Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Pembimbing
dr. Adri Rivai, Sp.PD
Disusun Oleh:
Rani Meiliana Susanti
2012730148
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Ruang Perawatan : Zam-Zam
Umur : 24 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Lebah, Jakarta Timur
Masuk RS : 25-08-2017
No RM : 97 ****
II. Anamnesis
A. Keluhan Utama
Nyeri perut kiri bawah sejak 2 minggu SMRS
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit RSIJ cempaka putih dengan keluhan nyeri perut bawah
kiri sejak 2 minggu SMRS, nyeri hilang timbul namun 2 hari SMRS nyeri dirasakan
terus menerus, nyeri dirasakan menjalar sampai ke pinggang kiri. Pasien juga
mengeluh BAK anyang-anyangan dan panas di akhir BAK, warna kuning, keluhan
disertai demam sejak 1 hari SMRS, demam terus menerus, mual dan muntah 2 kali
berupa makanan yang dimakan pasien. Keluhan BAK berpasir, nyeri BAK, BAK
berwarna merah disangkal, keputihan (+). BAB normal tidak ada keluhan.
F. Riwayat Pengobatan
Pasien sudah minum paracetamol dan keluhan demam berkurang.
G. Riwayat psikososial
Pasien mengatakan sering menahan BAK saat lagi bekerja
Status Generalis
1. Kepala : Normochepal
2. Mata : Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, refleks pupil (+/+)
3. Telinga : Normotia, sekret -/-
4. Hidung : sekret (-), epistaksis (-)
5. Mulut : mukosa bibir lembab, faring hiperemis (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-)
7. Thorax
a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris
b. Palpasi : Vocal fremitus kanan dengan kiri sama
c. Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
d. Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonchi -/-,wheezing -/-
8. Jantung
a. Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis tidak teraba
c. Perkusi :
Batas atas : ICS II linea Parasternalis sinistra
Batas Kanan : ICS IV Linea Parasternalis Dextra
Batas Kiri : ICS V Line Midclavicularis Sinistra
d. Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II murni reguler, murmur (-), Gallop (-).
9. Abdomen
a. Inpeksi : Supel
b. Auskultasi : Bising usus (+), Normal
c. Palpasi : Supel, Nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan regio iliaca sinistra
(+), nyeri tekan suprapubik (+)
d. Perkusi : Timpani diseluruh lapang abdomen
10. Ekstremitas
a. Superior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)
b. Inferior : Hangat (+/+), edema (-/-), RCT < 2 dtk ,sianosis (-/-)
IV. Resume
Tanggal 25-08-2017 (02.00 WIB)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
Urin Lengkap
Sedimen
Silinder - - /LPK
Kristal - - /LPB
Bakteri + - -
pH 6,5 5-9 -
Protein - - g/dL
Glukosa - - mmoL/L
Keton - mmoL/L
V. Resume
Wanita usia 24 datang ke RSIJ Cempaka Putih dengan keluhan abdominal pain regio iliaca
sinistra sejak 2 minggu SMRS, intermitten, sejak 2 hari SMRS abdominal pain continue
dan menjalar sampai ke pinggang kiri . BAK anyang-anyangan dan panas di akhir BAK.
Febris sejak 1 hari SMRS, continue. Nausea, vomits 2 kali berupa makanan yang dimakan.
Pasien minum paracetamol dan keluhan demam berkurang.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan TD : 120/80 mmHg, Nadi : 84 x/menit, RR: 20
x/menit, Suhu : 36,8C (dalam pengaruh obat), nyeri tekan epigastrium (+), Nyeri tekan
iliaca sinistra (+), nyeri tekan suprapubik (+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan sedimen urin leukosit 5/LPB, Bakteri (+).
VII. Assessment
Abdominal pain ec ISK
S : Abdominal pain regio iliaca sinistra sejak 2 minggu SMRS, intermitten, sejak 2 hari
SMRS abdominal pain continue dan menjalar sampai ke pinggang kiri . BAK anyang-
anyangan dan panas di akhir BAK. Febris sejak 1 hari SMRS, continue.
