Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
AGRISAINS
Disusun oleh:
Kelompok 1
Anggota Kelompok:
Sarfina Nadilah Putri (200110160037)
Marifatul Ulya (200110160043)
Jaka Pratama (200110160167)
Muhamad Musa Asari (200110160168)
Krisna Rizky (200110160235)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah S.W.T yang karena anugrah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Budidaya Itik ini dengan baik meskipun masih
banyak kekurangan didalamnya. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad S.A.W kepada keluarga-Nya, sahabat-Nya,
serta umatnya hingga akhir zaman.
Dan juga kami berterima kasih pada dosen pengantar agrisains, Bapak Dr. Ir.
Iwan Setiawan, DEA , yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai budidaya itik, dan juga bagaimana cara
merawatnya. Kami pun menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang mmbangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda
demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Produksi Peternakan .................................................................................... 16
KESIMPULAN ..............................................................................................................34
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Net Calf dan Gugus Nilai Koefisien Teknis .................................................... i
Tabel 2 : Umur Awal dan Afkir Ternak Bibit ................................................................. ii
Tabel 3 : Masa Bunting dan Kering Kandang ................................................................. iii
iii
DAFTAR ILUSTRASI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
pembuatan konsentrat atau ransum. Mereka hanya mengetahui makanan tambahan dari sapi
adalah dedak yang dihasilkan dari hasil penggilingan gabah sisa hasil panen padi.
Pembibitan ,dalam sistem pembibitan peternakan tradisional sangat sederhana sekali
yang penting seorang peternak memiliki seekor sapi jantan dan seekor sapi betina. Sepasang
sapi itu akan dirawat secara berkala hingga siap untuk dikawinkan. Peternakan tradisional
tidak mengetahui secara spesifik bagaimana hewan ternak siap dikawinkan dia akan
mengambil secara umum apabila sapi itu berpostur tubuh besar tinggi dan alat kelamin
mereka sudah membesar dan kuat serta sapi itu agresif itu bertanda sapi siap untuk
dikawinkan. Peternakan tradisional belum mengetahui sistem perkawinan inseminasi buatan
mereka hanya mengetahui apabila sapi jantan dan betina disatukan dalam perkandangan
atau ditempatkan dipadang rumput mereka akan kawin secara alami yaitu sapi betina
dibawah dan sapi jantan diatas dan sapi jantan itu akan membuahi sapi betina.
Pengolahan hasil ternak , hasil produksi sapi potong tradisional sangat sederhana
sekali. Sapi yang dirawat setiap harinya diberimakan dan dikandangkan dalam waktu lama.
Kemudian apabila sapi itu telah memiliki postur tubuh yang besar dan berat badan yang
mencukupi maka sapi tersebut akan dijual kepasar atau kerumah pemotongan hewan.
Peternakan tradisional ini tidak mengetahui bagaimana untung rugi dari sapi yang
dipeliharanya bagi mereka apabila sapi mereka laku terjual dan harganya menurut mereka
sesuai maka mereka akan menjual hewan ternak tersebut kepada pembeli. Peternak itu
peternak itu tidak mengetahui bagaimana modal, biaya perawatan atau hal-hal lain.
sudah diperhatikan sapi-sapi dikandangkan satu persatu sesuai jenis kelaminnya. Agar
memudahkan untuk memantau perkembangan kesehatan dan pertumbuhan sapi potong.
Pengolahan Produksi, tentunya seorang peternak memelihara hewan ternaknya untuk
memperoleh keuntungan. Pada peternakan semi tradisional atau peternakan yang sudah
mulai berkembang pengolahan hasil produksi beraneka ragam tidak hanya daginya saja
yang pasti akan mendapatkan untung, peternak sudah mulai mengetahui karkas, atau
bagian-bagian sapi yang berbeda beda harganya karena pada bagian tertentu yang memiliki
lemak yang rendah akan dijual lebih mahal dibandingkan dengan harga daging sapi yang
memiliki kandungan lemak tinggi.
