Você está na página 1de 15

Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk

mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan
untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah.
Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang juga dikenal
sebagai gas darah ke seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk ke dalam
darah sementara karbon dioksida terlepas dari sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan
demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru dalam
bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah.
Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat pH darah dapat
mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu. Sebagai contoh
pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak terkontrol, pendarahan, keracunan zat
kimia, overdosis obat, dan syok.

Indikasi Pemeriksaan Analisa Gas Darah


Pemeriksaan AGD akan memberikan hasil pengukuran yang tepat dari kadar oksigen
dan karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini dapat membantu dokter menentukan seberapa baik
paru-paru dan ginjal bekerja.
Biasanya dokter memerlukan tes analisa gas darah apabila menemukan gejala-gejala
yang menunjukkan bahwa seorang pasien mengalamai ketidakseimbangan oksigen, karbon
dioksida, atau pH darah. Gejala yang dimaksud meliputi:
1. Sesak napas
2. Sulit bernafas
3. Kebingungan
4. Mual
Perlu diingat bahwa ini merupakan gejala dari suatu penyakit yang menyebabkannya
seperti pada asma dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Di sisi lain, apabila dokter sudah mencurigai adanya penyakit, maka pemeriksaan
analisa gas darah juga akan diperlukan, seperti pada kondisi-kondisi di bawah ini:
1. Penyakit paru-paru, misalnya asma, PPOK, pneumonia, dan lain-lain.
2. Penyakit ginjal, misalnya gagal ginjal.
3. Penyakit metabolik, misalnya diabetes melitus atau kencing manis
4. Cedera kepala atau leher yang mempengaruhi pernapasan
Dengan melakukan pemeriksaan ini, selain untuk menentukan penyakit, dokter juga
bisa memantau hasil perawatan yang sebelumnya diterapkan kepada pasien. Untukk tujuan
ini, pemeriksaan AGD sering dipesan bersama dengan tes lain, seperti tes glukosa darah
untuk memeriksa kadar gula darah dan tes darah kreatinin untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
Prosedur Pemeriksaan AGD
Pada pemeriksaan ini diperlukan sedikit sampel darah yang diambil dari pembuluh
darah arteri yang ada di pergelangan tangan, lengan, atau pangkal paha. Oleh sebab itu
prosedur ini disebut juga dengan pemeriksaan analisa gas darah arteri.
Dokter atau petugas lab pertama-tama akan mensterilkan tempat suntikan dengan cairan
antiseptik. Setelah mereka menemukan arteri, mereka akan memasukkan jarum ke dalam
arteri dan mengambil darah. Mungkin Anda akan sedikit merasakan sakit saat jarum suntik
masuk ke dalam kulit, tapi tentu ini tidak begitu menyakitkan. Setelah dirasa cukup,
kemudian jarum dicabut, dan luka tusukan ditutup dengan perban.
Sampel darah kemudian akan dianalisa oleh mesin portabel atau mesin yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari waktu
pengambilan untuk memastikan hasil tes yang akurat.
Nilai Normal Analisa Gas Darah
Hasil analisa gas darah dapat membantu dokter mendiagnosa berbagai penyakit atau
menentukan seberapa baik perawatan yang telah diterapkan, hasil akan akan didapat meliputi:
pH darah arteri, menunjukkan jumlah ion hidrogen dalam darah. pH kurang dari 7,0
disebut asam, dan lebih besar pH dari 7,0 disebut basa, atau alkali. Ketika pH darah
menunjukkan bahwa darah lebih asam, maka hal ini terjadi akibat kadar karbon dioksida yang
lebih tinggi. Sebaliknya ketika pH darah tinggi yang menunjukkan bahwa darah lebih basa,
maka hal ini terjadi akibat kadar bikarbonat yang lebih tinggi.
Bikarbonat adalah bahan kimia yang membantu mencegah pH darah menjadi terlalu
asam atau terlalu basa.
Tekanan parsial oksigen adalah ukuran tekanan oksigen terlarut dalam darah. Hal ini
menentukan seberapa baik oksigen bisa mengalir dari paru-paru ke dalam darah.
Tekanan parsial karbon dioksida adalah ukuran tekanan karbon dioksida terlarut
dalam darah. Hal ini menentukan seberapa baik karbon dioksida dapat mengalir keluar dari
tubuh.
Saturasi oksigen adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
dalam sel darah merah.
Secara umum, nilai normal analisa gas darah adalah sebagai berikut:
1. pH darah normal (arteri): 7,38-7,42
2. Bikarbonat (HCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
3. Tekanan parsial oksigen: 75 sampai 100 mm Hg
4. Tekanan parsial karbon dioksida (pCO2): 38-42 mm Hg
5. Saturasi oksigen: 94 sampai 100 persen.
Adapun hasil abnormal dapat menjadi tanda dari kondisi medis tertentu, sebagai
berikut:
1. pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah => Asidosis
Metabolik, contohnya pada gagal ginjal, syok, dan ketoasidosis diabetik
(KAD).
2. pH darah: < 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Asidosis
Respiratorik, contohnya pada penyakit paru-paru, termasuk pneumonia
atau PPOK.
3. pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Tinggi, pCO2: Tinggi => Alkalosis
Metabolik, contohnya pada muntah kronis, kalium darah rendah
(hipokalemia).
4. pH darah: > 7,4, Bikarbonat: Rendah, pCO2: Rendah =>
Alkalosis Respiratorik, contohnya pada Bernapas terlalu cepat, rasa sakit,
atau kecemasan.
Cara mudah membaca hasil analisa gas darah (AGD):
1. Jika pH darah rendah (asidosis), maka perhatikan nilai pCO2, jika tinggi
berarti respiratorik dan jika rendah berarti metabolik.
2. Jika pH darah tinggi (alkalosis), maka perhatikan nilai bikarbonat, jika
tinggi berarti metabolik dan jika rendah berarti respiratorik.
Rentang normal dan abnormal dapat bervariasi tergantung pada lab karena beberapa
menggunakan pengukuran atau metode yang berbeda untuk menganalisa sampel darah. Anda
harus selalu bertanya dengan dokter untuk mendiskusikan hasil tes AGD secara lebih rinci.
Dokter akan dapat memberitahu Anda jika ternyata masih dibutuhkan pemeriksaan lain selain
analisa gas darah untuk memastikan penyakit atau pemantauan terapi.

