
Data nilai produk didasarkan atas harga jual. Nilai produk (penerimaan)
merupakan hasil perkalian antara harga per unit output dikali dengan total volume
penjualan. Total biaya bahan baku diperoleh dari total bahan baku yang digunakan
dikali dengan harga bahan baku dipergunakan. Upah tenaga kerja didapat dari
upah yang berlaku per siklus pengolahan.
Pengertian nilai tambah (Suprapto, 1999) adalah pertambahan nilai suatu
komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan, ataupun
penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan nilai tambah dapat
didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan
input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara
nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup
komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan
balas jasa pengusaha pengolahan/prosesor (Hayami et al, 1987; Dwihandini, 2003;
Mulyana, 1999; Septiyani, 2003, Slamet, 2005)
Perubahan nilai bahan baku yang telah mengalami perlakuan pengolahan
dapat diperkirakan. Dengan demikian, atas dasar nilai tambah yang diperoleh,
marjin dapat dihitung dan selanjutnya imbalan bagi faktor produksi dapat diketahui
(Hayami et al., 1987). Faktor produksi lainnya berupa inpun-input lain: penyusutan,
bahan baku, bahan penunjang dan lain-lain dihitung atas dasar besar
pemakaiannya. Komponen-komponen perhitungan nilai tambah disajikan dalam
Tabel 1.
Pengolahan Hasil
Pada umum pengolahan ubi kayu digunakan untuk membuat tepung
tapioka. tepung cassava, kue, dan mie. Pembuatan tapioka sebagian besar
dilakukan oleh pabrik besar dengan teknologi modern. Tidak seperti halnya bahan
77
Reni Kustiari
baku yang digunakan oleh industri lain, agroindustri amat bergantung pada bahan
baku yang tidak tahan lama disimpan atau mudah rusak. Oleh karena itu, industri
ini memerlukan kecepatan dan kehati-hatian dalam menangani dan menyimpan
bahan bakunya. Jika hal tersebut diabaikan maka akan berpengaruh pada kualitas
produk yang dihasilkan, seperti perubahan warna dan rasa. Karateristik lain dari
bahan baku agroindustri adalah variabilitas dalam jumlah dan kualitas dari bahan
baku yang dihasilkan. Walaupun telah ditemukan sejumlah teknologi untuk
mengatasinya kualitas yang amat beragam, namun ketidakseragaman tetap tidak
dapat dihindari.
78
Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian
79
Reni Kustiari
Nilai Tambah
Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan slondok, keripik pisang,
emping jagung, dan kripik ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai produk kripik
80
Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian
ubi kayu adalah Rp 1.870,5 per kg bahan baku (diperoleh dari hasil kali antara
faktor konversi dengan harga produknya, lihat Tabel 3). Nilai tambah yang
diperoleh dari pengolahan satu kilogram bahan baku ubi kayu adalah Rp 1.090,5.
nilai tambah ini diperoleh dari pengurangan nilai produk dengan harga bahan baku
dan nilai input lain. Rasio nilai tambah yang diperoleh adalah 58,4 persen.
Sumbangan tenaga kerja yang diperoleh dari hasil kali antara koefesien
tenaga kerja dengan upah tenaga kerja yaitu Rp 600,- per kg. Persentasi imbalan
tenaga kerja terhadap nilai tambahnya adalah 55,1 persen. Imbalan terhadap
modal dan keuntungan diperoleh dari nilai tambah dikurangi besar imbalan tenaga
kerja. Keuntungan dari pengolahan keripik ubi kayu adalah Rp 490,5 per kg
dengan tingkat keuntungannya 45,7 persen. Keuntungan ini menunjukan
keuntungn yang diperoleh dari setiap kilogram pengolahan bahan baku ubi kayu.
Apabila diperbandingkan antara keripik ubi kayu, keripik pisang, emping
jagung, dan kripik ubi jalar, maka rasio nilai tambah keripik ubi jalar (79%) ini lebih
besar dari kripik pisang (56,3%), emping jagung (45,9%) dan kripik ubi kayu (45%).