P : Rencana pemeriksan
Non medikamentosa
Istirahat
Minum banyak
Menjaga higienitas sekitar alat kelamin
Hindari makanan pedas dan asam
Non medikamentosa
Inf RL 20 Tpm
Inj. Ceftriaxon 2 x 1
Inj. Ketorolak 1 x 1 amp
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab (b/p)
Inj. Ranitidin 2 x 1amp
Inj ondansetron 2 x 1amp
VIII. FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/08/2017 Nyeri perut kiri TD : 110/70 mmHg, ISK Inf RL 20 Tpm
berkurang, mual (+), N : 88 x/menit Dyspepsia Inj. Ceftriaxon 2 x
BAK anyang- R : 18 x/menit, 1
anyangan (+), BAK Suhu : 36,6C Inj. Ketorolak 1 x
panas (+), demam (- Nyeri tekan epigastrium (+) 1 amp
) Nyeri tekan iliaca sinistra (+) Paracetamol 500
Nyeri tekan suprapubik (+) mg 3 x 1 tab (b/p)
Inj. Ranitidin 2 x
1amp
Inj ondansetron 2
x 1amp
27/08/2017 Nyeri perut kiri TD : 120/80 mmHg, ISK Inf RL 20 Tpm
berkurang, mual (+), N : 90 x/menit dyspepsia Inj. Ceftriaxon 2 x
BAK anyang- R : 18 x/menit, 1
anyangan (-), BAK Suhu : 36,5C Inj. Ketorolak 1 x
panas (-), demam (-) Nyeri tekan epigastrium (+) 1 amp
Nyeri tekan iliaca sinistra (+) Paracetamol 500
Nyeri tekan suprapubik (-) mg 3 x 1 tab (b/p)
Inj. Ranitidin 2 x
1amp
Inj ondansetron 2
x 1amp
28/08/2017 Nyeri perut kiri (-), TD : 110/70 mmHg, ISK Inf RL 20 Tpm
mual (-), BAK N : 80 x/menit Dyspepsia Inj. Ceftriaxon 2 x
anyang-anyangan (- R : 18 x/menit, 1
), BAK panas (-), Suhu : 36,6C Inj. Ketorolak 1 x
demam (-). Nyeri tekan epigastrium (-) 1 amp
Nyeri tekan iliaca sinistra (-) Paracetamol 500
Nyeri tekan suprapubik (-) mg 3 x 1 tab (b/p)
Inj. Ranitidin 2 x
1amp
Inj ondansetron 2
x 1amp
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber: www.kidney.org
Ginjal memiliki tiga bagian penting yaitu korteks, medulla dan pelvis renal.
Bagian paling superfisial adalah korteks renal, yang tampak bergranula. Di sebelah
dalamnya terdapat bagian lebih gelap, yaitu medulla renal. Ujung ureter yang
berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar disebut pelvis renal. Pelvis renal
bercabang dua atau tiga, disebut kaliks mayor yang masing-masing bercabang
membentuk beberapa kaliks minor. Dari kaliks minor, urin masuk ke kaliks mayor, ke
pelvis renal kemudian ke ureter, sampai akhirnya ditampung di dalam kandung kemih.
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing menyambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-30 cm, dengan
penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.
Kandung kemih adalah kantong yang terbentuk dari otot tempat urin mengalir
dari ureter. Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium).
Sumber: Essential of Anatomy and Physiology 5th edition, 2007, Hal. 422.
Gambar 3. Vesika Urinaria dan Uretra pada perempuan & laki laki
2. Definisi
Beberapa istilah yang perlu dipahami:
Bakteriuria bermakna (significant backteriuri) adalah keberadaan mikroorganisme
murni (tidak terkontaminasi flora normal dari uretra) lebih dari 105 colony forming
units per mL (cfu/ml) biakan urin dan tanpa lekosituria2,3
Bakteriuria simtomatik adalah bakteriuria bermakna dengan manifestasi klinik2,3
Bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria) adalah bakteriuria bermakna tanpa
manifestasi klinik2,3.
