Você está na página 1de 9

Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No.

1, April 2016 55

Journal of Information Systems for Public Health Volume 1 No. 1 April 2016 Halaman 55 - 63

Pengelolaan Informasi Early Warning Alert and Response


System di Kabupaten Boyolali
Sri Yatmi Mei Kristiani1, Hari Kusnanto2, Ari Probandari3
1
Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta
1
mei_boyolali@yahoo.co.id, 2harikusnanto@yahoo.com, 3ariprobandari@yahoo.com

Received: 2 Februari 2015 Accepted: 14 Desember 2015 Published online : 17 April 2016

ABSTRAK outbreaks. The timeliness and completeness of EWARS


Latar belakang: Kabupaten Boyolali telah menerapkan reports is reported good, however the existence of
Early Warning Alert and Response System (EWARS) EWARS could not hinder the districts from the the
dalam upaya kewaspadaan dini dan respon terhadap disease outbreaks. Even, there is an increase of type of
penyakit penyakit potensial Kejadian Luar Biasa disease after the application of EWARS. This study aimed
(KLB). Meskipun telah menerapkan EWARS dengan to evaluate the information utilization of the EWARS
ketepatan waktu dan kelengkapan laporan yang cukup related to the control of disease outbreaks
baik, namun KLB masih banyak terjadi di Kabupaten Methods: This was a qualitative study by exploratory
Boyolali. Meskipun EWARS telah diterapkan, namun case study design. We selected the study informants
KLB di Boyolali tetap terjadi dan terdapat peningkatan purposively, i.e.: a District Surveillance Officer/DSO, 29
jenis KLB. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi surveillance officers at the Public Health Centers
pemanfaatan informasi dari EWARS. (PHCs), a chief of Prevention and Surveillance Section of
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif District Health Office, a chief of Communicable Disease
dengan rancangan studi kasus eksploratori yang Control of District Health Office. Data was collected by
dilaksanakan pada Juni-Agustus 2014. Subjek penelitian in depth interviews, Focus Group Discusions (FGD),
dipilih secara purposive yakni 1 orang Petugas direct observation and participant observation. Data
Surveilans Kabupaten, 29 orang Petugas Surveilans analysis was performed by pattern matching technique.
Puskesmas, 1 orang Kepala Seksi Pencegahan dan Results: Data input for the EWARS came from the village
Surveilans Dinas Kesehatan, 1 orang Kepala Bidang midwife, village health posts, satelite and main public
P3PL dan 1 orang Kepala Dinas. Data dikumpulkan health centers. EWARS data processing did not perfomed
dengan wawancara mendalam, Diskusi Kelompok well in both the district level and health center level.
Terarah, observasi non partisipatif dan partisipatif. Outputs of EWARS were not presented for decision
Analisa data dilakukan dengan penjodohan pola. making processess. Timeliness of reporting was low
Hasil: Input data EWARS hanya berasal dari bidan desa, (43%) and tended to decrease. Completeness of reporting
pustu, PKD dan kunjungan puskesmas. Pengolahan data has reached the target (81%), but there is a tendency to
EWARS belum dilakukan baik di tingkat Kabupaten decrease. Analysis and interpretation of data EWARS
maupun puskesmas. Output EWARS tidak disajikan untuk were done incidentally. Feedback reports are submitted
proses pengambilan keputusan. Ketepatan waktu laporan three monthly.
rendah (43%) dan cenderung menurun. Kelengkapan Conclusions: EWARS information management in
laporan sudah mencapai target (81%) namun ada Boyolali is not run properly for controlling disease
kecenderungan menurun. Analisis dan interpretasi data outbreaks.
EWARS dilakukan secara insidentil. Umpan balik Keywords : Early warning alert and response system,
laporan disampaikan tiga bulan sekali. Information management
Kesimpulan: Pengelolaan informasi EWARS di
Kabupaten Boyolali belum berjalan optimal untuk PENDAHULUAN
pengendalian KLB. Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan WHO
Kata kunci: Sistem kewaspadaan dini dan respon, dan the United States Centers for Disease Control and
Pengelolaan informasi Prevention (US CDC) membangun suatu sistem dalam
upaya kewaspadaan dini dan respon terhadap penyakit
ABSTRACT penyakit potensial KLB. Sistem ini dikenal dengan nama
Backround: Boyolali district has been implementing Early Warning Alert and Response System (EWARS).
Early Warning Alert and Response System (EWARS), an EWARS adalah sistem komputer berbasis jaringan yang
early warning and response system to certain diseases melaporkan secara mingguan, yang dapat menampilkan
sinyal atau alert adanya peningkatan kasus melebihi