Hal ini menunjukan bahwa pengolahan keripik ubi kayu dan emping jagung
keuntungannya dibawah 50 persen.
Tabel 3. Nilai Tambah, Pendapatan, dan Keuntungan Pengolahan Slondok, Keripik Pisang,
Emping Jagung, dan Kripik Ubi Jalar
Bagian tenaga kerja yang diperoleh keripik ubi kayu, emping jagung,
keripik pisang, dan kripik ubi jalar masing-masing 55,0 persen, 52,9 persen, 56,6
persen, dan 50,3 persen. Tingkat keuntungan yang diperoleh terbesar adalah dari
pengolahan ubi jalar sebesar 79,0 persen. Sedangkan tingkat keuntungan dari
pengolahan keripik ubi kayu, emping jagung, dan keripik pisang masing-masing
adalah 45,0 persen, 45,0 persen, dan 56,3 persen. Dengan demikian, pengolahan
hasil pertanian segar seperti ubi kayu, dan jagung mempunyai tingkat keuntungan
yang lebih kecil, dibawah 50 persen, daripada tingkat keuntungan dari pengolahan
hasil ubi jalar dan pisang.
81
Reni Kustiari
hasil perhitungan seperti pada Tabel 4 diperoleh bahwa marjin yang diperoleh
terbesar adalah pada pengolahan emping jagung yaitu Rp 4.900,-. Imbalan jasa
atas penggunaan faktor-faktor produksi adalah sebagai berikut: (a) bagian
pendapatan tenaga kerja dari pengolahan keripik slondok dan keripik pisang lebih
tinggi dari pendapatan tenaga kerja yang diperoleh dalam pengolahan emping
jagung dan kripik ubi jalar. Bagian pendapatan tenaga kerja berkisar antara 16,53
persen 49,16 persen, hanya sekitar seperlima dari marjin yang diperoleh. (b)
Bagian pendapatan (marjin) bagi input lain yang terbesar adalah 24,9 persen untuk
pengolahan keripik pisang, diikuti berturut-turut oleh emping jagung, kripik ubi jalar,
dan kripik ubi kayu masing-masing sebesar 24,49 persen, 21,15 persen, dan 10,65
persen.
Tabel 4. Marjin dan Imbalan Jasa pada Faktor Produksi Pengolahan Slondok, Keripik
Pisang, Emping Jagung, dan Kripik Ubi Jalar
Tabel 5. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Keripik Ubi Kayu per Tahun di Magelang, 2010
82
Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian
Tabel 6. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Emping Jagung per Tahun di Lamongan, 2010
Tabel 7. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Kripik Pisang per Tahun di Pringsewu, 2010
83
Reni Kustiari
Tabel 8. Bahan Baku dan Biaya Pengolahan Kripik Ubi Jalar per Tahun di Malang, 2010
84
Analisis Nilai Tambah dan Imbalan Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil Pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Dwihandini, D. 2003. Nilai Tambah Pengolahan Keripik Pisang (Studi Kasus). Skripsi. FP-
UMB., Jakarta, Tidak dipubilkasikan.
Hayami, Y., M. Thosinori, dan M. Siregar. 1987. Agricultural Markerting and Processing in
Upland Java: A Prospectif from A Sunda Village, Bogor.
Mulyana.1999. Analisis Nilai Tambah Pengolahan dan Pemasaran Keripik Ubi Kayu. (Studi
Kasus). Skripsi. FP-UMB. Jakarta.
Septiyani. 2003. Nilai Tambah Pengolahan dan Pemasaran Produk Olahannya. (Studi
Kasus). Skripsi. FP-UMB. Jakarta.
Slamet, U.U. 2005. Nilai Tambah dan Balas Jasa Faktor Produksi Pengolahan Hasil-Hasil
Pertanian. Buletin Penelitian No. 08: 1-8.
Suprapto, A. 1999. Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan dalam Memasuki Pasar
Global. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional dan Musyawarah
Nasional V POPMASEPI di Medan. 16 Maret 1999. Medan.
85