Pembibitan , sektor peternakan semi tradisional akan memperhitungkan keturunan
dari ternaknya. Seekor sapi yang dipeliharanya dan mencapai maksimal dalam pertumbuhan
atau kekebalan penyakit. Peternak itu akan mengembangbiakkan agar sapi tersebut tidak
menghilang keturunannya, diharapkan agar semua sapi dalam peternakan tersebut akan
memiliki kekebalan yang tinggi dan produksi tinggi. Mereka akan mengawinkan sapi itu
secara buatan atau Inseminasi Buatan (IB) tetapi peternak semi tradisional itu tidak
melakukan secara maksimal karena pengetahuan mereka yang kurang untuk perkawinan
jenis tersbut.
Pengolahan Limbah, tentunya hewan peliharaan yang dipelihara akan menghasilkan
limbah baik limbah setelah produksi atau limbah pemeliharaan. Limbah sapi berupa kotoran
feses padat berupa kotoran dan feses cair berupa air seni sapi akan diolah kembali agar tidak
mencemari lingkungan yang ada. Pengolahan feses itu akan diolah menjadi pupuk yang
akan dijual kepada petana atau dipake sendiri untuk memupuk hijauan. Peternakan semi
tradisional. Akan mengembangkan atau memanfaatkan semua hasil produksinya tetapi
belum secara optimal.
Cara Pemeliharaan. pemeliharaan sapi potong dalam sektor peternakan maju sangat
baik sekali mereka akan mengumbar sapi-sapi mereka dalam sebuah padang rumput.
Kemudian pada waktu tertentu akan dimasukkan didalam perkandangan kembali. Peternak
ini akan memikirkan bagai mana agar sapi yang akan diproduksinya akan berkembang pesat
karena mereka mengetahui hasil produksi yang baik berawal dari sistem atau tata cara
pemeliharaan yang baik dan benar.
Sistem Perkandangan, pembuatan kandang peternakan maju akan dibuat sebaik
mungkin dari segi desain, pemilihan bahan dan model perkandangan yang baik agar
menciptakan kenyamanan bagi sapi tersebut. Selain itu pada bagian dalam sapi akan ditaruh
serbuk gergaji atau rumput kering ini dilakukan agar sapi-sapi yang dipelihara tidak banyak
bergerak dan akan meningkatkan hasil produksi dari sapi potong yang dipelihara.
Pembibitan, pembibitan sapi potong pada peternakan maju, memiliki sistematika yang
baik karena pada peternak ini mengetahui tentnag perkembang biakan maju yaitu
inseminasi buatan. Dengan inseminasi buatan proses perkawinan akan dilakukan secara
maksimal dengan jumlah populasi dari sapi yang ada pada area peternakan. Peternak maju
mengetahui bahwa sapi yang dikawinkan secara buatan akan mengetahui secara jelas
silsilah semua ditujukan agar tidak ada perkawinan sedarah yang akan menghasilkan
keturunan yang cacat.
Pengolahan Hasil Produksi dan Pemasaran, sapi potong yang telah siap
menghasilkan produksi atau sudah cukup kriteria untuk dipanen maka akan dipanen secara
optimal semua bagian dari sapi harus terolah secara sempurna kajian dari peternak maju
bahwa semua produksi sapi akan bermanfaat dari daging, tulang, darah, tanduk bahkan
kotoran. Daging sapi akan dikemas secara baik agar menarik konsumen selain itu akan
diolah menjadi kornet, sosis, steak dan olahan lain yang memiliki nilai jual lebih tinggi.
sedangkan limbah-limbah hasil ternak seperti tanduk akan dijadikan sebagai gantungan
kunci, hiasan dinding atau alat musik. Kotoran dan darah sapi dapat diolah menjadi sebuah
pupuk yang sangat subur, darah dan kotoran berupa feses atau air kencing akan diproses
secara baik dan benar yang akan bermanfaat dan bernilai jual tinggi. mereka akan
memanfaatkan tekhnologi dengan menyebarkan spanduk, media sosial atau media cetak.