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 56

nilai ambang batas di suatu wilayah, baik wilayah kerja adalah laporan EWARS baik yang berbentuk hard copy
puskesmas, kabupaten maupun provinsi. Sebanyak 21 maupun yang dalam bentuk SMS. Unit analisis pada
jenis prioritas gejala penyakit potensial KLB yang harus penelitian ini adalah Sistem Kewaspadaan Dini dan
dilaporkan melalui EWARS.1 Respon KLB EWARS Dinas Kesehatan Kabupaten
Pada tahun 2009 sudah ada 6 provinsi yang Boyolali.
menggunakan EWARS yaitu Kalimantan Selatan, Prinsip pengumpulan data dalam penelitian ini
Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, menggunakan multi sumber bukti. Pengumpulan data
Sulawesi Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. dilakukan dengan wawancara, Focus Group Discussion
Sedangkan pada tahun 2012 bertambah 10 provinsi yang (FGD) terhadap responden dan merekam proses
menggunakan sistem tersebut, salah satunya adalah wawancara. Selain itu juga dilakukan observasi langsung
Provinsi Jawa Tengah yang menerapkan EWARS secara dan observasi partisipan terhadap aplikasi EWARS dan
serentak di 35 kabupaten/kota, termasuk Kabupaten dokumen tertulis, yaitu untuk melihat kelengkapan dan
Boyolali.2 ketepatan waktu laporan yang dikirimkan oleh petugas
Kabupaten Boyolali merupakan salah satu surveilans puskesmas. Analisis data dilakukan dengan
kabupaten yang memiliki cukup banyak penyakit penjodohan pola.
potensial KLB seperti antrax, flu burung, pes, DBD dan
sebagainya. Penerapan EWARS sebagai suatu sistem HASIL PENELITIAN
kewaspadaan dini dan respon terhadap KLB sangat 1. Pelaporan data
membantu. Pengumpulan data dari Puskesmas dan 1.1 Ketepatan Waktu
jaringannya (Bidan desa dan Puskesmas pembantu) telah Di Kabupaten Boyolali, pengiriman data dari bidan
dilakukan. Begitu pula dari tingkat puskesmas ke tingkat desa dan pustu berbeda-beda untuk setiap puskesmas, ada
kabupaten. Bahkan setelah penerapan EWARS, yang melalui SMS, Black Berry Messager (BBM) Group
kelengkapan dan ketepatan waktu laporan mingguan dan ada juga yang menulis di buku, kantong EWARS dan
(W2) mengalami peningkatan. Data dari Seksi format laporan lain yang disediakan di masing-masing
Pencegahan dan Surveilans Dinas Kesehatan Kabupaten puskesmas.
Boyolali menunjukkan pada tahun 2011 kelengkapan .Nanti laporannya bolak-balik SMS
laporan Puskesmas adalah 89,19% dari target 90% dan (Informan 18, Petugas surveilans Puskesmas)
ketepatan waktunya sebesar 68,96% dari target sebesar
80%. Sedangkan pada tahun 2012 kelengkapan laporan .Kalau di puskesmas saya ndak pakai SMS,
EWARS sebesar 98,9%, dan ketepatan waktu sebesar setiap apel pagi hari senin itu membawa
94,1%. Kegiatan penyelidikan epidemiologi (PE) pada laporan. (Informan 17, Petugas surveilans
desa/kelurahan yang mengalami KLB seluruhnya (100%) Puskesmas)
dilakukan dalam waktu <24 jam. Data agregat hasil rekapan tersebut selain
Pada tahun 2013 terdapat perubahan tentang jenis dilaporkan melalui SMS ke petugas surveilans dinas
gejala yang harus dilaporkan melalui EWARS. Jika kesehatan kabupaten, juga dicatat dalam format laporan
sebelumnya hanya 21 jenis gejala, pada akhir tahun 2013 W2 di Puskesmas. Meskipun sudah ditetapkan dan
menjadi 23 jenis dan ada beberapa gejala yang ditambah disepakati bahwa pengiriman laporan W2 ke dinas
serta diganti. Perubahan ini menambah gejala yang harus kesehatan kabupaten adalah menggunakan SMS namun
diamati dan dilaporkan sehingga seharusnya KLB yang dari hasil observasi terhadap laporan yang diterima
terjadi makin sedikit. petugas surveilans kabupaten masih ada 1 puskesmas
Meskipun telah menerapkan EWARS dengan yang mengirimkan laporan secara manual.
ketepatan waktu dan kelengkapan laporan yang cukup Batas waktu pelaporan yang diberikan Dinas
baik, namun KLB masih banyak terjadi di Kabupaten Kesehatan Kabupaten Boyolali untuk puskesmas adalah
Boyolali. Hal ini menjadi suatu pertanyaan apakah data setiap hari senin pukul 14.00 WIB. Namun demikian
yang dikumpulkan diolah menjadi informasi yang masih banyak puskesmas yang terlambat dalam
dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah-masalah melaporkan.
yang sedang timbul serta dimanfaatkan untuk mengambil
tindakan pengendalian KLB? "Tapi biasanya juga e ada yang e
puskesmas yang molor itu kadang
METODE PENELITIAN menyampaikannya kalau sudah e.. telat berkali
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif kali baru ditulis baru disampaikan sampai
dengan rancangan studi kasus eksploratoris yang mungkin lima minggu atau enam minggu seperti
dilaksanakan pada Juni-Agustus 2014. Subjek dalam itu ada seperti itu. Bahkan ada yang e belum
penelitian ini terdiri dari 1 orang Petugas Surveilans laporan lama gitu yo ada..." (Informan1, Dinas
Kabupaten (District Surveilans Officer/DSO), 1 orang Kesehatan)
Kepala Seksi Pencegahan dan Surveilans Dinas
Kesehatan, 1 orang Kepala Bidang P3PL dan 1 orang Laporan petugas surveilans puskesmas yang tidak
Kepala Dinas Kesehatan sebagai informan utama serta 29 tepat waktu juga dapat dilihat dari hasil observasi
orang petugas surveilans puskesmas sebagai informan terhadap SMS yang dikirimkan ke petugas surveilans
pendukung. Subyek penelitian lain yang digunakan kabupaten. Laporan yang seharusnya dikirimkan per

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 57

minggu, namun laporan beberapa minggu dilaporkan Ketidaktepatan laporan ini disebabkan oleh beberapa
secara rapel. Gambar 1 menunjukkan contoh laporan hal antara lain banyaknya kegiatan di puskesmas serta
rapel yang dilakukan oleh puskesmas. Beberapa informan banyaknya tugas bidan desa. Perubahan hari kerja yang
mengatakan bahwa laporan dari bidan desa terlambat awalnya 6 hari kerja menjadi 5 hari kerja juga
sehingga laporan ke dinas kesehatan juga mengalami berpengaruh terhadap ketepatan waktu laporan.
keterlambatan. Kadang sok banyaknya kegiatan, atau apa itu
kadang sok, kita telat membuat laporan
(Informan 10, Petugas surveilans Puskesmas)