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:


- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 normal 92-98
Pemeriksaan analisa gas darah dikenal juga dengan nama pemeriksaan ASTRUP, yaitu
suatu pemeriksaan gas darah yang dilakukan melalui darah arteri. Lokasi pengambilan darah
yaitu: Arteri radialis, A. brachialis, A. Femoralis.
ANALISA

Jenis gangguan asam basa PH Total CO2 PCO2

Asidosis respiratorik tidak terkonpensasi Rendah Tinggi Tinggi

Alkalosis respiratorik tidak terkonfensasi Tinggi Rendah Rendah

Asidosis metabolic tidak terkonfensasi Rendah Rendah Normal

Alkalosis metabolic tidak terkonfensasi Tinggi Tinggi Rendah

Asidosis respiratorik kompensasi alkalosis Normal Tinggi Normal


metabolic
Normal Rendah Normal
Alkalosis respiratorik kompensasi asidosis
metabolic Normal Rendah Rendah

Asidosis metabolic kompensasi alkalosis Normal Tinggi Tinggi


respiratorik

Alkalosis metabolic kompensasi asidosis


respiratorik

Analisa gas darah adalah suatu pemeriksaan daya serap / interaksi darah dengan gas yang
dihirup lewat pernafasan. sampel darah diambil langsung dari arteri.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil analisa gas darah meliputi :
a.Suhu, pada suhu 370 c selama 10 menit PH akan berubah, 0,10 ; PaCO21 mmhg dan PO2
0,7 mmhg, sedangkan pada suhu 40 dalam 10 menit PH berubah 0,01 ; PaCO2 0,01 mmhg
dan PaO2,07 mmhg. Sebaiknya darah dimasukkan kedalam es untuk menghindari /
mengurangi metabolisme dan mencegah konsumsi oksigen dan karbondioksida yang dapat
mempengaruhi nilai
b.Darah yang diambil, darah arteri merupakan contoh baku untuk pemeriksaaan analisa gas
darah
c.Pemakaian heparin, jangan lebih dari 0,05 cc untuk 1 cc darah (cukup membilas spuit
dengan heparin)
d.Gelembung udara dalam spuit, yang akan mempengaruhi CO2 dan O2

komponen yang diperiksa dalam analisa gas darah meliputi :


