Você está na página 1de 4

ANALISIS DATA

Aktivitas optimal enzim terlihat pada pH 5-9. pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim
dengan mengubah struktur dan berpengaruh dalam perubahan konformasi enzim. Pada
praktikum tentang pengaruh pH terhadap kerja enzim ptialin menggunakan saliva, amilum dan
larutan buffer yang memiliki ph berbeda. Pada tabung A, B, C, dan D sebelum diberi larutan
iodine 10% memiliki warna yang sama yaitu putih keruh. Sedangkan, setelah diberi larutan
iodine 10% tabung A, B, C, dan D mengalami perubahan warna. Pada data pengamatan tabung A
terlihat bahwa larutan berubah menjadi warna biru tua kehitaman pada waktu 5 menit hingga 20
menit di plat tetes yang berbeda hasil perubahan tetap berwarna biru tua kehitaman. Pada data
pengamatan tabung B terlihat bahwa larutan berubah warna menjadi orange pada waktu 5 menit
hingga 20 menit di plat tetes yang berbeda, tetapi memiliki kepekatan warna yang berbeda. Pada
saat 5 menit memiliki kepekatan warna orange yang tidak telalu pekat. Saat 10 menit dan 15
menit memiliki kepekatan warna yang sama yaitu warna orange sangat pekat. Sedangkan, saat 20
menit kepekatan warna orange yang lebih pekat daripada saat 5 menit. Pada data pengamatan
tabung C terlihat bahwa larutan berubah warna menjadi orange pada waktu 5 menit hingga 20
menit di plat tetes yang berbeda, tetapi memiliki kepekatan warna yang berbeda. Pada saat 5
menit memiliki kepekatan warna orange yang pekat. Saat 10 menit dan 15 menit memiliki
kepekatan warna orange yang sama yaitu warna orange yang tidak terlalu pekat daripada saat 5
menit. Sedangkan, saat 20 menit memiliki kepekatan warna orange yang sama saat 5 menit. Pada
data pengamatan tabung D terlihat bahwa larutan berubah warna menjadi orange pada waktu 5
menit hingga 20 menit di plat tetes yang berbeda, tetapi memiliki kepekatan warna yang
berbeda. Pada saat 5 menit dan 10 menit memiliki kepekatan warna orange yang sangat pekat.
Saat 15 menit memiliki kepekatan warna orange yang tidak terlalu pekat daripada saat 5 menit
dan 10 menit. Sedangkan, saat 20 menit kepekatan warna orange yang sama saat 5 menit dan 10
menit yaitu warna orange sangat pekat.
PEMBAHASAN

Pada percobaan pengaruh pH terhadap enzim ptialin yakni menggunakan cairan saliva,
larutan amilum, larutan buffer, dan larutan iodine dalam percobaan ini. Pada hal ini enzim ptialin
yang ada didalam cairan saliva di rongga mulut bekerja pada kisaran pH 6,8- 7,0 (Pratama,2012).
Pada percobaan ini tabung A, B, C, dan D sebelum diberi larutan iodine 10% memiliki warna
yang sama yaitu putih keruh. Sedangkan, setelah diberi larutan iodine 10% tabung A, B, C, dan
D mengalami perubahan warna. Pada percobaan ini larutan iodine 10% berperan sebagai
indikator warna untuk menandai aktivitas enzim ptialin(Tosari , 2008).

Pada data pengamatan tabung A dengan larutan buffer pH 3 menunjukkan bahwa


lingkungan tersebut asam. Hasil yang diperoleh setelah ditetesi larutan iodine 10% bahwa
larutan berubah menjadi warna biru tua kehitaman pada waktu 5 menit hingga 20 menit di plat
tetes yang berbeda hasil perubahan tetap berwarna biru tua kehitaman. Hal ini mengindikasikan
bahwa enzim ptialin tidak dapat memecah amilum. Enzim ptialin mengalami denaturasi karena
perlakuan asam. Ketika enzim ptialin rusak karena pH, maka tidak terbentuk titik akromatik.