Sama setelah hari lima kerja ini lho, ada


selang liburnya hari sabtu, kalau dulu kan sabtu
kita ngrekap, senin bisa.... (Informan 9, Petugas
surveilans Puskesmas)

1.2 Kelengkapan laporan


Kelengkapan laporan W2 dihitung berdasarkan
jumlah laporan masuk dibagi jumlah laporan yang
Gambar 1 Contoh Laporan W2 Puskesmas yang Tidak seharusnya diterima. Berdasarkan Kepmenkes No. 1116
Tepat Waktu tahun 2003, tentang pedoman penyelenggaraan sistem
surveilans epidemiologi kesehatan, kelengkapan laporan
Hasil observasi terhadap rekap laporan W2 minggu unit pelapor di tingkat kabupaten/kota minimal adalah
1-35 juga menunjukkan ketepatan waktu laporan 80%. Sampai dengan minggu ke 35 kelengkapan laporan
mingguan masih rendah bahkan cenderung menurun. W2 secara komulatif di Kabupaten Boyolali sebesar 81%.
Ketepatan waktu laporan puskesmas secara kumulatif Hasil observasi terhadap rekap laporan W2 minggu
sampai dengan minggu 35 hanya sebesar 43%. 1-35 menunjukkan bahwa kelengkapan laporan setiap
Ketepatan waktu laporan puskesmas cukup minggunya cenderung menurun. Kelengkapan laporan
bervariasi. Jika dibandingkan dengan target yang yang semakin rendah ini antara lain disebabkan karena
ditetapkan dalam kepmenkes 1116 tahun 2003, tentang tidak adanya reminder dari petugas surveilans yang baru.
pedoman penyelenggaraan sistem surveilans Dimana petugas surveilans lama lebih sering
epidemiologi kesehatan dimana ketepatan laporan unit mengingatkan petugas surveilans puskesmas untuk
pelapor di tingkat kabupaten/kota minimal adalah 80%, mengirimkan laporan.
ada puskesmas yang sudah memenuhi target namun ada Mas xxx itu setiap senin Jam 6 apa jam 7 itu
juga yang belum. sudah SMS, iya mengingatkan, pas mas xxx, mesti SMS,
Ketepatan waktu dan kelengkapan laporan masing- kalau mas yyy nggak pernah... (Informan 18, Petugas
masing puskesmas dari minggu 1-35 dapat dilihat dalam surveilans Puskesmas)
gambar 2. Ketepatan waktu puskesmas masih banyak
yang rendah, bahkan ada beberapa puskesmas yang Kelengkapan per puskesmas per minggu dapat
ketepatan waktunya 0%, yaitu Puskesmas Ampel 1, dilihat dalam gambar 2. Dari grafik tersebut diketahui
Karanggede dan Klego 1. Hal ini disebabkan mereka bahwa masih ada beberapa puskesmas yang kelengkapan
tidak pernah sekalipun menyampaikan laporan secara laporannya sangat rendah yaitu Puskesmas Karanggede,
tepat waktu. Beberapa puskesmas yang tingkat ketepatan Simo dan Ampel 1. Ada puskesmas yang laporannya
waktunya di atas 80% yaitu Puskesmas Ampel 2, Sawit 1 dirapel beberapa minggu baru dilaporkan. Bahkan ada
dan Sawit 2. Hanya ada 3 puskesmas dari 29 puskemas yang tidak pernah mengirimkan laporan yaitu Puskesmas
yang laporannya tepat waktu. Klego 1. Dari 29 puskesmas ada 20 puskesmas yang
Ketepatan waktu pelaporan di tingkat puskesmas kelengkapannya telah memenuhi target.
sangat tergantung pada laporan dari bidan desa dan pustu.
Ada yang rutin setiap senin pagi, ada yang laporannya 25
menunggu ketika apel di puskesmas, namun ada juga 20
petugas yang harus diingatkan berkali-kali.
15
Nah, tapi sekarang berubah, cuma hari kamis
laporan hari jumat, a repot jadi sekarang malah 10 20
menumpuk W2nya itu dibarengke karo seloso. Nek 5 11
seloso kan harus piket di harus apa apel di 3 1 5 1 2 4 4 3
puskesmas (Informan 11, Petugas surveilans 0
Puskesmas) 0 - <20% 20 - <40% 40 - <60% 60 - 80% >80%

Ketepatan waktu Kelengkapan


Laporan harusnya hari senin dilaporkan hari
selasa (Informan 8, Petugas surveilans Gambar 2 Ketepatan Waktu dan Kelengkapan Laporan W2
Puskesmas) Puskesmas