PH (normal : 7,35 7,45)
PH akan menggambarkan konsentrasi ion H+ dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna
ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari PH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat PH akan
rendah dan bila ion H+ menurun PH akan meningkat
PaCO2 (normal : 35 45 mmhg)
PaCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. PaCO2 ini
merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya
ventilasi alveolar. Bila PaCO2 rendah menunjukkan adanya hyperventilasi karena rangsangan
pernafasan dan bila PaCO2 tinggi (hypoventilasi) menunjukkan adanya kegagalan ventilasi
alveolis. Pada PaCO2 rendah konsentrasi ion H+ akan rendah dan PH meningkat, sedangkan
bila terjadi peningkatan PaCO2 konsentrasi ion H+ akan mengingat dan PH menjadi rendah
PaO2 (normal : 80 100 mmhg)
PaO2 adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. PaO2 akan
memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri
Base Ekses (E . E) (normal 2 / 2,5 mEQ / 1)
Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau
kekurangan basa / kelebihan asam.
Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan
asam
TCO2 (normal : 24 -31 mmhg)
Total CO2 yang terdapat dalam plasma, yang meliputi asam karbonat, bikarbonat dan
senyawa karbamino. TCO2 dapat digunakan sebagai petunjuk klinik gangguan keseimbangan
asam untuk memperkirakan kelebihan atau kekurangan basa karena perbandingan bikarbonat
dan asm bikarbonat 20 : 1
Sat. O2 (normal : 96 -100 %)
Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Sat O2 sangat membantu untuk menghitung
kandungan oksigen dalam darah.
PENTINGNYA PEMERIKSAAN GAS DARAH
Gangguan asam basa sederhana
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai
persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa
adalah sebagai berikut:
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah
PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7,
35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH:
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa.
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis,
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa
terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis
respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO 3 maka disebut
asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya
melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan
keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
Langkah-langkah untuk menilai gas darah:
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab
asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia
dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi
ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH
yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO 2 dan HCO3 mungkin ada gangguan
campuran)
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan
pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau
campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun;
pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang
sama; penyimpangan dari HCO3dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan
adanya gangguan asam basa campuran).
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan
nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)
Rentang nilai normal
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 2 mEq/L
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih
HCO3 : 22-26 mEq/L
Tabel gangguan asam basa:
Jenis gangguan pH PCO2 HCO3
Asidosis respiratorik akut
N
Asidosis respiratorik terkompensasi
sebagian
Asidosis respiratorik terkompensasi N
penuh
Asidosis metabolik akut
N
Asidosis metabolik terkompensasi
sebagian
Asidosis metabolik terkompensasi penuh N
Asidosis respiratorik dan metabolik
Alkalosis respiratorik akut N
Alkalosis respiratorik tekompensasi
sebagian
Alkalosis respiratorik terkompensasi N
Klasifikasi gangguan
penuh
asam basa primer
Alkalosis metabolik akut N
dan terkompensasi:
Alkalosis metabolik terkompensasi
1. Normal bila
sebagian
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh tekanan CO2 40
N
mmHg dan pH 7,4.
Alkalosis metabolik dan respiratorik
Jumlah CO2 yang
diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH,
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi
ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base
excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan
kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis
respiratorik pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat
hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH.
Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan
kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal,
seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit
berat.
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan
pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan
perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--
7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan
kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas
normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH
lebih dari 7,50.
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau
telah diberikan oksigen yang adekuat
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada
sehingga normal.
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat
meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena
dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau
keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti
konsumsi dan distribusi oksigen.

1. Tujuan
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

1. Indikasi
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik
Pasien deangan edema pulmo
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
Infark miokard
Pneumonia
Klien syok
Post pembedahan coronary arteri baypass
Resusitasi cardiac arrest
Klien dengan perubahan status respiratori
Anestesi yang terlalu lama

1. Lokasi pungsi arteri


Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allens test)
Arteri brakialis
Arteri femoralis
Arteri tibialis posterior
Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain,
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme
atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya risiko emboli otak.
1. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia
cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158
mmHg, maka hasilnya akan meningkat.
Antikoagulan
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang
berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek
penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
Metabolisme
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa
dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan
dalam kamar pendingin beberapa jam.