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan
bakteriuria patogen dengan colony forming units per mL CFU/ ml urin > 101, dan
lekositouria >10 per lapangan pandang besar, disertai manifestasi klinik3.
ISK akhir-akhir ini juga didefinisikan sebagai suatu respon inflamasi tubuh
terhadap invasi mikroorganisme pada urothelium4,5.
3. Epidemilogi
Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit yang paling sering
ditemukan di praktik umum. Kejadian ISK dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor predisposisi yang mengakibatkan
perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. ISK cenderung terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai factor predisposisi2.
Menurut penelitian, hampir 25-35% perempuan dewasa pernah mengalami ISK
selama hidupnya. Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada
perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (School girls) 1% meningkat menjadi 5
% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30% pada laki-laki dan perempuan jika disertai faktor predisposisi2.
Di Amerika Serikat, terdapat >7 juta kunjungan pasien dengan ISK di tempat
praktik umum. Sebagian besar kasus ISK terjadi pada perempuan muda yang masih
aktif secara seksual dan jarang pada laki-laki <50 tahun5. Insiden ISK pada laki-laki
yang belum disirkumsisi lebih tinggi (1,12%) dibandingkan pada laki-laki yang sudah
disirkumsisi (0,11%)4.
4. Etiologi
Pada umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme (MO) tunggal seperti:2
Eschericia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari pasien dengan
ISK simtomatik maupun asimtomatik
Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp (33% ISK
anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp dan Stafilokokus dengan koagulase
negatif
Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali
pasca kateterisasi
5. Patogenesis
Patogenesis bakteriuri asimtomatik menjadi bakteriuri simtomatik tergantung
dari patogenitas bakteri sebagai agent, status pasien sebagai host dan cara bakteri masuk
ke saluran kemih (bacterial entry) 2,4.
Peranan Patogenisitas Bakteri (agent)
Tidak semua bakteri dapat menginfeksi dan melekat pada jaringan saluran
kemih. Bakteri tersering yang menginfeksi saluran kemih adalah E.coli yang bersifat
uropathogen.2,4,6,7.
Strain bakteri E. coli hidup atau berkoloni di usus besar atau kolon manusia.
Beberapa strain bakteri E. coli dapat berkoloni di daerah periuretra dan masuk ke vesika
urinaria. Strain E. coli yang masuk ke saluran kemih dan tidak memberikan gejala klinis
memiliki strain yang sama dengan strain E. coli pada usus (fecal E.coli), sedangkan
strain E. coli yang masuk ke saluran kemih manusia dan mengakibatkan timbulnya
manifestasi klinis adalah beberapa strain bakteri E. coli yang bersifat uropatogenik dan
berbeda dari sebagian besar E.coli di usus manusia (fecal E.coli). Strain bakteri E.coli
ini merupakan uropatogenik E.coli (UPEC) yang memiliki faktor virulensi7. Penelitian
intensif berhasil menentukan faktor virulensi E.coli dikenal sebagai virulence
determinalis2.
Fimbriae Adhesi
Pembentuk jaringan ikat (scarring)
Lipopolysaccharide side
chains (O antigen)
Kelasi besi
Antibiotika resisten
Kemungkinan perlengketan
Membran protein lainnya
Hemolysin
Sumber: Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, hal.1010
Bakteri patogen dari urin dapat menyebabkan manifestasi klinis bergantung pada
perlengketan mukosa oleh bakteri, faktor virulensi, dan variasi faktor virulensi2.
Litiasis
Obstruksi saluran kemih
Penyakit ginjal polikistik
Nekrosis papilar
DM pasca transplantasi ginjal
Nefropati analgesik
Penyakit Sickle-cell
Senggama
Kehamilan dan peserta KB dengan tablet progesteron
Kateterisasi
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V, 2009, halaman 1009
6. Klasifikasi
Berdasarkan letak anatomi, ISK digolongkan menjadi:
Infeksi Saluran Kemih Atas
Infeksi saluran kemih atas terdiri dari pielonefritis dan pielitis. Pielonefritis
terbagi menjadi pielonefritis akut (PNA) dan pielonefritis kronik (PNK). Istilah
pielonefritis lebih sering dipakai dari pada pielitis, karena infeksi pielum (pielitis)
yang berdiri sendiri tidak pernah ditemukan di klinik5.