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 58

100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35

Ketepatan Waktu Kelengkapan

Gambar 3. Ketepatan Waktu dan Kelengkapan Laporan W2 Puskesmas per Minggu

1.3 Input EWARS A10, B15, H3, T4, X110. Namun hasil observasi
Di Kabupaten Boyolali, data yang dilaporkan terhadap SMS yang diterima petugas surveilans
melalui EWARS adalah 23 jenis gejala penyakit sesuai Kabupaten Boyolali menunjukkan masih adanya format
dengan buku pedoman sistem kewaspadaan dini dan yang tidak sesuai ketentuan antara lain ada yang tidak
respon dan ditambah satu penyakit yaitu ISPA. Penyakit menggunakan kode jenis gejala penyakit, ada yang
ISPA dimasukkan dalam laporan EWARS pada awalnya terbalik antara minggu epidemiologi dengan nama
bertujuan untuk memantau trend penyakit ISPA pada saat puskesmas, ada yang kode jenis penyakitnya
Gunung Merapi aktif dan akan dibandingkan ketika menggunakan huruf kecil dan sebagainya. Meskipun
Gunung Merapi tidak aktif. Hal tersebut kemudian masih ada format laporan yang tidak sesuai ketentuan
berlanjut sampai sekarang. namun laporan tersebut masih bisa dipahami dan tidak
Data yang dilaporkan oleh Puskesmas berasal dari menjadi masalah yang berarti, karena laporan masih
bidan desa (polindes, PKD) dan pustu di wilayah kerja dientri secara manual ke dalam aplikasi.
masing-masing Puskesmas. Dari hasil FGD diketahui
bahwa laporan yang dikirimkan hanya berasal dari bidan Tabel 1. Kode Gejala Penyakit dalam Laporan EWARS
desa, bidan praktek swasta (BPS) dan pustu. Seharusnya Kabupaten Boyolali
Kode
rumah bersalin, balai pengobatan (klinik swasta), dan SMS
Penyakit
dokter praktik swasta juga mengirimkan laporan ke A Diare Akut
petugas surveilans puskesmas. Namun untuk rumah B Malaria Konfirmasi
bersalin dan balai pengobatan (klinik swasta) hanya C Tersangka Demam Dengue
D Pneumonia
mengirimkan laporan jumlah kunjungan baik rawat inap E Diare Berdarah ATAU Disentri
maupun rawat jalan serta sepuluh besar penyakit ke F Tersangka Demam Tifoid
bidang pelayanan kesehatan, tidak ada laporan ke seksi G Sindrom Jaundis Akut
surveilans. Sedangkan dari dokter praktik swasta baik H Tersangka Chikungunya
J Tersangka Flu Burung pada Manusia
yang umum maupun spesialis tidak ada laporan sama K Tersangka Campak
sekali. L Tersangka Difteri
Laporan EWARS dari puskesmas ke dinas M Tersangka Pertussis
kesehatan sebetulnya dikirimkan melalui SMS dengan N AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
P Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
menggunakan kode abjad. Namun, dari hasil observasi
Q Tersangka Antraks
terhadap SMS yang diterima oleh petugas surveilans R Tersangka Leptospirosis
Kabupaten Boyolali masih ada puskesmas yang S Tersangka Kolera
laporannya tidak sesuai dengan format yang ditentukan T Klaster Penyakit yang tidak lazim
U Tersangka Meningitis/Ensefalitis
bahkan masih ada yang menggunakan kode Sistem V Tersangka Tetanus Neonatorum
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP). W Tersangka Tetanus
Format baku pencatatan data mingguan adalah Y ILI (Influenza Like Illness)
minggu epidemiologi, nama unit pelapor, jumlah kasus Z Tersangka HFMD
I ISPA
setiap penyakit yang dilaporkan pada minggu tersebut Total jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan
dan jumlah total kunjungan pasien. Contoh format X
kesehatan
pelaporannya sebagai berikut 2, Puskesmas Boyolali 1,

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 59

bencana. Tugas lain yang diberikan adalah membantu


kegiatan surveilans haji.
Di tingkat puskesmas, berdasarkan hasil FGD
terhadap petugas surveilans puskesmas diketahui bahwa
mereka hanya mengumpulkan, merekap dan melaporkan
data tersebut ke tingkat kabupaten. Data EWARS yang
telah dikumpulkan tidak diolah secara rutin. Pengolahan
data ada yang dilakukan setahun sekali ketika
penyusunan profil puskesmas, ada juga yang insidentil.
Waktu dan banyaknya pekerjaan menjadi hambatan
dalam pengolahan data di puskesmas.