Bagi peternak maju pembeli adalah raja dan mereka akan menggunakan segala cara dan
taktik jitu untuk memikat pembeli demi kemajuan usaha peternakannya.
5
A. KOEFISIEN TEKNIS
6
7
TABEL 1
KOEFISIEN TEKNIS
Angka
kelahiran Standar Sangat Optimistic Pesimis Pesimis Sangat
Ternak Optimistik
bersih deviasi optimistik tinggi tinggi rendah pesimistik
rata-rata
Sapi bali
70 20 90 80 70 60 50 20
(%)
Sapi PO(%) 55 10 65 60 55 50 45 10
Sapi SO
55 10 65 60 55 50 45 10
(%)
Sapi
Madura 60 10 70 65 60 55 50 10
(%)
TABEL 2
Sapi 2 10
TABEL 3
TABEL 4
Waktu
Ternak Umur (bulan) Berat (kg) 1 Penggemukan
(bulan)
Sapi 18 150 6-8
TABEL 5
Bakso sapi
Kornet Sapi
a. Sosis Sapi
Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus (tidak
kurang dari 75%) dengan tepung atau pati tanpa penambahan bumbu-bumbu dan bahan
tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukan ke dalam selongsong sosis.
Bahan baku yang digunakan untuk membuat sosis terdiri dari bahan utama dan bahan
tambahan. Bahan utama yaitu daging, es, minyak, garam dan lemak. Sedangkan bahan
tambahannya yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bumbu-bumbu, bahan penyedap dan
bahan makanan lain yang diizinkan (bahan inovasi). Istilah sosis berasal dari kata dalam
bahasa latin salsus, yang memiliki arti garam, sehingga sosis dapat diartikan sebagai
daging giling yang diawetkan dengan garam. Sosis didefinisikan sebagai makanan yang
dibuat dari daging yang dicacah serta dibungkus dalam casing menjadi bentuk silinder
(Kramlich, 1973).
Sosis merupakan salah satu jenis emulsi, namun emulsi sosis bukanlah emulsi
sesungguhnya seperti mayonnaise atau emulsi minyak dalam air lainnya. Emulsi sosis
yang secara umum dimaksud oleh industri sosis adalah campuran daging yang digiling
halus, lemak, dan bumbu-bumbu. Lemak pada sosis dibungkus oleh protein daging lean
dengan struktur serupa dengan emulsi,walaupun bukan emulsi minyak dalam air yang
13
sesungguhnya. Protein larut garam terutama mayonnaise diekstrak dengan garam dan
selama proses pencacahan membentuk sejenis emulsi yang membungkus partikel
lemak.
Nitrit dan nitrat sebagai garam natrium atau kalium dipergunakan dalam daging
cured dengan tujuan untuk mengembangkan warna daging menjadi warna merah muda
terang, mempercepat proses curing (Soeparno, 2005). Fungsi utama nitrit dalam
pembuatan sosis adalah untuk memperbaiki warna daging. Perbaikan warna daging
untuk sosis masak dianjurkan penggunaannya sebanyak 3 - 50 ppm (Ockerman, 1983).
Jumlah maksimum nitrit yang bisa ditambahkan dalam curing daging adalah
62,8 g/100 Kg. Dosis nitrit yang lebih dari 15 - 20 mg/Kg berat badan akan
menimbulkan kematian (Aberle et al., 2001). Penggunaan natrium nitrit sebagai
pengawet untuk mempertahankan warna daging ternyata dapat menimbulkan efek yang
membahayakakan kesehatan. Nitrit dapat berikatan dengan amino dan amida yang
menghasilkan turunan nitrosamin yang bersifat karsinogenik (Husni et al., 2007).