Pada data pengamatan tabung B dengan larutan buffer pH 5 menunjukkan bahwa


lingkungan tersebut asam. Hasil yang diperoleh setelah ditetesi larutan iodine 10% bahwa
larutan berubah warna menjadi orange pada waktu 5 menit hingga 20 menit di plat tetes yang
berbeda, tetapi memiliki kepekatan warna yang berbeda. Pada saat 5 menit memiliki kepekatan
warna orange yang tidak telalu pekat. Saat 10 menit dan 15 menit memiliki kepekatan warna
yang sama yaitu warna orange sangat pekat. Sedangkan, saat 20 menit kepekatan warna orange
yang lebih pekat daripada saat 5 menit . Hal ini mengindikasikan bahwa enzim ptialin tidak dapat
memecah amilum. Enzim ptialin mengalami denaturasi karena perlakuan asam. Ketika enzim
ptialin rusak karena pH, maka tidak terbentuk titik akromatik.

. Pada data pengamatan tabung C dengan larutan buffer pH 7 menunjukkan bahwa


lingkungan tersebut netral. Hasil yang diperoleh setelah ditetesi larutan iodine 10% bahwa
larutan berubah warna menjadi orange pada waktu 5 menit hingga 20 menit di plat tetes yang
berbeda, tetapi memiliki kepekatan warna yang berbeda. Pada saat 5 menit memiliki kepekatan
warna orange yang pekat. Saat 10 menit dan 15 menit memiliki kepekatan warna orange yang
sama yaitu warna orange yang tidak terlalu pekat daripada saat 5 menit. Sedangkan, saat 20
menit memiliki kepekatan warna orange yang sama saat 5 menit. Pada percobaan ini seharusnya
enzim ptialin yang ada didalam cairan saliva di rongga mulut bekerja, tetapi pada percobaan ini
enzim tersebut tidak bekerja. Hal ini dimungkinkan karena kurangnya ketelitian dalam waktu,
dan juga pipet yang digunakan tidak disendirikan sehingga bercampur.

Pada data pengamatan tabung D dengan larutan buffer pH 9 menunjukkan bahwa


lingkungan tabung tersebut basa. Hasil yang diperoleh bahwa larutan berubah warna menjadi
orange pada waktu 5 menit hingga 20 menit di plat tetes yang berbeda, tetapi memiliki
kepekatan warna yang berbeda. Pada saat 5 menit dan 10 menit memiliki kepekatan warna
orange yang sangat pekat. Saat 15 menit memiliki kepekatan warna orange yang tidak terlalu
pekat daripada saat 5 menit dan 10 menit. Sedangkan, saat 20 menit kepekatan warna orange
yang sama saat 5 menit dan 10 menit yaitu warna orange sangat pekat. Hal ini mengindikasikan
bahwa enzim ptialin tidak dapat memecah amilum. Enzim ptialin mengalami denaturasi karena
perlakuan basa. Ketika enzim ptialin rusak karena pH, maka tidak terbentuk titik akromatik.

PH pada suatu enzim tidak boleh terlalu asam ataupun terlalu basa karena akan
menurunkan kecepatan reaksi dengan terjadinya denaturasi (Pratama , 2012). Pada hasil
percobaan ini banyak mengalami kesalahan dalam praktikum yakni hasil sebenarnya yakni
sebenarnya semakin lama waktu, warna tersebut semakin memudar. Pada praktikum tersebut
tidak demikian dikarenakan kurang teliti pada pengukuran volume, pipet antara tabung A, B, C,
D tidak dibedakan dan juga kurang teliti terhadap perhitungan waktu.
KESIMPULAN

pH berpengaruh terhadap kerja enzim ptialin. pH termasuk dalam faktor-faktor yang


mempengaruhi fungsi enzim. Enzim ptialin yang ada didalam cairan saliva di rongga mulut
bekerja pada kisaran pH 6,8- 7,0. Pada praktikum ini dapat dikatakan mengalami banyak
kesalahan, hal tersebut dikarenakan kurang teliti pada pengukuran volume, pipet antara tabung
A, B, C, D tidak dibedakan dan juga kurang teliti terhadap perhitungan waktu.

DAFTAR RUJUKAN

Basoeki,2000. Sifat-sifat Enzim. Jakarta: Erlangga

Medicastore, 2007. Biologi Molekuler. Yogyakarta: Graha Ilmu

Pratama AP. 2012. Pengaruh suhu dan pH terhadap aktivitas enzim. Jurnal Kimia Indonesia 1

Taufik, 2009. Biologi. Klaten: PT Intan Pariwa

Tosari,A. Alfonsus. 2008. Aktivitas Enzim Amilase. Makassar : Universitas Hasanuddin

Você também pode gostar