Biasanya kita melakukan pengolahan yang


tertentu, misalkan untuk kita ya berkaitan dengan
apa, pola maksimum minimum kita ambilnya yang
DB. Itu kita olah (Informan 10, Petugas
surveilans Puskesmas)
Gambar 4 Contoh Laporan dari Petugas Surveilans
Puskesmas
1.5 Output EWARS
1.4 Proses Seharusnya output yang dihasilkan dari aplikasi
Dalam EWARS, pengolahan data dilakukan dengan EWARS adalah tabel morbiditas dan mortalitas yang
menggunakan komputer yang dilengkapi dengan aplikasi menunjukkan proporsi dan insiden masing-masing
yang disebut EWARN ID. Aplikasi ini merupakan penyakit, grafik, maupun peta. Selain itu aplikasi ini
aplikasi dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dapat menampilkan sinyal atau alert adanya peningkatan
yang diterapkan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik
tidak sampai ke tingkat puskesmas. Hasil observasi wilayah kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi.
terhadap aplikasi tersebut menunjukkan bahwa aplikasi Namun, petugas surveilans Kabupaten Boyolali selama
yang digunakan cukup mudah. Petugas surveilans ini belum pernah menyajikannya. Hal ini disebabkan
kabupaten juga merasa mudah dan tidak sulit dalam karena kegiatan pengolahan data yang tidak dilakukan.
mengoperasikannya. Hal ini terlihat dari cara petugas Aplikasi EWARS tidak diterapkan di tingkat
surveilans dalam mengoperasikan aplikasi yang cukup puskesmas. Pada saat pelatihan EWARS petugas
menguasai. Selain itu perintah-perintah dalam aplikasi surveilans puskesmas hanya diajarkan tentang bagaimana
cukup sederhana serta aplikasi ini telah dilengkapi untuk mengirimkan laporkan EWARS saja, tidak sampai
dengan petunjuk penggunaan yang tersedia dalam bentuk menghasilkan output laporan.
video.
Hasil observasi terhadap kegiatan petugas surveilans 2. Analisis dan interpretasi data
Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa petugas Di tingkat puskesmas analisis dan interpretasi data
tersebut tidak melakukan pengolahan data yang telah EWARS jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan
dientri ke dalam aplikasi. Petugas surveilans kabupaten secara tertulis. Beberapa petugas surveilans puskesmas
hanya melakukan entri data laporan W2 setiap hari senin sudah ada yang mengolah data, namun analisis dan
sampai dengan selasa pagi ke dalam aplikasi kemudian interpretasi secara tertulis belum dilakukan secara rutin.
mengirimkannya ke Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Analisis dilakukan jika ada KLB. Sebagian besar
Tengah. Kegiatan lain terkait pengolahan data adalah puskesmas hanya melaporkan data yang mereka peroleh
pencatatan laporan W2 yang dikirimkan puskesmas ke dari bidan desa, pustu dan BP. Kegiatan analisis dan
dalam form mingguan. Form tersebut merupakan form interpretasi belum bisa dilaksanakan karena beberapa
yang dibuat sendiri oleh petugas surveilans Kabupaten kendala, antara lain adalah banyaknya pekerjaan sehingga
Boyolali, yang digunakan untuk merekap laporan waktu untuk analisis dan interpretasi tidak ada. Alasan
EWARS dari puskesmas secara manual. Rekap manual lain adalah surveilans hanyalah tugas integrasi sehingga
ini digunakan untuk memudahkan kroscek dengan petugas surveilans puskesmas lebih banyak
puskesmas dan untuk mengantisipasi kalau ada data yang melaksanakan tugas pokoknya saja.
tidak tersimpan di dalam aplikasi EWARS.
Meskipun telah menggunakan aplikasi yang dapat Trus lepto misalkan kan kita masuk baru itu
membantu mempermudah pengolahan data namun karena kan KLB itu kita juga analisa (Informan 10,
alasan keterbatasan waktu, sarana dan prasarana, Petugas surveilans Puskesmas)
pengolahan data tidak dilakukan. Di Kabupaten Boyolali,
petugas surveilans yang bertanggung jawab terhadap Di tingkat kabupaten, dengan adanya aplikasi
EWARS hanya satu orang. Selain mengampu laporan EWARS sebetulnya petugas surveilans kabupaten bisa
EWARS petugas tersebut juga menangani bencana dan lebih mudah dalam melakukan pengolahan, analisis dan
sekaligus turun ke lapangan jika terjadi KLB dan interpretasi data, karena data telah diolah dengan bantuan
aplikasi dan petugas surveilans tinggal mengkaji

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 60

informasi yang dihasilkan oleh aplikasi tersebut. Selain ketika pertemuan petugas surveilans. Selain itu umpan
itu petugas surveilans kabupaten juga sudah pernah balik juga dilakukan dengan SMS ataupun telepon ke
mendapatkan pelatihan dan ada video petunjuk petugas surveilans puskesmas terutama untuk petugas
pengoperasiannya. Namun dengan alasan keterbatasan yang laporannya banyak yang tidak lengkap.
waktu, sarana dan prasarana, petugas surveilans