Pielonefritis akut (PNA) adalah radang akut dari ginjal, ditandai primer oleh
radang jaringan interstitial sekunder mengenai tubulus dan akhirnya dapat
mengenai kapiler glomerulus, disertai manifestasi klinik dan bakteriuria tanpa
ditemukan kelainan radiologik4,5. PNA ditemukan pada semua umur dan jenis
kelamin walaupun lebih sering ditemukan pada wanita dan anak-anak. Pada laki-
laki usia lanjut, PNA biasanya disertai hipertrofi prostat5.
Pielonefritis Kronik (PNK) adalah kelainan jaringan interstitial (primer) dan
sekunder mengenai tubulus dan glomerulus, mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri (immediate atau late effect) dengan atau tanpa bakteriuria dan selalu disertai
kelainan-kelainan radiologi. PNK yang tidak disertai bakteriuria disebut PNK fase
inaktif. Bakteriuria yang ditemukan pada seorang penderita mungkin berasal dari
pielonefritis kronik fase aktif atau bakteriuria tersebut bukan penyebab dari
pielonefritis tetapi berasal dari saluran kemih bagian bawah yang sebenarnya tidak
memberikan keluhan atau bakteriuria asimtomatik. Jadi diagnosis PNK harus
mempunyai dua kriteria yakni telah terbukti mempunyai kelainan-kelainan faal dan
anatomi serta kelainan-kelainan tersebut mempunyai hubungan dengan infeksi
bakteri. Dari semua faktor predisposisi ISK, nefrolithiasis dan refluks vesiko ureter
lebih memegang peranan penting dalam patogenesis PNK4. Pielonefritis kronik
mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa
kecil. Pada PNK juga sering ditemukan pembentukan jaringan ikat parenkim2.
Infeksi Saluran Kemih Bawah
Infeksi saluran kemih bawah terdiri dari sistitis, prostatitis dan epidimitis,
uretritis, serta sindrom uretra. Presentasi klinis ISKB tergantung dari gender. Pada
perempuan biasanya berupa sistitis dan sindrom uretra akut, sedangkan pada laki-laki
berupa sistitis, prostatitis, epidimitis, dan uretritis2.
Sistitis terbagi menjadi sistitis akut dan sistitis kronik. Sistitis akut adalah
radang selaput mukosa kandung kemih (vesika urinaria) yang timbulnya mendadak,
biasanya ringan dan sembuh spontan (self-limited disease) atau berat disertai penyulit
ISKA (pielonefritis akut). Sistitis akut termasuk ISK tipe sederhana (uncomplicated
type). Sebaliknya sistitis akut yang sering kambuh (recurrent urinary tract infection)
termasuk ISK tipe berkomplikasi (complicated type), ISK jenis ini perlu perhatian
khusus dalam pengelolaannya5.
Sistitis kronik adalah radang kandung kemih yang menyerang berulang-ulang
(recurrent attact of cystitis) dan dapat menyebabkan kelainan-kelainan atau penyulit
dari saluran kemih bagian atas dan ginjal. Sistitis kronik merupakan ISKB tipe
berkomplikas, dan memerlukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor
predisposisi5.
Sindrom uretra akut (SUA) adalah presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan
mikroorganisme (steril), sering dinamakan sistitis abakterialis karena tidak dapat
diisolasi mikroorganisme penyebabnya. Penelitian terkini menunjukkan bahwa SUA
disebabkan oleh MO anaerobik2,5.
7. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ISK (simtomatologi ISK) dibagi menjagi gejala-gejala lokal,
sistemik dan perubahan urinalisis. Dalam praktik sehari-hari gejala cardinal seperti
disuria, polakisuria, dan urgensi sering ditemukan pada hampir 90% pasien rawat jalan
dengan ISK akut5.