Penambahan nitrit tidak terlalu mempengaruhi karakteristik sensori, akan tetapi nitrit
mempengaruhi proses oksidatif dan pembentukan komponen volatil yang berasal dari
mikroorganisme (Marco et al., 2006).
b. Bakso Sapi
Gambar 5. Bakso
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang lazim ditemukan pada
masakan Indonesia.[1] Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling
dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga bakso yang terbuat dari daging ayam,
ikan, atau udang bahkan daging kerbau. Dalam penyajiannya, bakso umumnya
disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge,
tahu, terkadang telur dan ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat
populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki
lima hingga restoran besar. Berbagai jenis bakso sekarang banyak ditawarkan
dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan ataupun mal-mal.
Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi
goreng, nasi goreng, atau cap cai.
Bakso memiliki akar dari seni kuliner Tionghoa Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari istilah 'bakso' berasal dari kata Bak-So, dalam Bahasa Hokkien
yang secara harfiah berarti 'daging giling'. Karena kebanyakan penduduk
Indonesia adalah muslim, maka bakso lebih umum terbuat dari daging halal
seperti daging sapi, ikan, atau ayam. Kini, kebanyakan penjual bakso adalah
orang Jawa dari Wonogiri dan Malang. Tempat yang terkenal sebagai pusat
Bakso adalah Solo dan Malang yang disebut Bakso Malang. Bakso Malang dan
15
bakso Solo adalah masakan bakso dan disajikan dengan khas Jawa. Bakso
berasal dari China tetapi berbeda dengan bakso Malang dan Solo. Bakso China
biasanya terbuat dari babi atau makanan laut dan warnya agak kecokelatan serta
bentuknya tidak bulat sekali. Sedangkan bakso Malang dan Solo terbuat dari
daging sapi, berwarna abu abu dan bentuknya bulat sekali. Bakso China
biasanya tidak disajikan dengan kuah melimpah berbeda dengan bakso Malang
dan Solo yang disajikan dengan kuah melimpah.
c. Kornet
Gambar 6. Kornet
Kornet merupakan salah satu jenis daging olahan yang berupa daging giling
kasar dengan bahan tambahan bahan pengisi dan bahan pengikat serta bumbu-bumbu
(Subyantoro, 1996). Menurut Dewan Standarisasi Nasional (1995), kornet umumnya
dibuat dari daging sapi, dalam pembuatan kornet daging yang digunakan merupakan
potongan daging segar atau beku (yang telah memenuhi persyaratan dan peraturan yang
berlaku), boleh dicampur dengan daging bagian kepala dan hati. Hadiwiyoto (1983),
menyatakan bahwa kornet merupakan hasil olahan daging sapi dengan kentang sebagai
bahan pengikat, serta bumbu-bumbu berupa bawang merah, kaldu, garam, merica dan
natrium nitrit.
16
Komposisi Bumbu :
500 gr daging 12,5 gr bawang merah 0,55 gr natrium nitrat
100 gr es batu 15 gr garam dapur
50 gr skim milk 25 gr tomato juice
50 gr sirup jagung 1,5 gr mrica
(Raharjo dan Wasito, 2002)
17
Bahan-bahan :
1 kg daging sapi giling
1 ons tepung kanji
6 siung bawang putih
1 senduk makan garam
1/2 sendok teh merica bubuk
penyedap rasa secukupnya
5. Air mendidih
Bahan bumbu kornet :
1. Merica halus 1,5 gram
2. Pala halus 1,5 gram
3. Tomat segar 1buah
4. Bawang merah 3 siung
Cara membuat kornet homemade :
1. Untuk membuat kornet diawali dengan proses curing atau penggaraman.
2. Caranya daging sapi dipotong-potong ukuran kecil (daging tidak perlu dicuci).
3. Selanjutnya tambahkan garam dan gula pasir. Aduk hingga rata.
4. Setelah itu diamkan daging selama 24 jam agar proses curing dapat berlangsung
secara merata sempurna.
5. Kemudian daging yang telah dicuring tadi dicuci bersih dengan air agar nitrit
yang menempel pada daging tidak banyak yang tertinggal.