kabupaten tidak rutin dalam melakukan analisis dan .Yaa, kadang melalui surat. Nanti kan setelah
interpretasi data secara tertulis. Waktu lebih banyak mereka kita undang kesini kita paparkan juga.
terbuang untuk entri data EWARS karena EWARS di Seperti itu. (Informan1, pengelola EWARS
Kabupaten Boyolali belum menggunakan SMS gateway. Kabupaten)
Analisis dan interpretasi data dilakukan hanya jika terjadi
KLB. Sarana dan prasana pendukung EWARS tertera di kemudian kalo setiap minggu itu tidak ada, ada
tabel 2. laporan yang tidak lengkap atau tidak masuk itu
Sarana prasarana pendukung surveilans yang berasal selalu kita lakukan umpan balik ya umpan balik
dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang baik itu melalui SMS, telephon, maupun surat ya.
berupa sepeda motor dan handphone dibawa oleh petugas Juga ada lewat pertemuan. (Informan 2, Dinas
surveilans sebelumnya dan tidak diserahterimakan. Hal Kesehatan)
inilah yang mempengaruhi motivasi petugas surveilans
dalam melakukan kegiatan pengolahan, analisis dan Umpan balik dari Dinas Kesehatan Provinsi
interpretasi data. disampaikan ketika pertemuan petugas surveilans
kabupaten di tingkat provinsi. Pertemuan dilaksanakan
.tenaga kita melakukan analisis ya analisis per regional setiap 3 bulan sekali.
sederhana, nah untuk saat ini memang tenaga kita
belum bisa melakukan analisa sampai mendalam PEMBAHASAN
untuk memberikan satu masukan buat pengambil Pengelolaan informasi EWARS di Kabupaten
keputusan, karena memang tenaga kita ini masih Boyolali belum berjalan maksimal. Pelaporan data
belum terlatih ya, terlatih sudah tetapi memang EWARS di Kabupaten Boyolali dilakukan secara
dari segi pendidikan masih D3. (Informan 2, berjenjang dari fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
Dinas Kesehatan) pertama ke Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. Bidan
desa dan pustu menggunakan metode yang bervariasi, ada
karena kekurangan dari kemampuan elektronik yang melalui SMS, BBM group, namun masih ada juga
dari petugas yang bersangkutan dia tidak bisa yang tertulis. Sebagian besar bidan desa dan pustu masih
membuat laporan bulanan, sehingga dia melaporkan secara tertulis. Hal ini tentu akan
melaporkan per lisan kepada kami bahwa ini ada mempengaruhi kecepatan dalam pengiriman laporan.
kasus demikian gitu tapi tidak ada bentuk Pelaporan data dari puskesmas ke dinas kesehatan
fisiknya. (Informan3, Dinas Kesehatan) telah menggunakan teknologi komunikasi yaitu dengan
menggunakan SMS. Penggunaan SMS yang merupakan
Tabel 2 Sarana Prasarana Pendukung Penerapan salah satu bentuk teknologi komunikasi untuk
EWARS di Kabupaten Boyolali mengirimkan laporan akan mempercepat proses transmisi
Di tingkat kabupaten Di Puskesmas
data sehingga informasi dapat disajikan tepat waktu.
PC Komputer, 1 unit digunakan Blanko dan form laporan Surveilans sindromik harian menggunakan SMS dapat
juga untuk kegiatan lain yang diberikan oleh Dinas secara efektif meningkatkan sistem surveilans kesehatan
Kesehatan Kabupaten masyarakat tradisional yang sudah ada sebelumnya.
Boyolali
Dengan mendeteksi pola yang tidak biasa dari aktivitas
Software EWARS Buku panduan EWARS
Buku panduan EWARS
penyakit, surveilans sentinel menggunakan SMS dapat
Blanko dan form laporan mempercepat respon terhadap wabah penyakit.3
Jaringan internet, koneksinya Teknologi ponsel, yang murah dan tersedia secara
kurang bagus universal, telah diakui sebagai alat yang berguna dalam
HP dan sepeda motor, dibawa perawatan kesehatan. Sistem informasi surveilans respon
petugas lama
berbasis SMS dapat meningkatkan pelaksanaan deteksi
dini KLB dan respon cepat serta memperkuat sistem
3. Umpan balik
surveilans respon di Kabupaten Donggala.4 Meskipun
Umpan balik dari Dinas Kesehatan Kabupaten petugas surveilans puskesmas di Kabupaten Boyolali
Boyolali adalah umpan balik terhadap kelengkapan dan sebagian besar telah menggunakan SMS dalam pelaporan
ketepatan waktu laporan. Seharusnya umpan balik EWARS, namun tingkat ketepatan waktunya masih
diberikan setiap menerima laporan atau minimal setiap rendah. Ketepatan waktu pelaporan sampai dengan
minggu. Namun pada praktiknya tidak ada umpan balik minggu ke 35 hanya 43%. Banyaknya pekerjaan yang
yang langsung. Sehingga puskesmas tidak tahu diampu oleh petugas surveilans puskesmas menjadi
laporannya sudah diterima atau belum. Umpan balik yang alasan mengapa laporan sering tidak tepat waktu. Faktor
tertulis diberikan setiap 3 bulan sekali yang dilampirkan rangkap tugas dari petugas pemegang program atau yang
dalam surat undangan pertemuan dan dipresentasikan menangani atau melaporkan KLB dengan tugas lain