Tabel 5. Simtomatologi ISK
Lokal Sistemik
Prostatismus Hematuria
Inkontinesia Piuria
Nyeri uretra Chylusuria
Nyeri kandung kemih Pneumaturia
Nyeri kolik
Nyeri ginjal
Manifestasi klinik pada infeksi saluran kemih atas dan infeksi saluran kemih bawah
pada pasien dewasa dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, 2009, hal. 1012
11. Prognosis5
Prognosis pasien dengan pielonefritis akut, pada umumnya baik dengan
penyembuhan 100% secara klinik maupun bakteriologi bila terapi antibiotika yang
diberikan sesuai. Bila terdapat faktor predisposisi yang tidak diketahui atau sulit
dikoreksi maka 40% pasien PNA dapat menjadi kronik atau PNK. Pada pasien
Pielonefritis kronik (PNK) yang didiagnosis terlambat dan kedua ginjal telah mengisut,
pengobatan konservatif hanya semata-mata untuk mempertahankan faal jaringan ginjal
yang masih utuh. Dialisis dan transplantasi dapat merupakan pilihan utama.
Prognosis sistitis akut pada umumnya baik dan dapat sembuh sempurna, kecuali
bila terdapat faktor-faktor predisposisi yang lolos dari pengamatan. Bila terdapat
infeksi yang sering kambuh, harus dicari faktor-faktor predisposisi. Prognosis sistitis
kronik baik bila diberikan antibiotik yang intensif dan tepat serta faktor predisposisi
mudah dikenal dan diberantas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Scanlon, V.C & Sanders, T. Essential of Anatomy and Physiology 5th edition.
Philadelpia: FA Davis Company. 2007: 420-432
2. Sukandar, E. Infeksi Saluran Kemih. In Sudoyo A.W, et all.ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II Edisi V. Jakarta: Internal Publishing. 2009:1008-1014.
3. Sukandar, E. Infeksi (non spesifik dan spesifik) Saluran Kemih dan Ginjal. In Sukandar
E. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Pusat Informasi Ilmiah (PII) Bagian Ilmu
Penyakit Dalam FK UNPAD. 2006: 29-72
4. Nguyen, H.T. Bacterial Infections of The Genitourinary Tract. In Tanagho E. &
McAninch J.W. ed. Smiths General urology 17th edition. Newyork: Mc Graw Hill
Medical Publishing Division. 2008: 193-195
5. Macfarlane, M.T. Urinary Tract Infections. In, Brown B, et all ed. 4th Urology.
California: Lippincott Williams & Wilkins. 2006: 83-16
6. Ronald A.R & Nicoll L.E. Infections of the Upper Urinary Tract. In Schrier R.W, ed.
Diseases of the Kidney and Urinary Tract 7th edition Vol.1. Newyork: Lippincott
Williams & Wilkins Publishers. 2001: 1687
7. Weissman, S.J, et all. Host-Pathogen Interactions and Host Defense Mechanisms. In
In Schrier R.W, ed. Diseases of the Kidney and Urinary Tract 8th edition Vol.1.
Newyork: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 2007: 817-826
8. Abdelmalak, J.B, et all. Urinary Tract Infections in Adults. In Potts J.M, ed. Essential
Urology, A Guide to Clinical Practice. New Jersey: Humana Press. 2004:183-189
9. Anonim. Urinary Tract Infections (Acute Urinary Tract Infection: Urethritis, Cystitis,
and Pyelonephritis). In Kasper, et all ed. Harrisons Manual of Medicine16th Edition.
Newyork: Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2005:724
10. Anonim. Pyelonephritis Acute. In Williamson, M.A & Snyder L.M. Wallachs
Interpretation of Diagnostic Test 9th. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins a
Wolters Kluwer Publishers. 2011: 730-731
11. Meyrier, A. Urinary Tract Infection. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book2/adk2_07.pdf