Suhu
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO 2 yang
abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi
oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

1. Hal-hal yang perlu diperhatikan


Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah
darah membeku
Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi
lokal
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang
keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan
tidak membeku
Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada
vena)
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum
dengan karet atau gabus
Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil
Segera kirim ke laboratorium ( sito )
Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua


sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami
alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah
bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal,
sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO 2 dan
HCO3 mungkin ada gangguan campuran)

2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan


dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik,
metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO 3 normal,
meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO 2 dan
HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO 3 dan
PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa
campuran).

3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini
dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama
dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan).
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa
campuran)

Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi:

1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat
dikeluarkan melalui ventilasi.
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya
tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum
terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas
normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan
kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit
kritis.

3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan
dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi
yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat.

4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat.

5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis
metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi.

6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi


terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih
dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama.

7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari
7,50.

8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah
diberikan oksigen yang adekuat

9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga


normal.

10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan
oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan
distribusi oksigen.

7. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD


Gelembung udara

Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka
ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang
dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

Antikoagulan

Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena
efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

Metabolisme

Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel
diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat
disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

Suhu

Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO 2 dan
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO 2 yang
abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan
saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

8. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih

Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku

Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal

Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan
arteri

Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur
rata dan tidak membeku

Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena)

Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus

Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil

Segera kirim ke laboratorium ( sito )

Petugas kesehatan seringkali kesulitan dalam membaca hasil analisa gas


darah (BGA). Kesalahan dalam menginterpretasinya seringkali menyebabkan
kesalahan diagnosis. Berikut terdapat beberapa cara mudah dalam membaca
hasil BGA:

1. Lihat pH

Langkah pertama adalah lihat pH. pH normal dari darah antara 7,35 7,45.
Jika pH darah di bawah 7,35 berarti asidosis, dan jika di atas 7,45 berarti
alkalosis.

2. Lihat CO2

Langkah kedua adalah lihat kadar pCO2. Kadar pCO2 normal adalah 35-45
mmHg. Di bawah 35 adalah alkalosis, di atas 45 asidosis.
3. Lihat HCO3

Langkah ketiga adalah lihat kadar HCO3. Kadar normal HCO3 adalah 22-26
mEq/L. Di bawah 22 adalah asidosis, dan di atas 26 alkalosis.

4. Bandingkan CO2 atau HCO3 dengan pH

Langkah selanjutnya adalah bandingkan kadar pCO2 atau HCO3 dengan pH


untuk menentukan jenis kelainan asam basanya. Contohnya, jika pH asidosis
dan CO2 asidosis, maka kelainannya disebabkan oleh sistem pernapasan,
sehingga disebut asidosis respiratorik. Contoh lain jika pH alkalosis dan
HCO3 alkalosis, maka kelainan asam basanya disebabkan oleh sistem
metabolik sehingga disebut metabolik alkalosis.

5. Apakah CO2 atau HCO3 berlawanan dengan pH

Langkah kelima adalah melihat apakah kadar pCO2 atau HCO3 berlawanan
arah dengan pH. Apabila ada yang berlawanan, maka terdapat kompensasi
dari salah satu sistem pernapasan atau metabolik. Contohnya jika pH
asidosis, CO2 asidosis dan HCO3 alkalosis, CO2 cocok dengan pH sehingga
kelainan primernya asidosis respiratorik. Sedangkan HCO3 berlawanan
dengan pH menunjukkan adanya kompensasi dari sistem metabolik.

6. Lihat pO2 dan saturasi O2

Langkah terakhir adalah lihat kadar PaO2 dan O2 sat. Jika di bawah normal
maka menunjukkan terjadinya hipoksemia.

Untuk memudahkan mengingat mana yang searah dengan pH dan mana


yang berlawanan, maka kita bisa menggunakan akronim ROME.

Respiratory Opposite : pCO2 di atas normal berarti pH semakin rendah


(asidosis) dan sebaliknya.

Metabolic Equal : HCO3 di atas normal berarti pH semakin tinggi (alkalosis)


dan sebaliknya.

Semoga bermanfaat

Você também pode gostar