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 61

selain KLB akan mempunyai risiko terlambat dinas kesehatan. Dinas kesehatan semestinya selain
menyampaikan laporan yang lebih besar.5 Selain karena memberikan ijin penyelenggaraan praktik kedokteran
tugas rangkap, keterlambatan laporan dari bidan desa dan juga memberikan kewajiban bagi mereka untuk
pustu juga ikut andil pada ketidaktepatan waktu laporan melaporkan kunjungannya ke dinas kesehatan kabupaten.
puskesmas. Keterlambatan laporan dari bidan desa dan Dengan demikian, laporan yang diterima di dinas
pustu selain disebabkan karena tugas bidan yang banyak kesehatan tidak hanya merupakan fenomena gunung es,
juga karena sebagian besar pelaporannya masih secara tetapi dapat menggambarkan kondisi riil yang ada di
manual. Agar ketepatan waktu pelaporan meningkat perlu lapangan. Keterwakilan dan kelengkapan data sangatlah
ditegaskan kembali bahwa metode pelaporan dalam penting di dalam surveilans karena sistem surveilans akan
EWARS adalah menggunakan SMS untuk puskesmas menjadi efektif apabila merepresentasikan situasi yang
dan jaringannya. Penggunaan teknologi dalam kehidupan sesungguhnya terjadi di populasi.9
manusia akan membantu mempermudah tugas-tugas Proses pengolahan data EWARS belum dilakukan
manusia dalam menyelesaikan pekerjaan. Teknologi baik oleh petugas surveilans puskesmas maupun oleh
telekomunikasi memiliki peran dalam mempercepat petugas surveilans Kabupaten Boyolali. Banyaknya
proses transmisi data sehingga informasi dapat disajikan pekerjaan, keterbatasan waktu, sarana dan prasarana yang
tepat waktu.6 menyebabkan kegiatan ini tidak dilakukan. Di tingkat
Hasil observasi terhadap rekap laporan EWARS di kabupaten, sarana dan prasarana untuk petugas surveilans
Kabupaten Boyolali menunjukkan kelengkapan laporan dibawa oleh petugas lama dan tidak diserahterimakan.
puskesmas sampai dengan minggu 35 sebesar 81%. Hal inilah yang mempengaruhi petugas surveilans
Berdasarkan Kepmenkes No. 1116 tahun 2003, tentang kabupaten tidak melakukan pengolahan data. Variable
pedoman penyelenggaraan sistem surveilans kondisi pemfasilitasi mempunyai pengaruh positif yang
epidemiologi kesehatan disebutkan bahwa kelengkapan signifikan dalam penggunaan SIKNAS ONLINE.
laporan unit pelapor di tingkat kabupaten/kota minimal Kondisi pemfasilitasi merupakan faktor-faktor obyektif
sebesar 80%. Jika dibandingkan dengan target maka yang mempengaruhi dapat mempermudah melakukan
sudah memenuhi target. Namun jika melihat suatu tindakan, seperti sarana prasarana, software dan
kecenderungannya, kelengkapan laporan mingguan lain-lain. Semakin banyak infrastruktur organisasi dan
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena tidak teknis yang ada maka seseorang akan semakin cenderung
adanya reminder dari petugas surveilans kabupaten menggunakan aplikasi dan data.10 Untuk meningkatkan
kepada petugas surveilans puskesmas. Pengiriman SMS kinerja petugas surveilans dalam pengolahan data, sarana
reminder di Kenya terbukti efektif dan murah untuk dan prasarana yang merupakan fasilitas petugas
meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan terhadap surveilans yang dapat membantu mempermudah
pedoman malaria.7 Salah satu indikator kinerja kegiatan pekerjaan, dikembalikan ke fungsinya. Apabila ada
surveilans adalah kelengkapan laporan. Kelengkapan pergantian petugas surveilans tidak hanya pekerjaannya
laporan data surveilans berpengaruh pada analisis dan saja yang diserahterimakan namun juga fasilitas yang
interpretasi data. Kelengkapan data surveilans akan diberikan.
menunjukkan situasi yang sesungguhnya terjadi pada Output EWARS di Kabupaten Boyolali belum
populasi. Penerapan reminder diharapkan bisa menjadi dihasilkan karena petugas pengelola EWARS tidak
pengingat bagi petugas surveilans puskesmas untuk melakukan pengolahan data. Salah satu alasan tidak
melaporkan secara rutin sehingga kelengkapan laporan dilakukan pengolahan data adalah keterbatasan waktu.
menjadi lebih baik. Sehingga untuk SKD-KLB data yang seharusnya dapat
Di dalam pelaporan data masih ada unit pelapor dilihat atau diprediksi diawal untuk kewaspadaan
yang tidak mengirimkan data ke petugas surveilans terjadinya KLB, belum dilakukan. kurangnya waktu
puskesmas. Sumber data laporan EWARS di Kabupaten sebagai alasan utama kabupaten tidak menampilkan trend
Boyolali tidak lengkap. Laporan hanya berasal dari penyakit dari data regular.11 Tujuan dari suatu sistem
kunjungan puskesmas, bidan desa, Bidan Praktek Swasta informasi adalah untuk menghasilkan informasi.6
(BPS) dan pustu. Rumah bersalin, balai pengobatan Informasi EWARS sebenarnya sangat penting karena dari
(klinik swasta) dan dokter praktik swasta tidak informasi tersebut dapat dibuat analisis yang lebih tajam,
melaporkan data ke puskesmas dan ke seksi surveilans. respon yang lebih cepat, dan penanggulangan yang lebih
Kondisi tersebut mengakibatkan data yang terkumpul terarah dan akurat. Masalah yang dihadapi oleh Dinas
menjadi tidak lengkap sehingga tidak dapat Kesehatan Kabupaten Boyolali terletak pada sumber daya
menggambarkan kondisi di populasi. Di Pakistan, 33% manusia pengelola EWARS. Diperlukan motivasi baik
kasus tetanus neonatorum yang tidak terlaporkan oleh dari lingkungan kerja maupun dari atasan. Dorongan atau
rumah sakit pemerintah maupun klinik swasta. Sebesar motivasi atasan memiliki pengaruh positif terhadap minat
9% dari kasus TN yang ditemukan dengan surveilans pemanfaatan SIKNAS ONLINE dan minat pemanfaatan
aktif berasal dari klinik swasta.8 berpengaruh positif terhadap penggunaan SIKNAS
Dewasa ini tidak sedikit masyarakat yang memilih ONLINE.10 Selain itu diperlukan kebijakan yang dapat
berkunjung ke klinik swasta dan dokter praktik swasta meningkatkan minat pengelola data untuk menggunakan
baik yang praktik umum maupun spesialis. Namun belum EWARS sebagai alat bantu dalam menghasilkan
semua penyelenggara praktik kedokteran tersebut informasi.
menyampaikan laporan baik ke puskesmas maupun ke