6. Tambahkan merica dan pala bubuk, aduk rata. Lalu daging dimasak dengan
menggunakan press cooker (panci presto) kurang lebih selama 30 menit hingga
daging empuk dan airnya habis.
7. Langkah selanjutnya seduh susu full cream menggunakan air mendidih sampai
200 mili liter.
8. Daging yang sudah direbus, dibuang air sisa rebusannya lalu ganti dengan susu
full cream yang telah diseduh tadi.
9. Tambahkan irisan tomat dan bawang merah.
10. Selanjutnya dimasak kembali dengan menggunakan press cooker selama 30 menit.
Faktor Iklim
Curah Hujan
Memiliki arti yang sangat penting dalam penyediaan air munum. Peta curah
hujan setiap bulan perlu dipelajari untuk mengetahui jumlah bulan kering dan
bulan basah selama satu tahun.
Suhu
Ternak hanya dapat hidup pada selang suhu tertentu (Heat Tolerance).
Faktor Edafik
Air
Baik air tanah maupun air permukaan, sangat penting terutama untuk kebutuhan
ternak.
Topografi Tanah
Menyangkut tinggi dari permukaan laut yang memiliki hubungan dengan suhu
dan kelembaban udara. Keadaan tubuh tanah Meliputi tekstur dan kesuburan
tanah. Keadaan tanah akan terkait dengan kualitas hijauan.
Faktor Biotik
20
B. Lingkungan Mikro
Setiap mahkluk hidup mempunyai lingkungan tersendiri dimana ia hidup.
Lingkungan sangat mempengaruhi penampilan setiap mahkluk hidup, misalkan ternak.
Lingkungan selalu ikut dimana ternak itu berada. Lingkungan mikro atau mikroklmat
adalah keadaan yang lebih mengarah pada kondisi ternak dimana diekspos secara
langsung selama beberapa waktu tertentu. Lingkungan mikro ternak ini terdiri dari
lingkungan fisik, lingkungan biologi, lingkungan kimia dan lingkungan
sosial. Lingkungan fisik ternak meliputi suhu atau temperatur, kelembaban, curah
hujan, angin, radiasi matahari, cahaya dan ketinggian tempat. Pengaruh dari unsur-unsur
lingkungan fisik sangat besar pada ternak karena proses fisiologis ternak sangat sensitif
terhadapperubahan unsur-unsur lingkungan fisik tersebut, maka perhatian umat manusia
adalah pada kerja langsung unsur-unsur tersebut terhadap performans atau penampilan
ternaknya. Unsur-unsur lingkungan fisik secara umum digambarkan sebagai jari-jari
sebuah roda yang saling berinteraksi. Apabila pengaruh dari satu unsur mencapai
ekstrim maka satu jari ini akan patah dan keseimbangan antara lingkungan dan ternak
akan tergangganggu.
22
BAB III
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
http://caramembuat123.blogspot.co.id/2013/06/cara-membuat-bakso.html
http://cukupnurohmat.blogspot.co.id/2013/12/makalah-pembuatan-sosis.html
http://fathoni051.blogspot.co.id/2012/01/usaha-peternakan-rakyat.html
http://kunto-anggoro.blogspot.co.id/2011/04/lingkungan-usaha-peternakan.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40097/5/Chapter%20I.pdf
http://resepasik.com/2016/04/16/resep-membuat-kornet-daging-sapi-sendiri-di-rumah/
http://sosisbakarmamie.blogspot.co.id/2014/01/kandungan-gizi-dalam-sosis-daging-
sapi.html
http://www.harganya.com/makanan/daftar-harga-makanan-beku-chicken-nugget-bakso-
sapi-bakso-ikan-sosis-lengkap-dan-updated-harganya.html
http://www.hemat.id/katalog/kornet/
http://www.ramepedia.com/2015/06/perhatikan-makananmu.html
https://afifharuka.blogspot.co.id/2012/11/latar-belakang-bakso-adalah.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Bakso
https://www.scribd.com/doc/176852030/BIONOMIKA