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 62

Analisis dan interpretasi data di Kabupaten Boyolali menurun. Ketepatan waktu dipengaruhi oleh pelaporan
belum dilakukan secara rutin, baik di tingkat kabupaten dari bidan desa dan pustu yang belum semuanya
maupun puskesmas. Kegiatan surveilans baru sebatas menggunakan teknologi dalam pengiriman laporan.
pengumpulan data. Keterbatasan waktu, sarana dan Kelengkapan laporan EWARS di Kabupaten Boyolali
prasarana, banyaknya pekerjaan dan anggapan bahwa sudah memenuhi target namun masih cenderung
surveilans hanya merupakan tugas integrasi menjadi menurun. Kelengkapan laporan dipengaruhi oleh umpan
alasan mengapa analisis dan interpretasi data tidak balik yang diberikan dari tingkat kabupaten.
dilakukan secara rutin. Hal ini seperti yang terjadi di Kementerian Kesehatan perlu memperkuat kapasitas
Ghana, Lesotho, Tanzania, Uganda dan di negara-negara dan kapabilitas Puskesmas sebagai unit terdepan dalam
lain seperti India, dimana analisis data lemah di setiap operasionalisasi system surveilans melalui peningkatan
tingkatan yang diamati. Meskipun pengelola surveilans dukungan dana serta sarana prasarana yang memadai.
kabupaten sudah terlatih baik dan sering menerima Aplikasi EWARS hendaknya diterapkan di level
umpan balik dari tingkat diatasnya sehingga memberi puskesmas agar puskesmas dapat mengolah dan
mereka kesempatan lebih untuk analisis data. Namun, menganalisis data yang mereka peroleh sehingga tidak
kurangnya sumber daya logistik dan beban entri data ada keterlambatan dalam melakukan intervensi. Dinas
menjadikan mereka tidak bisa menerapkan keterampilan kesehatan provinsi perlu melakukan monitoring terhadap
mereka secara optimal.11 Seharusnya data yang telah pelaksanaan surveilans di tingkat kabupaten agar
dikumpulkan diolah menjadi suatu informasi selanjutnya komponen kegiatan surveilans bisa berjalan dengan baik.
dianalisis untuk memperoleh kesimpulan-kesimpulan Dinas kesehatan kabupaten perlu menghimbau kepada
sebagai inti pemecahan masalah sesuai dengan tujuan Dokter Praktik Swasta, Bidan praktik swasta dan klinik
yang telah ditetapkan. Data surveilans harus dianalisis swasta untuk melaporkan data ke seksi pencegahan dan
secara rutin dan informasi yang diinterpretasikan surveilans sehingga data yang dikumpulkan di tingkat
digunakan untuk tindakan kesehatan masyarakat.12 kabupaten tidak hanya merupakan fenomena gunung es.
Di Kabupaten Boyolali umpan balik terhadap Sarana prasarana EWARS harus dikembalikan ke
laporan EWARS adalah umpan balik terhadap fungsinya sebagai pendukung kegiatan surveilans.
kelengkapan dan ketepatan waktu laporan. Umpan balik Diperlukan refreshing bagi petugas surveilans puskesmas
disampaikan 3 bulan sekali pada saat pertemuan. Hasil untuk peningkatan kinerja. Bagi Puskesmas Hendaknya
FGD dengan petugas surveilans puskesmas menunjukkan pelaporan dari bidan desa dan pustu menggunakan
bahwa tidak adanya umpan balik untuk laporan mingguan teknologi komunikasi sehingga bisa mempercepat
setiap minggu menyebabkan rendahnya kelengkapan dan transmisi data ke tingkat puskesmas.
ketepatan waktu laporan. Petugas akan merasa dihargai
apabila laporan yang dikirimkan mendapatkan respon. KEPUSTAKAAN
Sehingga akan merasa bahwa laporannya dibutuhkan dan 1. Depkes RI. Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini Dan
merasa sungkan jika tidak mengirimkan laporan. Respons. Jakarta; 2008.
Dampaknya adalah ketepatan waktu dan kelengkapan 2. Poskota. EWARS, Peringatan Dini untuk Kejadian
laporan akan meningkat. Umpan balik merupakan arus Luar Biasa _ Poskotanews. Postkota. 2011.
informasi dan pesan kembali dari tingkat yang lebih 3. Rajatonirina S, Heraud J-M, Randrianasolo L, et al.
tinggi ke tingkat yang lebih rendah. Umpan balik adalah Short message service sentinel surveillance of
fungsi penting dari semua sistem surveilans. Umpan balik influenza-like illness in Madagascar, 2008-2012.
pelaporan perlu dilakukan untuk memelihara Bull. World Health Organ. 2012;90(5):385-9.
kesinambungan pelaporan, ketepatan waktu dan doi:10.2471/BLT.11.097816.
kelengkapan pelaporan serta kualitas data yang 4. Indriasari T. Implementasi Sistem Surveilans-Respon
dilaporkan.13 Berbasis SMS DI Kabupaten Donggala Provinsi
Sulawesi Tengah. 2011.
KESIMPULAN DAN SARAN 5. Sutarman. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Pengelolaan informasi EWARS di Kabupaten Keterlambatan Petugas dalam Menyampaikan
Boyolali belum maksimal. Dari segi pelaporan data, input Laporan KLB dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan
laporan EWARS hanya berasal dari Puskesmas (Studi di Kota Semarang). 2008.
Pembantu, Bidan Desa dan kunjungan puskesmas yang 6. Hartono J. Sistem Teknologi Informasi. 3rd ed.
dikompilasi oleh petugas surveilans Puskesmas. Data dari Yogyakarta; 2008.
klinik swasta dan dokter praktek swasta tidak ter-cover. 7. Nicolay N, Garvey P, Delappe N, Cormican M,
Proses pengolahan data EWARS di Kabupaten Boyolali Mckeown P. Completeness and timeliness of
tidak dilakukan baik di tingkat Puskesmas maupun Salmonella Notifications in Ireland in 2008: a cross
kabupaten. Waktu, sarana dan prasarana, tugas rangkap sectional study. 2010.
dan anggapan bahwa surveilans hanya merupakan tugas 8. Lambo JA, Khahro ZH, Memon MI, Lashari MI.
sampiran menjadi penyebab tidak dilakukannya Completeness of reporting and case ascertainment
pengolahan data EWARS. Output EWARS yang for neonatal tetanus in rural Pakistan. Int. J. Infect.
merupakan dasar untuk pengambilan keputusan tidak Dis. 2011;15(8):e564-8. doi:10.1016/j.ijid.2011.
disajikan. Ketepatan waktu laporan EWARS di 04.011.
Kabupaten Boyolali masih rendah dan cenderung 9. Murti B. Surveilans Kesehatan Masyarakat. In:

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat


Journal of Information Sytems for Public Health, Vol. 1, No. 1, April 2016 63

;2008:1-7. 12. WHO. Communicable Disease Surveillance and


10. Maindrawati DN. Analisis Faktor-Faktor yang Response Systems.; 2006.
Mempengaruhi Minat Pemanfaatan dan Penggunaan 13. Zurovac D, Larson BA, Sudoi RK, Snow RW. Costs
SIKNAS ONLINE di Provinsi Bali. 2009. and cost-effectiveness of a mobile phone text-
11. Phalkey RK, Shukla S, Shardul S, et al. Assessment message reminder programmes to improve health
of the core and support functions of the Integrated workers adherence to malaria guidelines in Kenya.
Disease Surveillance system in Maharashtra, India. PLoS One 2012;7(12):e52045. doi:10.1371/
BMC Public Health 2013;13(1):575. doi:10.1186/ journal.pone.0052045.
1471-2458-13-575.

Korespondensi
Sri Yatmi Mei Kristiani
mei_boyolali@yahoo.co.id
JL. Pandanaran, 156, 57311, Kec. Boyolali, 57311

Jurnal Sistem Informasi Kesehatan Masyarakat

Você também pode gostar